You are on page 1of 87

PAJAK INTERNASIONAL

Agenda

Pajak Internasional

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

Diskusi Pajak Internasional

2
PAJAK INTERNASIONAL
Pajak Internasional
• Pemenuhan ketentuan perpajakan yang terkait dengan luar
negeri
• PPh pasal 24
• PPh pasal 26
• Perencanaan pajak dalam konteks transaksi di luar negeri
• Penentuan jurisdiksi pemajakan
• Transfer pricing
• Perjanjian penghindaran pajak berganda
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSAKSI
INTERNASIONAL

• Teknologi Informasi
• Transportasi
• Globalisasi (FTA, EPA & Other Multilateral Co-operation)
• Tingkat Ketergantungan
• Isu klasik Pajak Internasional
• Transfer Pricing
• Double Taxation
• Harmful Tax Competition
• Electronic Commerce
• Special Purpose Vehicle & Tax Haven Countries
• Isu Terkini Pajak Internasional
• Treaty Shopping
• Contract Manufacturing
• Beneficial Owner
• Mutual Agreement Procedure versus Tax Arbitration
ASPEK INTERNASIONAL DALAM UU PPh

1. Subjek Pajak
2. Objek Pajak
3. BUT & Kantor Perwakilan Dagang Asing
4. SAAR
a. Related Party
b. Arm’s Length Price
c. Controlled Foreign Company
5. Pemotongan PPh Pasal 21/26
6. Kredit Pajak Luar Negeri & Sumber Penghasilan
SUBJEK PAJAK

1. Domicile Principle
2. Quantitative Test or Qualitative Test
3. Incorporation
4. Effective Management

Note:
a. Scope of tax obligations
b. Double taxation due to dual resident cannot be avoided
OBJEK PAJAK

1. World Wide Income versus Territorial Income


2. All type of income (business income, passive income, employment
income & other income)
3. Tax Object (final & non final) & Non Tax Object
4. Foreign Tax Credit Claims

Note:
a. Withholding Tax on Certain Income
b. Double taxation on the same income cannot be avoided
BENTUK USAHA TETAP & KANTOR PERWAKILAN
DAGANG ASING

1. Perusahaan PMA vs BUT vs KPDA


2. Pengertian BUT & jenis BUT (Asset type, Activity type, Insurance type
& Agency type)
3. Perlakuan perpajakan sama dengan WP DN
4. Cakupan penghasilan
5. Branch Profit Tax & Insentif Pajak

Note:
a. KPDA deem tax 0,44 %
b. How if there is tax treaty?
KREDIT PAJAK LUAR NEGERI & SUMBER
PENGHASILAN

1. Exemption vs Credit Method


2. Full Exemption & Exemption with Progression
3. Full Credit & Ordinary Credit
4. Ordinary Credit per Country Limitation
5. Source Rule

Note:
a. To avoid any double taxation
TAX TREATY

1. Bilateral Tax Agreement (DTAs)


2. Division of Taxing Rights
3. Spirit  DTA & Combat of Tax Evasion
4. Objective: DTA, Combat of Tax Evasion, Cash Flow Saving, Non
Discrimination, EoI, MAP for tax dispute settlement
OUTLOOK KEBIJAKAN PERPAJAKAN INTERNASIONAL

1. Beneficial Owner
2. W/H atas Penghapusan Utang LN
3. Deem Purchase Rule
4. Deem Sale of Share Rule
5. World Wide Employment Rule
Special Purpose Company

BVI Ltd

Bank A menjual asset


kredit atas PT X kepada
LN BVI Ltd PT X memiliki 95% saham
BVI Ltd.

DN
Bank A PT X

Bank A memiliki
asset kredit atas Merupakan penjualan asset
PT X kredit kepada PT X
PASAL 18 AYAT (3c)

Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara


(conduit company atau Special Purpose Company) yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak (Tax Haven Country)
yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan
yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau bentuk usaha tetap di Indonesia dapat ditetapkan
sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
bentuk usaha tetap di Indonesia.

24-Nov-22 14
Conduit/Dummy Company
US Co. & UK Co.
menjual saham
US Co. memiliki 50%
US Co. BVI Ltd. yg
saham BVI Ltd.
dimilikinya kepada
PT X
BVI Ltd

UK Co. memiliki 50% UK Co.


LN saham BVI Ltd.

BVI Ltd. memiliki 95%


PT PMA Y
DN
PT PMA Y PT X

Merupakan penjualan
kepemilikan atas PT PMA Y
kepada PT X

24-Nov-22 15
PASAL 18 AYAT (3d)

Besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang


pribadi dalam negeri dari pemberi kerja yang memiliki
hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
dapat ditentukan kembali, dalam hal pemberi kerja
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam
bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang
dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.

24-Nov-22 16
Meminimalkan Penghindaran Pajak

Keluarga A X Co Terdapat
hubungan
Pembayaran tunjangan istimewa
keluarga antara X Co
dengan PT X
LN
Pembayaran
Management
fee /royalti /dll Penghasilan A
DN
di Indonesia
adalah
A PT X pembayaran
gaji +
Pembayaran Gaji pembayaran
tunjangan
keluarga

17
Comparability Analysis
• Faktor-faktor yang menentukan perbandingan:
• Karakteristik Barang dan Jasa.
• Analisis fungsional atas kegiatan usaha yang dilakukan, risiko
yang ditanggung, dan aktiva yang dipergunakan dalam
kegiatan usaha.
• Syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak (e.g. cara
pembayaran, jangka waktu pembayaran, volume penjualan,
jaminan yang diberikan).
• Lingkungan ekonomi (e.g. geografi, kompetisi bisnis,
permintaan, penawaran, regulasi pemerintah, dan produk
pengganti).
• Strategi bisnis yang dijalankan perusahaan (e.g.
pengembangan produk baru dan penetrasi pasar).
Transfer Pricing Methods

Methods

Preferred methods Profit based


(Transaction based) methods

Transactional
Comparable Resale Cost plus Net Profit split
Uncontrolled Price Margin method
price Method
(CUP) (RPM)

Net Net Net Residual Contribution


Margin Margin Margin analysis analysis
on on on
cost sales assets
OECD Guidelines Hierarchy

Most Preferred Comparable


Uncontrolled
Price

Resale Price
Cost Plus
Method

Transactional
Net Margin Profit Split
Least Preferred Method
Selection of Methods - OECD Guidelines

Is CUP approach reliable? YES Use CUP


NO
Is RPM or
RPM YES Cost Plus YES Cost Plus
reliable?
NO
Profit Method

EITHER
Profit Split TNMM
OECD Guidelines tentang TP Methods

• Tidak ada satu metode yang tepat untuk dipergunakan dalam


setiap situasi yang ada.
• Wajib Pajak tidak dipersyaratkan untuk menentukan harga
pasar wajar melalui pendekatan berbagai metode yang ada.
Sedangkan di Amerika Serikat, Wajib Pajak diharuskan
menentukan harga pasar wajar melalui berbagai metode yang
ada. Setelah itu, Wajib Pajak diminta untuk memilih salah satu
metode yang dipakai sebagai penentuan harga pasar yang
paling baik (best method rule).
• Metode tradisional yang terdiri dari CUP, resale price, dan cost
plus lebih diutamakan daripada metode transactional profit.
Comparable Controlled Price (CUP)
Independent
Tested Party Tested Party Party

X Y A B

Independent Independent
Related Party Related Party
Party Party

Produk/jasa sama, syarat dan Produk/jasa sama, syarat dan kondisi


kondisi sama, membandingkan sama, membandingkan harga A dengan
harga X dengan harga Y harga B
Penggunaan CUP

• Metode CUP dalam praktiknya memerlukan adjustment (misalnya


karena perbedaan: currency, terms of trade seperti FOB, CIF, credit
terms)
• secara luas dipergunakan pada perusahaan pertambangan minyak, biji
besi, gandum, dan jenis barang lainnya dalam pasar komoditi.
Resale Price Method (RPM)
Independent Independent
Related Party Related Party
Party Party

Independent
Tested Party Tested Party
Party

X Y A B
Independent Independent Independent
Party Party Party

produk sama, ada penambahan value produk sama, ada penambahan value
oleh tested distributor, membandingkan oleh tested distributor, membandingkan
gross margin X dengan gross margin Y gross margin A dengan gross margin B

(Source: Douglas Fone)


Penggunaan RPM

• Diterapkan di perusahaan yang menjalankan fungsi distribusi yang tidak


terlalu banyak memberikan added value atas produk yang
didistribusikan
Cost Plus Method (CPM)
Independent
Tested Party Tested Party Party

X Y A B

Independent Independent
Related Party Related Party
Party Party

FAR sama, membandingkan gross FAR sama, membandingkan gross


margin X dengan gross margin Y margin A dengan gross margin B

(Source: Douglas Fone)


Penggunaan CPM

• Metode ini diterapkan untuk kondisi seperti berikut:


• barang yang diperjual-belikan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa adalah barang setengah jadi (semi-finished goods),
• kegiatan pemberian jasa (intra group services)
• Ketersediaan data dan keakuratan data
Profit Split Method (PSM)-Residual

Contract R&D Limited risk sales & distribution


(cost centre) (revenue centre)

Call centre services


(cost centre)
Limited risk procurement
(cost centre)
Contract manufacturer
(cost centre)

Routine
Return
Profit Split Method (PSM)-Contribution

Tested Party
keseluruhan
Total profit

Related Party

Related Party

Related Party
Transactional Net Margin Method (TNNM)

Independent
Related Party Tested Party Related Party
Party

Independent
Tested Party Tested Party
Party

X Y A B

Independent Independent Independent


Party Party Party

FAR sama, membandingkan net FAR sama, membandingkan net


margin X dengan net margin Y margin A dengan net margin B
Illustration of Traditional Methods

Cost 110 A C
150
Associated 180
160 Enterprise
(distributor)

B
D

Independent
Enterprise Independent
distributor buyer

High taxing country


Low taxing country
Comparative Traditional Methods

No Description Non arm’s Arm’s length price based on


lengt price traditional methods
CUP Cost plus Resale
price
1 Sale price of C 180 180 180 180
2 Sale price of A 150 160 154 162
3 Cost of A 110 110 110 110
4 Profit of A 40 50 44 52
5 Profit of C 30 20 26 18
6 Total profit of groups 70 70 70 70
Pengungkapan Hubungan Istimewa - 1

• Hakekat hubungan istimewa,


• Jenis dan unsur transaksi yang diperlukan untuk pemahaman
laporan keuangan tersebut.
• suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun
proporsinya, jumlah atau proporsi pos-pos terbuka (outstanding items),
dan
• kebijakan harga.
• Pos-pos yang berhakekat sama dapat diungkapkan secara
agregatif kecuali bila pengungkapan terpisah diperlukan untuk
memahami dampak transaksi antara pihak yang mempunyai
hubungan istimewa pada laporan keuangan perusahaan
pelapor.
• Pengaruh pengungkapan ini untuk semua transaksi dan tersebar
untuk semua akun (piutang, utang, penjualan, dll) 34
Pengungkapan Hubungan Istimewa - 2
• Pengungkapan transaksi tidak diperlukan:
• dalam laporan keuangan konsolidasi sehubungan dengan transaksi intra-
kelompok.
• dalam laporan keuangan induk perusahaan bila laporan itu tersedia atau ikut
diterbitkan bersama dengan laporan keuangan konsolidasi.
• dalam laporan keuangan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh induk
perusahaan dan telah disusun laporan keuangan konsolidasinya, dan dalam
• laporan keuangan badan usaha milik negara/daerah mengenai transaksi dengan
badan usaha milik negara/daerah lainnya.

35
PERJANJIAN PENGHINDARAN
PAJAK BERGANDA
POKOK-POKOK BAHASAN

1. Kedudukan hukum P3B di hadapan UU PPh,


2. Status P3B Indonesia,
3. Metode Penerapan P3B,
4. Surat Keterangan Domisili,
5. Struktur P3B.

37
KEDUDUKAN HUKUM P3B

 P3B adalah perjanjian antara negara-negara


yang berdaulat sesuai dengan hukum
internasional,
 Negara-negara yang membuatnya wajib
memastikan bahwa P3B dapat diterapkan
dalam hukum domestiknya:
 Terdapat dua aliran dalam menerapkan P3B di
dalam negeri: Monistic Principle dan Dualistic
Principle.

38
KEDUDUKAN HUKUM P3B
Monistic Principle:
 Hukum internasional dan Hukum nasional menjadi hukum
domestik dan Hukum Nasional tunduk kepada Hukum
Internasional (”doctrine of incorporation”),
 Treaty yang telah disepakati dapat segera diberlakukan (”self
executing”),
 Treaty secara otomatis menjadi bagian hukum domestik,
 Tidak perlu diundang-undangkan
 Negara-negara yang menerapkan, seperti: Perancis, Jepang,
Luxemburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Switzerland.
 Beberapa negara mensyaratkan prosedur formal di tingkat
eksekutif, contoh: Indonesia, Austria, Belgia, Jerman, USA.
KEDUDUKAN HUKUM P3B

Dualistic Principle:
 Hukum internasional terpisah dari Hukum nasional,
 Agar dapat diberlakukan Treaty harus dijadikan hukum
domestik terlebih dulu melalui proses legislasi
(”doctrine of transformation”),
 Beberapa negara yang menerapkan: Australia, Canada,
Denmark, India, Israel, New Zealand, Norwegia,
Swedia, UK
PROSES PEMBERLAKUAN P3B
Negosiasi Indonesia
Negara X

Ratifkasi Disepakati: Ratifikasi


Pemarafan 
Penanda-
tanganan

Pertukaran: Instrumen Ratifikasi


Instrumen Ratifikasi:
treaty enters Berupa Peraturan
Melalui Parlemen?
into force Presiden
Hanya Eksekutif?
atau self-executing?

Treaty menjadi bagian


hukum domestik
Treaty
Berlaku
efektif
KEDUDUKAN P3B DI HADAPAN UU PPH

Pasal 32A UU PPh:


Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian dengan
pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak
berganda dan pencegahan pengelakan pajak.“
• Kedudukan tax treaty: lex specialis dari UU PPh.
(Penjelasan Pasal 32 A UU PPh)

• Bila terjadi perbedaan pengaturan antara UU PPh


dan tax treaty, maka ketentuan dalam tax treaty
yang diberlakukan (”Tax Treaty Superceeding
Domestic Tax Laws”).
KEDUDUKAN P3B DI HADAPAN UU PPH

“Vienna Convention on the Law of Treaties 1969” (VCLT):


Article 26: “Pacta sunt servanda”
Every treaty in force is binding upon the parties to it and must be
performed by them in good faith.
Article 27: Internal law and observance of treaties
A party may not invoke the provisions of its internal law as
justification for its failure to perform a treaty.
KEDUDUKAN P3B DI HADAPAN UU PPH

“Vienna Convention on the Law of Treaties 1969” (VCLT):


Article 31: General rule of interpretation
(1) A treaty shall be interpreted in good faith in accordance with
the ordinary meaning to be given to the terms of the treaty in their
context and in the light of its object and purpose;
Catatan:
RI tidak meratifikasi VCLT, namun menerapkan konvensi tersebut sebagai
“International Customary Law”
KEDUDUKAN P3B DI HADAPAN UU PPH
UU No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional:
Pasal 1 ayat (1):
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan
nama tertentu, yang diatur dalam hukum internasional yang
dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di
bidang hukum publik;
Pasal 1 ayat (2):
Pengesahan adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri
pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi
(ratification), aksesi (accession), penerimaan (acceptance) dan
penyetujuan (approval);
KEDUDUKAN P3B DI HADAPAN UU PPH
UU No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional:
Pasal 4 ayat (1):
Pemerintah Republik Indonesia membuat perjanjian
internasional dengan satu negara atau lebih, organisasi
internasional, subjek hukum internasional lain berdasarkan
kesepakatan; dan para pihak berkewajiban untuk
melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik.
STATUS P3B INDONESIA
Status P3B Indonesia:
Telah berlaku efektif : 58 negara
Sdh diratikasi, blm berlaku : 1 negara (Portugal)
Sdh ditandatangani, Blm diratifikasi: 5 negara (Croatia,Iran,Morocco,
Myanmar, Zimbabwe)
Sdh diparaf, Blm ditandatangani : 7 negara (Armenia, Belarus,
Cyprus, Lebanon, PNG,
Senegal, Turkmenistan)
Tahap perundingan : 5 negara (Greece, Suriname,
Tajikistan, Oman, Serbia)
DAFTAR P3B INDONESIA YANG BERLAKU EFEKTIF: 58 Negara

Australia RRC Prancis


Bangladesh Uni Emirat Arab Jerman
Brunei Darussalam Vietnam Hungaria
India Algeria Italia
Jepang Kanada Luxemburg
Jordan Mesir Belanda
Korea Utara Mauritius (dihentikan) Norwegia
Korea Selatan Mexico Polandia
Kuwait Seychelles Rumania
Malaysia Afrika Selatan Rusia
Mongolia Sudan Slovakia
New Zealand Tunisia Spanyol
Pakistan Amerika Serikat Swedia
Philippines Venezuela Switzerland
Qatar Austria Turki
Saudi Arabia Belgia Ukraina
Singapura Bulgaria United Kingdom
Srilangka Ceko Uzbekistan
Syria Denmark
Taiwan Finlandia
Thailand
METODE PENERAPAN P3B

• Secara umum, P3B diterapkan oleh WP Pemotong/ Pemungut


Pajak dalam sistem self assessment.
• Metode Relief-at-source: P3B diterapkan dan manfaatnya
diberikan saat Pemotong/Pemungut Pajak membayarkan
penghasilan kepada WPLN
• Metode Relief-at-source menggunakan sarana administratif:
Surat Keterangan Domisili (SE-03/PJ.101/1996),
• Dalam metode ini, P3B tidak diterapkan secara efektif apabila
si Pemotong/Pemungut Pajak:
• Keliru menafsirkan/menerapkan P3B, atau
• Mengambil posisi aman/menghindari risiko.
49
SURAT KETERANGAN DOMISILI (SKD)

• SKD wajib diserahkan oleh WPLN untuk


memperoleh manfaat P3B;
• SKD diterbitkan oleh Competent Authority atau
wakilnya yang sah di negara mitra P3B
Indonesia;
• Wakilnya yang sah s.d. Kepala kantor dimana
WPLN tersebut terdaftar sebagai WPDN
• Bentuk SKD sesuai dengan kelaziman di negara
tempat WPLN berkedudukan,
(SE Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996)
SURAT KETERANGAN DOMISILI (SKD)

• Isi SKD sekurang-kurangnya menyatakan:


• Wajib Pajak luar negeri ybs. benar berkedudukan
di negara tersebut,
• disertai tanggal dan tandatangan pejabat yang
menerbitkan SKD.
• SKD berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal
diterbitkan, kecuali untuk WP bank. Bagi WP bank, SKD
berlaku selama bank tersebut tetap mempunyai alamat
yang sama dengan alamat yang tercantum dalam SKD.
(SE Dirjen Pajak Nomor SE-03/PJ.101/1996)
SURAT KETERANGAN DOMISILI (SKD)

Contoh-contoh SKD
BUKAN SKD
SKEMA PENERAPAN P3B

Indonesia Negara X
Relief-at-source:

SKD Request
Jika Gagal
For MAP
DJP

Refund
Application
Pasal 17 (2) UU KUP
PMK-190/PMK.03/2007
Tax Office
Request
For MAP

Direktorat Peraturan Perpajakan II, Subdit PKPI 59


REFUND METHOD
Prinsip:
WPLN dapat mengajukan permohonan pengembalian
pajak yang tidak seharusnya terutang berdasarkan
P3B.
Prosedur administratif yang tersedia:
• Pasal 17 ayat (2) UU No.28/2007: Pengembalian PPh
yang tidak seharusnya terutang harus dilakukan
penelitian.
• Tata cara diatur dengan PMK-190/PMK.03/2007
• Prosedur belum tersedia, karena PMK-190 akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Dirjen Pajak.
MAP (MUTUAL AGREEMENT PROCEDURE)

Pengertian:
• Apabila WP dikenakan atau akan dikenakan pajak tidak
sesuai dengan P3B, ia dapat meminta Kantor Pajak-nya
untuk melakukan konsultasi dengan Kantor Pajak dari
negara mitra P3B.
• Para Pejabat yang Berwenang berkonsultasi untuk
menyelesaikan masalah WP dan berusaha menghilangkan
pajak berganda.
Prosedur bagi WP Indonesia mengacu kepada SE Dirjen Pajak
No.SE-05/PJ.10/1995.
STRUKTUR P3B-OECD MODEL

Ketentuan-ketentuan di dalam P3B dapat


dikelompokkan menjadi:
1. Ruang Lingkup (Scope)
2. Definisi
3. Substansi (pembagian hak pemajakan atas
penghasilan)
4. Anti Penghindaran Pajak
5. Metode menghilangkan pajak berganda
6. Lain-lain
62
STRUKTUR P3B-OECD MODEL
Pasal Judul Jenis
1 Personal Scope Scope
2 Taxes Covered Scope
3 General Definitions Definisi
4 Resident Definisi
5 Permanent Establishment Definisi
6 Immovable Property Substansi
7 Business Profits Substansi
8 Shipping Substansi
9 Associated Enterprise Anti-avoidance
10 Dividend Substansi
11 Interest Substansi
12 Royalties Substansi
13 Capital Gain Substansi
14 [Independent Personal Services] Substansi
15 Dependent Personal Services Substansi
63
16 Directors Substansi
STRUKTUR P3B-OECD MODEL
Pasal Judul Jenis
17 Artistes & Sportsmen Substansi
18 Pensions Substansi
19 Government Services Substansi
20 Students Substansi
21 Other Income Substansi
22 Capital Substansi
23 Elimination of Double Taxation Metode menghilangkan pajak berganda
24 Non Discrimination Lain-Lain
25 Mutual Agreement Procedure Metode menghilangkan pajak berganda
26 Exchange of Information Anti-avoidance
27 Diplomats Lain-Lain
28 Territorial Extension Lain-Lain
29 Entry into Force Scope
30 Termination Scope
DISKUSI PENELITIAN PAJAK
Penelitian Pajak

• Penelitian pajak sebelum pertengahan 1980 menurut


Shackelford dan Shevlin (2001) dikategorikan menjadi:
• legal research,  mengevaluasi efek pajak pada transaksi
exogenous, dan biasanya dipublikasikan pada jurnal hukum; dan
• policy studies,  mengevaluasi distribusi atau efisiensi efek pajak,
biasanya dipublikasikan di jurnal akuntansi publik.
• Riset banyak dijumpai dalam jurnal akuntansi seperti TAR,
JAR, JAE.
• Riset pajak bersifat multidisipliner sehingga dikaitkan
dengan makro ekonomi, perilaku, kebijakan publik 
National Tax Journal, Journal of Public Econmics, Journal of
Accounting and Public Policy

66
Penelitian Pajak

• Paper pajak dalam tiga jurnal akuntansi terkemuka.

67
Klasifikasi Penelitian Pajak

• Klasifikasi penelitian pajak menurut Shevlin (1999)


• Riset kebijakan  bagaimana pajak meningkatkan aktivitas
ekonomi, mendistribusikan kekayaan dan bagaimana
meningkatkan pajak. Evaluasi atas kebijakan pajak apakah
dapat mencapai tujuannya. (JATA & NTJ)
• Perencanaan pajak  bagaimana individu dan perusahaan
merespon peraturan pajak.
• Kepatuhan pajak  judgemnet and decision making sehingg
banyak dipengaruhi oleh bidang psikologi

68
Klasifikasi Penelitian Pajak

• Klasifikasi penelitian pajak menurut Shacklelford dan Shevlin


(2001)
• Trade off pajak dan non pajak  Perencanaan pajak mempengaruhi
pilihan akuntansi keuangan dan pertimbangan akuntansi keuangan
mempengaruhi perencanaan pajak (tidak independen)
• Pelaporan keuangan (inventory, intertemporal income shifting,
• Agency cost
• Pajak dan penilaian saham  dampak pajak atas M&A, capital
structure, pengaruh pajak investor terhadap harga saham
• Multijurisdictional  perusahaan multinasional dan perusahaan
multistate

69
Klasifikasi Penelitian Pajak

• Klasifikasi penelitian pajak menurut Hanlon dan Heitzman


(2010) :
• peran informasi beban pajak penghasilan  perbedaan antara laba
akuntansi dengan penghasilan kena pajak terkait dan implikasinya
terhadap pelaporan keuangan;
• tax avoidance (penghindaran pajak) perusahaan;
• efek pajak terhadap pengambilan keputusan perusahaan termasuk
investasi, struktur modal, dan bentuk organisasi, serta kebijakan pajak
mana yang efektif dilihat dari implikasi nyatanya terhadap keputusan
perusahaan.
• pajak investor (investor level taxes) dan penilaian aset (asset pricing) –
terkait riset mengenai dampak dari pajak dividen untuk investor dan
pajak atas capital gains

70
Klasifikasi Penelitian Pajak

• Klasifikasi penelitian akuntasi pajak menurut Graham et al


(2012) :
• earnings management  valuation allowance, diskresi
pelaporan beban pajak,pendapan
• hubungan antara perbedaan nilai buku dengan nilai pajak
(book-tak differences) dengan karakteristik/kualitas laba;
dan
• Pengaruh informasi pajak terhapda nilai saham

71
Metodologi Penelitian Pajak

• Coyne (2010)
• Analitis
• Archival / empiris
• Eksperimental
• Metode lainnya
• Klasifikasi lain
• teoritis, normatif
• Behavioral / judgement and decision making
• Review / deskriptif
• Survey; studi lapangan

72
Research in Taxation
Methodology Top Accounting Journal & Taxation
• Experimental market • The Journal of American Taxation
• Behavioral /judgment and Association (JATA)
decision making – 40% • Journal of Accounting Review (JAR)
• Analythical • The Accounting Review (TAR)
• Empirical – 50% • Journal of Accounting and Economic

Classification
 Tax Policy research  effectiveness of policy to achieve
the goals
 Tax planning research  respond on tax rule
 Complience Research

73
Tax Research

74
Research in Tax Planning

75
Home Country Tax System
Characteristics
and Corporate Tax Avoidance:
International Evidence

T. J. Atwood; Michael S. Drake; James N. Myers


& Linda A. Myers
THE ACCOUNTING REVIEW Vol. 87, No. 6, 2012,
pp. 1831–1860
Book Tax Confirmity
Atwood, T.J., Drake, M.S., & Myers, L.A. (2010). Book-tax conformity, earnings
persistence and the association between earnings and future cash flows.
Journal of Accounting and Economics, 50, 111–125.

Calls for eliminating differences between accounting earnings and taxable income in
the US have been debated extensively. Proponents of increased book-tax conformity
argue that tax compliance will increase and earnings quality will improve. Opponents
argue that earnings quality will decline. We examine whether the level of required
book-tax conformity affects earnings persistence and the association between
earnings and future cash flows. We develop a comprehensive book-tax conformity
measure and find that earnings have lower persistence and a lower association with
future cash flows when conformity is higher. Our evidence suggests that increased
book-tax conformity may reduce earnings quality.
Book Tax Confirmity
Home country tax system Characteristics and corporate tax avoidance:
international Evidence, T.J. Atwood, Michael S. Drake, James N. Myers Linda
A. Myers, The Accounting Review, ol 87, No 6 (2012) pp.1831-1860

We examine whether three tax system characteristics—required book-tax conformity,


worldwide versus territorial approach, and perceived strength of enforcement—
impact corporate tax avoidance across countries after controlling for firm-specific
factors previously shown to be associated with tax avoidance (i.e., performance, size,
operating costs, leverage, growth, the presence of multinational operations, and
industry) and for other cross-country factors (i.e., statutory corporate tax rates,
earnings volatility, and institutional factors). We find that, on average, firms avoid
taxes less when required book-tax conformity is higher, a worldwide approach is used,
and tax enforcement is perceived to be stronger. However, the relations between tax
avoidance and all three tax systems characteristics are contextual and depend on the
extent to which management compensation comes from variable pay, including
bonuses, stock awards, and stock options.
Ruang Lingkup & Tujuan Penelitian

Karakteristik Sistem Pajak Tax Avoidance


kesesuaian antara laba Diartikan sebagai segala upaya
akuntansi dengan laba fiskal yang menyebabkan terjadinya
(book tax conformity - BTC) perbedaan antara jumlah pajak
sesuai dengan tarif yang berlaku
Pendekatan Worldwide vs
dengan jumlah pajak yang
territorial
dibayarkan oleh perusahaan
Persepsi terhadap enforcement (Dyreng et al. 2008)

Variabel Moderasi Variabel Kontrol


Performance, size, operating costs,
Insentif Managerial leveraga, growth, presence of
multinational operations dan
insdutry
Komponen Akrual Statutory corporate tax rates,
earnings volatility dan institutional
factor
Motivasi & Kontribusi Penelitian
Reformasi Pajak di AS untuk
meningkatkan penerapan book-tax
conformity (Desai, 2005)
Literatur : Menggambarkan variasi
Penggunaan pendekatan teritorial cross-section atas tax avoidance
(Avi Yonah, 2010) (lintas negara).

Perlunya penegakan hukum dalam


pajak (Shulman, 2009) Pembuat Kebijakan (Pemerintah):
Dalam rangka menentukan/
Tindak lanjut atas penelitian menegakkan regulasi perpajakan
sebelumnya yang meneliti tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
tax avoidance (Hanlon dan
Heizman, 2010)
Investor : Dalam rangka
menginterpretasikan/
Penelitian sebelumnya kebanyakan membandingkan
hanya berfokus pada salah satu
negara (Hanlon dan Heizman,
2010)
Pengembangan Hipotesis 1

Terdapat fleksibilitas perbedaan


pelaporan laba kena pajak
fiskal dengan akuntansi pada Perusahaan pada
setiap perusahaan di berbagai Home Country
negara (Atwood et al.2010)
Required
Book-Tax
Conformity

Tax avoidance yang dilakukan Tax


oleh manajer akan berkurang Avoidance
dengan adanya peningkatan
kewajiban penerapan tax–book
conformity di AS (Desai, 2005)
Pengembangan Hipotesis 2
Perusahaan induk di negara yang
menganut pendekatan territorial akan lebih
diuntungkan jika mengalihkan laba ke
negara yang low enforcement karena Tax Avoidance
deviden yang diterima dari anak
perusahaan di luar negeri secara oleh
permanen dapat dibebaskan dari pajak Perusahaan
pada home country, sedangkan pada
negara yang menganut pendekatan Home Country
worlwide, pengalihan tersebut hanya Menggunakan
Pendekatan
bersifat penangguhan pada home country Territorial
V
(Hicks, 2009)
s
Home Country
Perusahaan multinasional pada home
Menggunakan
country yang menganut pendekatan Pendekatan
territorial cenderung menggeser Worldwide
pendapatan pada afiliasi asing
dibandingkan perusahaan pada home
country yang menganut pendekatan
worldwide (Markle, 2010)
Pengembangan Hipotesis 3

Hukuman yang dikenakan langsung


kepada manajer akan lebih efektif dalam
mengurangi tax avoidance dibandingkan Tax Avoidance oleh
jika hukuman dikenakan kepada
korporasi (Crocker dan Slemrod, 2005) Perusahaan

Berdomisili di
Probabilitas pemeriksaan pajak yang Negara Low
tinggi meningkatkan kualitas akrual dan
Enforcement
posisi pajak perusahaan publik kurang
agresif (Slemrod, 2004) Vs
Berdomisili di
Menyusul peningkatan penegakan
Negara Strong
hukum perpajakan di Rusia, Enforcement
pembayaran pajak meningkat,
perdagangan dengan pihak terkait
dibatasi dan entitas tax haven
ditinggalkan (Desai, 2007)
Pengukuran Tax Avoidance
(Dyreng, 2008)
Model Tax Avoidance
Pengukuran Required Tax-Book Conformity (BTaxC) :
(Atwood et al. 2010)

Kaidah Keputusan (Lihat Model Tax Avoidance ):


H1 = Jika BTaxC TaxAvoid (Negatif /α1 < 0)
H2 = Jika WW  Tax Avoid (Negatif /α2 < 0)
H3 = Jika TaxEnf  Tax Avoid (Negatif /α3 < 0)
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/

87

You might also like