You are on page 1of 36
SYMPOSIUM ON WAVE PROPAGATION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG AULA TIMUR - ITB, JULI, 18 - 19, 1991 METODA fMENAPAK WAKTU PENVELESAI PERSAMAAN DIFERENSTAL PARSIAL HIPERBOLIK OLEH HADI WINARTO DR.Ir. HADI WINARTO : Deputy Pengembangan Dinamika Fluida Pengembangan Metoda, Teknologi dan- Produksi PT. IPTN. Jl. Pajajaran No 154 Bandung | PENDAIIULUAN Model matematis paling lengkap dari masalah aliran flulda viskos adalah sistem persamaan Navier-stokes, yang sangat rumit dan pada dasarnya hanya diselesaikan secara untuk kasus-kasus aliran yang sangat sederhana saja. Oleh karena itu persanaan Navier-stokes biasanya terpaksa disederhanakan dengan menganggap bahwa viskositas flulda berharga nol. Persamaan Navier-stokes dengan anggapan viskositas berharga nol disederhanakan menjadi persamaan Euler, yaitu suatu sistem persamaan diferensial parsial (PDE) ak linier Jenis hiperbolik. Untuk aliran tak tunak dan bila ditulis dalam bentuk divergensi (‘divergence form" atau “conservation form"), persamaan Euler adalah suatu sistem PDP hiperbolik derajat 1 yang tak linier dan dapat diselesaikan secara numerik dengan pendekatan metoda beda berhingga menapak waktu penyelesalan PDP hiperbol ik. Persamaan model yang paling sederhana dari PDP hiperbolik liner adalah persamaan gelonbang derajat 1, sedangkan persamaan gelonbang derajat 2 dapat ditulis sebagai suatu sistem PDP linier yang terdiri dari 2 persamaan gelombang derajat 1. Untuk kasus PDP hiperbolik tak Linler, persamaan Burger adalah persamaan modelnya yang paling sederhana. Persamaan-persamaan tersebut dapat dipelajari_ untuk nenperoleh pengertian tentang ciri-cirl dari skema-skema nunerik beda berhingga menapak waktu. Pengertian yang dimaksud adalah tentang keakuratan hasil konputasi numerik, masalah stabilitas dan laju konvergensi, masalah kondisi awal dan kondisi batas, masalah peredaman osilasi nunerik didekat, gelombang kejut, masalah penggugusan titik-titik Jaringan kisi ("grid clustering") dan lain sebagalnya. Dalam masalah-nasalah yang dimodelkan secara matematis oleh PDP hiperbolik, sebuah titik dimedan solusi mempunyai kawasan pengaruh tertentu dan hanya dipengaruhi oleh titik-titik lain di kawasan baglan medan solusi tertentu. Harga variabel disatu titik hanya berpengaruh pada harga variabel dititik-titik lain tertentu yang berada diruang yang dibatasi oleh suatu permukaan lengkung berbentuk sepert1 permukaan kerucut dan titik tadi berada di vertex (LitIk uJung) kerucut. Berbeda dari kasus masalah PDP eliptik, dimana harga variabel disatu titik berpengaruh pada dan dipengaruhi oleh harga varlabel di semua titik medan solusi, untuk kasus masalah PDP hiperbolik Inforiasi mengenal harga variabel hanya dikomunikasikan sepanJang arah-arah_tertentu, dengan Kecepatan perambatan tertentu. Kurva-kurva pembatas kawasan pengaruh lersebut dikenal sebagal kurva karakteristik sedangkan kecepatan peranbatan informasi adalah fungsi dari kecepatan gerak partikel flulda dan kecepatan gelonbang suara dalam flulda. Skema~skema numerik penyelesalab PDP hiperbolik —harus dirumuskan sedemikian rupa_—sehingga tidak ~—mellanggar kendala-kendala fisis yang telah diJelaskan tadi. Analisis matematis mengenai arah dan kecepatan peranbatan komunikas! Informasi tentang harga-harga variabel dalam medan solusi, blasanya sangat sulit dilakukan kecuali untuk aliran I-dimensional dan aliran-aliran 2-dimensional tertentu. Pada unumnya kesulitan analitis yang dihadapi menjadi begitu berat sehingga pengertian lebih mudah diperoleh dengan nelakukan eksperimen numertkal, yaitu dipandu oleh coba-ulang ("trial and error") yang dipandu oleh hasil analisis untuk kasus-kasus yang lebih sederhana. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa skena numerik penyelesaian PDP hiperbolik dan penerapannya untuk nenyelesalkan masalah-nasalah fisis tertentu. I PERSAMAAN GELOMBANG Model matematis yang akan dibahas di bawah ini adalah persamaan gelombang, yaltu 2, BG. At. av ax’ a Medan solus! adalah -L = x = L dan @(x,t) harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut : ~ Kondisi awal, pada t = 0 - Bentuk kurva fungsi $(x,0) = f(x) = Turunan terhadap waktu $¢ 6(x,0) = g(x) a - Kondisi batas, untuk semua harga t O-L,t) = 0 di x gt) =O dix=Lb alitis dari persamaan (1) dapat diperoleh dengan Solusi pendekatan pemisahaan varlabel (1ihat misalnya Kreyszig (1962), dan Winarto dan DJoko (1991)) dan hasinya adalah sebagai berikut : 5 g(n) dy} (2) get) = 7a C06) + FO) 1+ 820 Cys aCe) a6 dimana: § = x ¥ cl aax-et Untuk kasus g(x) = 0, persamaan (2) disederhanakan menjadi : Ox, t) = ve CE) + £0) 1 (3) Model matematis (1) adalah persamaan atur untuk perambatan gelonbang 1-dimensional pada ununnya, misalnya gelonbang akustik (1ihat misalnya Kinsler dan Frey (1962), Anderson (1982)) atau gelonbang getaran kawat lentur (1ihat misalnya Winarto dan DJoko (1991), dan Morse dan Feshbach (1953)) dan lain sebagainya. Bila dirumuskan bahwa : =a 2 va. usa dan = St (4) maka persanaan (1) dapat ditulis ulang sebagal sistem persanaan bertkut : au av ae, t. Bags = oO (Sa) ‘a ou * ers o (Sb) Sistem persamaan (5) dapat ditulis ringkas sebagai berikut : ag 190. Hf yy BE 2 =o ) dimana vektor kolom Q dan matrik [ 4 ] adalah sl +18 Sebelun kita bahas pendekatan penyelesalan sistem persamaan (5), marilah kita periksa cara penyelesaian persamaan gelonbang derajat 1 yang lebih sederhana . Persanaan gelombang deraJat 1 adalah au at Kondisi awal dan kondisi batas yang harus dipenuhi dimedan solusi 0 =x 0 a uOx,0) = £00) Kondisi batas : u(0,t) = 0 u(L,t) = 0 Dalam pendekatan metoda beda berhingga, persamaan atur yang ingin diselesalkan diganti oleh suatu sistem persamaan alJjabar yang sederhana. Pertama-tama, medan solusi diganti oleh titik-titik diskrit yang dikenal sebagai jaringan kisi. PanJang garis antara x = 0 dan x = L dibagi menjadi sejumlah interval atau selang yang seragam, bila Jumlah selang adalah JS maka besaran selang adalah = ion L Be NS Ted ye ee & Junlah Uittk kisi pengganti medan solusi, JTK adalah JIK = Js+4 © Titik kis! dibert identitas dengan indeks 1 dan koordinat titik kisi ke-J, yaltu x1 adalah : x, = (1-1) ox 1 (um - a3) 1 Zz (4 te Sebuah variasi dari skema Lax-Hendroff tapak banyak yang dikenal sebagai skema Richtmyer dapat diberikan sebagai berikut. Wai’ Tasnca ep cit yA Gl Bo Tapak 1: u” wt ee a oh) a me ym Ye cyntt2 yn Tapak 20: uM = uh = 5 (ut? = unt?) (45) Sebuah varlasi dari Metoda Mac Cormack adalah metoda Warming dan 12. Beam yang menggunakan skema "upwind" balk untuk prediktor dan korektornya, dan dapat diberikan sebagai berikut Tapak 1: uN? =u? =v (ul - ul) (46) Tapak 20: ute Spur eum —y [ul si #8 IS - yh - 20) ru] (a7) Pendekatan metoda tapak banya dapat diterapkan untuk memperoleh skema-skena numerik dengan keakuratan derajat 3, walaupun rumus-runus yang terlibat tentu saJa menJadi senakin rumit. Salah satu contoh adalah netoda Rusanov yang Juga dikenal sebagai metoda Burstein-Mirin, yaltu a 2 ican B82 fo Loa Tepekt tia ae tage a rar Migs MD Tapak 20; usu" - 2 yw - ul) t he tava” Yi-are ne 1 dy gre) AER See Tapak 9: ut “ores y, = -y, ‘0 ‘2 v sw TK ‘seen Jadi rumus untuk harga-harga batas adalah : nt od wie) sda jcgeh yee ated ut pugs Sl = ve (56a) vite dh yt = 2 et ut) (87) tte BM Ry 16 2 mt at p voy med pee ho Oe to a 7 Mires? (860) 2 net von p var ot fee are en = Mie eres” Mees) OTP Prosedur umum skema tapak banyak adalah : 1. Bertkan semua harga aval u?, v2 untuk 1 #1 4 JTK 1 1 2, Hitung harga-harga uy"? dan ee (1) Hitung harga uy, v) untuk 1 1 4 JTK-4 Gunakan skema numerik tapak 1 (44) Hiltung harga-harga ut . vet untuk 2 < i s JTK-1 Gunakan skema numerik tapak 2 Untuk 1 = 1 dan 1 = JTK gunakan rumus-rumus Khusus 'V SKEMA NUMERIK IMPLISIT Uraian deret Taylor untuk u(t+At) sebagai fungsi dari harga-harga pada waktu t telah diberikan sebagal persamaan (22) iba 11. thrga u(t) Juga dapat dturaikan sebegal bertkut + oor ge? oo a? 2 aye + 3 - 058) at z - tu yer | ae, ae z stata Penggabungan kedua persamaan di atas memberikan hasil berikut a7 At + gat) (59) Skema beda waktu (59) dikenal sebagai skema trapesium atau skema Crank-Nicolson. Penerapan skema (59) untuk persamaan gelonbang (7) dan bila turunan ruang diganti oleh beda pusat akan mem berikan skema numerik (20) atau (21). Untuk sistem persamaan (6), skema numerik yang diperoleh adalah sty, 2 che 2 8Q yn net JQ yn at a a care 2 pg tar 2 | = (60) Bila E adalah vektor kolom bertkut E = (lq aan ae 20 ix tal rd maka skema numerik (60) dapat ditulis sebagai ae BE yn, OE yn At q ne ( a ox } Ez: teuy Deret Taylor untuk E adalah nei a oe 8Q $ 2. esos (ay [a] «sou dimana = [Al net ~ we | 22 E tl ix | At (62) Turunan ruang dari persamaan (62) adalah a ' | = ‘ x se ae | 18 Jadi persamaan (61) sekarang dapat ditulis menjadi (63) a, 9 ntl gh + elmer | SelanJutnya turunan ruang digant! TBH beda pusat sebagai berikut HE: yg, et a ibe a nel in ped a neh Na Os = Nyy An ts 2 ax walt, - TA, oct) = sot fey Stet 2 ax Rumus (63) sekarang dapat ditulis sebagal berikut at er ase iy hing, 2h yaar Gate - fe inom + a oh at, a Tae Ma tt rae Ane St un . Bo if PAE, Sow) sans Satta gh a Bla Ea) trae Oey Seam ae Ms Os ‘Skema numerik (64) dikenal sebagai Beam dan warning implisit yang menpunyal keakuratan deraJat 2 dan stabil tanpa syarat batas (that misalnya Hoffman (1989), Anderson, Tannehill dan Pletcher (1984)). Walaupun metoda ini stabil, tetapi untuk kasus yang mellbatkan perubahan harga solusi yang mendadak, seperti gelombang keJut, solusi yang diperoleh ternyata berosilasi karena adanya kesalahan dispersif. Untuk mengurangi osilasi yang muncul, suatu skena peredaman nunerik derajat 4 ditambahkan pada skena nunerik (64). Bontuk dari peredaman numerik tersebut adalah sebagai bertkut 1 e o D= --j oh, - 4a, tea -agi tary (65) ‘Skema numerik (64) dapat disederhanakan, yaltu dengan menuliskannya dalan perumusan delta. Pertama-tama ditentukan bahwa 19 08,7 .& Qh? 88 {ssh dan rumus (61) sekarang ditulis sebagal ayn, BE jou) at a - (SR NYS tet Prosedur linterisasi (62) kemudlan ditulis sebagat Fi tee a re nnn Ee {Aly 40, (68) Pengolahan selanJutnya akhirnya memberikan skema numerik berikut At ag = — At et et (69) at yay? ad S85 a Ox “ten DOK Maer ta = ae Ma igs 1 Seperti hanya dengan skema (64), skema (69) juga membutuhkan suku peredam nunerik (65) untuk menghilangakan atau mengurangi osilasi numer ik. ‘Skema numerik (61) dapat ditulis dalam bentuk yang lebih unum sebagal berikut gto BE yet ae - [eat + a-o £ i] at (70) dimana 0 <0 41 Skema (61) dapat diperoleh dari persamaan (70) dengan menggunakan harga @ = 1/2. Bila @ = 0, skema (70) disederhanakan menjadi skema Euler ekeplisit, sedangkan bila @ = 1 maka diperoleh skena Euler mundur implicit (ihat persamaan (14) dan (18)). Skena mumerik Implisit seperti (64) atau (69) pada dasarnya aitulis untuk setiap harga 1, sehingza suatu sistem persamaan aljabar Linler diperoleh yang menggantikan PDP yang ingin diselesalkan. Sisten persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk perkalian matriks, dimana matriks dari koef isien-koefisien persanaan berbentuk tridiagonal. Oleh karena itu sisten persamaan tersebut dapat diselesaikan secara efisien dengan menggunakan algoritma Thomas. Porhatikan bahva untuk setlap tapak waktu, metoda implisit menbutubkan Jauh lebih banyak hitungan bila dibandingkan dengan 20 netoda eksplisit. tetap! karena metoda implisit tersebut stabil tanpa syarat, inl berarti besaran selang waktu dapat dibuat berharga besar sehingga Jumlah itersi menapak vaktu dapat ditekan menjadi sekeci1 mungkin, Bila nasalah fisis yang inin dicart solusinya adalah masalah aliran tunak (tak tergantung waktu), maka netoda Amplisit memiliki keunggulan karena besaran selang waktu Ot dapat dipllih menjadi Jauh lebih besar dibandingkan dengan harga At yang digunakan untuk metoda eksplisit. Namun dentkian keunggulan tersebut menjadi tidak berarti apabila solusi yang diperoleh mengandung kesalahan yang terlalu besar untuk dapat diterima, walaupun solusi tersebut bersifat stabil. Sisten PDP hiperbollk untuk masalah multi-dimensional dapat diberikan sebagai berlkut. Masalah 3-dimensional : a eee = ° (mM dimana 4 zi Bi S a = Fe S Q ae} =| 8s, | ce] Feu] Ger og, q E ry ie a, E, Fs 8 Masalah 2-dlmensional : 2. ee e = 0 (72) dimana 9 y 5 = ie ® Fe 2 4 3 2 % 5 Re Untuk kasus masalah 2-dimensional, skema beda waktu trapesium dapat ditulis sebagai berikut. “Ne an ort gh P(E EN, (2. oF at oot -[(Ee} (2g) 2a Prosedur linlerisasi yang dibutubkan adalah ent gs E* + fal com? - g") (74a) et F" + (Bl a"? - a") (74) aimana 5E oF 7 in = % dan Bl = 5a (7s) Penasukan hubungan (74) kerumus (73) menberikan hasil berikut de (a: Son Oe sae) aa {m+ (me +o ow }}e tf a n a n _ oe oF)" {m . tk warm + = }} a - a( E+ $) dimana [1] adalah matriks satuan atau matriks Identitas. Sistem persamaan (76) biasanya tidak dicoba untuk diselesalkan secara langsung karena Junlah hitungan yang dibutuhkan terlalu besar, Sistem persanaan tersebut blasanya dipecah menjadi 2 sistem persamaan terpisah yang diselesaikan sendiri-sendiri, SAlah satu netoda yang dapat diterapkan untuk tujuan tersebut adalah metoda taksiran faktorisast ("approximate factorization" atau metoda AF) yang dikembangkan oleh Peaceman dan Rachford (1955) dan Juga oleh Douglas (1955). Taksiran faktorisasi dari persamaan (76) dapat diberikan sebagai berikut. ata (i$ gai") (uns or }e ots ca) {( m+s 2 nr} ( mes Fo er ~ at + ey Rumus (77) tidak tepat sama dengan runus (76) tetapl berbeda dengan satu suku derajat at®, jadi keakuratan rumus (77) tetap derajat 2.Rumus (77) dapat ditulis atau dipecah menjadi dua runus yang dihitung berturut-turut, mirip seperti pemecahan skema Lax-Wendroff (37) menjadi skema Lax-Wendroff tapak banyak (38) dan (39). Kedua rumus tersebut adalah : x ui") a = ruas kanan persamaan (77) (78a) 22 (on + BES, wr} ahh = (7eb) Perhatikan bahwa ruas kirl persamaan (87a) adalah sebuah runus Implisit dalam variabel bebas sunbu-x saJa, sedangkan ruas Kirt (7b) adalah rumus implisit dalam varlabel bebas y. Inilah sebabnya mengapa skema (78) Juga dikenal sebagal skema ADI (“Alternating Direction Implisit") atau skema implisit beruntun berganti arah, Harga Q” dihitung dititik-titik disepanJang garis yang seJaJar dengan sunbu-x pada harga y tertentu, garis demi garis disapu arah y. Setelah semua harga Q° disemua titik dimedan solusi dihitung kemudian barulah harga Q™? dihitung dititik-titik disepanJang garis yang seJajar dengan sumbu y untuk satu harga x tertentu, garis demi garis disapu arah x. Skema AF Juga dapat diberikan dalam perumusan delta sebagai ber ikut. (1 + to tale }(m one tar") ag” = -at( $8 + FE) os Skema (79) kemudian dipecah menjadi sicema ADI berikut (ear in”) a0" -ae( ae) 5 gy (80a) (ES toi") 19” = 10° (80b) Disamping skena AF ada juga beberapa skema lain untuk menyelesaikan masalah multi-dimensional misalnya metoda SCM ("split Coefficient Matrix") yang dikenbangkan oleh Chakravarthy (1979), skema “Split Flux", skema A Moretti dan lain sebagainya. Vv PERSAMAAN EULER 1-DIMENSIONAL SEMU Persamaan atur untuk aliran fluida tak-viskos, tunak dan termampatkan adalah persamaan Euler. Disini kita akan membahas penyelesalan nasalah aliran 1-dimensional semu, yaltu aliran dalam nosel de Laval, yang model natematisnya adalah persamaan Euler: Sistem persamaan Euler untuk aliran 1-dimensional semu dapat diberikan sebagai berikut (Jihat | misalnya Anderson (1982), 23 Hoffmann( 1989) ). Persamaan kontinyultas : a ate 8) Persamaan Momentum (es) nergh Persamaan oe dimana adalah adalah adalah adalah adalah pV EDA adalah adalah adalah awe xs = Bentuk fungs! S(x) + Cus) = 0 oo a sro 318 s) + Ete + Busi = 0 luas penampang nosel densitas fluida kecepatan aliran fluida tekanan fluida energi total persatuan massa nisbah panas Jenis (konstanta) sumbu ruang sumbu waktu -1) we -Z0w) atau distribusi luas penampang plpa nosel) diberikan atau dianggap diketahui, (Bia) (81b) (gic) (82) (atau Sistem persamaan (81) diberikan dalam variabel non dimensional dan dapat dituiis ulang dalam bentuk ringkas sebagai berikut. oa at dimana : % Q ce] Y= % 4 oe lo, | -s aE as Be eae BS es pus pes ° 0 Pr * Q ® 0 2a (83) EB = =| @ur+Bis |e Ey (ee t+Brus 2 q dan prr-VD-ge + a) Sistem persanaan (83) Juga dapat ditulis sebagal ag BOs) = ye Bee Be we te te (3a) aimana aE eS tal = er atau A. = ae a vy a, Ayy adalah koefisien-koefisien matriks Jacobi [Al Penerapan netoda Lax-Wendroff tapak banyak (1that persanaan (48) dan (49)) pada persanaan (84) menberikan skena nunerik berskut Tapak 1: aaa tee. at de ge ge DEA yeh =" aren OZ Mm Foe Clary + (AT, ~ Oy? ' at + 6, > 5) (ss) 25 net on a at gay? erent + art = gt = 5 cay + (aly, 2. - 8) Lat yt . +12 ahs ape, - 8) (86) Skema Mac Cormack untuk masalah yang sama adalah Tapak 1: om a the praise aR = a8 = on = Fran? ah, - aD) at a og ¢ HY 4" s) (87) Tapak 2 wt 8 gt 1 ot yt . at = 50) + Ot) = 5 aR AN CQ - OD rat ye + 3k 4H, 8, OF 5) (88) Bila Litik-titik Jaringan kisi adalah titik x, , 141 = JTK, perhatikan bahwa rumus tapak 1 (persamaan (85) dan (87)) hanya dapat diterapkan untuk 1 © 1s JTK-1 , sedangkan rumus tapak 2 (rumus (#6) dan (88)) hanya dapat diterapken untuk 2 <1 JTK-1 Ini berarti bahwa harga QM! dititik 1 = 1 dan 1 = JTK harus dinitung secara khusus dengan memanfaatkan kondisi batas yang ditentukan, Darl pertimbangan teoritis, kondisi batas yang diterapkan di uJung kakan pipa (1 = JTK) adalah harga tekanan, p. Pertinbangan teoritis mengenal peranbatan gelonbang menunJukkan bahwa bila aliran di wJung keluar pipa (1 = JTK) berkecepatan subsonik, maka dititik tersebut dibutuhkan 1 kondisi batas analitis dan 2 kondisi bats numertk, sedangkan bila aliran berkecepatan supersonik maka kondisi batas yang dibutuhkan adalah 3 kondis! batas numerik saJa. D1 uJung masukan (titik 1 = 1) bila kecepatan allran adalah subsonik naka 2 kondisi batas analitis dan 1 kondis! batas numerik dibutuhkan sedangkan untuk aliran superson!k dibutubkan 3 kondisl bats analitis. Masalah fisis yang dibahas adalah kasus dimana aliran selalu subsonik diujung masuken, sedangkan di ujung keluaran aliran dapat bersifat subsontk ataupun supersonik tergantung pada harga tekanan 26 yang ditentukan disitu. Namun demikian mengingat bahwa kondist aliran supersonik di uJung keluaran hanya terJadi pada satu harga p tertentu saJa, dan disamping itu Jumlah kondisi batas analitis yang berlebihan tidak berpengaruh pada solusi (misalnya Lihat Hoffmann (1989)) maka ditentukan bahwa diujung keluaran ditetapkan 1 harga kondisi batas analitis. Perbedaan antara kondisi batas analitis dan kondisi bats nunerik dapat diJelaskan sebagai berikut. Setelah harga-harga Q, , Q, dan Q, dititik-titik internal, 241s JIK-1, diperoleh sebagai hasil hitungan dengan runus-runus menapak waktu (misalnya skema Mac Cormack atau Lax-Wendroff), kemudian harga variabel primitif dititik-titik yang sama dihitung sebagai berikut. p= ay 7S, (89a) a," O79, (89b) Se Saat Si (890) 2 a 1 Say a EEN og Q,,) (89) Kondis} batasanalitis berarti harga varlabel primitif ditentukan sebagal hasil analisis teoritis, yaitu dlberikan sebagai harga nasukan ("Input"). Sebaliknya, Kondisi batas nunerik adalah kondis! batas yang diperoleh secara_numerik dengan nempertinbangkan kenyataan fisis dibatasan medan solusi. In} dapat dilakukan misalnya dengan ekstrapolasi. Bentuk kurva p(x), u(x), PGC dan e,(x) dlanggap mulus dan dapat ditaksir oleh polinon Karena skena nunerik yang diterapkan berderajat 2 maka polinom yong digunakan sebagal kurva penaksir Juga harus berderaJat 2 atau kuadratis, Sebagal contoh, harga u, dapat dihitung dengan mengganggap bahwa u, berada pada kurva u(x) kuadratis, yaltu 6 2 Oh FG + oat yang melevatt titik-titik (x, 4u,), Of, »t,) dan Ge, 4u,)- Jadi harga u titik 1 = 1 dan 4 = JTK adalah wo 3u - 3u ty (90a) 1 2 3 4 u (90b) =u -3 + ure ~ “area “ore * “orea ar Kondisi batas analitis ditentukan sesual dengan kenyataan fisis yang berlaku. Untuk kasus yang dibahas disini pada dasarnya kondisi batas tergantung pada luas penampang di 1 = 1 dan 1 = JTK dan juga pada harga p di 1 = JTK (1that misalnya Winarto dan Syahlan (1991)). Bila aliran tercekik ditenggorokan nosel, maka harga bilangan Mach di (itik 1 = 1 dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut. yet =a } R= gy sok Lele ‘Aliran akan tercekik ditenggorokan nosel apabila tekanan dilubang keluar p,,, berharga dalam JaJaran harga berikut. Purr SP (92) P, TK kritie subsonik rendah Piedad. /Seowindiy 2 SP? penaan,) GBPSE | SUBLEINES set rumus-rumus berikut. Marga p (93) Riceyatne|h t 1 2 Sie 7 [A Harga M,_, dalam rumus (93) adalah solusi subsonik dari persanaan (94). Solust supersonik dari persamaan (94) diberi simbol M, yang digunakan untuk menghitung harga p,_.,,,, Sebagai berikut, S 1+ Dw Moe (95) 1 ds 8 = (96) = them Prentan ~ Pu © (37) Bila kondisi (92) dipenuhi maka bilangan Mach di titik 1 = 1 dapat 28 dinitung sebagal solusi persamaan (91). Harga sifat aliran jain-lainnya dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut. Tenperatur : tT = a+ Dew (98a) Tekanan : te Aa (98) Densitas aon 4 (98) Kecepatan uM, <7, (s8a) T Energi total : ea" Feet au (982) Bila kondis! (92) tidak dipenuhi dan p,., berada diJaJaran harga Pyritie eupaonte * Pare S 7 ‘ey maka harga bilangan Mach dititik 1 = 1 dapat dihitung sebagai berikut (100) 2) 24-0 2 ral Harga sifat-sifat aliran lainnya kemudian dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus (98). Pada dasarnya harga p,,, tidak boleh lebih kecil daripada Prenden MaFena Kasus Ant melibatkan gelonbang keJut miring atau gelonbang ekspansi yang bersifat 2-dimensional dan tidak dapat dimodelkan dengan aliran 1-dimensional sem, Satu-satunya perkecualian adalah apabila + = Prritis supereonix (102) Pare, Untuk kasus inl aliran disepanJang nosel bersifat sepenuhnya isentropik dan (103) ,urig T? Renton [EE |] Aimana M,, adalah solust supersonik dari persanaan (94). Dua harga kondisi batas analitis yang dapat ditentukan di titik 29 1 = 1 misalnya saJa adalah harga p, dan e, , ditentukan sebagai kondisl batas numerik yaitu dihitung dengan - Harga u, kemudlan rumus ekstrapolasi (90a). Kondisi batasanalitis dititik 1 = JTK adalah harga tekanan p,,, + sedangkan harga e, dan u,,, ditentukan sebagai kondisi batas aT nunerik. Kemudian harga p,,, dihitung dengan rumus berikut. P (104) 1 r- (eo - Ev) Setelah harga-harga p , u dan e, dititik 1 = 1 dan 1 = JTK diketahul harganya, kemudian harga-harga Q, , Q, dan Q, dikedua titik tersebut dihitung sebagai berikut. a = es (105a) a = pus (105) a = pes (10se) Pada awalnya semua harga Q, , Q, dan Q, dititik-titik 1 <1 JIk harus diberikan sebagal kondisi awal, Pada dasarnya harga-harga kondisi aval’ boleh ditentukan sesuka hati dengan catatan tidak boleh melanggar hukum-hukun Fisika dasar. Selanjutnya perlu dipertimbangkan Juga bahwa Jumlah iterasi menapak waktu yang dibutuhkan untuk menghitung solusi sampal konvergen tentu saja menjadi lebih sedikit bila kondisi awal yang dipilih lebih mendekati solusi yang dicart. Penerapan skema numerik seperti rumus (85) dan (86) atau (87) dan (88) untuk menghitung harga solusi dititik-titik internal melibatkan penentuan atau pemilihan harga At dan Ox, Harga Ax ditentukan pada saat menentukan jaringan kisi dan Ox adalah selang seragan antara 2 titik kisi yang berdekatan. Setelah harga Ax ditentukan, harga selang waktu At tidak boleh ditentukan sesuka hati tetapl harus memenuhi persyaratan stabilitas CFL yaitu : at ss sae (106) vo=A dimana A, adalah harga eigen terbesar dari matriks Jacobian (Al pada setlap langkah waktu. Harga eigen matriks [A] adalah (u - 47), udan (u +47), Jadi A... adalah harga (u + 4T) terbesar 30 karena u dan {T selalu berharga positif. Persyaratan CFL (106) tersebut di atas adalah persyaratan stabilitas global yang harus diterapkan bila masalah yang ingin diselesalkan adalah masalah aliran tak-tunak dan kita menginkan solusi yang akurat sebagai fungsi waktu. Persyaratan tersebut songat ketat karena harga Mt yang digunakan harus sangat kecll dan ini berarti babwa Junlah iterasl menapak waktu menjadi sangat besar. Bila wasalah yang ingin diselesaikan adalah masalah aliran tunak dan kita hanya mengingkan solusi akhir yang konvergen dantidak berubah lagi terhadap waktu, persyaratan CFL global dapat diganti dengan persyaratan CFL lokal, yaltu. A, adalah harga (u ~ 47) dimasing-masing titik kisi dan bukan harganya yang terbesar. Ini berarti bahwa At berubah-ubsh dari satu titik kisi ke {tik lainnya. Jadi Bt disini tidak dapat diartikan sebagal waktu fisis, telapl menpunyal Keunggulan yaltu Jumlah iterasi yang dtbutuhkan menjadi lebih sedikit. Beberapa hasil komputasi yang diperoleh ditunjukkan pada ganbar 1 sampai dengan 4. Seperti dapat dilihat, hasil konputast nunerik untuk kasus aliran Isentropik subsonik-supersonik (1ihat gambar 3) itu sangat bagus, hampir tepat sama dengan solusi analitis. Tetapi hasil yang diperoleh untuk aliran isentropik subsonik-subsonik (gambar 2) kurang begitu baik, sedangkan untuk aliran yang melibatkan gelombang kejut, basil yang diperoleh nenunjukkan osilasi nunerik, Keberadaan dan lokas gelombang keJut dapat diprediks1 dengan cukup baik, tetapl ada perbedaan harga solus! yang cukup Kasat mata antara solus! numerik dengan solust analitik. Osilasl numerik tersebut sampai batas tertentu dapat Aikendalikan dengan menggunakan fungst peredan nunerik (1ihat persanaan (65)), tetap! belun dapat dihilangkan secara tuntas. Suatu cara lain untuk menghilangkan osilasi numerik adalah dengan penggugusan titiktitik jaringan kisi atau "grid cluster in , yaitu dimana titik selang ruang tidak berharga tetap tetap! dibuat menjadi sangat rapat di kawasan dekat gelombang keJut (11hat misalnya Hoffmann (1989). 31 VIKESIMPULAN Dalam makalah Ini telah dibahas masalah sistem PDP Hiperbolik derajat 1, non-Linier dan cara-cara penyelesaiannya secara nunerik. Metoda numerik yang dibahas adaJah metoda beda berhingga, Khususnya metoda menapak Waktu ("time marching nethods"). Penbahasan dimulai dengan memeriksa persamaan model yang paling sederhana yaltu persamaan model yang paling paling sederhana yaitu persamaan gelombang yang bersifat linier. Persanaan tersebut digunakan sebagal wahana untuk menbahas beberapa skema numerik penyelesalan PDP hiperbolik. Skema-skema tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelonpok besar yaitu skena oksplisit dan skema Implisit. Beberapa contoh dari skema eksplisit' yang akurat derajat 1 telah dibahas, Kemudian prinsip-prinsip dasar dalam penurunan rumus-rumus eksplisit derajat 2 dibahas dengan mengambil metoda Lax-Wendroff sebagal contoh utamanya, yang dapat diturunkan dengan menggunakan uralan Deret Taylor. Persamaan atau skema numerik Lax-Nendroff tersebut kemudian dipecah menJadi skema tapak banyak untuk menJelaskan konsep-konsep dasar tentang metoda tapak banyak. Kelompok metoda implisit dibahas dengan menggunakan skena trapesium Crank-Nicholson sebagai contoh utamanya. PAda awalnya pembahasan diberikan untuk kasus PDP hiperbolik 1-dimensional. Konsep yang sama kemudian diterapkan pada kasus-kasus PDP hiperbolik multi dimensional yang dapat diselesaikan dengan pendekatan taksiran faktorisasi (metoda AF) yang digabungkan dengan konsep ADI atau metoda implisit berganti arah. Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi awal, kondisi batas, stabilitas dan laju konvergensi telah dibahas secukupnya. Kemudian untuk memperJelas masalah, telah dibahas pula sebuah contoh penerapan metoda Lax-wendroff dan metoda Mac Cormack untuk menyelesaikan sistem persanaan Euler untuk kasus allran fluida I-dimensional sem. Masalah yang berkaitan dengan penentuan kondisl aval dan kondisi batas juga telah dibahas secara cukup terperinci Penjelasan telah diberikan mengenal perbedaan antara kendisi batas 32 analitis dan kondisi bates numerik. Telah ditunjukkan bahwa penentuan kondisl batasitu tidak mudah dan membutuhkan pengertian yang mendalam tentang kenyataan fisis yang diwakill oleh model matematis (PDP hiperbolik) yang diteliti. Masalah persyaratan stabilitas CFL telah dibahas secukupnya, termasuk persyaratan global dan persyaratan Lokal. Beberapa hasil komputas! dalam penyelesalan sistem persamaan Euler telah diberikan dan dibahas secukupnya, Masalah-masalah utama yang ditemukan adalah lambatnya laju konvergensi atau besarnya Jumlah iterasi menapak waktu yang dibutuhkan, kesalahan error") yang cukup besar, kesulitan dengan munculnya osilasl numerik blla solusi melibatkan adanya gelombang kejut dimedan solusi. Sedikit pengertian telah diperoleh tentang perlunya penanbahan suku peredam numerik untuk mengendalikan osilasi numerik yang muncul dengan solusi yang dihitung. Masalah peredaman osilasi numerik dan pengendalian stabilitas solusi yang diperoleh nasih harus dipelajari lebih lanJut secara lebih mendalam. Masalah penggugusan titik-titik kisi dl kawasan dekat gelombang keJjut telah dibahas sekilas, tetapl masih harus diteliti lebih lanjut secara lebih mendalam dan terperinci. Seperti diduga sebelumya, masaiah penyelesalan sistem PDP hiperbollk non-linter ternyata memang rumit dan sulit. Selanjutnya perlu dicatat bahwa persyaratan stabllitas untuk sistem PDP hiperbolik non-linier itu jauh lebih ketat daripada untuk kasus-kasus linter. Namum demikian analisis stabilitas, misalnya dengan metoda Von Neumann, untuk kasus PDP linler tetap bermanfaat sebagai pemandu atau pember1 petunJuk tentang stabilitas skema numerik untuk PDP non-linier. Sei ‘a unum dapat dikatakan bahwa metoda menapak waktu itu sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah PDP hiperbolik, balk Linter ataupun non-linier. Tetap! perlu diperhatikan bahwa penerapan metoda-netoda tersebut untuk menyelesaikan masalah Ltu tidak mudah dan membutuhkan pengertian yang mendalam, yang hanya dapat diperoleh dari pengalaman dengan melakukan eksperimen numer ik. 33 DAFTAR ACUAN 1, Anderson, J. D. (1982) + Modern Compresible Flow with Historical Perspective. Mc Graw-Hill, New York. 2. Anderson, D. A., Tannehill, T. C. and Pletcher, R. H. (1989) = Computational Fluid Mechanics and Heat Transfer. Hemisphere Publ, New York. 3. Chakravarthy, S. R. (1979) : The Split Coefficient Matrix Method for Hyperbolic System of Gas Dynamic Equations. Ph.D Dissertation , Dept. of Aerospace Eng. Iowa State University, Anes. 4, Douglas Jr.,J. (1955) : On the Numerical Integration of au au au Su 4 Se = 24 by Implicit Methods. J. Soc. Ind. Appl. ax’ ay at Math, vol 3 pp 42 ~ 65. 5. Hoffmann, K. A. (1989) : Computational Fluid Dynamics for engineers. Engineering Education System™ Austin, Texas 6. Kinsler, L. E. and Frey, A. R. (1962) : Fundamentals of ‘Acoustics. John Willey & Sons, New York 7. Kreyszig, E. (1962) : Advanced Engineering Mathematics. John Willey & Sons, New York 8. Norse, P.,M. and Freshbach, H. (1953) : Methods of Theoretical Physics. Mc Graw-Hill, New York 9. Peaceman, D. W. and Rachford, H, H. (1955) : The Numerical Solution of Parabolic and Elliptic Differential Equation. J. Soc. Ind. Appl. Math. vol 3 pp 28 - 44 10.Winarto, H dan Djoko, A (1991) : Penyelesalan Numerik Persamaan Gelonbang Model getaran Kawat Lentur. Proceedings SITRA 91 Simpostum Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam Rekayasa Aeronautika, IPTN Bandung 7-9 Mei 1991 11.Winarto, H. dan Syahlan, A (1991) : Persamaan Euler dengan Pendekatan Metoda Lax-Wendroff. Proceedings SITRA 91 Simposium Nasional Tlmu Pengetahuan dan Teknologi Dalam Rekayasa Aeronautika, IPTN bandung 7-8 Mel 1991 34

You might also like