You are on page 1of 21

MAKALAH PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK II

PERCOBAAN IV
KROMATOGRAFI KOLOM

Disusun Oleh:

1. Nabila Permana Syahrani (M0621029)


2. Nur Ainun Merdekawati (M0621031)

LABORATORIUM KIMIA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilintasi garis khatulistiwa sehingga beriklim
tropis. Hal tersebut mendukung adaptasi flora dan fauna yang beraneka ragam.
Keanekaragaman tersebut menciptakan berbagai bahan baku untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Curcuma longa L. atau kunyit merupakan anggota famili
Zingiberaceae yang banyak ditemukan di Indonesia. C. longa memiliki karakteristik
berupa tumbuhan menahun, batang bermodifikasi menjadi rimpang, daun menyirip
berligula, bunga biseksual, zigomorf, daun pelindung tipis, kelopak menabung, mahkota
memanjang dengan warna merah muda hingga ungu, serta buah dan biji berbentuk elips
(Shan dan Iskandar, 2018)
Kunyit mengandung kurkumin dan minyak esensial sebagai komponen utama.
Kurkuminoid merupakan kandungan utama kunyit yang memiliki komponen utama
diantaranya kurkumin, demetoksi, dan bisdemetoksi. Senyawa kurkumin yang terkandung
dalam kunyit memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antikanker, antivirus, antibakteri, dan antijamur. Kurkumin memiliki pola
substitusi metoksi yang berbeda pada cincin aromatik yang mengakibatkan perbedaan
polaritas. Adanya rantai aril yang terikat dengan suatu gugus fungsi diketo, dua gugus
rangkap dan satu gugus metilen yang aktif merupakan dugaan sisi aktif dari ketiga
senyawa kurkumin tersebut (Mbese dkk., 2019)
Saat ini, pemanfaatan kurkumin mulai dikembangkan menjadi produk
farmaseutikal dan nutraseutikal. Proses yang harus dilakukan sebelum menjadi produk
adalah isolasi senyawa kurkumin. Isolasi merupakan proses pemisahan komponen-
komponen kimia yang terdapat dalam tanaman. Tahapan dalam isolasi adalah ekstraksi,
yaitu penarikan senyawa-senyawa kimia yang terlarut menggunakan pelarut yang sesuai
(Cintya dkk., 2021)
Kromatografi adalah metode pemisahan campuran senyawa berdasarkan
perbedaan kecepatan migrasi masing-masing komponen senyawa di antara dua fase, yaitu
fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Pemisahan secara
kromatografi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu kromatografi kolom,
kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas. Perbedaan kecepatan migrasi tersebut
dapat disebabkan oleh perbedaan masing masing komponen untuk diserap atau perbedaan
distribusi di antara dua fase yang tidak saling tercampur (Qian dkk., 2018)
Kromatografi kolom adalah metode yang paling umum untuk pemurnian zat pada
skala preparatif. Prosedurnya melibatkan persiapan kolom, memuat sampel ke kolom,
mengelusi kolom dengan fase gerak dan memulihkan konstituen. Banyak jenis
kromatografi kolom tersedia berdasarkan fase diam yang berbeda, seperti kromatografi
adsorpsi, kromatografi penukar ion, kromatografi afinitas dan kromatografi eksklusi
ukuran. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kali ini akan memaparkan tentang
pemisahan kurkumin dari kunyit dengan metode kromatografi kolom dimana
kromatografi kolom yang biasa digunakan untuk pemisahan kurkumin adalah
kromatografi adsorbsi, dimana pemisahannya didasarkan pada sifat adsorpsi yang berbeda
dari senyawa pada fase diam (Jiang et al., 2021).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara teknik pembuatan dan penggunaan kromatografi kolom?
2. Bagaimana cara melakukan pemisahan kurkumin dari kunyit?

C. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mempelajari teknik pembuatan dan penggunaan kromatografi
kolom.
2. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan kurkumin dari kunyit.
BAB II

ISI

A. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
1.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Gedung C Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta di Jl. Ir. Sutami
No.36, Kentingan, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah, 57126, Indonesia.
1.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 25 Oktober 2022 pukul 6.30-11.00
WIB.

2. Alat
Adapun alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Gelas beaker “Herma” 250ml (5 buah)
2. Batang pengaduk (1 buah)
3. Gelas ukur “Pyerex” 10ml;50ml (4 buah)
4. Corong kaca (1 buah)
5. Kaca arloji (1 buah)
6. Neraca analitik (1 buah)
7. Sendok tanduk (1 buah)
8. Kolom kromatografi (1 buah)
9. Statif (1 buah)
10. Holder (1 buah)
11. Flakon (35 buah)
12. Alat UV (1 buah)
13. Botol spray (1 buah)
14. Kawat 40cm (1 buah)
15. Pipe kapiler (1 buah)
16. Chamber KLT (1 buah)

3. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Kunyit Bubuk (200 gram)
2. Etanol 96% (500 ml)
3. Silika Gel (uk. 0.063–0,2 mm) (4 gram)
4. Aseton (secukupnya)
5. n-Heksana (secukupnya)
6. Etil Asetat (51 ml)
7. Plat KLT (2 buah)
8. Kapas (secukupnya)
9. Tisu (secukupnya)

4. Gambar Alat
5. Rangkaian Alat
B. Cara Kerja
1. Maserasi

Bubuk Kunyit

ditimbang

200 gram Bubuk Pelarut etanol


Kunyit ditambah

diaduk
Campuran bubuk
kunyit + etanol

dimaserasi
Campuran setelah
maserasi

disaring

Filtrat Residu
dievaporasi hingga pelarut
menghilang
Ekstak kering

2. Impregnasi ekstrak

Ekstrak kunyit kering


hasil maserasi
diambil
ditambahkan
0,05 gram ekstrak
kering Aseton
ditambahkan
0,1 gram Silika
Ekstak kering + aseton gel

diaduk
Campuran kering
(sampel)
3. Preparasi kromatografi kolom

Silika gel

ditimban
g dilarutkan
4 g silika gel Eluen n-heksana

diaduk
Packing Kolom

dituang dalam kolom


Fase Diam

4. Kromatografi kolom gravitasi

Sampel ekstrak kunyit

ditambahkan kedalam kromatografi


kolom

Sampel ekstrak kunyit


dalam kromatografi kolom

dielusi dengan

Campuran eluen N-heksana : etil asetat


(9:1;8:2;7:3;6:4;3:7) total 150ml

terbentuk fraksi-fraksi

Fraksi - fraksi @5ml


5. Identifikasi dengan KLT

Hasil ekstrak kunyit ditambahkan


Aseton
dan fraksi kering

ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa


kapiler

Noda Kering

dielusi dalam chamber KLT

Eluen n-heksana : etil asetat 9:1


10 ml

ditunggu hingga eluen mencapai batas atas plat KLT

Spot hasil elusi

diambil dan diuji menggunakan lampu


UV
Spot noda

dihitung

Nilai RF

C. Hasil
1. Kromatografi Kolom
Tabel 3.1

No Parameter Hasil Percobaan Jumlah


Fraksi

1 Eluen 9:1 Vial 1 = Bening 8


Vial 2 = Bening
Vial 3 = Bening
Vial 4 = Bening
Vial 5 = Bening
Vial 6 = Bening
Vial 7 = Bening
Vial 8 = Bening

2 Eluen 8:2 Vial 1 = Bening 6


Vial 2 = Bening
Vial 3 = Bening
Vial 4 = Bening
Vial 5 = Bening
Vial 6 = Bening

3 Eluen 7:3 Vial 1 = Bening 6


Vial 2 = Bening, sedikit kuning
Vial 3 = Bening, sedikit kuning
Vial 4 = Bening, sedikit kuning
Vial 5 = Bening, sedikit kuning
Vial 6 = Bening, sedikit kuning

4 Eluen 6:4 Vial 1 = Bening, sedikit kuning 7


Vial 2 = Kuning Bening
Vial 3 = Kuning Bening
Vial 4 = Kuning Bening
Vial 5 = Kuning Bening
Vial 6 = Kuning Bening
Vial 7 = Kuning Bening

5 Eluen 3:7 Vial 1 = Kuning Bening 7


Vial 2 = Kuning Bening
Vial 3 = Kuning Bening
Vial 4 = Kuning Bening
Vial 5 = Kuning Bening
Vial 6 = Kuning Bening
Vial 7 = Kuning Bening (Pekat)

2. Uji KLT
Tabel 3.2

No Parameter Hasil

1 Jarak spot noda Tidak terbentuk spot

2 Jarak Eluen Tidak terbentuk spot

3 Rf -
D. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami teknik pembuatan dan
penggunaan kromatografi kolom dan dapat melakukan pemisahan kurkumin dari kunyit.
Kromatografi adalah metode pemisahan campuran senyawa berdasarkan perbedaan kecepatan
migrasi masing-masing komponen senyawa di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak.
Pemisahan secara kromatografi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas. Perbedaan kecepatan migrasi tersebut
dapat disebabkan oleh perbedaan masing-masing komponen untuk diserap atau perbedaan
distribusi di antara dua fase yang tidak saling bercampur (Meri dan Dachriyanus, 2017)

Kromatografi kolom adalah metode yang paling umum untuk pemurnian zat pada skala
preparatif. Prinsip kerja dari kromatografi kolom adalah pemisahan suatu komponen yang
didasarkan pada distribusi pada fase yang berbeda (fase gerak dan fase diam) dimana cairan yang
akan di kromatografi akan dialirkan dari tabung dan mengalir ke bawah tabung seiring dengan
mengalirnya eluen yang berdasarkan perbedaan polaritas (Fasya dkk, 2018). Senyawa akan
teradsorpsi pada daerah yang berbeda dan teradsorpsi dengan polaritas pelarut yang sesuai.
Senyawa dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi akan teradsorpsi di bagian atas dan yang
lebih rendah akan berada di bagian bawah. Dengan menambahkan pelarut di bagian atas, senyawa
terdesorbsi dan melewati kolom dan proses ini disebut elusi. Kelebihan metode kromatografi
kolom yaitu proses kromatografi kolom termasuk proses yang sederhana, tidak membutuhkan alat-
alat yang kompleks dalam melakukan metode kromatografi kolom, biaya yang dikeluarkan untuk
metode kromatografi kolom cukup murah jika dibandingkan dengan metode kromatografi lainnya.
Sedangkan kekurangannya yaitu membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan prosesnya
dan perlu dilakukan elusi secara bertahap agar semua fasa gerak yang digunakan akan habis dan
ditampung pada wadah yang berbeda.

Pada percobaan ini digunakan sampel serbuk kunyit. Kandungan kimia yang penting dari
kunyit salah satunya yaitu kurkumin (Febriawan, 2020). Kandungan kurkuminoid yang
terkandung dalam kunyit umumnya sebesar 5% meliputi kurkumin, demetoksi,
bisdemetoksikurkumin. Kurkumin merupakan komponen terbesar dari ketiga senyawa tersebut.
Senyawa kurkumin diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi. Struktur senyawa
kurkumin, demetoksi, dan bisdemetoksi adalah (Riyadi dkk., 2022)

Gambar 1
Kurkumin

Gambar 2
Demetoksikurkumin

Gambar 3
Bisdemetoksikurkumin

Tahap pertama dari percobaan ini adalah maserasi, maserasi dilakukan dengan melarutkan
serbuk kunyit dengan etanol 96%. Digunakan etanol 96% karena polaritas etanol yang sama
dengan senyawa kurkumin, alasan ini dipilih karena mengikuti prinsip like dissolve like. Selain itu,
pelarut etanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses maserasi karena
sebaran polaritas yang besar (Handoyo, 2020). Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana yang
dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa waktu pada temperatur
kamar dan terlindungi dari cahaya (Kurniawati, 2019). Prinsip dari maserasi adalah penyarian zat
aktif dengan perendaman, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan
konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi kesetimbangan
konsentrasi antara larutan di luar dan didalam sel. Selama proses maserasi dilakukan
pengadukan,lalu endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Hasrianti dkk,
2016). Maserasi dilakukan minimal 1x24 jam lalu di filtrasi. Cairan hasil filtrasi disebut filtrat,
sedangkan endapan yang tersisa disebut residu. Prinsip dari filtrasi yaitu menyaring molekul-
molekul padatan yang tercampur pada larutan. Maka tingkat kemurnian filtrat yang didapat
bergantung pada kualitas pori filter larutan. Maka, tingkat kemurnian filtrat yang didapat
bergantung pada kualitas pori filter (penyaring) yang digunakan (Ma’ruf dkk., 2021). Filtrat
kemudian dievaporasi yang bertujuan untuk menguapkan pelarut, penguapan tersebut dilakukan
untuk mendapatkan ekstrak kunyit berwarna merah bata.

Tahap kedua adalah impregnasi ekstrak yang dilakukan dengan mengambil sedikit ekstrak
lalu dilarutkan dengan aseton sedikit saja yang berfungsi untuk mengencerkan ekstrak. Setelah
terbentuk, campuran ditambahkan silika gel. Penambahan silika gel berfungsi sebagai fase diam
yang akan digunakan dalam kromatografi kolom yang bersifat polar. Setelah ditambahkan,
campuran diaduk dan didiamkan hingga kering serta diperoleh sampel kering. Silika gel berperan
dalam menyerap kelembapan dalam campuran. Tahap selanjutnya adalah preparasi kromatografi
kolom yang diawali dengan membuat variasi eluen. Eluen yang digunakan adalah n-heksana dan
etil asetat. N- heksana dipilih sebagai eluen karena senyawa n-heksana dapat mengambil senyawa
yang memiliki kepolaran rendah, sedangkan pelarut yang lebih polar seperti etil asetat digunakan
untuk mengambil senyawa yang lebih polar (Rusdi, 1990). Eluen dibuat bervariasi untuk
mengetahui perbandingan eluen mana yang dapat memisahkan senyawa secara optimal.
Perbandingan eluen n-heksana : etil asetat yang dibuat adalah 9:1 ; 8:2 ; 7:3 ; 6:4 ; dan 3:7.
Preparasi kromatografi kolom selanjutnya adalah membuat packing kolom dengan mencampur
serbuk silika gel dengan n-heksana sampai membentuk konsisten seperti bubur di luar kolom,
yaitu berupa larutan kental berwarna putih keruh. Dalam kromatografi terdapat dua metode dalam
packing kolom, yaitu packing basah dan packing kering. Packing kering adalah metode yang
dilakukan dengan silika gel sebagai fase diam dimasukkan kolom terlebih dahulu baru diberikan
fase gerak atau eluen yaitu n-heksana. Sedangkan packing basah adalah metode yang dilakukan
dengan mencampur fase diam dan fase gerak terlebih dahulu di luar kolom, lalu dimasukkan ke
dalam kolom dengan kondisi sudah menjadi bubur. Metode yang digunakan dalam percobaan ini
adalah packing basah. Bubur silika gel selanjutnya dimasukkan ke dalam kolom yang sudah diuji
kebocoran dan diberikan kapas lalu kolom sudah siap. Penggunaan kapas berfungsi membantu
penyerapan senyawa yang akan dipisahkan agar silika gel tidak turun ke luar, karena untuk
memadatkan silika gel agar tetap menjadi fase diam.
Pada tahap berikutnya, dilakukan pengujian kromatografi kolom yang diawali dengan
menguji laju alir menggunakan eluen n-heksana. Pada packing kolom tidak boleh terdapat
gelembung, karena dapat memicu terjadinya cracking. Untuk menghilangkan gelembung, kolom
dikompres dengan aseton. Sampel dimasukkan di atas bubur lalu ditambahkan eluen secara
berurutan dari yang bersifat non polar ke polar yaitu 9:1 ; 8:2 ; 7:3 ; 6:4 ; dan 3:7, sampai terbentuk
fraksi-fraksi yang memiliki volume sama antar fraksi. Pergantian eluen ditandai dengan habisnya
eluen. Eluen di dalam kolom tidak boleh habis karena bubur silika gel dapat mengalami cracking
dan pemisahan tidak sempurna. Silika gel berperan sebagai fase diam yaitu fase yang dilewati fase
gerak dan membawa komponen dari sampel, sedangkan eluen n-heksan:etil asetat berperan
sebagai fase gerak yaitu fase yang bergerak melalui fase diam dan membawa komponen yang akan
dipisahkan dari ekstrak. Penambahan eluen dilakukan secara sedikit-sedikit melewati dinding
kolom hingga menetes dari kolom. Dalam kolom yang sudah diberi sampel, terbentuk tiga warna
seperti gradasi coklat kemerahan, oranye dan kuning. Komponen yang berwarna coklat kemerahan
adalah bisdemetoksikurkumin, yang berwarna oranye adalah demetoksikurkumin dan yang warna
kuning adalah kurkumin. Didapatkan hasil pada eluen 9:1 terbentuk 8 fraksi dengan warna bening,
eluen 8:2 6 fraksi dengan warna bening tidak berwarna, pada eluen 7:3 terbentuk 6 fraksi dengan
warna jernih sedikit pucat kekuningan pada fraksi 2-6. Pada eluen 6:4 terbentuk 7 fraksi, pada
fraksi 1 warna larutan adalah bening sedikit kekuningan dan fraksi 2-7 berwarna kuning sedikit
bening. Pada eluen 3:7, terdapat 7 fraksi dimana fraksi 1-6 berwarna kuning bening, dan pada
fraksi 7 didapatkan warna kuning paling pekat. Fraksi yang digunakan untuk uji klt adalah fraksi
ke 7 pada eluen 3:7 dan fraksi ke 3 pada eluen 6:4.
Pada tahap terakhir, dilakukan identifikasi senyawa dengan KLT. Kromatografi lapis tipis
atau klt adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dan kepolarannya dengan
prinsip adsorpsi, desorpsi, dan elusi (Susanti dkk., 2017). Adsorpsi terjadi ketika larutan sampel
ditotolkan ke fase diam (plat KLT) menggunakan pipa kapiler, komponen dalam sampel akan
terabsorbsi di dalam fase diam. Desorpsi adalah ketika komponen yang teradsorpsi di fase diam
terdesak oleh fase gerak (eluen). Terjadi persaingan antara eluen dengan komponen untuk
berikatan dengan fase diam. Elusi adalah peristiwa ketika komponen ikut terbawa oleh eluen
(Husna dan Mita, 2020). Ekstrak kunyit dan fraksi kering ditotolkan pada plat klt setelah
diencerkan menggunakan aseton, lalu dielusi dalam chamber menggunakan eluen n-heksana:etil
asetat lalu ditutup dan ditunggu hingga eluen mencapai batas alat plat klt. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan Revathy et al., pada tahun 2011 yang melakukan Uji KLT isolat murni dari
kurkuminoid yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin dengan nilai Rf
setiap senyawa secara berurutan yaitu 0.75, 0.55, dan 0.27. Kurkumin memiliki 2 gugus metoksi,
demetoksikurkumin 1 gugus metoksi, sedangkan bisdemetoksikurkumin tidak memiliki gugus
metoksi. Akibatnya kepolaran bisdemetoksikurkumin menjadi lebih tinggi (rendahnya nilai Rf)
karena tidak adanya gugus metoksi. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kurkumin bersifat nonpolar,
demetoksikurkumin bersifat semi polar, dan bisdemetoksikurkumin bersifat polar. Secara umum,
adsorpsi senyawa meningkat dengan meningkatnya polaritas (yaitu semakin polar suatu senyawa
maka semakin kuat ikatannya dengan adsorben). Senyawa non- polar bergerak ke atas pelat paling
cepat (nilai Rf lebih tinggi), sedangkan zat polar bergerak ke atas pelat KLT perlahan atau tidak
sama sekali (nilai Rf lebih rendah) (Riyadi dkk., 2022).
Pada percobaan kali ini tidak didapatkan spot noda pada KLT hal itu dikarenakan
pemisahan kurang sempurna. Dikatakan sempurna jika dihasilkan spot noda pada KLT. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut yaitu gerakan noda dalam kromatografi lapis
tipis yang juga mempengaruhi harga Rf, dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada
lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Pada proses uji dengan menggunakan KLT, pada
percobaan ini tidak terbentuk pemisahan senyawa yang ditotolkan atau tidak mengalami elusi dan
tidak terbentuk noda hasil elusi sehingga tidak didapatkan nilai Rf. Hal ini dapat terjadi karena
dalam cairan hasil tersebut tidak mengandung senyawa yang dicari atau eluen yang digunakan
kurang cocok. Gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf,
dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam
pelarut. Ketika senyawa diserap pada gel silika-untuk sementara waktu proses penyerapan
berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap,
semakin kurang pula jarak yang ditempuh ke atas lempengan. Bagaimanapun, hal ini
memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika membuat kromatogram.
Dalam hal ini, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan
perubahan pH pelarut (Ayyubi dkk., 2022).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kromatografi kolom yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Mahasiswa telah mengetahui teknik pembuatan dan penggunaan kromatografi kolom.
2. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan kurkumin dari kunyit dengan menggunakan
metode kromatografi kolom yang didasarkan pada distribusi fase yang berbeda.
B. Saran
Dalam melakukan kegiatan praktikum ini, diharapkan Praktikan lebih berhati-hati, cermat,
dan tidak ceroboh dalam melaksanakan percobaan agar mendapat hasil yang baik dan menghindari
kesalahan. Pada percobaan selanjutnya diharapkan Lab kimia memiliki alat yang cukup untuk
praktikum sehingga semua kelompok dapat melakukan praktikum sebagaimana harusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al Ayyubi, N.S., Alawiy, M.T. and Sugiono, S.2022. Sistem Monitoring Pengukur Ketinggian
Zat Cair Pada Hasil Kromatografi Kolom Menggunakan HC-SR04 yang Dimodifikasi.
Science Electro, 15(1): 84-92.
Cintya, H., Chan, M.A., Purba, A., Kokita, T., Destinyie, F., Bernardi, W.2021. Isolasi Kurkumin
dari Kunyit Putih dengan Menggunakan Metode Maserasi dan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT). Jurnal Pro-Life, 9(3):213.
Fasya, A.G., Tyas, A.P., MUbarokah, F.A., Ningsih, R., Madjid, A.D.R. 2018. Variasi Diameter
Kolom dan Rasio Sampel-Silika pada Isolasi Steroid dan Triterpenoid Alga Merah
Eucheuma cottonii dengan Kromatografi Kolom Basah. Jurnal Kimia, 6(2):57-64
Handoyo, D., L., Y. 2020. Pengaruh Lama Waktu Maserasi (Perendaman) Terhadap
Kekentalan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle). Jurnal Farmasi Tinctura, 2(1):34-41.
Hasrianti., Nurrahmah., dan Nurasia.2016. Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah dan Asam Asetat
Sebagai Pengawet Alami Bakso. Jurnal Dinamika, 7(1):20-21.
Husna, F., Mitas, S.R.2020.Identifikasi Bahan Kimia Obat Dalam Obat Tradisional Stamina Pria
Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Farmaka, 18(2):16-25.
Jiang, T., Ghosh, R., & Charcosset, C. 2021. Extraction, Purification and Applications of
Curcumin From Plant Materials-A Comprehensive Review. Trends in Food Science and
Technology, 112(2020), 419–430.
Kurniawati, A.2019. Pengaruh Jenis Pelarut Pada Proses Ekstraksi Bunga Mawar dengan Metode
Maserasi Sebagai Aroma Parfum. Journal Of Creativity Student, 2(2):1-8.
Ma’ruf., Subagyo, R., Iswara, H., Ghofur, A., Chandra, M.I., dan Rusdinoor, M.2021. Studi
Simulasi Filtrasi Pada Formasi Tiga Jenis Ukuran Membran Berbeda Dengan Variasi
Kecepatan dan Tekanan. Elemen Jurnal Teknik Mesin, 8(1):8-9.
Mbese, Z., Khwaza., Vuyolwethu, K.A.BA.2019. Curcumin and its derivatives as potential
therapeutic agents in prostate, colon and breast cancers. Molecules, 24(23):58-67.
Meri., Susanti., dan Dachriyanus. 2017. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Padang : Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Andalas.
Qian, H.L., Yang, C.X., Wang, W.L., Yang, C., Yan, X.P.2018.Advances in covalent organic
frameworks in separation science.
Riyadi, S.A., Abdullah, F.F., Fadhila, F. dan Assidiqiah, N. 2022. Anticancer Activity Of
Curcuminoids Against B16-F10 Melanoma Cell Lines. Jurnal Ilmiah Farmaka Bahari,
13(2):152-154. Journal Of Chromatography, 1542(2018):1-8.
Rusdi. 1990. Tetumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas
Andalas.
Shan, C.Y., Iskandar, Y. 2018. Studi Kandungan Kimia dan Aktivitas Farmakologi Tanaman
Kunyit (Curcuma longa L.). Suplemen, 16(2): 547-555.
Susanti, A.D., Sediawan, W.B., Wirawan, S.K., Budhijanto.2017.Penentuan Pelarut untuk
Adsorpsi Oryzanol dari Minyak Bekatul dengan Investigasi Kromatografi Lapis Tipis
(Thin Layer Chromatography). Equilibrium, 16(2): 58-63.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Dielusi dalam chamber KLT Uji sinar UV Plat KLT

Eluen 3:7;6:4 Hasil Impregnasi ekstrak kunyit Kromatografi Kolom

Hasil Fraksi
PERHITUNGAN
● Pembuatan Eluen n-Heksana: Etil Asetat
1) 9:1
9
n-Heksana = 10 × 30 = 27 𝑚𝑙
1
Etil asetat = 10 × 30 = 3 𝑚𝑙

2) 8:2
8
n-Heksana = × 30 = 24 𝑚𝑙
10
2
Etil asetat = 10 × 30 = 6 𝑚𝑙

3) 7:3
7
n-Heksana = 10 × 30 = 21 𝑚𝑙
3
Etil asetat = 10 × 30 = 9 𝑚𝑙

4) 6:4
6
n-Heksana = 10 × 30 = 18 𝑚𝑙
4
Etil asetat = 10 × 30 = 12 𝑚𝑙

5) 3:7
3
n-Heksana = 10 × 30 = 9 𝑚𝑙
7
Etil asetat = 10 × 30 = 21 𝑚𝑙

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡


● Rumus Rf = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛

= Tidak dihasilkan Rf

You might also like