You are on page 1of 30

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BALITA DAN ANAK USIA PRASEKOLAH


PADA BAYI Y USIA 2 BULAN 12 HARI DENGAN KEBUTUHAN
IMUNISASI DASAR PENTAVALEN I DAN IPV I DI PMB APPI AMELIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Holistik Pada Neonatus, Bayi,
Balita, Dan Anak Pra Sekolah (BD7006)

Oleh:

ANJALI SHAKILA
NIM: P07124522010

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022

1
2
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan
komprehensif ini. Penulisan laporan komprehensif ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktik Kebidanan Holistik
Pada Neonatus, Bayi, Balita, Dan Anak Pra Sekolah di Program Studi Pendidikan
Profesi Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Laporan
komprehensif ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. DR.Yuni Kusmiyati, S.ST, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
3. Nanik Setiyawati,SST,Bdn,M.Kes selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Bidan
4. Chatrine Aprilia H, S.Tr.Keb, Bdn selaku pembimbing akademik
5. Yulia Sriati Rismintari.,S.ST., Bdn., S. PD., M. Sc, selaku pembimbing klinik

6. Serta semua rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.


Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan komprehensif ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak.

Yogyakarta, Oktober 2022

Penulis

iv
DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN KOMPREHENSIF
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Manfaat
BAB II KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Kasus
B. Teori
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian..................................................................................................13
B. Analisis......................................................................................................14
C. Penatalaksanaan.........................................................................................14
BAB IV (PENUTUP)
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAPORAN KOMPREHENSIF

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia saat ini mengalami tiga masalah kesehatan sekaligus (Triple
Burden Health Problem) yaitu tingkat penyakit infeksi masih tinggi (TBC,
HIV, Malaria, ISPA dll), tingkat penyakit tidak menular (PTM) semakin
meningkat (Stroke, Hipertensi, Diabetes Melitus, dll) dan muncul kembali
penyakit emerging (SARS, COVID-19) dan re-emerging (difteria, polio, dll).
Ancaman dari Triple Burden Heath Problem yaitu penduduk usia produktif
dengan jumlah besar seharusnya memberikan kontribusi pada pembangunan,
kontribusi tersebut terancam akibat terganggunya Kesehatan oleh PTM dan
perilaku hidup sehat. Kemudian beban biaya yang harus ditanggung negara
melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan makin membengkak akibat
Penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan perilaku sehat. Salah satu
upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
yaitu dengan memberikan imunisasi pada bayi dan anak balita serta ibu
hamil.(Kemenkes RI, 2020)
Imunisasi adalah suatu upaya pemberian kekebalan kepada seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit. Seseorang yang mendapatkan imunisasi
berarti telah diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan. (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) tahun 2018 ada
sekitar 20 juta anak di dunia yang tidak mendapatkan imunisasi
lengkap,bahkan ada yang tidak mendapatkan imunisasi sama sekali .Padahal
untuk mendapatkan kekebalan komunitas ( herd Imunity) dibutuhkan cakupan
imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata.Akan tetapi ,saat ini
masih banyak anak Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi

1
lengkap.Bahkan ada pula anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi
sama sekali sejak lahir.
Lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal setiap tahunnya karena
penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Dalam Global
Vaccine Action Plan (GVCAN) tahun 2011-2020 yang dpublikasikan oleh
World Health Organization ( WHO) imunisasi dapat mencegah 2,5 juta
kematian setiap tahun. Apabila individu mendapatkan imunisasi maka
individu tersebut dapat terlindungi dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I) seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus,
hepatitis-B, serta pneumonia. Anak-anak yang telah diimunisasi memiliki
kesempatan lebih baik untuk berkembang dan mewujudkan potensi mereka
dan keuntungan tersebut semakin meningkat dengan melakukan imunisasi
ulangan pada masa remaja dan dewasa. Imunisasi termasuk bagian dari paket
komprehensif intervensi untuk pencegahan dan pengendalian penyakit,
sehingga merupakan investasi untuk masa depan dunia
DIY merupakan provinsi yang memiliki tingkat pencapaian kinerja
program imunisasi terbaik di Indonesia. Sejak tahun 2012, seluruh desa
(100%) yang ada di DIY telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal
Coverage Immunization). UCI adalah suatu indikasi yang menggambarkan
bahwa 90% penduduk di desa tersebut telah menjalankan imunisasi ( Profil
Kesehatan DIY,2020)
Target cakupan imunisasi di DIY adalah 95% dan telah terpenuhi untuk
wilayah DIY dimana hasil laporan menunjukkan bahwa cakupan semua
imunisasi tahun 2020 sudah memenuhi target karena sudah berada di atas
angka 95%. Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat dari jumlah
kasus berbagai penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain
campak, polio, postusis, dan tetanus neonatum. Pada tahun 2020, tidak
ditemukan kasus campak dan tetanus neonatum di DIY. Cakupan imunisasi
dasar lengkap tahun 2020 di Kabupaten Kulon Progo (98%), Kabupaten
Bantul (96,8%), Kabupaten Gunung Kidul(96,9%), Kabupaten Sleman
(96,3%), Kota Yogyakarta (96,2%). (Profil Kesehatan DIY,2020)

2
D.I. Yogyakarta menjadi satu diantara 4 provinsi yang melakukan
imunisasi pentavalen. Vaksin pentavalen adalah vaksin DPT-HB ditambah
Hib. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ini antara lain difteri,
batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak
(meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib
(Haemophylus influenza tipe B)Menurut GVAN cakupan vaksin pentavalen
diproyeksikan untuk bergerak dari 50% pada tahun 2011 menjadi lebih dari
90% pada tahun 2020.
Inactivated Poliovirus Vaccine (IPV) adalah vaksin yang tidak aktif tetapi
bukan vaksin 'hidup' yang dilemahkan, yang terdiri dari ketiga strain virus
polio tipe liar, sehingga tidak membawa kemungkinan untuk muncul kejadian
buruk yang jarang tetapi serius karena mutasi genetik dan rekombinasi selama
replikasi virus Oral Poliovirus Vaccine (OPV) yang dilemahkan di usus.
Menurut Tang G tahun 2018 Virus vaksin dengan cepat mengakumulasi
mutasi dan pengaturan ulang genetik seperti itu, kembali ke neurovirulensi
dan penularan. Berdasarkan data surveilans dan imunisasi tahun 2020,
cakupan IPV di Indonesia menunjukkan peningkatan di setiap tahun sejak
diperkenalkan pada tahun 2016, namun secara nasional tren cakupan IPV
masih kurang dari 80%.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan
kebidanan holistik pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu  melaksanakan asuhan kebidanan secara holistik pada neonatus,
bayi, balita, dan anak pra sekolah
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada kasus Bayi Y dengan
kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data Subjektif dan data objektif pada Bayi Y dengan
kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.

3
c. Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi
pada Bayi Y dengan kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.
d. Mahasiswa dapat menentukan kebutuhan segera pada Bayi Y dengan
kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.
e. Mahasiswa dapat menentukan perencanaan tindakan pada Bayi Y dengan
kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.
f. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani Bayi Y
dengan kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.
g. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani Bayi Y
dengan kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen 1 dan IPV 1.
C. Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada Neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
2. Manfaat praktis
a. Bagi mahasiswa profesi bidan poltekkes kemenkes yogyakarta
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
yang akan diberikan pada imunisasi dasar pentavalen 1 dan ipv 1.
b. Bagi pmb appi ammelia
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan
konseling, informasi dan edukasi (kie) tentang imunisasi dasar
pentavalen 1 dan ipv 1.
c. Bagi orang tua di wilayah kerja pmb appi ammelia
Diharapkan menambah pengetahuan tentang imunisasi dasar
pentavalen 1 dan ipv 1.

4
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

A. Kajian Kasus
Pada pengkajian kasus ini yaitu pasien atas nama By. Y umur 2 bulan
12 hari datang ke PMB bersama Ibu dan diantar oleh ayahnya ,untuk
imunisasi pentavalen I dan IPV I pada tanggal 18 Oktober 2022 pukul 09.00
WIB. Dari hasil anamnesa pasien tinggal di Bibis. Mengatakan hari ini
jadwal imunisasi anaknya namun belum mengetahui manfaat imunisasi yang
akan diberikan kepada anaknya. Riwayat persalinan: 8 Agustus 2022 jenis
kelamin perempuan, berat lahir 3200 gram, panjang badan 50 cm, tempat
lahir di praktik bidan mandiri, lahir normal spontan. Bayi telah dilakukan
IMD selama 1 jam, telah diberikan salep mata, vitamin K dan Imunisasi
Hepatitis B0. Kemudian riwayat imunisasi sebelumnya yaitu Imunisasi BCG
sudah dilakukan pada tanggal 12-09-2022 . Ny. H mengatakan bahwa
bayinya hanya diberikan ASI tanpa ada makanan tambahan. Ibu menyusui
bayinya setiap 2 jam atau jika anaknya terlihat mau menyusu, Hasil skrening
anak tidak mengalami batuk,pilek,demam ,tidak ada sesak nafas.Dari
keluarga tidak ada yang sakit batuk,pilek,demam,tidak ada riwayat perjalanan
dari luar kota,tetangga tidak ada yang isolasi mandiri
Hasil pemeriksaan TTV dan pemeriksan fisik didapatkan N:
100kali/menit, R: 36 kali/menit, S: 36,6oC, BB: 5,7 kg, TB: 57 cm, bayi N
tampak menggerakan tangan dan kakinya, Bayi juga bisa menggerakan
kepala dari kiri ketengah maupun dari kanan ke tengah, bayi juga bisa
melihat dan menatap wajah saat diajak bicara.
Diberikan konseling mengenai tujuan pemberian imunisasi pentavalen
dan Imunisasi IPV. Konseling menengai efek samping atau kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI).

5
B. Teori
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
2. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung
terlihat. Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka
kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat
memberikan perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan
perlindungan kepada populasi Imunisasi adalah paradigma sehat dalam
upaya pencegahan yang paling efektif (Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat
memberikan perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya
imunisasi dapat memberikan perlindunga kepada indivudu dan mencegah
seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.
3. Macam-Macam Imunisasi
Menurut (Mulyani dan Rinawati, 2018) imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika
terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh
imunisasi aktif adalah iminisasi polio atau campak.
b. Imunisasi pasif

6
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
memberikan zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu
proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang
didapat bayi dari ibu melalui plasenta ) atau binantang (bisa ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh
yang terinfeksi. Contoh Imunisasi pasif adalah penyuntikkan ATS (Anti
Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh
lain adalah terdapat pada bayi baru lahir yang menerima berbagai jenis
antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama kandungan,
misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif yaitu kekebalan
yang diperoleh karena orang tersebut mendapatkan zat anti dari luar.
Dengan demikian dikatakan imunisasi pasif bila yang disuntikan adalah
serum imun. Serum imun mengandung antibodi yang telah dibuat aktif
oleh makhluk hidup. Bila serum imun disuntikkan pada individu lain.
Maka aseptor akan menerima sejumlah antibodi yang dipakai. Jadi
sistem imunologi tubuh aseptor tidak terangsang untuk mengadakan
respon imunologi berupa pembentukan antibodi.
4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2016), penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi yaitu :
a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B,
difteri, campak rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella
(congenital rubella syndrome/CRS)
b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia
(radang paru), meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan
pemberian imunisasi pada penyakit tersebut karena kejadian di
Indonesia masih cukup tinggi dapat dilihat dari banyaknya balita yang
meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I)
c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu

7
5. Jenis-Jenis Imunisasi
Berdasarkan sifat penyelenggaranya, imunisasi dikelompokkan
menjadi imunisasi wajib dan imunisasi pilihan. (Permenkes RI No 12 tahun
2017). Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhan dalam rangka
melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
menular tertentu. Sedangkan imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang
dapat diberikan dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit
menular tertentu. Imunisasi wajib terdiri dari:
a. Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus menerus sesuai jadwal, imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1
tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas: Bacillus Calmette Guerin (BCG),
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B- Hemophilus Influenza type B
(DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada bayi baru lahir, Polio dan Campak.
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan
tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan yang
diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (batita) yaitu imunisai DPT-
HB-HIB dan campak, anak usia sekolah dasar diberikan pada Bulan
Imunisasi Anak Sekolah yaitu imunisasi penyakit campak, tetanus dan
difteri dan wanita usia subur (TT).
b. Imunisasi tambahan
Imunisasi ini diberikan pada kelompok umur tertentu yang berisiko terkena
penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu
c. Imunisasi khusus
Imunisasi yang dilakukan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit
tertentu, misalnya dalam persiapan keberangkatan calon Jemaah haji
dilakukan imunisasi Meningitis Meningokokus, demam kuning, dan
imunisasi VAR.
d. Imunisasi pilihan

8
Dapat berupa imunisasi Haemophillus influenza tipe B (Hib) Pneumokokus,
Rotavirus, Influenza, Varisela, Measles Mumps Rubella, Demam Tifoid,
Hepatitis A, Human Papilloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2020, Pada bayi baru
lahir hingga berusia 1 tahun, imunisasi dasar wajib dipenuhi untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit yang berbahaya pada awal masa
anak. Saat anak berusia 1-4 tahun, imunisasi ulangan bertujuan untuk
memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasar tersebut. Masa ini juga
berfungsi untuk melengkapu imunisasi yang belum lengkap (catch up
immunization). Imunisasi diulang pada usia sekolah (5-12 tahun) dan usia
remaja 13-18 tahun sambil melengkapi imunisasi. 

6. Waktu Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap


Jadwal Imunisasi Dasar sesuai Buku KIA DIY
Umur Pemberian Imunisasi (Bulan)
Jenis Vaksin 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 18

Hepatitis B (<24
jam)
BCG
IPV 1
Pentavalen 1
IPV 2
Pentavalen 2
IPV 3
Pentavalen 3
Campak
Kemenkes RI, 2016

7. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi


Berdasarkan Indonesian Health Ministry 2015 cara pemberian vaksin :

Jenis Vaksin Dosis Cara Pemberian Tempat


Hepatitis B 0,5 ml Intramuskular Paha kanan
BCG 0,05 ml Intrakutan Lengan kanan
atas
IPV 0,5 ml Intramuskular Paha kanan

9
DPT-HB-HiB 0,5 ml Intramuskular Paha kiri pada
bayi, lengan
kanan atas untuk
batita

Campak 0,5 ml Subkutan Lengan kiri atas

8. Klasifikasi Vaksin
Berdasarkan Indonesian Health Ministry 2015 jenis bakteri atau vaksin
yang diberikan:

Vaksin hidup yang Vaksin inaktif


dilemahkan (Live (Inactivated)
Attenuated)
- Devariat dari virus atau - Dari organisme yang
bakteri liar (wild) yang diambil, dihasilkan dari
dilemahkan menumbuhkan bakteri
- Tidak boleh diberikan atau virus pada media
kepada orang yang kultur, kemudian
defisiensi imun dinaktifkan. Biasanya
- Sangat labil dan dapat rusak hanya Sebagian
oleh suhu tinggi dan cahaya (fraksional)
- Selalu memerlukan
dosis ulang
Virus Campak, mumps, rubella, - Virus inaktif utuh :
polio, yellow fever, dan influenza, polio, rabies,
cacar air hepatitis A
- Virus inaktif fraksional :
subunit (hepatitis B,
influenza, accelular
pertussis, typoid
injection) toxoid (DT
botulinum), polisakarida
murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib),
dan polisakarida
konjugasi (Hib dan
pneumococcal).
Bakteri BCG dan tifoid oral Bakteri inaktif utuh
(pertussis, typoid,
cholera, pes)

Berdasarkan sensitivitasnya terhadap suhu dibagi menjadi:

10
Vaksin yang sensitif terhadap beku Vaksin DT, TT, Td, Hepatitis B,
(Freeze Sensive/FS) dan DPT/HB/Hib
Vaksin yang sensitif terhadap Vaksin Campak, Polio, dan BCG
panas (Heat Sensitive/HS)

9. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


Menurut Ranuh tahun 2017, KIPI adalah kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi baik berupa reaksi vaksin, reaksi suntikan,
efek farmakologis, kesalahan prosedur, koinsiden atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan. Penyebab KIPI menurut laporan KIPI oleh
Vaccine Safety Comittee, Institute of Medicine (IOM) United State of
America (USA), menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi secara
kebetulan saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat imunisasi
tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat
diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang dan secara
klinis biasanya ringan. Walaupun demikian, dapat saja terjadi gejala klinis
hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan risiko kematian.

Reaksi lokal Rasa nyeri di tempat suntikan, bengkak-


kemerahan di tempat suntikan (10%), bengkak
pada daerah suntikan DPT dan tetanus (50%),
BCG scar terjadi minimal setelah 2 minggu
kemudian ulserasi dan sembuh setelah beberapa
bulan
Reaksi sistemik Demam (10%), kecuali DPT (hampir 50%),
iritabel, malaise, gejala sistemik. Pada MMR dan
campak reaksi sistemik disebabkan infeksi virus
vaksin. Terjadi demam dan atau ruam,
konjungtivitis (5–15%), dan lebih ringan
dibandingkan infeksi campak, tetapi berat pada
kasus imunodefisiensi. Pada Mumps terjadi
pembengkakan kelenjar parotis, rubela terjadi rasa
nyeri sendi (15%) dan pembengkakan limfe. Pada
Oral Polio Vaccine (OPV) diare (<1%), pusing,
dan nyeri otot.
Reaksi vaksin Kejang, trombositopenia, hypotonic
berat hyporesponsive episode (HHE), persistent
inconsolable srceaming bersifat self-imiting dan

11
tidak merupakan masalah jangka panjang,
anafilaksis, potensial menjadi fatal tetapi dapat di
sembuhkan tanpa dampak jangka panjang.
Enselofati akibat imunisasi campak atau DTP

10. Wewenang bidan terhadap kasus


Berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2019 Pasal 46 Ayat 1 dalam
menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu;
2. Pelayanan kesehatan anak;
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
Pasal 51 dijelaskan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf c, bidan berwenang
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan memberikan
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pasal 52 ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan
ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 49
sampai dengan pasal 51 diatur dengan peraturan menteri

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dalam kasus yang ditemukan di PMB Appi Amelia , pasien atas nama
By. Y, umur 2 bulan 12 Hari datang bersama Ibunya bernama Ny.H dan
diantar oleh ayahnya yang bernama Tn. S pada tanggal 18 Oktober 2022.
Pada kasus ini Tn. S mengantar Ny. H ke PMB untuk imunisasi anaknya.
Menurut Kemenkes tahun 2016 menjelaskan imunisasi yang diberikan
kepada anak usia 2 bulan yaitu imunisasi Pentavalen dan imunisasi IPV.
Mendapatkan data subjektif dilakukan anamnesa yaitu Tanya jawab
dengan ibu bayi atau mengumpulkan data lengkap bayi meliputi identitas,
riwayat penyakit sekatang, riwayat penyakit keluarga, pola sehari-hari.
Berdasarkan data subjektif pada By.Y yaitu usia bayi 2 bulan 12 hari , Ny.H
mengatakan bayi nya dalam keadaan sehat, tidak batuk atau pilek, tidak
demam dan tidak memiliki riwayat kejang. Ny.H mengatakan berat lahir bayi
3200 gram dengan panjang 50 cm. Menurut Ribek tahun 2018 Kriteria bayi
normal adalah lahir dengan umur kehamilan genap 37 minggu sampai 42
minggu, dengan berat badan lahir 2500–4000 gram, panjang badan: 48–52
cm, lingkaran dada: 30– 38 cm, nilai Apgar 7–10 dan tanpa cacat bawaan.
Ibu mengatakan belum mengetahui apa tujuan imunisasi selanjutnya. Ibu
mengatakan bayi sudah imunisasi HB0 dan imunisasi BCG.
Ny. H mengatakan bahwa anaknya menyusu ASI saja tanpa ada
tambahan makanan lainnya. Durasi Ibu menyusui untuk 1 payudaranya
selama ±20 menit serta frekuensi menyusu anaknya ±12x/hari. Sejak 2001,
World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan. Banyak perdebatan baru-baru ini di negara
maju berpusat pada kecukupan mikronutrien, serta keberadaan dan besarnya
manfaat kesehatan, dari praktik ini. Bukti menunjukkan bahwa sebagian
besar bayi akan siap secara perkembangan untuk ditangani dan mendapat
manfaat dari pengenalan makanan pendamping pada sekitar usia 6 bulan.

13
Pemberian air susu ibu (ASI) dianjurkan kapan saja setiap kali bayi
menginginkannya, sebagai seorang ibu tidak perlu merasa takut jika
memberikan ASI dalam jumlah terlalu banyak, karena pada dasarnya ASI
mudah diserap dan frekuensi menyusu akan semakin berkurang seiring
dengan bertambahnya usia bayi. Kebutuhan ASI cenderung lebih banyak
pada saat bayi berusia 2 sampai 6 minggu, bayi akan menyusu dengan
frekuensi sekitar 8 sampai 12 kali dalam satu hari, frekuensi menyusu
tersebut akan berkurang saat bayi mulai berusia 3 sampai 6 bulan.
Berdasarkan pengkajian objektif didapatkan keadaan baik, Nadi 100x/
menit, suhu 36,6 C, berat badan bayi 5700 gram, Panjang badan bayi 57 cm.
Berdasarkan grafik berat badan menurut umur, garfik panjang badan menurut
umur, grafik lingkar kepala pada buku KIA tahun 2021 mengacu pada
standar WHO, kualifikasi By. Y berada pada garis hijau. Menurut Sabrina
(dalam Nisa et.al 2020) Jika grafik berada di daerah dua pita warna kuning
(diatas garis merah) menujukan anak tersebut mengalami kurang gizi ringan,
jika berat badan berada di dua pita warna hijau muda dan dua warna hijau tua
diatas pita kuning menujukan berat badan cukup atau status gizi baik/normal
sedangkan empat pita diatas pita warna hijau tua artinya berat badan diatas
normal. Keadaan umum anak adalah normal dan bayi tidak dalam keadaan
sakit dan pemeriksaan sistematis dalam atas normal

B. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif diagnose pada kasus ini yaitu Bayi Y
umur 2 bulan 12 hari sehat dengan kebutuhan imunisasi pentavalent I dan IPV
I.
C. Penatalaksanaan
Menjelaskan kepada Ny. H bahwa bayinya dalam keadaan sehat dan
dapat dilakukan diimunisasi . Hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
termasuk perawatan tercantum pada UU Kesehatan no 36 tahun 2009 pasal 56
ayat (1) yaitu setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau
seluruh tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah

14
menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap.
Memberi tahu ibu bahwa saat ini jadwal imunisasi dasar anaknya
adalah Pentavalen I dan IPV I. Menurut Permenkes RI No 12 tahun 2017
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal, imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1
tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas: Bacillus Calmette Guerin (BCG),
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B- Hemophilus Influenza type B (DPT-
HB-Hib), Hepatitis B pada bayi baru lahir, Polio dan Campak.
Memberitahu ibu tujuan pemberian imunisasi DPT-HB dan IPV yaitu
untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus,
hepatitis, pneumonia dan meningitis sedangkan imunissasi IPV untuk
mengurangi risiko penyakit polio atau lumpuh layuh. Dari kedua vaksin
tersebut vaksin pentavalen yang memberikan efek samping yaitu kenaikan
suhu tubuh dan bengkak atau nyeri pada bagian bekas suntikan.
Memberitahu ibu bayi akan dilakukan penyuntikan di bagian paha bayi.
Melakukan injeksi vaksin Polio pada paha kanan dan pentavalen pada paha
kiri secara IM dan diberikan dosis vaksin sebanyak 0,5 ml Kementerian
Kesehatan RI tahun 2014 yaitu imunisasi DPT dan Polio diberikan satu dosis
anak adalah 0,5 ml. Pada Bayi Y vaksin polio yang diberikan adalah
inactivated poliovirus vaccine (IPV), pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) sudah menyediakan vaksin IPV untuk masyarakatnya, dan
menghentikan pemberian Oral Poliovirus Vaccine (OPV), Hal ini sesuai
dengan rekomendasi WHO, yang menyarankan penghentian OPV secara
bertahap yang dimulai dengan komponen tipe 2 dan pengenalan global
setidaknya satu dosis IPV ke dalam jadwal vaksinasi rutin. 
Memberitahu ibu mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang
timbul setelah penyuntikkan yaitu nyeri pada bekas setelah imunisasi dan
demam. Menurut penelitian Pope tahun 2018 yaitu Imunisasi pentavalen
merupakan tindakan medis yang rutin dilakukan pada bayi dan menimbulkan

15
nyeri ringan (1-3), nyeri sedang (4-6) dan nyeri berat (7-10) tergantung dari
respon nyeri setiap individu karena prosedur pemberiannya dilakukan secara
injeksi intramuscular.
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI sesering mungkin dan
mengompres dengan air hangat jika mulai demam. Apabila bengkak pada
bagian penyuntikan dapat dikompres dan lakukan masase pada daerah
penyuntikan. Memberikan terapi paracetamol sirup diberikan apabila anak
mengalami demam saja. Menurut Penelitian Gray et al., (2002) menyebutkan
lama tangisan dan ekspresi wajah kesakitan menurun secara signifikan
sebesar 91% dan 84%, dan denyut jantung bayi cenderung turun secara stabil
pada kelompok yang mendapatkan ASI tersebut karena adanya rasa manis
yang terkandung pada ASI dapat menstimulasi taktil indera perasa dimulut
dan menyebabkan mekanisme pelepasan opioid endogen, yang diketahui
berperan sebagai salah satu zat yang menghambat dan menutup gerbang nyeri
sehingga mempengaruhi penurunan sensasi nyeri
Memberikan pujian kepada Ibu karena sudah memberikan anaknya ASI
saja tanpa makanan tambahan dan berat badan anaknya naik tiap bulan
Panjang badan dan lingkar kepala anak normal di garis hijau, serta tetap
memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif sampai anaknya
berumur 6 bulan. Memberikan pujian merupakan salah satu keterampilan
komunikasi interpersonal yang harus dimiliki tenaga kesehatan, hal ini
dilakukan agar dapat saling percaya dan akan menuntun pada pelayanan yang
lebih baik dan meningkatkan kepuasan pasien.
Melakukan pendokumentasian asuhan di buku KIA, regester , rekam
Medik. Pendokumentasian bertujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan
anak,mencatat kebutuhan klien,merencanakan ,melaksanakan tindakan dan
mengevaluasi tindakan.

16
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan yang
diberikan pada kasus anak dengan pentavalen 1 Dan IPV 1. Asuhan
kebidanan yang diberikan pada bayi Y usia 2 Bulan 12 hari di PMB appi
Amelia berjalan sesuai teori dan wewenang bidan. Selain itu dari
penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Asuhan kebidanan pada bayi Y dilakukan berdasarkan pengkajian,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang sehingga penanganan
yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada bayi Y dapat diidentifikasi diagnosa kebidanan
yaitu anak sehat.
3. Asuhan kebidanan pada bayi Y dapat menentukan masalah yaitu Ibu
belum mengetahui manfaat imunisasi yang akan diberikan kepada
anaknya
4. Asuhan kebidanan bayi Y dapat menentukan kebutuhan segera yaitu KIE
tentang imunisasi pentavalen dan IPV serta KIE tentang KIPI.
5. Asuhan kebidanan bayi Y dengan melaksanakan tindakan pemberian
pentavalen 1 dan IPV 1
6. Asuhan kebidanan bayi Y dengan melakukan evaluasi Ibu akan
melakukan kontrol ulang untuk imunisasi berikutnya

B. Saran
1. Bagi mahasiswa profesi bidan poltekkes kemenkes yogyakarta
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
yang akan diberikan pada imunisasi dasar pentavalen 1 dan ipv 1.
2. Bagi pmb appi ammelia
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan dengan konseling,
informasi dan edukasi tentang imunisasi dasar pentavalen 1 dan ipv 1.
3. Bagi orang tua di wilayah kerja pmb appi ammelia

17
Diharapkan menambah pengetahuan tentang imunisasi dasar pentavalen 1
dan ipv 1.

18
DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2020. Jadwal imunisasi anak umur 0-18 tahun, rekomendasi Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI), tahun 2020 (p. 2020).

InfoDatin Kementerian Kesehatan. 2016. Situasi Imunisasi di Indonesia. In


InfoDATIN. https://doi.org/ISSN 2442-7659

Indonesian Health Ministry. Buku Ajar Imunisasi.; 2015.


https://www.kemkes.go.id/article/view/20012900002

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. 2017

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku ajar imuniasi. In


Kementerian Kesehatan RI.

Kementrian RI. 2019. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019


Tentang Kebidanan. Jakarta : Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. 2017.
Kementerian Kesehatan. Polio Belum Berakhir. Bul Surveilans Imunisasi. 2020.
Mulyani, NS., dan Rinawati, M. 2018. Imunisasi Untuk Anak. Jogjakarta: Nuha
Medika

Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Status Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten
Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia : Journal of Indonesia Midwifery, 11(1),
17. https://doi.org/10.36419/jkebin.v11i1.322

Nisa J, Umriaty, Qudriani M. Pertumbuhan Bayi Berdasarkan Frekuensi dan


Durasi Menyusu. 2020;4(1):6-10
Pope N, Tallon M, Leslie G, Wilson S. Ask me: Children’s experiences of pain
explored using the draw, write, and tell method. J Spec Pediatr Nurs [Internet].
2018 Jul;23(3):e12218. Available from: http://doi.wiley.com/10.1111/jsp n.12218

Ranuh,I.G.N., Suyitno,H., Hadinegoro,S.R., Kartasasmita,C.B., Ismoedijanto S.


Pedoman Imunisasi Di Indonesia Jakarta: Satgas Imunisasi IDAI. Jakarta; 2017.

Tang G, Yin W, Cao Y, et al. Immunogenicity of sequential inactivated and oral


poliovirus vaccines (OPV) versus inactivated poliovirus vaccine (IPV) alone in
healthy infants: A systematic review and meta-analysis. Hum Vaccines
Immunother. 2018;14(11):2636-2643. doi:10.1080/21645515.2018.1489188

UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009

Okan F, Ozdil a, Bulbul a, Yapici Z, Nuhoglu a. Analgesic effects of skin-to-skin


contact and breastfeeding in procedural pain in healthy term neonates. Ann Trop

Paediatr.2010Jan;30(2):119–28.
LAMPIRAN LAPORAN KOMPREHENSIF

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
Jalan Mangkuyudan MJ III/304 Yogyakarta 55143 Telp (0274) 374331

Asuhan Kebidanan Bayi Balita dan Anak Usia Prasekolah pada Bayi Y Usia
2 bulan 12 hari dengan Kebutuhan Imunisasi Dasar Pentavalen I Dan IPV I
Di Pmb Appi Amelia

Tempat Pengkajian : APPI AMELIA


Waktu Pengkajian : 18-10-2022/09.00 WIB

A. PENGKAJIAN DATA SUBYEKTIF


1. Identitas Anak
Nama : An.Y

Tangga lahir : 8 Agustus 2022

Umur : 2 bulan 12 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Anak ke :1

Alamat : Bibis

2. Identitas Orang Tua


Ibu Ayah
Nama : Ny. H Tn. S
Umur : 25 tahun 28 tahun
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Wiraswasta
Agama : Islam Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Alamat : Bibis

3. Alasan datang
Ibu mengatakan akan mengimunisasikan anaknya.
4. Riwayat penyakit sekarang
Anak sehat dan tidak sedang demam, batuk atau pilek.
5. Respon Keluarga
Ibu mengetahui bahwa hari ini adalah jadwal anaknya untuk diimunisasi
namun belum mengetahui manfaat imunisasi yang akan diberikan ke
anaknya.
6. Riwayat Kesehatan yang lalu
a. Riwayat Intranatal
Masa kehamilan : 40 minggu 2 hari
Lahir tanggal : 8 Agustus 2022
Jenis persalinan : spontan
Penolong : bidan
Nilai APGAR : 9/10/10
Berat badan lahir: 3200 gram
PB lahir : 50 cm
Lingkar kepala : 32 cm
b. Riwayat pemberian nutrisi
Ibu mengatakan anaknya masih ASI eksklusif tanpa tambahan
makanan lain. Durasi Ibu menyusui untuk 1 payudaranya selama
±20 menit serta frekuensi menyusu anaknya ±12x/hari
7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Imunisasi
Hb 0 : 8 /8/2022
BCG : 12 /9 /2022
b. Riwayat penyakit keluarga/ menurun
Ibu mengatakan baik dari ibu maupun suaminya tidak memiliki
riwayat penyakti tidak menular (asma, hipertensi, dll) dan riwayat
penyakit menular (TBC, HIV)

8. Pola kbiasaaan sehari-hari


a. Nutrisi
Ibu mengatakan anaknya masih minum ASI saja, ± 12 kali/hari
b. Istirahat/ tidur
Ibu mengatakan bahwa anaknyanya tidur kurang lebih 11 jam
sehari
c. Mandi
Ibu mengakan memandikan anaknya setiap hari 2 kali sehari pagi
dan sore
d. Aktivitas
Menyusu, tidur, main ciluk baa, BAB, BAK.
e. Eliminasi
BAK: ibu mengatakan ± 4-5 kali/ hari. Warna kuning jernih
BAB: ibu mengatakan ± 1-2 kali/ hari. Warna kekuningan,
konsistensi lunak
B. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF
1. Status Generalis
Keadaan umum : baik
N : 100 x/ menit
S : 36,6oC
BB/ TB : 5,7 kg / 57 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala : bersih, tidak ada benjolan/massa
b) Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
c) Muka : simetris
d) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
e) Hidung : simetris, bersih, tidak ada cuping hidung
f) Mulut : bibir lembab, mulut tidak ada kelainan
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h) Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam
i) Perut : tidak ada pembesaran pada perut, tidak kembung

j) Ekstermitas : jari tangan dan kaki lengkap, tidak odema


k) Genetalia :tidak ada kelainan
3. Pemeriksaan penunjang: tidak dilakukan
C. ANALISA
1) Diagnosa Kebidanan
Bayi Y usia 2 bulan 12 hari sehat dengan kebutuhan Imunisasi
Pentavalen I Dan IPV I
2) Masalah
Belum mengetahui imunisasi pentavalen dan IPV
3) Kebutuhan
KIE tentang imunisasi pentavalen dan IPV serta KIE KIPI pentavalen dan
IPV
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahun ibu hasil pemeriksaan anak dalam keadaan sehat, anak dapat
diberikan Imunisasi Pentavalen I dan IPV I
2. Memberikan pujian kepada Ibu karena sudah memberikan anaknya ASI
saja tanpa makanan tambahan dan berat badan anaknya naik tiap bulannya,
Panjang badan dan lingkar kepala anak normal di garis hijau, serta tetap
memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif sampai anaknya
berumur 6 bulan
3. Memberitahu ibu tujuan pemberian imunisasi DPT-HB dan IPV yaitu
untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis, pneumonia dan meningitis sedangkan imunissasi IPV
untuk mengurangi risiko penyakit polio atau lumpuh layuh. Dari kedua
vaksin tersebut vaksin pentavalen yang memberikan efek samping yaitu
kenaikan suhu tubuh dan bengkak atau nyeri pada bagian bekas suntikan.
4. Menjelaskan kepada ibu bahwa akan diberikan imunisasi yang disuntikkan
imunisasi IPV pada paha kanan dan imunisasi pentavalen pada paha kiri
5. Memposisikan bayi dan menyiapkan vaksin Pentavalen Dan IPV 0,5 ml
dalam spuit. Letakkan bayi diatas tempat tidur dan meminta ibu untuk
memegang bayi nya.
6. Melakukan disinfektan pada bagian yang akan diinjeksi vaksin. Melakukan
injeksi vaksin Polio pada paha kanan dan pentavalen pada paha kiri secara
IM dan diberikan dosis vaksin sebanyak 0,5 ml Desinfeksi berguna untuk
mencegah infeksi yang bisa disebabkan oleh bakteri yang ada di
kulit,karena bakteri yang ada di kulit ini bisa saja masuk ke dalam tubuh
kita melalui jarum suntik yang menyentuh kulti lebih dulu dan membawa
bakteri.
7. Memberitahu ibu mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang
timbul setelah penyuntikkan yaitu nyeri pada bekas setelah imunisasi dan
demam
8. Menganjurkan ibu untuk langsung memberikan ASI sesering mungkin dan
mengompres dengan air hangat jika mulai demam. Apabila bengkak pada
bagian penyuntikan dapat dikompres dan lakukan masase pada daerah
penyuntikan.
9. Memberikan terapi paracetamol sirup setelah disuntik dengan dosis 1,9 ml
dan di ulang setiap 5-6 jam sekali sampai panasnya hilang.
10. Menganjurkan ibu kunjungan ulang untuk imunisasi usia 3 bulan yaitu
Imunisasi pentavalent II dan IPV II pada tanggal 22 November 2022.
11. Melakukan pendokumentasikan asuhan di buku Kia, register, rekam medik
yang bertujuan untuk mengidentifikasi status kesehatan anak, mencatat
kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan dan mengevaluasi
tindakan.

You might also like