Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Learning is something very important and complex that humans experience
continuously without stopping. Therefore, it is necessary to habituate the
conditioning of learning in elementary school because at that time a child is
entering the golden age where his growth and development are developing
rapidly. Thus, the author feels the need to examine the nature of learning in
elementary schools in terms of the foundation of educational philosophy so that
prospective educators and educators can better understand the nature of learning
that should occur in elementary schools. The research method used is a literature
review method with a descriptive approach, because the researcher examines
some literature that can be used as a reference that supports and is relevant to
the object being studied, the object studied in this study is the nature of learning
in elementary school in terms of the foundation of educational philosophy. The
results of this study show three main discussions about the nature of learning in
elementary schools including: (1) discussing why humans should learn, (2)
discussing what is the importance of learning in elementary schools, and (3) the
nature of basic education in terms of educational philosophy including ontology,
epistemology and axiology.
Keywords: the nature of learning; study in elementary school; philosophy of
education.
Abstrak
Belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dan kompleks yang dialami
manusia secara terus-menerus tanpa henti. Oleh karena itu, perlu adanya
pembiasaan pengkondisian belajar di sekolah dasar karena pada masa tersebut
seorang anak sedang memasuki usia emas atau golden age yang mana pertumbuhan
dan perkembangannya berkembang secara pesat. Dengan demikian, penulis merasa
perlu mengkaji hakikat belajar di sekolah dasar yang ditinjau dari landasan filsafat
pendidikan agar para calon pendidik maupun pendidik bisa lebih memahami
hakikat belajar yang seharusnya terjadi di sekolah dasar. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kajian pustaka (library research) dengan pendekatan
deskriptif, karena peneliti mengkaji beberapa literatur yang dapat dijadikan
referensi yang menunjang dan relevan dengan objek yang dikaji, Adapun objek
yang dikaji dalam penelitian ini adalah hakikat belajar di sekolah dasar ditinjau
dari landasan filsafat pendidikan. Hasil dari kajian ini menunjukan tiga bahasan
pokok mengenai hakikat belajar di sekolah dasar diantaranya: (1) membahas
mengenai mengapa manusia harus belajar, (2) membahas apa pentingnya belajar
di sekolah dasar, dan (3) hakikat pendidikan dasar yang ditinjau dari filsafat
pendidikan meliputi ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Kata kunci: hakikat belajar; belajar di sekolah dasar; filsafat pendidikan.
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk yang sempurna yang diciptakan Tuhan dengan
akal dan pikirannya. Dengan menggunakan akal dan pikirannya manusia bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya dan bertahan hidup, berbeda dengan binatang ia
akan mencari makan demi bertahap hidup hanya dengan menggunakan instingnya
(Marandika, 2018). Hal tersebutlah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Sejatinya akal dan pikiran manusia harus dilatih agar terbiasa untuk
memecahkan segala permasalahan kehidupan. Pendidikan merupakan sarana atau
wadah yang tepat untuk manusia belajar dalam menggunakan akal dan pikirannya
dengan bijak. Pendidikan memiliki peran penting dalam membangun arah
pemikiran manusia, karena dengan pendidikan mampu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM), meningkatkan pertumbuhan ekonomi, percepatan
teknologi dan informasi serta membangun peradaban (Walidin, 2016).
Sebuah bangunan akan berdiri kokoh dan tegak jika ditopang oleh landasan
yang kuat, begitupun dalam bidang pendidikan. Landasan berarti tumpuan, dasar
atau alas sehingga dapat diartikan sebagai tempat bertumpu atau titik tolak atau
dasar pijakan (Rasid, 2018). Agar pendidikan dapat berjalan sesuai fungsinya, maka
pengembangan pendidikan memerlukan landasan-landasan yang kokoh dan dapat
dipertanggungjawabkan karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat (Junaid, 2012). Permasalahan dalam
bidang pendidikan termasuk dalam bidang pendidikan dasar tidak selalu dapat
diselesaikan secara metode keilmiahan, terkadang permasalahan tersebut
memerlukan landasan filosofis untuk mengingat kembali ke mana sebetulnya arah
dan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
Landasan filosofis lahir dari arah pemikiran filsafat yang memiliki arti cinta
kebijaksanaan. Arti dari filsafat itu tersendiri merupakan suatu cara berpikir kritis
dan analitis terhadap suatu fenomena untuk mencari kebenarannya secara bijak
(Sugiarta et al., 2019). Maka dari itu, peran filsafat dalam melandasi pendidikan
memiliki peranan penting, karena landasan filsafat pendidikan yang disebut dengan
landasan filosofis berperan dalam merumuskan tujuan, isi, strategi, peserta didik
dan peranan pendidik dalam dunia pendidikan (Mubarok et al., 2021). Pada UU No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa,
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Bertolak dari pernyataan tersebut maka
pendidikan erat kaitannya dengan belajar dan proses pembelajaran.
Sejatinya, manusia tidak akan terlepas dari proses berpikir setiap harinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa berpikir secara bijak tersebut, harus dilatih sejak
dini atau pada anak usia sekolah dasar, karena pada masa tersebut hampir 80%
anak sedang mengalami masa pertumbuhan, perkembangan dan kecerdasan yang
sangat pesat sehingga sering disebut dengan usia emas/golden age (Damanik,
2016). Oleh karena itu, anak pada usia sekolah dasar dituntut untuk belajar agar
dapat merespons fenomena yang dihadapinya sebagai hasil dari proses berpikir
untuk menghasilkan sebuah tindakan yang bijak sejak dini. Suatu kondisi yang
dapat dihadapkan bagi anak agar ia senantiasa menggunakan cara berpikirnya
untuk mengatasi segala permasalahannya dengan bijak ialah dengan belajar.
Belajar dipandang sebagai sebuah kegiatan yang melibatkan fisik dan psikis
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada anak yang bukan
disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara (Hanafy, 2014).
Belajar dapat membantu anak untuk terus mengasah pola berpikirnya dan merubah
cara berperilakunya ke arah yang lebih baik. Belajar juga merupakan sesuatu yang
kompleks yang dialami manusia sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, banyak teori
belajar yang berusaha menjelaskan bagaimana proses belajar itu terjadi. Setiap
teori belajar tentunya memiliki kelebihan, kekurangan dan fokusnya masing-
masing, diantaranya ada yang berfokus pada proses belajar, hasil belajar, isi atau
apa yang sedang dan akan dipelajari serta ada yang menekankan pada
pemprosesan informasi dan pembangunan pengetahuan (Warsita, 2018). Maka,
seorang pendidik perlu memahami teori belajar untuk menentukan keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan kajian filosofi yang mengacu pada aliran filsafat progresivisme,
manusia merupakan makhluk yang akan terus berkembang dan berubah.
Perkembangan tersebut tentunya tidak hanya secara kuantitatif saja namun juga
secara kualitatif. Dalam perkembangan secara kualitatif, maka setiap harinya
manusia perlu belajar agar ia bisa berproses untuk menjadi lebih baik.
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti (never ending process)
sehingga manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan secara terus-
menerus (change over time) baik secara kognitif, afektif dan psikomotor yang
dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar (Jannah, 2015). Begitupun anak usia
sekolah dasar yang masih perlu bimbingan dan arahan untuk menjadi individu yang
baik, karena pada masa tersebut merupakan masa yang penting bagi anak dalam
membekali berbagai macam kemampuan baik dari segi pengetahuan, sikap maupun
keterampilan.
Bertolak dari beberapa penjelasan di awal, maka penulis merasa perlu
meneliti lebih jauh mengenai hakikat belajar di sekolah dasar yang ditinjau dari
landasan filsafat pendidikan. yang mana ketika kita berbicara hakikat tentunya
akan bersinggungan dengan ontologi yang merupakan salah satu bidang kajian
filsafat, yang mana dalam bidang pendidikan ontologi mengkaji tentang hakikat
pendidikan, hakikat tujuan pendidikan, hakikat manusia sebagai subjek pendidikan
yang ditekankan kepada pendidik dan peserta didik, dan hakikat kurikulum
pendidikan (Chasanah, 2017). Akan tetapi, yang akan menjadi fokus pada kajian ini
yaitu berfokus pada hakikat belajar di sekolah dasar yang ditinjau dari perspektif
filsafat pendidikan. Mengingat belajar merupakan sesuatu yang sangat kompleks
dan penting yang harus terus dilalui manusia sepanjang hayat maka fokus
persoalan yang akan dikaji meliputi: mengapa manusia harus belajar, apa
pentingnya belajar di sekolah dasar, dan apa sumbangsih yang diberikan filsafat
terhadap terselenggaranya pembelajaran di sekolah. Adapun tujuan dari kajian ini
diharapkan kita sebagai manusia yang merupakan makhluk pembelajar mampu
memahami esensi dari hakikat belajar itu tersendiri khususnya bagi para calon
pendidik maupun pendidik untuk lebih memahami hakikat belajar yang seharusnya
terjadi di sekolah dasar.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian pustaka
(library research), karena peneliti mengkaji beberapa literatur yang dapat
dijadikan referensi yang menunjang dan relevan dengan objek yang dikaji (Rosita &
Abadi, 2019). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif untuk
menggambarkan dan menginterpretasi objek yang dikaji sesuai dengan realita yang
terjadi (Alfurqan et al., 2020). Adapun objek yang dikaji dalam penelitian ini
adalah hakikat belajar di sekolah dasar ditinjau dari landasan filsafat pendidikan.
Guna memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan objek yang dikaji,
penulis menggunakan beberapa tahapan-tahapan kajian pustaka diantaranya
penulis melakukan pencarian dan pengumpulan referensi, kemudian penulis
mengkaji referensi yang relevan secara mendalam serta menganalisis referensi
untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulkan. Referensi penulisan pada penelitian
ini bersumber pada buku, artikel, dan hasil penelitian lain yang masih relevan
dengan objek yang dikaji.
Kesimpulan
Manusia lahir ke muka bumi dengan kondisi yang tidak berdaya, oleh Tuhan
manusia dibekali akal dan pikiran yang membedakan manusia dengan makhluk
ciptaan tuhan yang lainnya. Manusia dengan menggunakan akal, pikiran, perasaan
serta keyakinannya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya di
dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka manusia perlu belajar yang dapat
ditempuh melalui proses pendidikan. Kaitannya dalam pendidikan, manusia
dipandang sebagai makhluk yang perlu dididik dan memperoleh pendidikan
karena : (1) Manusia terlahir dalam keadaan tidak berdaya sehingga membutuhkan
orang lain untuk bertahan hidupnya; (2) Manusia lahir tidak langsung dewasa,
melalui pendidikan manusia akan diberikan pertolongan oleh orang dewasa untuk
memperoleh kedewasaan; dan (3) Manusia pada dasarnya sebagai makhluk sosial,
yang memerlukan orang lain dalam melaksanakan proses kehidupannya.
Berdasarkan kajian filosofis, manusia lahir dengan keadaan tidak berdaya
sehingga manusia perlu menggunakan akal dan pikirannya dengan sebaik mungkin
melalui proses belajar. Pada hakikatnya belajar secara luas tidak hanya diartikan
sebagai pembelajaran yang terjadi di dalam ruang kelas saja, melainkan segala
sesuatu dalam kehidupan ini yang dapat membuat seseorang yang dahulunya tidak
tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Oleh karena itu,
proses belajar harus dikondisikan sejak dini termasuk pada anak usia sekolah
dasar, karena pada usia tersebut dikenal dengan usia emas atau golden age dimana
terjadi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga
anak perlu dibekali pola pikir, keterampilan dan kompetensi untuk menghadapi
tuntutan di jenjang selanjutnya.
Proses belajar dapat ditempuh melalui proses pendidikan sehingga
pendidikan tersebut haruslah direncanakan seefektif dan seefisien mungkin. Maka,
perlu adanya landasan yang kuat yang melatarbelakangi esensi dari adanya
pendidikan yang disebut dengan landasan filsafat pendidikan. Karena landasan
tersebut lahir dari buah pemikiran filsafat, maka pembahasan mengenai hakikat
belajar di sekolah dasar dapat ditinjau dari tiga bidang kajian filsafat yaitu
ontologi (hakikat tentang ada), epistemologi (hakikat tentang pengetahuan) dan
aksiologi (hakikat tentang nilai). Dengan demikian, peranan landasan filsafat
pendidikan adalah memberikan rambu-rambu tentang apa dan bagaimana
seharusnya pendidikan dilaksanakan.
Daftar Pustaka
Akhiruddin, Sujarwo, Atmowardoyo, H., & Nurhikmah. (2019). Belajar dan
Pembelajaran (Pertama). CV. Cahaya Bintang Cemerlang.
Alfurqan, A., Trinova, Z., Tamrin, M., & Khairat, A. (2020). Membangun Sebuah
Pengajaran Filosofi Personal: Konsep dari Pengembangan dan Pendidikan
Dasar. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, 10(2), 213–222.
Amsari, D. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik) Dalam
Pembelajaran Matematika. Jurnal Basicedu, 2(2), 52–60.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v2i2.49
Arfani, L. (2016). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran. Jurnal
PPKn & Hukum, 11(2), 81–97.
Barlia, L. (2011). Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains di SD: Tinjauan
Epistemologi, Ontologi. dan Keraguan dalam Praksisnya. Cakrawala
Pendidikan, 3, 343–358.
Chasanah, U. (2017). Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pendidikan. Tasyri’,
24(1), 76–91.
Damanik, S. H. (2016). Berdialog Dengan Ayah Sebagai Metode Stimulasi
Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, 2(2),
35–41. https://doi.org/10.24114/JBRUE.V2I2.9422
Dardiri, A., Purwastuti, L. A., Li, Z., & Thontowi, S. (2021). Landasan filosofis
pendidikan dalam perspektif guru. SUKMA: Jurnal Pendidikan, 5(2), 201–222.
www.jurnalsukma.org
Fadhilah, I. A., & Maunah, B. (2021). Manusia Sebagai Makhluk yang Perlu dan
Dapat Dididik. Amirul, Izza & Maunah, Binti, 15(2), 254–268.
https://doi.org/10.30957/cendekia.v15i2.718.Manusia
Fakhrurrazi, F. (2018). Hakikat Pembelajaran Yang Efektif. At-Tafkir, 11(1), 85–99.
https://doi.org/10.32505/at.v11i1.529
Gagne, R. M. (1977). The Conditions of Learning. Holt, Rinehart and Winston.
Gandamana, A. (2021). Peranan Filsafat Dalam Mengatasi Problem Pendidikan
Seumur Hidup. JGK (Jurnal Guru Kita), 6(1), 52–56.
Gunawan, P., & Karimah, R. S. (2022). Memahami Teori Belajar Behavioristik dan
Implementasi dalam Pembelajaran. Asaatidzah: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Agama Islam, 2(1), 90–99.
Hanafy, M. S. (2014). Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Lentera Pendidikan :
Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 17(1), 66–79.
https://doi.org/10.24252/lp.2014v17n1a5
Hayati, R., & Husnidar, H. (2022). Studi Kepustakaan: Keterkaitan Kemampuan
Komunikasi Matematis Model Problem Based Learning Dan Teori
Konstruktivisme. VARIASI : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, 14(3), 179–
185. https://doi.org/10.51179/vrs.v14i3.1510
Intan Kusumawati. (2016). Landasan Filosofis Pengembangan Karakter Dalam
Pembentukan Karakter. Academy Of Education Journal, 7(1), 1–15.
Jannah, M. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan pada Usia Kanak-kanak. Gender
Equality: Internasional Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 87–98.
Juhji. (2016). PERAN URGEN GURU DALAM PENDIDIKAN Juhji. STUDIA DIDAKTIKA
Jurnal Ilmiah Pendidikan, 10(1), 52–62.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/studiadidaktika/article/view/73/75
Junaid, H. (2012). Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan. Sulesana, 7(2), 84–102.
Marandika, D. F. (2018). Keterasingan Manusia menurut Karl Marx. Tsaqafah, 14(2),
229–322. https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v14i2.2642
Margaretha, L. (2020). Teori- teori Belajar untuk Kecerdasan Bahasa Anak Usia
Dini. Early Child Research and Practice - ECRP, 1(1), 8–15.
Mubarok, A. A., Aminah, S., Sukamto, S., Suherman, D., & Berlian, U. C. (2021).
Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia. Jurnal Dirosah
Islamiyah, 3(1), 103–125. https://doi.org/10.47467/jdi.v3i2.324
Mujahidin, A. (2013). Epistemologi Islam: Kedudukan Wahyu Sebagai Sumber Ilmu.
Jurnal Studi Keislaman, 17(1), 41–64.
Nurhadi, N. (2020). Transformasi Teori Kognitivisme dalam Belajar dan
Pembelajaran. Bintang: Jurnal Pendidikan Dan Sains, 2(1), 16–34.
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. FITRAH: Jurnal
Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2), 333–352.
Parapat, A. (2019). Pola Pembelajaran di Raudhatul Atfal Fajar Shiddiq Medan. At-
Tazakki:Juenal Kajian Ilmu Pendidikan Islam Dan Humaniora, 4(1), 49–62.
Rahmah, S. (2022). Teori Kognitivisme Serta Aplikasinya Dalam Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, 2(3), 23–34.
Rasid, A. (2018). Implikasi Landasan-Landasan Pendidikan. Al-Fikrah, 1(1), 1–15.
Rosita, I., & Abadi, A. P. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan Langkah-Langkah Polya. Prosiding Seminar Nasional Matematika
Dan Pendidikan Matematika, 1059–1065.
Shahbana, E. B., Farizqi, F. K., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar
Behavioristik dalam Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan,
9(1), 24–34.
Simbiak, M. (2016). Tinjauan etnoekologi dan beberapa penelitian di indonesia.
Novae Guinea Jurnal Biologi, 7(1), 274–282.
Suarim, B., & Neviyarni, N. (2021). Hakikat Belajar Konsep pada Peserta Didik.
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(1), 75–83.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i1.214
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., Adiarta, A., & Artanayasa, W. (2019). Filsafat
Pendidikan Ki Hajar Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3),
124–136. https://doi.org/10.23887/jfi.v2i3.22187
Suryawan, I. G. A. J. (2022). Kajian Kompetensi Siswa Menghadapi Tantangan Masa
Depan. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya, 6(1), 73–85.
Tarihoran, D., Nau Ritonga, M., & Lubis, R. (2021). Teori Belajar Robert Mills
Gagne dan Penerapan dalam Pembelajaran Matematika. JURNAL MathEdu
(Mathematic Education Journal), 4(3), 361–366.
https://doi.org/10.37081/mathedu.v4i3.2242
Tauhid, R. (2020). Dasar-Dasar Teori Pembelajaran. Jurnal PENDAS: Pendidikan
Dasar, 1(2), 32–38.
Wahab, G., & Rosnawati, R. (2021). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.
Walidin, W. (2016). Arah Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Dimensi
Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi, 2(2), 147–163.
Warsita, B. (2018). Teori Belajar Robert M. Gagne Dan Implikasinya Pada
Pentingnya Pusat Sumber Belajar. Jurnal Teknodik, XII(1), 064–078.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v12i1.421
Waseso, H. P. (2018). Kurikulum 2013 Dalam Prespektif Teori Pembelajaran
Konstruktivis. TA’LIM : Jurnal Studi Pendidikan Islam, 1(1), 59–72.
https://doi.org/10.52166/talim.v1i1.632
Profil Penulis
Penulis pertama bernama Pajar Reza Pitria yang lahir di Ciamis.
Riwayat pendidikan terakhir yang tengah di tempuh penulis yaitu
S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan
Indonesia (2017) dan S2 Pendidikan Dasar di Universitas Negeri
Jakarta. Pengalaman profesional penulis yaitu menjadi penyusun
modul literasi nasional mengenai membaca permulaan di GTK
Dikdas Kemendikbud (2022), menjadi asisten penelitian dosen di
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (2021-sekarang). Adapun
beberapa jabatan struktural yang pernah diemban yaitu sebagai
Presiden BEM REMA UPI Tasikmalaya (2020), Koordinator Pusat
Aliansi BEM Tasikmalaya (2020), Ketua Badan Eksekutif HMPGSD UPI Tasikmalaya
(2019) dan Ketua Angkatan PGSD UPI Tasikmalaya (2017-sekarang).