Professional Documents
Culture Documents
Kemiskinan Dalam Perspektif Sosiologi
Kemiskinan Dalam Perspektif Sosiologi
Abstract
This paper describes the social and cultural situation of Pematang Gubernur Village, Muara Bangka
Hulu Sub-district, Bengkulu City. Formerly, this area belongs to Suku Lembak who lived in Tanjung
Agung and Tanjung Jaya village. The population of Pematang Gubernur has increased along with the
establishment of Bengkulu University housing and the relocation of government office of Bengkulu
City to Muara Bangka Hulu Sub-district. Based on the sociological analysis, Suku Lembak becomes a
minority group in their own territory and as a minority, they are no longer able to carry out their
customs and traditions, in contrast, the migrants that have become majority group, in fact, can apply
their traditions and rituals from their origin. This research found that the social structure of
Pematang Gubernur Village is seeking its ideal format. The community of the village is diverse and live
in different groups based on housing complex and kampong. This makes the community divided and
trapped in the situation in which the interaction between groups is limited. This also makes the
community of Padang Gubernur has a narrow perspective in understanding poverty by seeing it as
merely a problem of success and failure in pursuing the career and business of their neighbors. They
also have narrow self-orientation and non-competitive capacities.
Artikel ini secara sosiologis mendeskripsikan kondisi sosial budaya Kelurahan Pematang
Gubernur, Kecamatan Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu. Karakter daerah ini menarik diteliti
karena dulunya merupakan kebun milik Suku Lembak yang tinggal di desa Tanjung Agung dan
Tanjung Jaya, Kota Bengkulu. Jumlah warganya kian meningkat seiring berdirinya perumahan
Universitas Bengkulu, dan perpindahan pusat perkantoran Kota Bengkulu ke kecamatan Muara
Bangka Hulu. Berdasarkan analisis sosiologis, masyarakat Suku Lembak menjadi minoritas di
wilayahnya sendiri, hukum adat tidak berlaku. Warga pendatang menjalankan ritual adat daerah
asalnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial masyarakat Kelurahan Pematang
Gubernur masih mencari bentuk yang ideal, Masyarakatnya sangat heterogen dan menetap secara
berkelompok dalam bentuk perumahan dan perkampungan. Masyarakat menjadi terbelah,
terkotak-kotak, dan terperangkap dalam wilayah interaksi yang terbatas. Situasi ini membuat
mereka berpikir sempit dalam memaknai arti kemiskinan. Mereka mengukur kemiskinan
berdasarkan keberhasilan dan kegagalan dalam karir dan usaha tetangganya. Mereka memiliki
orientasi diri sempit, sehingga kurang kompetitif dari kemampuan yang dimilikinya.
Tabel 1.
Konseptualisasi dan Operasional Penelitian
Aspek
Subyek yang diteliti Konseptualisasi Operasional
Penelitian
Ukuran - Penduduk asli Suku Lembak - Struktur sosial - Penguasaan lahan
Kemiskinan - Pendatang lokal dari berbagai - Sistem sosial - Pemilikan rumah
kabupaten yanga ada di - Nilai sosial - Penguasaan barang industri
Bengkulu - Pekerjaan/pendapatan
- Pendatang dari luar Propinsi - Pangkat jabatan
Bengkulu - Prestise/kebanggaan
Perspektif - Cara pandang berdasarkan - Pola interaksi - Ruang bergaul/ bersosialisai
sosiologi keilmuan sosiologi - Mobilitas sosial - Intensitas perjalanan di luar
- Orientasi sosial kota
- Makna sosial - Pembanding keberhasilan
hidup
- Ukuran keberhasilan bagi
masyarakat
Sosiologi sebagai ilmu yang berdiri sendiri ini dipakai untuk menemukan makna ke-
menawarkan suatu cara pandang dalam me- miskiann dalam perspektif sosiologis menurut
lihat realita sosial. Cara kerja sosiologi sebagai warga masyarakat Pematang Gubernur.
ilmu murni selalu berdasarkan pengamatan di
lapangan (empiris), dan secara teoritis selalu Dinamika Sosial
berusaha menyusun abstraksi dari hasil Terbukanya wilayah baru ternyata me-
observasi, teori-teori yang ada dikembangkan miliki cerita tersendiri dimana kehadiran para
(kumulatif). Sosiologi tidak mempersoalkan pendatang selalu mengajak saudara atau
baik dan buruk, tetapi menjelaskan fakta kawan, dan hasil survey menunjukkan bahwa
secara analistis sebagai bentuk pengembangan banyak responden yang menyatakan awal
ilmu murni (non etnis). Sesuai dengan kehadirannya karena diajak membeli kebun,
pendapat Robert Friedrikchs (dalam Ritzer tanah kaplingan dan perumahan. Secara
2009) bahwa pokok persoalan setiap disiplin sosiologis kelompok yang ada sekarang se-
ilmu memiliki ketetapan yang dapat dijamin sungguhnya adalah komunitas yang sudah
kebenarannya sehingga hasilnya dapat mapan karena terbukti sudah mampu
diterima secara umum. Selain itu, Durkheim membeli tanah atau rumah.
(dalam Ritzer 2009) secara tegas mem-
Masyarakat Pematang Gubernur secara
bedakan objek kajian sosiologi dengan objek
umum sangat dinamis, selalu ada perubahan
kajiana disilin ilmu lainnya. Ia mengatakan
bahwa fakta sosial sebagai pokok persoalan dan pertumbuhan, para pendatang rata rata
yang harus dipelajari oleh disiplin sosiologi. adalah keluarga muda yang mulai berkarir dan
berusaha untuk menyongsong masa depan.
Tetapi sejumlah tulisan di awal tidak men-
Kalau dirunut dari awal sampai sekarang
jadikan warga masyarakat Pematang
tentunya bisa ditemukan orang orang yang
Gubernur sebagai subjek penelitian. Maka dari
bisa dinyatakan berhasil dalam karir dan
ini tulisan ini tentunya menjadi berbeda
dengan tulisan sebelumnya yang mengulas ekonomi.
tema kemiskinan. Tulisan ini menjadikan Jika menggunakan teori dinamika sosial,
warga masyarakat Pematang Gubernur Kota untuk mengkaji masyarakat menjadi sangat
Bengkulu yang heterogen dan dinamis sebagai luas karena menyangkut perubahan sosial
lokusnya. Sehingga tulisan ini tentu menjadi yang terjadi. Seperti yang dijelaskan Selo
berbeda dengan tulisan terdahulu. Tulisan ini Soemardjan dalam (Soekanto 2013) bahwa
lebih fokus pada bagaimana memahami perubahan yang terjadipada masyarakat dapat
ukuran kemiskinan pada warga masyarakat berupa perubahan-perubahan nilai-nilai sosial,
pematang gubernur dari perspektif sosiologis. norma-norma yang berlaku di masyarakat,
Sejumlah konsep kunci dalam studi sosiologi pola-pola perilaku individu dan organisasi,
menjadi kerangka dalam menjelaskannya susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-
seperti struktur sosial, nilai sosial, interaksi lapisan maupun kelas-kelas dalam masyara-
kat, kekuasaan, dan wewenang.
dan mobilitas sosial. Konsep-konsep sosiologis
yang dicapai setiap keluarga, hasilnya ada Seluruh masyarakat kelurahan Pematang
perubahan bangunan rumah, memiliki ken- Gubernur secara administrasi terikat penuh
daraan pribadi dan menguasai produk industri sebagai warga negara yang patuh terhadap
yang bisa dijadikan simbol status dalam pemerintah daerah yang ditata secara lang-
lingkungnnya. sung oleh Lurah, RW dan RT. Akan tetapi
dalam kesehariannya warga kelurahan
Lembaga Sosial Pematang Gubernur dikendalikan oleh tata
Istilah lembaga (institution) banyak diguna- aturan berdasarkan kebiasaan dan kesepakat
kan untuk menggambarkan praktik-praktik yang dikemas dalam hukum adat dan agama.
sosial yang berulang secara teratur dan terus- Bukti lapangan menunjukkan bahwa interaksi
menerus, didukung dan dipelihara oleh yang berlangsung antar warga dapat
norma-norma sosial, dan memiliki signifikansi dikatakan sangat individual sesuai dengan
yang besar dalam struktur sosial (Aber- bidangnya, tetapi untuk kebersamaan sangat
crombie et al. 2010: 280). Sejalan dengan diwarnai dengan toleransi dan tenggang rasa
berkumpulnya individu dalam kelompok yang yang sangat kuat.
membentuk masyarakat tentunya meng- Hasil penelitian menunjukkan bahwa lem-
inginkan kenyamanan, keamanan, dan keber- baga sosial yang ada dalam masyarakat
samaan yang diikat dalam bentuk kesepakat Pematang Gubernur masih dalam proses
bersama dalam wadah lembaga sosial. Itu penyesuaian untuk mencari bentuk. Fakta
semua untuk mengatur tata cara dalam lapangan membuktikan bahwa setiap ada
melakukan hubungan antar manusia guna masalah antar warga selalu diselesaikan
mencapai tujuan bersama yang teratur dan dengan cara kesepakatan bersama.
seimbang.
Lembaga adat secara resmi sudah dibentuk
Para sosiolog telah mengidentifikasikan berdasarkan peraturan pemerintah, tetapi
setidaknya ada lima kompleks lembaga, yang dalam masyarakat belum memiliki ketetapan
meliputi (Abercrombie et al. 2010: 280): 1) mengikat karena setiap warga masih menge-
Lembaga ekonomi berfungsi untuk mem- depankan budaya asal, sedangkan yang
produksi dan mendistribusikan barang dan berkait dengan masalah lembaga agama bisa
jasa. 2) Lembaga politik mengatur penggunaan dinyatakan sudah mapan dan berjalan dengan
dan akses terhadap kekuasaan. 3) Lembaga baik, karena segala macam aturan sudah ada
stratifikasi menentukan distribusi posisi dan dan baku, sehingga bagi yang beda agama
sumber daya. 4) Lembaga kekerabatan ber- cukup menyesuaikan diri.
urusan dengan pernikahan, keluarga, dan
sosialisasi kaum muda. 5) Lembaga kebudaya- Perspektif Sosial
an menaruh perhatian pada aktifitas keagama- Memahami masalah perspektif sosial tentu-
an, keilmuan, dan kesenian. nya menjadi sangat mudah kalau pem-
bangunan fasilitas sosial dan fasilitas umum geliat perekonomian di Pematang Gubernur.
berkembang dengan cepat sehingga menjadi Salah satunya adalah harga kampling tanah
daya tarik tersendiri. Semua persyaratan yang melambung tinggi.
ditetapkan untuk menjadi daerah maju sudah
tercukupi di Kelurahan Pematang Gubernur.
Norma dan Nilai
Kondisi yang nyata ada, segala kebutuhan Norma (norm) adalah harapan bersama
rumah tangga bisa dapat terpenuhi tanpa tentang perilaku yang pantas yang berfungsi
harus keluar dari wilayah kelurahan, demikian sebagai pedoman umum tiap-tiap individu
juga untuk pendidikan anak dari PAUD, SD berinteraksi sosial dalam masyarakat (Aber-
SMP, SMA dan Perguruan Tinggi semua bisa crombie et al. 2010: 384). Kepatuhan terhadap
dijangkau dengan mudah dan cepat. norma-norma bersama, akan menampilkan
perilaku manusia (individu) yang teratur.
Posisi Kelurahan Pematang Gubernur
Sedangkan nilai (value) adalah nilai umum
sangat menguntungkan kalau dilihat dari jalur
yang bersifat stabil yang dianggap sah dan
transportasi, menuju ke pusat kota yang
mengikat kehidupan bersama dan dijadikan
berjarak hanya 9 km, dan ke pusat Ibu kota
standar bertindak (Abercrombie et al. 2010:
Propinsi 12 km. Sedangkan untuk menuju ke
260). Norma dan nilai sedikit banyak memiliki
seluruh kabupaten yang ada di Propinsi
Bengkulu relatif lancar tidak ada hambatan. pengertian yang mirip dalam pemahaman
Situasi yang lebih menguntungkan lagi adalah sosiologis. Norma-norma sosial mengandung
wilayah kelurahan dilewati jalur penghubung nilai-nilai ideal yang dimiliki masyarakat
lintas barat Pulau Sumatera, dari Aceh sampai dalam kehidupan bersama. Nila-nilai ideal
Lampung. yang telah disepakati bersama ini, kemudian
bersifat mengikat tiap-tiap individu dalam ber-
Kondisi geografisnya sangat tepat untuk
tidak, sehingga menjadi norma umum dalam
dijadikan sebaga lokasi pusat hunian, meng-
kehidupan bersama.
ingat kontur tanah berbukit-bukit, otomatis
seluruh limbah bisa langsung turun mengalir Kaidah norma yang ada di masyarakat
dengan cepat menuju ke laut, maka dapat merupakan perwujudan nilai-nilai yang dianut
dijamin tidak akan ada banjir. Dengan kondisi oleh masyarakat, dijadikan patokan dalam
wilayah yang relatif bagus untuk pusat bentuk tata cara, kebiasaan dan prilaku dalam
pengembangan, maka sejak tahun 2015 berinteraksi sosial, keberadaannya bersifat
seluruh layanan perkantoran Kota Bengkulu mengikat bagi induvidu dan kelompok untuk
berangsur-angsur dipindahkan ke desa dilaksanakan. Menurut Robert M.Z. Lawang
Bentiring yang berlokasi bersebelahan dengan Lawang (1985), nilai adalah gambaran me-
wilayah kelurahan Pematang Gubernur. ngenai apa yang diinginkan, sehingga pantas,
Perpindahan komplek perkantoran Kota dihargai dan dapat mepengaruhi perilaku
Bengkulu berdampak terhadap meningkatnya sosial orang lain. Norma dan nilai dalam
Secara sosiologis kegagalan dan keber- Bagi yang berhasil dianggap kaya dan yang
hasilan yang dialami oleh setiap anggota gagal dianggap miskin, dan ukuran demikian
masyarakat fungsional adanya, karena ke- sejalan dengan teori konflik Ralp Dahrendorf
hidupan masyarakat sesungguhnya saling dalam George Ritzer (2009) bahwa masya-
tergantung satu sama lain dan menyatu dalam rakat senantiasa berada dalam proses
keseimbangan, sehingga setiap peran yang ada perubahan yang ditandai oleh pertentangan
fungsional bagi masyarakat. Pada kenyata- yang terus menerus diantara unsur-unsurnya.
annya secara individu menjadi berbeda, Pemahaman demikian menjadi berbeda kalau
terutama bagi keluarga miskin, bahwa dihubungkan dengan konsep hidup bersama
persoalan yang dihadapi bukan hanya sebatas dalam bermasyarakat sebagaimana dikatakan
memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi masa Mack Ever dalam George Ritzer (2009) bahwa
depan anak jauh menjadi lebih penting, jika masyarakat sebagai suatu sistem dari cara
gagal dalam mengupayakan masa depan anak kerja dan prosedur, otoritas dan saling bantu
sama halnya mewariskan kemiskinan. membantu.
Ketidakmampuan seseorang dalam me- Maka teori yang paling tepat untuk mem-
rubah nasib selalu diwarnai dengan bedah realita sosial masyarakat Pematang
berubahnya sikap dan prilaku hidup sehari-
Gubernur adalah teori struktur fungsional
hari yang mengarah pada budaya miskin,
Robert K. Merton. Merton dalam George Ritzer
sehingga masyarakat umum beranggapan
(2009) menyebutkan bahwa masyarakat me-
bahwa masyarakat miskin adalah kelompok
rupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas
manusia malas yang tidak mau kerja keras.
bagian-bagian atau elemen yang saling berkait
Ukuran Kemiskinan dan menyatu dalam keseimbangan. Sejalan
dengan kondisi terbentuknya kelurahan yang
Sejalan dengan sifat kelompok sosial selalu
diawali dari hadirnya para pendatang yang
mempunyai cara pandang yang sama dalam
memiliki kesamaan ikatan suku dan agama
memahami pokok persoalan. Menurut George
menempati wilayah teritorial yang sama maka
Caspar Homans dalam Herman Arisandi
dapat dipamahi mereka merasa senasib
(2015), kelompok sosial merupakan sejumlah
sepenanggungan diperantauan.
individu yang berkomunikasi satu dengan
yang lain secara langsung dan jumlahnya tidak Fase berikutnya adalah terbentunya ikatan
terlalu banyak, sedangkan komunitas adalah budaya yang mengarah pada kesamaan
relasi pribadi yang erat dalam interest atau pandang tentang nilai dan norma yang dijadi-
values.Masyarakat Pematang Gubernur me- kan ukuran dalam hidupnya. Hasil wawancara
miliki sejarah yang hampir sama, sebagai secara umum dapat disimpulkan sebaga
keluarga baru yang datang dan bersama sama berIkut: 1) Kelompok masyarakat Suku jawa
untuk meniti karir dan usaha, namun pada yang menghuni Dusun Sidho Dadhi meng-
akhirnya memiliki nasib yang berbeda. utamakan kualitas bangunan tempat tinggal
dan berapa banyak bisa pulang ke daerah asal. demikian juga dalam membentukukuran
2) Kelompok masyarakat Suku Batak yang orang kaya dan orang miskin lebih ditetapkan
menghuni wilayah dusun Medan Baru lebih berdasarkan tetangga, karena dalam pandang-
mengutamakan berapa penghasilan yang bisa an sosiologis manusia memiliki ruang batas
dikumpulkan. 3) Kelompok masyarakat Suku interaksi yang membelenggu cara berfikir
Serawai dusun Pematang gubernur ukurannya dalam hidupnya.
adalah luas kebon sawit yang dimiliki dan hasil
yang diperoleh. 4) Kelompok masyarakat Suku Kajian Sosiologis
Minang keberadaannya tersebar diseluruh Berdirinya Kecamatan Muara Bangkahulu
dusun yang ada, ukurannya adalah per- dan Universitas Bengkulu tahun 1982 menjadi
kembangan usaha yang dicapai dan berapa kutub pertumbuhan (growth pole) penduduk
harta yang bisa dikumpulkan. 5) Warga pe- dan pembangunan fisik yang relatif lebih cepat
rumahan UNIB ukurannya adalah tingkat dibanding daerah lain yang sama-sama berdiri.
pendidikan dan karir yang pernah dicapai. 6) Kehadiran para pendatang secara fisik bisa
Kelompok masyarakat Suku Lembak ukuran- dalam bentuk individu atau kelompok, namun
nya berapa luas tahan yang pernah dikuasai pada dasarnya memiliki harapan yang hampir
dan berapa uang yang pernah dimiliki saat sama yaitu ingin ada perubahan yang lebih
menjual tanah. 7) Warga perumahan umum baik dibanding di daerah asal, dan hasil survey
yang berdiri di wilayah kelurahan Pematang mendapat data tentang latar belakang pen-
Gubernur) masih belum nampak ukurnya datang sebagai berikut: 1) Program Pe-
karena rata-rata keluarga muda. 8) Satu lagi merintah. 2) Mendekati tempat kerja. 3) Mem-
beli tanah kaplingan. 4) Membeli perumahan.
kelompok mapan yang datang membeli tanah
5) Mengembangkan usaha, dan lain-lain.
dan rumah sekedar untuk investasi.
Di tingkat kelurahan para pendatang yang
Sesuai dengan teori kelompok yang di-
menempati wilayah baru dihadapkan dengan
kemukakan Ferdinand Tonnis dalam Kamanto
masalah penyesuaian diri dengan sesama pen-
Sunarto (2004) bahwa setiap induvidu yang
datang, antara lain karena latar belakang suku,
tegabung dalam kelompok secara sosiologis
budaya, agama dan perilaku yang berbeda,
dapat diketahui kesamaan sikap dan prilaku-
namun secara sosiologis menguntungkan.
nya terutama dalam mejaga memelihara dan
Adapun hasilnya sebagai berikut: 1) Menge-
memepertahan norma nilai yang disepakakti.
tahui cara berinteraksi dengan induvidu atau
Maka dengan mudah dapat dipetakan kelompok. 2) Bisa hidup dalam kelompok dan
orientasi kelompok dalam memahami makna tradisi yang berbeda. 3) Ikut membentuk
hidup dan kehidupannya. norma dan nilai. 4) Ikut serta dalam memecah-
Sejalan dengan ciri pembentukan sikap kan permasalahan sosial. 5) Mendapat ke-
dalam kelompok,dapat rumuskan bahwa sadaran hidup saling membutuhkan. 6) Bisa
setiap induvidu akan hanyut dalam kelompok, mensyukuri hasil yang sekarang bisa dinikmati.