You are on page 1of 17

Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma

87

Tokoh Bisma dalam Dramatari Amba Bisma


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
Prodi Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Budaya Indonesi (ISBI) Bandung
Jl. Buahbatu no.212 Bandung
Email : Email: eti_ule@yahoo.com

ABSTRACT

Dramatari Amba Bisma is one of the works of Iyus Ruslianan and Eti Mulyati from the results of research
on the art that was performed at the Sunan Ambu Building, on October 28, 2019. The Dramatari was
sourced from the Mahabharata and Bharatayuda plays, from the Mahabharata play that sparked the meeting
of Amba and Bisma while still on October 28, 2019. girls and young men who differed in their desires
and purpose in life, while from Bharatayuda’s story told about the death of Bhishma in the Bharatayuda
war. This article aims to reveal the figure of Bhishma in Amba Bhishma’s drama, Bhishma is one of the
characters in puppets who are magic and do not want to be crowned as kings for the Hastinapur family,
he chose the way of life as a receipt rather than as a king. Because of his life choices, he was determined not
to get married. Not only does Bhishma have a very problematic way of life, but many positive qualities
deserve to be emulated. The method used is qualitative with a descriptive analysis approach, namely
through literature study, interviews, and participatory observation. The results obtained from the analysis
of Amba Bisma’s dramatari work can be seen by two positive characters in Bisma, namely; 1) sacrifices.
2) More loyal to the knight’s oath than to the family that is most dear. During the Baratayuda Bisma war
as warlord on the Kurawa side, he was killed by Srikandi’s arrow.

Keywords: Bhishma, Dramatari,Mahabharata,Bharatayuda

ABSTRAK

Dramatari Amba Bisma merupakan salah satu karya Iyus Ruslianan dan Eti Mulyati dari hasil
penelitian karya seni yang di pertunjukan di Gedung Sunan Ambu, pada tanggal 28 Oktober
2019. Dramatari tersebut bersumber dari lakon Mahabharata dan Bharatayuda, dari lakon
Mahabharata menceritkan pertemuan Amba dan Bisma saat masih gadis dan jejaka yang
berbeda keingin dan tujuan hidupnya, sedangkan dari lakon Bharatayuda menceritakan tetang
gugurnya Bisma dalam perang Bharatayuda. Artikel ini bertujuan ingin mengungkapkan
tokoh Bisma dalam dramatari Amba Bisma, yakni Bisma merupakan salah satu tokoh dalam
pewayangan yang merupakan tokoh sakti dan tidak bersedia dinobatkan sebagai raja demi
kesatuan keluarga Hastinapura, Bisma memilih jalan hidup sebagai resi ketimbang sebagai raja.
Hal ini diperkuat dengan keyakinannya, untuk tidak menikah. Bisma tidak hanya memiliki jalan
hidup yang sangat problematik, akan tetapi banyak sifat positif yang pantas untuk diteladani.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis, yaitu melalui
studi pustaka, wawancara, dan observasi partisipasi. Hasil yang diperoleh dari analisis garapan
dramatari Amba Bisma dapat diketahui dua karakter positif yang ada pada diri Bisma yaitu; 1)
suka berkorban. 2) Lebih setia pada sumpah kesatria ketimbang dengan keluarga yang paling
disayangi. Pada perang Baratayuda Bisma sebagai panglima perang di pihak Kurawa menemui
ajalnya tertusuk panahnya Srikandi.

Kata Kunci: Tokoh Bisma, dramatari, Mahabharata, Bharatayuda

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
88
PENDAHULUAN Sesungguhnya, Bisma sendiri akan dibunuh
Dramatari adalah pertunjukan yang oleh Dewi Gangga, tetapi perbuatan itu tidak
membawakan suatu cerita dengan para pelaku dilakukan karena Sentanu mencegahnya.
manusia yang diungkapkan melalui media Pada usia remaja, Bisma memiliki
tari dan dialog. Cerita yang dibawakan dalam kecerdasan intelektual, yaitu kemampuan
suatu pertunjukan disebut lakon. Menurut memecahkan masalah, memahami gagasan,
Claire Holt dalam Rusliana (2002, hlm. 125), dan kemampuan nalar serta bertubuh gagah,
arti yang cocok dari kata lakon adalah “jalan” oleh sebab itu dia dicalonkan sebagai pewaris
peristiwa-peristiwa atau (action) atau deretan Kerajaan Astina menggantikan ayahnya.
yang diorganisasi dari adegan-adegan yang Namun ketika Dewabrata tahu bahwa
berkesinambungan dari sebuah pertunjukan. ayahnya jatuh cinta pada dewi Durgandini,
Pada dasarnya lakon yang biasa dibawakan sedangkan wanita cantik itu menghendaki
dalam pertunjukan dramatari gaya Priangan agar anak yang lahir dari rahimnyalah yang
bertolak dari lakon-lakon yang disebut pakem kelak diangkat sebagai raja, Dewabrata lalu
Mahabarata termasuk wiracarita Baratayuda menanggalkan haknya sebagai pewaris
dan Arjuna Sasrabahu. Hal ini sesuai dengan tahta. Kepada Prabu Sentanu dan dewi
garapan penulis dalam memilih cerita Amba Durgandini, Dewabrata menyatakan
Bisma dari lakon Mahabarata ke lakon keiklasannya menyerahkan haknya sebagai
Baratayuda, yang dibahas dalam artikel ini pewaris tahta kepada adik tirinya. Namun
yaitu tokoh Bisma dalam cerita Mahabarata rupanya dewi Durgandini belum puas akan
dan cerita Baratayuda. pernyataan Dewabrata, karena ia khawatir
Bisma pada waktu muda bernama kalau di kemudian hari, anak atau keturunan
Dewabrata, arti dari nama ini adalah kesayangan Dewabrata akan menuntut tahta Astina.
para dewa. Ia adalah putra raja Astinapura Dewabrata segera mengucapkan sumpahnya
(Prabu Sentanu), sedangkan ibunya seorang bahwa ia tidak akan menjabat sebagai raja
bidadari bernama Dewi Gangga atau sering dan tidak ingin menikah seumur hidupnya.
juga disebut Ratu Gangga (Senawangi, 2008, Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi
hlm. 306). Bisma sesungguhnya merupakan perebutan tahta antara keturunan dewi
jelmaan Prabhata (salah satu dari delapan Gangga dan dewi Durgandini. Sikap itulah
wasu yang berinkarnasi sebagai manusia). yang melatarbelakangi penamaan (gelar)
Berdasarkan kitab Adiparwa, delapan wasu Bisma pada Dewabrata.
yang menjelma menjadi manusia itu dikutuk Sebagai pernyataan rasa kagum terhadap
oleh Resi Wasistha karena telah mencuri Dewabrata, seketika itu juga Prabu Sentanu
lembu saktinya. memohon pada para dewa agar Dewabrata
Bisma memiliki tujuh saudara, namun dikarunia umur panjang, dan tidak akan
Dewi Gangga ketujuh saudaranya dibunuh mati bila ia sendiri tidak menghendakinya.
dengan ditenggelamkan ke dalam sungai. Para dewa mengabulkan permohonan itu,

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
89
bahkan diperkenankan memilih sendiri cara dinikahkan dengan Citranggada dan
kematiannya. Wicitrawirya. Amba tidak bersedia menikah
Menurut Sriwintala (2014, hlm. 100) dengan Kresna Dwipayana justru mencintai
mengatakan bahwa: Bisma. Bisma menolak cinta Amba, karena
Dewabrata seorang yang tekun Amba terus memaksa agar Bisma menerima
mempelajari berbagai ilmu, ia pun selalu cintanya, maka Bisma menakut-nakuti Amba
haus akan berbagai pengetahuan. Beliau dengan senjata saktinya. Di luar dugaan
memiliki tiga guru yang menguasai Bisma, pusaka itu justru menancap ke dada
bidangnya masing-masing, kepada Amba. Sebelum menghembuskan napas
Brihaspati beliau belajar ilmu politik, terkhirnya, Amba berkata pada Bisma bahwa
kepada Resi Wasistha beliau belajar kelak akan bereinkarnasi menjadi seorang
ilmu veda dan vedangga, dan kepada pangeran bersifat wanita yakni Srikandi.
Parasurama beliau belajar ilmu perang. Kelak kematian Bisma berada di tangan
Melalui Parasurama, Bisma menjadi Srikandi yang membantu Arjuna dalam
sangat mahir dalam menggunakan segala perang Baratayuda.
jenis senjata. Hingga di mata lawan, Bisma Berbagai konteks yang berhubungan
sangat ditakuti. Sekalipun di mata Parasurama dengan tokoh Bisma merupakan fenomena
sendiri, Bisma dianggap murid yang durhaka menarik untuk dikaji, dengan demikian
karena sudah berani mendorong dirinya penulis akan fokus pada permasalahan
hingga terjatuh. Sejak itulah Parasurama tidak bagaimana tokoh Bisma dalam dramatari
mau menerima murid dari kalangan ksatria. Amba Bisma, serta nilai-nilai yang terkandung
Setelah berguru pada Parasurama, pada garapan tersebut. Kajian ini memiliki
Bisma dilarang mengenakan pakaian ksatria, nilai guna dalam pengindentifikasian tokoh
karena jika Bisma mengenakan pakaian Bisma serta nilai-nilai yang terkandung pada
ksatria akan mendapat pengalaman pahit garapan dramatari Amba Bisma.
yang menyebabkannya menyesal sepanjang
hidupnya. Namun karena kedudukan dan
tugasnya di Astina, ia terpaksa mengenakan METODE
kembali pakaian ksatrianya sesuai dengan Dalam penelitian seni pertunjukan
kedudukannya dikerajaan. banyak ragam yang harus dipakai untuk
Demi kebahagiaan ketiga adik tirinya, mendekati sasaran yang diharapkan, namun
yakni Citranggada, Wicitrawirya, dan Kresna pendekatan yang mengarah pada metodologis
Dwipayana, Bisma pergi ke kerajaan Kasi yaitu pendekatan subjektif yang lebih sering
untuk mengikuti sayembara dan berhasil digunakan dalam paradigma penelitian
memenangkan sayembara dengan membawa kualitatif melalui serangkaian penelitian yang
tiga orang putri yakni Amba, Ambika, dan berangkat dari sumber asli dan kualitas data
Ambalika. Oleh Bisma, Ambika dan Ambalika yang signifikan.

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
90
Metode yang digunakan dalam bagian metode penelitian harus memberikan
penelitian ini adalah deskriptif analisis informasi yang menunjukan bagaimana
dengan pendekatan kualitatif. Data kualitatif sebuah studi seni atau karya seni dapat dinilai
untuk seni pertunjukan bisa didapat dari validitasnya. Seiring dengan saran tersebut
sumber-sumber tertulis, sumber lisan, dalam metode penelitian seni yang berbasis
peninggalan sejarah, serta sumber-sumber karya seni dapat disajikan uraian mengenai
rekaman (Soedarsono,1999, hlm. 192). seluruh proses perwujudan seni dengan
Untuk hal tersebut langkah pengumpulan menuliskan;
data dilakukan dengan mengadakan studi 1. Gambaran material atau bahan yang
pustaka, observasi lapangan, wawancara digunakan dalam studi atau penciptaan
dan perekaman kejadian. Keberhasilan seni;
suatu penelitian tidak lepas dari strategi 2. Penjelasan mengenai material dan
peneliti dalam menjalankan suatu penelitian, bahan tersebut disiapkan dalam proses
terutama yang berhubungan dengan objek perwujudan seni;
yang akan dikaji. Teknik pengumpulan data 3. Gambaran desain/prosedur/meknisme
dalam penelitian ini bersifat interaktif dan jalannya proses perwujudan seni;
non interaktif. Metode interaktif meliputi 4. Penjelasan bagaimana rasa dan pengalaman
wawancara mendalam dan observasi berperan, seni menjadi keindahan dari karya seni dan
sedangkan non interaktif meliputi; perekaman, alasan-alasan setiap segmen karya seni itu
mencatat dokumen/arsip, dan observasi tak diwujudkan;
peran (Goetz dan Le Comte, dalam Sutopo, 5. Menuliskan makna setiap unsur seni atau
1996, hlm. 55). Studi kepustakaan merupakan setiap bagian seni yang diwujudkan sebagai
langkah dalam pengumpulan data dengan bentuk analisis data atau hasil penelitian
menghimpun dari berbagai sumber tertulis, (dalam Jaeni, 2015, hlm. 115-116).
baik berupa buku, diktat, Koran, jurnal, buku Penelitian seni justru lebih banyak
hasil penelitian, dan sebagainya. Dari sumber diwarnai dengan penelitian interpretasi,
ini dijadikan pegangan untuk memperkuat misalnya dilakukan dengan cara-cara etik.
suatu pendapat dengan mengambil sumber Penulis sering juga melakukan penelitian pada
rujukan untuk memperkuat rujukan teori. ranah seni pertunjukan yang dilakukan secara
(Alwasilah,2003, hlm. 114) menjelaskan interpretasi yang dilakukan pada penelitian
bahwa studi kepustakaan dilakukan peneliti sekarang terhadap dramatari Amba Bisma,
secara berkesinambungan dengan tujuan khususnya tentang tokoh Bisma dalam cerita
untuk memfokuskan penelitian, menentukan Mahabarata dan cerita Bharatayuda.
teknik pengumpulan data, guna menentukan
sumber yang bermanfaat bagi peneliti.
Terkait dengan metode penelitian
di atas, Kallet (2004) menyarankan agar

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
91
Amba dn Bisma bertemu kembali meski di
Bagan 1. Metode penelitian yang telah dimodifikasi oleh
penulis alam lain.
Perwujudan karya seni dalam bentuk
dramatari membutuhkan perpaduan antara
intuisi dan metode garap, intuisi melekat
dengan daya imajinasi untuk menafsirkan
cerita ke dalam bentuk dramatari, sedangkan
untuk merealsasikannya intuisi ke dalam
garapan dramatari diperlukan metode.

Unsur-unsur pendukung dramatari Amba


Bisma
Pelaku
Bila dalam pertunjukan wayang kulit
aktor dan aktrisnya adalah boneka-boneka
HASIL DAN PEMBAHASAN yang terbuat dari kulit, maka pada wayang
Dramatari tradisi Sunda biasanya wong aktor dan aktrisnya adalah manusia
bersumber dari satu peristiwa, satu cerita atau (Soedarsono,1997, hlm. 1). Para pelaku dalam
satu zaman, adapun garapan dramatari Amba pertunjukan dramatari gaya Priangan terdiri
Bisma bersumber dari dua cerita yaitu cerita dari penari, dalang, nayaga, serta sinden.
Mahabharata dan cerita Bharatayuda. Amba Pelaku dalam pertunjukan dramatari
dan Bisma dalam lakon Mahabharata, adalah adalah orang-orang yang secara langsung
gadis dan jejaka yang berbeda keinginan berperan dalam mewujudkan para tokoh dan
dan tujuan hidupnya. Amba berkeinginan menghidupkan penyajian dramatari sehingga
dipersunting Bisma, namun sebaliknya Bisma dapat dipertunjukan (Rusliana,2002, hlm.
telah bersumpah selama hidupnya untuk tidak 109).
beristri. Perbedan inilah yang mengakibatkan
Amba menemui ajalnya tertusuk panahnya Lakon
Bisma, dan terdengarlah supata dari Lakon atau kisah, adalah rangkaian
sukmanya Amba yang bergeming untuk peristiwa atau susunan kejadian yang
kembali bersama Bisma jika terjadi perang bersumber dari satu cerita. Peranan dan
Bharatayuda. Terjadilah perang Bharatayuda keberadaan lakon dalam pertunjukan
dan ternyata supatanya terbukti, yakni Bisma dramatari sangatlah penting dan mutlak
sebagai panglima di pihak Kurawa menemui adanya (Rusliana,2011, hlm. 11). Pertunjukan
ajalnya tertusuk oleh panah Srikandi dari dramatari Amba Bisma merupakan perpaduan
pihak Pandawa yang jiwaraganya telah harmonis antara cerita yang dibawakan
menyatu dengan sukmanya Amba. Akhirnya dengan dialog, tari, dan instrument gamelan

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
92
sebagai pengiringnya, dengan demikian dramatari Amba Bisma yaitu kisah Amba
pelaku utama dalam pertunjukan dramatari dengan Bisma sampai terjadinya peperangan
terdiri dari penari, dalang, nayaga, dan antara Kurawa dengan Pandawa. Tema pokok
pesinden. Selanjutnya Rusliana (2010, hlm. 84) kepahlawanan sudah menjadi kebutuhan
mengatakan bahwa: rohani bagi masyarakat penonton, dan
Lakon-lakon dari cerita wayang mereka merasa jiwanya terisi dengan tuntutan
yang sering dijadikan materi pertunjukan hidup yang baik. Oleh karena itu, jika orang
dramatari meliputi: pakem Mahabarata, melihat pergelaran wayang, yang dilihat
Arjuna Sasrabahu, dan Baratayuda, bukan wayangnya saja, tetapi juga masalah
sempalan atau pengembangan dari pakem yang tersirat dalam lakon tersebut ( Mulyono,
seperti lakon Mintaraga atau Arjuna 1989, hlm. 15).
Wiwaha, JabangTutuka, dan Pusaka Layang Berdasarkan lakon yang dibawakan
Kalimusada atau Srikandi-Mustakaweni…. dalam pertunjukan dramatari pada dasarnya
Dramatari merupakan suatu pertunjukan terdapat kesamaan dan kejelasan bentuk
yang membawakan cerita atau lakon yang susunan adegan atau pembabakannya, mulai
mengandung konflik yang diungkapkan adegan pertama sampai terakhir. Moelyono
melalui tari dan dialog. Kemudian perihal (1991, hlm. 6) mengatakan bahwa “adegan
lakon yang dibawakan, ada yang mengambil adalah pemunculan tokoh atau pergantian
keseluruhan dari suatu cerita (cerita secara susunan pada pertunjukan wayang atau bagian
utuh) dan ada pula yang hanya mengambil dari babak dalam lakon”. Jadi yang dimaksud
bagian tertentu dari suatu cerita yang disebut dengan pengadegan dalam dramatari adalah
dengan fragmen. Secara singkat, bahwa isi susunan baku dalam pembagian isi lakon
atau yang bersifat internal dalam dramatari yang dibawakan atau susunan yang baku
akan tertangkap dengan rasa dan fikiran dalam pembagian adegan. Dengan kata lain,
tertangkap dengan inderawi atau secara bangunan cerita atau lakon terstruktur secara
jasmaniah, dengan kata lain isi dramatari menentu dan baku.
adalah konsepsinya yang tak tampak, Isi lakon yang dibawakan dalam
sedangkan bentuk dramatari adalah konsepsi pertunjukan dramatari tidak lepas dari
yang tampak dan terdengar. gambaran peristiwa atau kejadian dan suasana
Struktur dramatik atau pola adegan yang beraneka. Hal ini aspek tari berperan
merupakan susunan yang baku dalam penting sebagai media ungkap isi lakon.
menampilkan bagian-bagian dari lakon yang
dibawakan. Meskipun hal ini tidaklah berarti Pengadegan
bahwa setiap adegan tersebut selalu identik Berdasarkan lakon yang dibawakan
dengan tahapan atau bagian-bagian yang dalam pertunjukan dramatari baik di kalangan
menjadi polanya. menak maupun kalangan rakyat pada
Lakon yang diangkat dalam garapan dasarnya terdapat kesamaan dan kejelasan

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
93
bentuk susunan adegan atau pembabakannya, saling berlawanan keinginan. Amba ingin
mulai dari adegan pertama sampai dengan dipersunting oleh Bisma, tetapi sebaliknya
adegan terakhir. Mengenai pola adegan atau Bisma menolak untuk beristri. Bagian tengah
susunan baku dalam pembagian adegan (leunjeuran tengah) terdiri dari bagian kedua
dari lakon-lakon yang dipertunjukan dalam dan ketiga, pada bagian kedua akibat dari
dramatari dapat ditelusuri pula dari sisi perbedaan inilah akhirnya Amba menemui
struktur dramatiknya. Meskipun titik tolak ajalnya tertusuk panahnya Bisma, namun
dan nama atau istilahnya berbeda namun sukma sejatinya Amba tetap tak bergeming
pola adegan dalam pertunjukan dramatari untuk kembali bersama Bisma di alam
pada prinsipnya memiliki kesamaan, yaitu selanjutnya jika terjadi perang Bharatayuda.
terbagi menjadi tiga bagian. Pertama disebut Bagian ketiga menggambarkan peristiwa
Leunjeuran pamuka (bagian awal), yang kedua perang Bharatayuda antara pihak Kurawa
disebut Leunjeuran tengah (bagian tengah), dengan pihak Pandawa. Bagian akhir
dan yang ketiga disebut Leunjeuran pamungkas (leunjeuran pamungkas) terdiri dari bagian ke
(bagian akhir). empat atau bagian akhir, menggambarkan
Pada setiap leunjeuran biasanya tidak perang Bharatayuda dihari ke tiga belas,
mutlak meski disajikan menjadi satu babak, Bisma dipercaya oleh pihak Kurawa untuk
tetapi bisa disajikan menjadi beberapa babak. tampil sebagai panglima perang, sedangkan
Setiap leunjeuran didasari atas isi dan alur lakon di pihak Pandawa Srikandi diangkat sebagai
yang disajkan. Leunjeuran pamuka merupakan panglima perang. Akhirnya Bisma menemui
bagian dari pengenalan isi cerita atau lakon, ajalnya ketika berperang tanding melawan
leunjeuran tengah merupakan bagian tengah Srikandi yang jiwa raganya telah menyatu
dari isi cerita atau lakon yang menonjolkan dengan sukmanya Amba. Amba dan Bisma
terjadinya permasalahan dan pertentangan, bertemu lagi meski di alam lain.
sedangkan leunjeuran pamungkas merupakan
bagian akhir dari isi cerita atau lakon sebagai Tari
penyelesaian atau penutupnya. Suatu garapan Seni tari dalam pertunjukan drama tari
dramatari yang utuh ibarat sebuah cerita yang berperan sebagai suatu substansi atau menjadi
memiliki pembuka, klimaks dan penutup. medium ungkap yang penting. Rusliana (2002,
Pertunjukan dramatari dari pembuka ke hlm. 142) mengatakan bahwa “tari memiiliki
klimaks mengalami perkembangan, dan dari peranan yang khas dalam memvisualisasikan
klimaks ke penutup terdapat penurunan. isi lakon yang dibawakan, serta memiliki
Garapan dramatari Amba Bisma sejumlah pembendaharaan yang baku dengan
ditampilkan dalam empat leunjeuran (empat anekaragam kepentingan”.
bagian): bagian awal (leunjeuran pamuka) Sesederhana apapun visualisasi yang
dalam lakon Mahabarata terjadi pertemuan diungkapkan penari sebagai tokoh dalam
antara Amba dengan Bisma, namun pertunjukan dramatari, pada dasarnya tetap

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
94
mencerminkan bentuk-bentuk yang estetis, SUSUNAN
KOREOGRAFI
karena tari adalah ekspresi jiwa manusia yang ADEGAN
Adegan ke satu: • Langkah sabukan dan bukaan,
diungkapkan melalui gerak-gerak ritmis yang
Prajurit putra calik madep.
indah. Ciri peran masing-masing tokoh dalam • Gedig,malik, pocapa, kibas (di
atas), turun.
pertunjukan dramatari dapat diungkapkan • Malik calik, neunggeul hadap
melalui gerak tari, dan yang diungkapkan (tenjrag), mundur, malik,
calik madep.
melalui gerak tari tersebut pada dasarnya Prajurit putri • Malik, pocapa, gedig, pocapa.
• Maju tejeh, mundur, malik,
adalah untuk menunjukan jenis kelamin, ciri calik madep.
karakter, dan jabatan tokoh wayang. Jabatan • Trisi, geser, ulin soder calik.
• Pocapa.
pangangung adalah sebutan untuk jabatan Prajurit putra • Trisi, calik sembada soder.
Prajurit putri • Sirig, calik madep.
yang tinggi atau atasan seperti dewa atau
Prajurit putra • Mundur, antawacana, maju,
batara, raja, keluarga raja, patih, dan adipati. Prajurit putra antawacana, trisi.
Prajurit putri • Pocapa, gedig.
Adapun jabatan abdikeraton adalah jabatan • Gedig barungbang,pocapa.
yang rendah atau bawahan seperti prajurit • Trisi ulin soder.
• Trisi, nutup soder,
atau balad atau wadya balad, dan panakawan antawacana.
• Gedig, lengkah maju (kepeng).
dan pawongan. • Langkah mundur (kepeng),
Aspek tari yang biasa digunakan untuk sirig.
• Langkahan maju (ulin soder),
menunjukan ciri peran yaitu ketika tokoh trisi.
wayang masuk dan keluar pentas, yang
Adegan ke • Gedig, adeg-adeg, mincid,
disebut tari jejeran. Kemudian ketika tokoh dua: jangkung ilo, gedut.
Bisma • Dobelan, lengkahan, pocapa.
wayang pangagung berlaga di atas pentas
Amba • Trisi, geser, ulin soder, calik,
yang disebut tari kembangan, dan tokoh antawacana
• Malik, lengkahan, antawacana.
wayang utama penumpas kejahatan, yang Bisma • Mundur (sirig), maju,
Amba antawacana.
dikenal sebagai sekar lakon, berlaga sebelum Bisma • Mesat panah, antawacana,
menuju ke medan perang atau setelah menang Amba ngayun, manah.
• Antawacana, nubruk panah.
perang yang disebut tari ngalaga.
Bisma • Sirig (tertusuk panah), calik
Berdasarkan hasil analisis dalam Bidadari (tewas).
• Malik, gedig, pocapa
pertunjukan dramatari Amba Bisma bisa • Trisi, trisi ulin soder, malik
(menghadap k tengah).
diketahui melalui susunan pengadegan Amba
• (Sukmanya amba). Nangtung,
sebagai berikut: mundur, sembada soder,
malik, maju, antawacana
(supata)
Bidadari • Calik
Bisma • Pocapa
Amba • Trisi mundur, muter, maju.
Bidadari • Langkah arah sudut.
Bisma • Pocapa
Bidadari • Malik, trisi, sirig, trisi.
• Malik, langkahan mundur,
Bisma
gedig.

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
95

Adegan ke • jengkeng ulin egrang Bisma • Pocapa


tiga: (jajangkungan), nangtung, Srikandi • Calik
Prajurit putra seser, malik, lengkah nyiku, Prajurit putra • Tutup jj. Calik
malik, malik, seser, lengkahan Prajurit putri • Calik
ke calik (memegang Jj).
Srikandi • Trisi, pocapa.
• Calik (cingogo), lengkahan
ulin Jj. (digendrugkeun ke
Amba • Antawacana
lantai), malik. Bisma • Pocapa, mundur, katewak.
• Lengkahan Jj, luncat turun ka Prajurit putri • Cengkat, newak Bisma ku
Prajurit putri harep.. gondewa.
• Sirig, sikap dorong gondewa. Prajurit putra • Calik
• Dorong gondewa (jalak • Memanah.
Prajurit putra pengkor), trisi. Srikandi dan • Terpanah, tewas
• Jalak pengkor ngadukeun Jj, Amba • Calik
Prajurit putri lengkahan Jj. Bisma • Newak Bisma ku gondewa.
• Trisi ulin gondewa-soder,
Prajurit putra Prajurit putra • Trisi dan ulin soder.
calik.
• Lengkahan Jj, luncat turun
Prajurit putri • Sikap tewas.
Prajurit puri (saling nutup Jj). Amba • Engkahan, tirisi, pocapa.
Prajurit putra • Calik jengkeng, trisi, calik Bisma • Trisi, calik.
madep. Srikandi • Cengkat (berdiri), ulin
• Nutup Jj, lengakahan Jj, Prajurit putri soder, calik.
luncat ajeg. Bisma • Ulin soder, calik.
Amba • Pocapa
Adegan ke • Lengkahan, gedig, perang Srikandi • Calik.
empat kahiji. Prajurit putri • Calik.
Prajurit putra • Sirig, trisi, perang kahiji. Prajurit putra • Lengkah Jj, turun, calik
Srikandi Prajurit putri jengkeng.
Prajurit putri • Malik (tetap Calik jengkeng). Srikandi • Trisi, calik.
Prajurit putra • Malik (tetap ajeg). Srikand dan • Trisi, calik
Bisma • Gedig. Amba • Naik ke level, ulin soder
• Lengkahan ulin soder. Prajurit putra menuju ke sikap sembada
Srikandi
• Calik jengkeng. Prajurit putri soder sebagai akhir.
Prajurit putra
• Calik deku. • Calik jengkeng.
Prajurit putri
• Gedig • Calik dek
Prajurit putra
• Trisi
Prajurit putri Antawacana
• Malik pocapa
Bisma
• Malik pocapa Pertunjukan dramatari media ungkap
Srikandi
• Sirig.
Prajurit putra selain tari adalah antawacana, yaitu tata
• Keupat.
Prajurit putri
• Pocapa. bicara setiap tokoh juga merupakan media
Bisma
• Pocapa.
Srikandi ungkap yang penting. Dengan kata lain
• Malik, gedig, calik
Prajurit putra
(memegang Jj). tari dan antawacana atau dialog adalah dua
Prajurit putri • Malik, trisi, calik.
Bisma • Pocapa. aspek penting dalam pertunjukan dramatari
Srikandi • Pocapa.
Bisma yang saling menunjang, melengkapi, dan
• Memanah, perang gondewa,
nejeh, malik, pocapa. memperkuat media ungkap. Hal ini diperkuat
Srikandi • Memanah, perang gondewa, oleh Rusliana (2002, hlm. 155-156) mengatakan
katejeh, muter rubuh (calik).
Parjurit putra • Pocapa bahwa:
Prajurit putri • Calik
Spesifikasi kekayaan antawacana dalam
Amba • Trisi, ulin soder, trisi,
gerak menitis ke Srikandi. pertunjukan dramatari sebagai berikut:
a. Guneman,artinya terjadinya percakapan

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
96
atau dialog antara tokoh yang satu tokoh wayang pria yang berkarakter
dengan tokoh yang lainnya. ponggawa dan danawa.
b. Nangtang adalah mengajak berkelahi Ketiga adalah suara bengek, yaitu suara
kepada musuh atau menantang perang yang ditahan di dada berfrekuensi banyak
kepada musuh yang akan dihadapinya, dengan menggunakan tenaga banyak yang
baik musuh yang dihadapinya seorang, dibantu oleh nafas berat sehingga dapat
maupun sekelompok orang. mencapai suara atau nada yang tinggi.
c. Tresnan adalah gambaran suasana hati Suara bengek ini biasanya diperuntukan
seorang tokoh yang diungkapkan dengan bagi tokoh wayang pria berkarakter satria
antawacana. ladak ccontohnya: Kresna, Nakula, Sadewa,
Saat menonton pertunjukan dramatari Karna, Somantri, Ekalaya, dan Samba.
gaya Priangan, akan terdegar antawacana
antara tokoh yang satu dengan tokoh wayang Narasi Dalang
lainnya yang berlainan warna suaranya, Dalang telah dipahami sebagai profesi
bahkan setiap tokoh wayang memiliki yang memiliki kemampuan berkomunikasi
kekhasan warna suara, sesuai dengan identitas dengan penontonnya secara menarik. Menarik
tokoh wayang itu sendiri. Menurut Rusliana karena menggunakan media wayang sebagai
(2002, hlm. 158) bahwa warna suara antawacana ekspresinya serta memiliki khalayak sasaran
tokoh-tokoh wayang, dapat di klasifikasikan (target audience) yang beragam (Nalan, 2012,
sebagai berikut: hlm. 293).
Pertama adalah suara biasa,yaitu suara Tugas dalang dalam pertunjukan
biasa yang dipakai sehari-hari, dan dramatari dapat mengungkapkan kekayaan
umumnya dipergunakan untuk tokoh narasi atau isi lakon yang berbentuk kakawen,
wayang pria karakter satria lungguh, dan nyandra. Hal ini sama dengan yang ada
seperti; Samiaji, Arjuna, Abimanyu, Arjuna dalam pertunjukan wayang golek. Akan tetapi
Sasrabahu, dan tokoh wayang wanita isi kakawen dan isi nyandra dalam pertunjukan
seperti; Kunti Nalibrata, Arimbi, Subadra, dramatari diungkapkan dengan kalimat-
Amba,Srikandi, dan Larasati. kalimat pendek. Dengan demikian narasi
Kedua adalah suara gangsa yaitu suara dalang artinya isi lakon yang diucapkan oleh
yang ditahan di tenggorokan agar dalang dan naratornya adalah dalang itu
timbrenya menjadi besar serap atau parau, sendiri.
dan umumnya dipergunakan untuk tokoh Kakawen adalah sekar atau nyanyian
wayang pria saja, contoh: Gatot Kaca, yang dibawakan oleh dalang untuk mengisi
Jayadrata, Sakipu, Bisma,Bima, Baladewa, suasana, situasi/keadaan, sifat, watak, tata
Duryudana, Drajamusti, Antareja, hidup dan kehidupan wayang (Risyaman,
Batarabayu, Rahwana dan Anoman. Jadi 1981 hlm 21).
suara gangsa artinya suara khusus untuk Macam-macam kakawen yang biasa

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
97
diungkapkan dalang dalam pertunjukan pedalangan Bali disebut pamambah. Nyandra
dramatari meliputi: adalah prolog dalang yang menerangkan
• Kakawen murwa tentang suasana, situasi/keadaan, kejadian,
Murwa dalam bahasa sehari-hari sifat, watak, tata hidup dan kehidupan
artinya permulaan, sedangkan dalam dunia wayang disaat itu dan di masa yang akan
pedalangan yang disebut murwa adalah salah datang. Meskipun demikian, tidak berarti
satu bentuk kesusastraan garapan dalang bahwa setiap kata dalam nyandra mudah
pertama yang cara pengungkapannya dengan untuk diketahui maksudnya, karena sering
nyanyian. Dalam pertunjukan dramatari dicampur dengan kata-kata dari bahasa Kawi
Priangan terdapat dua macam kakawen murwa, yang terkadang membingungkan apabila
yaitu kakawen murwa yang bersifat umum atau tersusun dalam kalimat. Adapun nyandra
dapat digunakan untuk berbagai lakon, dan yang biasa diungkapkan oleh dalang dalam
kakawen murwa yang bersifat khusus atau pertunjukan dramatari meliputi:
kakawen murwa yang hanya berlaku untuk a. Nyandra murwa
lakon-lakon tertentu. Sebagai contoh: Pada tahap bubuka carita, setelah dalang
1) kakawen murwa yang bersifat umum; mengungkapkan kakawén murwa, senantiasa
“kembang sungsang dinang kunang, dilanjutkan dengan nyandra murwa. Artinya
tinérétés ing sosoca, desang linu bumi bengkah”. nyandra murwa ini merupakan nyandra
(konon, di suatu saat bunga berbalik, bagai pertama yang diungkapkan oleh dalang.
dihiasi permata, pemandangan yang indah Setelah ditelusuri ternyata bahwa dalam
bergigi tajam sebagai dasar bumi). pertunjukan dramatari terdapat dua macam
2) kakawen murwa yang bersifat khusus nyandra murwa, yakni nyandra murwa yang
untuk lakon dalam wiracarita Bhatarayudha; bersifat umum atau yang dapat digunakan
“sasmita nu jadi bubuka, jadi catur buahna untuk berbagai lakon, dan nyandra murwa
kembang carita, pengréka yasa pujangga, nyoréang yang bersifat khusus atau yang hanya berlaku
alam katukang, dina jaman pawayangan, nyutat untuk lakon-lakon tertentu saja.
tina Mahabharata, gelarna nya bhatarayudha.”
(perlambang yang menjadi pembukaan, Karawitan
menjadi cerita membuahkan bunga cerita, Jika pertujukan wayang golek selalu
rekaan yang dibuat pujangga, menerawang mendapat dukungan dari seni karawitan,
masa lalu, di zaman pewayangan, mengambil maka pertunjukan dramatari pun mendapat
dari Mahabharata, digelar nya Bhatarayudha). dukungan yang cukup besar dari seni
Nyandra adalah narasi dalang yang karawitan. Peranan karawitan dalam
diungkapkan tanpa nyanyi. Dalam pedalangan mendukung pertunjukan dramatari di
Sunda atau wayang golek, nyandra diteruskan kalangan menak dan di kalangan rakyat
setelah murwa, dalam bahasa pedalangan Jawa ternyata sama.
Tengah ini disebut janturan, dan dalam bahasa Peralatan instrument yang digunakan

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
98
untuk mengiringi pertunjukan dramatari aksen-aksen yang diciptakannya, musik
disebut gamelan. Adapun yang disebut turut memberi nafas dan jiwa. Bahkan
gamelan biasanya merupakan instrument- musik memberikan identitas bagi tarian
instrumen yang tergabung dalam satu unit, yang diiringinya.
membentuk ansambel, dan sebagian besar Pertunjukan dramatari setiap tokoh
terdiri dari alat bunyi-bunyi yang dipukul, memiliki karakter masing-masing, dan dari
(Soepandi, 1988, hlm. 7). Jumlah instrument setiap lakon yang dibawakan akan terungkap
yang digunakan tidak sebanyak gamelan suasana yang beraneka ragam seperti
Jawa. Dengan kata lain instrument atau waditra gembira,sedih, marah, dan juga perang.
sama dengan yang dipakai dalam pertunjukan Begitu pula halnya dalam pertunjukan
wayang golek, di antaranya yaitu rebab, dramatari Amba Bisma, setiap tokoh dari ciri-
kendang, saron anak (saron kahiji), saron indung ciri karakter sampai gambaran suasananya
(saron kadua), penerus, bonang, rincik, gambang sudah tergarap dengan dukungan iringannya.
dan goong. Selain gamelan yang ditabuh oleh Secara garis besarnya mengenai hasil
nayaga, gamelan juga dilengkapi dengan garap karawitan dan pedalangan ini, terurai
seorang vokalis atau juru kawih. Kemudian sebagai berikut:
mengenai laras gamelan yang lazim digunakan
adalah gamelan berlaras saléndro. Adegan Kesatu (awal)
Sumber daya manusia untuk mengiringi Diawali gending Karatagan dan Nyandra
pertunjukan dramatari terdiri dari: seorang dalang. Kemudian, dalam memadukan
pimpinan/Penata, seorang Dalang, seorang dengan koreografi lebih banyak menggunakan
Sinden, dan sejumlah orang sebagai pengrawit. atau diisi suasananya dengan instrumentalia
Pada garapan dramatari Amba Bisma Wanda Anyar dan Kakawen dalang dan diisi
menggunakan gamelan berlaras salendro, dengan suara kendang. Antawacana yang
serta musik atau iringannya dikreasikan diucapkan oleh pemain (pemeran) sesuai
sesuai kebutuhan adegan dan suasana. Hal dengan nada gamelan.
ini sesuai dengan pendapat I Wayan Dibia Adegan Kedua
(2006, hlm. 178) menjelaskan bahwa: Diawali dengan gending Gunung Sari,
Bagi pertunjukan tari, musik adalah dan hubungannya dengan koreografi ada
satu elemen yang hampir tidak dapat yang diisi dengan suara kendang dan ada
dipisahkan. Sekalipun banyak orang pula tanpa suara kendang. Begitupula adanya
memandang musik sebagai elemen ke antawacana pemain atau pemeran disesuaikan
dua untuk tari (yakni sebagai pengiring) dengan nada gamelan.
setelah gerak, namun sesungguhnya musik Adegan Ketiga
mempunyai sumbangan yang lebih penting Diawali dengan gending Wanda Anyar
dari pada sekedar pertunjukan tari, melalui dan Kakawen dalang. Bagian ini ada koreografi
jalinan melodi, ritme dan timbre serta yang diisi suara kendang dan tidak.

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
99
Adegan Keempat (akhir) sebagai properti tari, pada umumnya dipakai
Diawali dengan gending Wanda Anyar, oleh tokoh wayang jenis pria maupun tokoh
selain ada antawacana pemeran tetap wayang jenis wanita. Properti berupa senjata,
menyesuaikan dengan nada gamelan juga ada seperti keris dan panah biasanya tidak
koreografi yang diisi dengan suara kendang menyatu sebagai kelengkapan busana.
dan tanpa suara kendang. Di samping itu, ada Tata busana dramatari jenis pria
bagian suasana tertentu yang diiringi vokal umumnya memakai baju tanpa lengan yang
oleh Sinden serta ada gending Wanda Anyar disebut baju kutung, memakai makuta, dan
yang digunkan untuk tanda akhir dari adegan. memakai celana sebatas antara lutut dan
betis yang disebut celana sontog dengan
Tata busana dan Tata rias bagian luarnya dililit dengan kain lipatan
Tata busana dan rias yang digunakan yang disebut dodot. Adapun jenis busana
dalam pertunjukan dramatari berfungsi untuk wanita dalam dramatari memakai baju apok
menunjukan ciri peran dari tokoh wayang, dan makuta, juga memakai kain sinjang yang
karena setiap tokoh wayang memiliki tata dililit ketat dengan lipatan kecil-kecil yang
busana dan tata rias yang berbeda-beda. disebut lambanan. Soder merupakan properti
Di masa kejayaan pertunjukan dramatari, tari utama bagi tokoh wayang jenis wanita
masyarakat penonton pada umumnya maupun pria, serta keris dan panah sebagai
langsung bisa mengenal tokoh-tokoh wayang senjata (Sunda:gagaman) biasa dipakai atau
yang tampil hanya dengan melihat busana dan menyatu menjadi kelengkapan busananya.
riasnya, karena visual, busana dan rias tokoh Pada pertunjukan dramatari Amba
dramatari tidak berbeda jauh dengan busana Bisma busana yang digunakan untuk tokoh
dan rias wayang golek. Busana dan rias yang putra (Bisma); hiasan kepala menggunakan
digunakan dalam pertunjukan dramatari Mahkuta, baju kutung memakai hiasan dan
bersumber dari busana dan rias wayang golek. rompi, celana sontog, sinjang dodot, kewer,
1. Tata Busana stagen lilit, ikat pinggang dan, soder. Tokoh
Jika diperhatikan secara garis besar Amba bagian badan memakai kebaya, rompi,
tata busana wayang golek jenis pria umumnya sinjang dilamban kecil, kain yang dibentuk
pada bagian atas tidak memakai baju, dari batas seperti sayap, stagen, ikat pinggang, kace, dan
pinggang ke bawah sampai kaki memakai kain soder. Hiasan kepala menggunakan siger yang
(Sunda:sinjang), dan memakai penutup kepala, terbuat dari lempengan dan menggunakan
yang disebut makuta. Perbedaannya dengan ronce melati, memaki gelang tangan.
wayang golek jenis wanita terletak pada Busana untuk tokoh Srikandi, bagian badan
bagan penutup badan, yaitu pada bagian dada menggunakan; kebaya, rompi, bros, celana
ke bawah sampai batas pinggang memakai sontog, sinjang di dodot, stagen, sabuk, kace, kewer
baju atau tertutup kain yang disebut apok. dan soder. Hiasan kepala menggunakan siger
Adapun selendang atau soder yang berfungsi yang terbuat dari lempengan, serta melati

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
100
yang dibentuk seperti bondu, gelang tangan yang kecil sekalipun pada alis tetap dapat
dan gelang kaki. Busana yang digunakan mempengaruhi wajah secara keseluruhan.
prajurit putra memakai baju kutung, celana Alis sangat beragam bentuknya sesuai
sontog, sinjang dodot, ikat kepala, gelang tangan dengan letaknya, ada yang lurus, tebal,
dan gelang kaki. Busana yang digunakan berwarna, panjang, dan bahkan ada juga yang
untuk mamayang; bagian badan menggunakan memanjang hingga hampir mencapai atau
apok, sinjang dilamban kecil, stagen, sabuk, menyentuh rambut. Alis yang tebal biasanya
sampur, kalung, hiasan kepala menggunakan erat kaitannya dengan energi, fisik atau
siger, hiasan lengan memakai kilat bahu. mental yang kuat. Penggunaan alis yang tipis
2. Tata rias menunjukan kurangnya tenaga atau lembut.
Tata rias adalah seni menggunakan Mengenai alis pada tata rias penari dramatari,
alat kosmetika untuk menghias atau menata bahwa karakter putri yang rendah hati atau
rupa wajah yang sesuai dengan peran yang putri lungguh dan putra halus yang rendah
dibawakan. Tatarias biasanya tertuju untuk hati atau putra lungguh alisnya berbentuk
memberi warna dasar (foundation), memberi bulan sabit atau yang biasa di sebut bulan
aneka warna (colour), dan memberi garis- sapasi. Karakter putri halus yang agresif atau
garis (linning) yang sesuai dengan jenis putri ladak dan putra agresif atau satria ladak
karakternya. Tata rias wajah untuk tokoh alisnya tipis dan lurus biasa di sebut dengan
atau penari dalam dramatari pada dasarnya alis pasekon ipis. Karakter putra gagah yang
bertolak dari rias wajah wayang golek, dan agresif atau ponggawa dangah alisnya tebal dan
pada umumnya lebih sederhana atau tidak lurus yang disebut pasekon kandel. Penggunaan
serumit garis wajah boneka wayang golek. alis untuk Raksasa dan danawa alisnya lurus
Namun, ciri-cirinya yang berkaitan dengan dan tebal yang biasa disebut dengan jedig.
jenis kelamin, tingkatan karakter Raksasa dan Selain alis yang menjadi bagian
bukan Raksasa, senantiasa tetap sebagai mana terpenting dalam rias adalah kumis, fungsinya
yang terdapat dalam Rias boneka wayang untuk membedakan karakter. Adapun
golek. Pemilihan dan penetapan pelaku karakter putri tidak berkumis. Prinsip
dramatari didasari atas kemampuan menari kumis dalam dramatari sama yaitu karakter
dan antawacana. Penggunaan rias wajah yang putra rendah hati atau satria lungguh tidak
paling menonjol dan menentukan peran dan berkumis, karakter putra halus yang agresif
karakternya di dalam dramatari yaitu lukisan- atau satria ladak memakai kumis tipis pendek
lukisan garis wajah seperti pada bagian yang disebut nyemprit. Karakter putra gagah
kening, alis, jambang, pipi, kumis, dan dagu. . yang rendah hati atau ponggawa lungguh
Penggunaan alis dalam pertunjukan berkumis agak tebal, panjang dan bercabang
dramatari merupakan salah satu yang paling disebut baplang cagak. Karakter putra gagah
ekspresif. Ciri dan sifatnya sangat mudah yang agresif atau ponggawa menggunakan
sekali mengalami perubahan. Perubahan kumis tebal dan agak panjang disebut baplang.

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
101
Karakter Raksasa atau danawa berkumis tatarias untuk Srikandi; alis jeler paeh, pasu
panjang dan tebal disebut baplang sanga dulang. teleng, jambang areuy. Penggunaan rias untuk
Bagian wajah lain yang dinggap penting prajurit putra; alis masekon, pasu teleng, godeg
menurut Corson (1981 hlm 15) mengatakan kampak, kumis baplang. Penggunaan rias untuk
bahwa “ciri-ciri yang ditonjolkan adalah mata, mamayang adalah, alis bulan sapasi, pasu teleng,
hidung dan mulut” godeg areuy.
Garis-garis rias lainnya yang melengkapi
antara lain :1) pada bagian kening untuk Karakter Bisma
karakter putri lungguh dan satria ladak Karakter wayang secara prinsip telah
terlukis pasu teleng hiji dan cagak, untuk ditentukan terlebih dahulu, kecerdasan
putri ladak terlukis pasu teleng tilu dan trisula. seorang seniman dalang biasanya mengikuti,
Penggunaan garis rias untuk satria ladak merubah, bahkan adakalanya membuat
terlukis trisula dan pasung. 2) pada bagian pipi sesuatu yang bertentangan sebagai upaya
untuk karakter putra gagah moggawa lungguh, untuk melestarikan lakon itu sendiri. Hal itu
ponggawa dangah dan danawa terdapat garis terlihat jika diterapkan pada suatu lakon.
lengkung kecil menyerupai sumping disebut Masyarakat sebagai pendukung
pasu damis, dan pada bagian dagu terdapat pertunjukan wayang golek biasanya
garis-garis membentuk janggut yang disebut mempercayai bahwa perilaku baik dan buruk
jangggot, untuk seluruh karakter putra gagah sudah ditentukan oleh Tuhan maha pencipta,
(monggawa dan danawa), dan cedo untuk putra tetapi manusia diberi kebebasan untuk
halus agresif atau satria ladak. 3) khusus untuk berbuat sesuai dengan aturan, meskipun
putra gagah danawa pada bibir bagian bawah kebebasan itu sendiri ada batasnya. Demikian
terlukis menyerupai taring yang disebut pula dalam tokoh wayang Bisma, merupakan
sihung. 4) serta pada bagian jamang untuk seorang tokoh yang berkarakter baik, akan
karakter putri lungguh diberi garis seperti akar tetapi memiliki kekurangan. Menurut Sukatno
pohon yang disebut godeg areuy. Putri ladak (2003, hlm. 96-101) menjelaskan bahwa:
garis mecut ipis dan godeg areuy, satria lungguh Bisma itu tokoh ambigoes artinya

dan satria ladak garis mecut ipis serta seluruh tokoh yang mendua hati atau bermuka dua.
Bisma adalah tokoh bijaksana, baik benar,
karakter ponggawa dan danawa bergaris mecut
mengetahui konsekuensi setiap perbuatan
kandel.
benar, mempunyai kesaktian yang hebat
Penggunaan tatarias dalam pertunjukan dan bahkan tidak dapat mati seperti yang
dramatari Amba Bisma adalah sebagai berikut: dimiliki para dewa kecuali meninggal
untuk tokoh Bisma menggunakan alis masekon dengan cara yang telah dipilihnya sendiri,
tebal, garis mata membuka, pasu teleng, kumis akan tetapi ikut membela Kurawa di pihak
yang salah, angkara murka, dan tidak
baplang, pakai cendo dan janggut, godeg kampak.
berperikemanusiaan.
Penggunaan tatarias untuk Amba; alis bulan
Bisma adalah seorang ksatria yang
sapasi, pasu teleng, jambang areuy. Penggunaan

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Eti Mulyati, Iyus Rusliana
102
selalu menepati janji, dan menjunjung tinggi bagi pendukung pertunjukan dramatari Amba
kehormatan prajurit,juga sebagai maha Bisma.
senapati yang menjunjung tinggi aturan,
mengutamakan kehormatan, kejujuran,
keadilan, dan kepahlawanan. Namun Bisma PENUTUP
sendiri harus gugur menjadi senapati ketika Berdasarkan uraian tersebut tampak
membela kelompok yang salah, yaitu Kurawa bahwa tokoh Bisma dalam Wiracarita
yang menjadi musuh Pandawa. Mahabarata dijelaskan mengenai riwayat
hidup Bisma berkaitan dengan kelahiran,
Nilai-nilai yang terkandung dalam dramatari kehidupan awal, pendidikannya, serta
Amba Bisma peranannya dalam keluarga Kuru dan
Makna yang dapat disampaikan dalam Baratayuda, serta kematiannya.
garapan dramatari Amba Bisma pada adegan Pertunjukan dramatari gaya Priangan
ke satu dan ke dua adalah bahwa apabila aspek lakon dan struktur dramatiknya
mempunyai keinginan yang belum tercapai merupakan landasan utama di dalam
sering kali mengalami frustasi, seharusnya menetapkan cerita dan susunan adegan.
tetap teguh dalam memperjuangkan Pada dasarnya lakon yang biasa dibawakan
keinginan tersebut, selama ada kemauan dan dalam pertunjukan dramatari gaya Priangan
kemampuan untuk memperoleh keinginan bertolak dari lakon-lakon yang disebut pakem
tersebut tentu akan tercapai. Mahabarata termasuk wiracarita Baratayuda.
Bisma merupakan seorang ksatria yang Begitu pula dalam garapan dramatari
berjiwa patriotisme senantiasa mengutamakan Amba Bisma, lakon yang dibawakan tidak
pengabdian bagi sesama, pejabat dan kerabat, menampilkan keseluruhan cerita, tetapi
mengutamakan kejujuran dan keadilan, hanya sebagian yang dianggap menarik, yaitu
menepati sumpah dan selalu menjaga pada bagian pertemuan Amba dengan Bisma,
keselarasan dunia dengan jalan membinasakan Amba menemui ajalnya karena tertusuk
sifat angkara dari dalam, sehingga Bisma panah Bisma, perang Baratayuda antara pihak
termasuk tokoh yang bijaksana. Kurawa dengan pihak Pandawa, dan bagian
Pada adegan ke tiga dan ke empat, di akhir perang tanding antara Bisma dengan
dalam perang Bharatayuda Bisma menjadi Srikandi hingga Bisma menemui ajalnya.
senapati Kurawa oleh karena tujuannya untuk Garapan pertunjukan dramatari gaya
membela bumi tempat berpijak yang telah Priangan ini merupakan seni pertunjukan
memberikan kebahagiaan hidup di dunia, di tradisi yang memiliki aspek-aspek beraneka
samping mencari jalan kodrati untuk dapat ragam, meliputi anak wayang, dalang, wiyaga,
meninggal dengan cara yang terhormat yaitu dan pesinden yang merupakan aspek pelaku
menjadi seorang senapati. Tokoh Bisma sebagai serta berperan untuk mengekspresikan aspek-
maha senapati dapat menjadi salah satu teladan aspek lainnya menjadi suatu kesatuan bentuk

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020


Tokoh Bisma Dalam Dramatari Amba Bisma
103
yang utuh, serta aspek lakon dan struktur Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni
Nusantara.
dramatiknya yang merupakan landasan
Jaeni, 2015. Metode Penelitian Seni Subjektif-
utama di dalam menetapkan cerita dan Interpritif Pengkajian dan Kekaryaan
Seni. Bandung : Sunan Ambu Press.
susunan adegan. Kemudian media ungkap
Mulyon, Sri. 1989. Simbolisme dan Mistikisme,
para pelaku pun memiliki fungsinya sendiri, dalam wayang. Jakarta: Haji
anak wayang dengan tari dan antawacananya, Masagung.
Moelyono, M. Anton. 1991. Ed. Kamus Besar
dalang dengan narasi, kakawen dan nyandranya, Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
wiyaga dan pesinden dengan aneka ragam Pustaka.
Nalan. S. Arthur. 2012. “Komunikasi Dalang
ungkap karawitannya. Fasilitas yang berkaitan dalam Konsep Mandala Wiwaha
dengan visualisasi ciri tokoh bagi para anak Asep Sunandar Sunarya”. Jurnal
Panggung 22 (3), 293-305.
wayang, senantiasa dilengkapi dengan tata Rusliana. Iyus. 2002. Wayang Wong Priangan.
busana dan rias serta tata pentas yang meliputi Kajian Mengenai Pertunjukn
Dramatari Tradisional di Jawa Barat.
tempat pertunjukan seperti panggung beserta Bandung: PT Kiblat Buku
dekorasinya dan lampu sebagai penerangnya. Utama.
__________. 2010.”Jaya Perbangsa Lakon
Tokoh Bisma yang memiliki jiwa Ritual Ruat Sunatan Dalam
patriotisme senantiasa menunjukan sifat-sifat Pertunjukan Wayang Wong di
Kabupaten Garut”. Jurnal Panggung 20
yang baik, berbudi pekerti luhur, berbakti serta (1),
hormat kepada orang tua, kepada sesama, 83-92.
Sena Wangi. 2008. Ensiklopedi Wayang
serta senantiasa menunjukan perilaku hidup Indonesia. Jakarta: Sena Wangi.
rukun yang didasari jiwa pengertian yang Sukatno, 2003. Tokoh Tokoh Ambigous Dalam
Pertunjukan Wayang kulit purwa gaya
mendalam. Perilaku demikian merupakan
Ki Nartasabda. Surakarta+: STSI Laporan
cermin bagi kehidupan manusia sepanjang Penelitian.
Soedarsono. 1999. Metodologi Penelitian Seni
zaman.
Pertunjukan dan Seni Rupa, Bandung:
Masyarakat Seni pertunjukan
Indonesia.
___________ 1997. Wayang Wong Dramatari
*** Ritual Kenegaraan di Keraton
Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada
Uniersity Press.
Soepandi. Atik. 1988. Tetekon Padalangan
Daftar Pustaka Sunda. Jakarta: Balai Pustaka.
Sutopo, Heribertus B. 1996. Metode Penelitian
Alwasilah, A. Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Metode Penelitian untuk
Kualitatif : Dasar-dasar melakukan ilmu- ilmu Sosial dan Budaya.
penelitia kualitatif. Jakarta: Pustaka Surakarta; Universitas Sebelas Maret
Jaya. (UNS).
Acmad, Sriwintala. 2014. Ensi klopedia :
Karakter tokoh-tokoh wayang.
Menyikapi nilai-nilai adiluhung di
balik karakter wayang. Yogyakarta:
Araska.
Dibia, I Wayan. Et.al. 2006. Tari Komunal.
Buku Pelajaran Kesenian Nusantara.

Jurnal Panggung V 30/N1/01/2020

You might also like