Professional Documents
Culture Documents
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut daftar pustaka.
v + 30 pages + 3 tables
ABSTRACT
Diabetes Mellitus is often also called the silent killer because this disease can affect
all organs of the body and cause various kinds of complaints. Diseases that will be caused
include impaired vision, cataracts, heart disease, kidney disease, sexual impotence,
wounds that are difficult to heal and rot/gangrene, lung infections, blood vessel disorders,
stroke and so on. It is not uncommon for people with severe diabetes mellitus to undergo
limb amputation due to decay. The purpose of this study was to determine the
characteristics of HbA1c in patients with type II Diabetes Mellitus. Broadly speaking, the
risk factors for Type 2 DM are divided into 3, namely the first non-modifiable risk factors
including genetic history, age 45 years, gender, race and ethnicity. Second, modifiable
risk factors are obesity, lack of physical activity, hypertension, dyslipidemia and
unhealthy diet. And the third is other risk factors such as smoking and alcohol
consumption. the dangers of Diabetes Mellitus can be fatal to public health and to better
maintain a healthy lifestyle by doing physical activity/sports, maintaining a diet and
regular Medical Check Up and also knowing the symptoms and characteristics of type 2
Diabetes Mellitus. The study used a cross-sectional design. sectional and descriptive data
presentation. The study took a sample of 180 people with type II diabetes in the district of
Ponorogo. Data on the characteristics of respondents in the form of age, sex, education
were obtained through interviews, and the HbA1c value was obtained through
examination of data in a standard laboratory in Ponorogo district. The results showed that
81.7% of 180 DM patients had an HbA1c value of 16.5%, 26.5% of HbA1c patients were
mostly women, elderly, had low education, glycemic control through routine and large-
scale HbA1c examinations was needed to prevent further complications. while at
Puskesmas Cilacap Tengah 1 and 2 The average age of type 2 DM patients at Puskesmas
Cilacap Tengah 1 and 2 was 60.8 years 2. Most type 2 DM patients were female (66.4%)
3.Average The duration of suffering from DM was 5.2 years later. The characteristics of
the respondents were mostly women, elderly, with low education. It is recommended for
people with type 2 diabetes and their families to increase knowledge about the
management and control of blood sugar levels, as well as increase preventive efforts such
as carrying out a healthy lifestyle, maintaining a regular diet and exercising so as not to
experience further complications.
ABSTRAK
Diabetes Mellitus sering juga disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit
yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-
paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita Diabetes
Mellitus yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik HbA1c pada penderita Diabetes
Melllitus tipe II.Secara garis besar faktor risiko DM Tipe 2 terbagi menjadi 3, yaitu
pertama faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik, umur ≥45 tahun,
jenis kelamin, ras dan etnik. Kedua, faktor risiko yang dapat diubah yaitu obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat. Serta ketiga yaitu
faktor risiko lainnya seperti merokok dan konsumsi alcohol. bahayanya Diabetes Melitus
dapat berakibat fatal bagi kesehatan masyarakat dan untuk lebih menjaga pola hidup sehat
dengan cara melakukan aktivitas fisik/olahraga, menjaga pola makan dan rutin Medical
Check Up dan juga mengetahui gejala dan karakteristik dari Penyakit Diabetes Mellitus
tipe 2. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan penyejian data deskriptif .
penelitian menggambil sampel sebanyak 180 penderita diabetes tipe II dikabupaten
ponorogo . data karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, pendidikan diperoleh
melalui wawancara, dan nilai HbA1c diperoleh melalui pemeriksaan daran
dilaboratorium standar di kabupaten ponorogo. Hasil penelitian menunjjukaan bahwa
81,7% dari 180 pasien DM Memiliki nilai HbA1c 16,5% penderita HbA1c 26,5 %
sebagian besar adalah perempuan, usia lanjut, pendididkan rendah, control glikemik
melalui pemeriksaan HbA1c rutin dan berskala diperlukan untuk mencegah kompikasi
lebih lanjut sedangkan pada Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 Rata-rata umur pasien
DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 adalah 60,8 tahun 2. Sebagian besar
pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan (66,4%) 3. Rata-rata lama menderita DM
adalah 5,2 tahun kemudian Karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan,
lanjut usia, berpendidikan rendah. Disarankan bagi penderita diabetes tipe 2 dan
keluarganya untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dan pengendalian kadar
gula darah, serta meningkatkan upaya preventif seperti melakukan gaya hidup sehat
menjaga pola makan dan olahraga teratur agar tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Karakteristik Analisis Hba1c Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe Ii”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Poltekkes Kemenkes
Medan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Penulis menyadari dalam menyusun KTI ini banyak dibantu oleh banyak
pihak yang mendukung dalam menyelesaikan tugas ini. Untuk ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Ahli Teknologi
Laboratorium Medis.
2. Ibu Endang Sofia, S.Si. M.Si selaku ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Medan
3. Ibu Ice Ratnalela Siregar, S.Si, M.Kes selaku pembimbing dan ketua
penguji saya yang telah memberikan semangat, waktu serta tenaga dalam
membimbing dan memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak dr. Adi Rahmat, M.Kes selaku penguji I saat seminar proposal dan
Ibu Nin Suharti, S.Si, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan
masukan berupa kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan staff pegawai Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Medan
6. Teristimewa kepada kedua orang tua dan saudara/i tersayang yang
senantiasa memberikan dukungan moral maupun material serta doa
maupun semangat kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan hingga sampai penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Kepada kelompok kecil saya “ Gavrilla” (kak friska,milen dan apriyanti)
dan adik kelompok kecil saya “nachelle dan Isabel” yang selalu memberi
doa dan semangat dan dukungan.
8. Kepada teman – teman seperjuangan di kampus jurusan Teknologi
Laboratorium Medis angkatan 2018 yang telah memberi banyak
kenangan bermakna selama proses pendidikan di Poltekes Medan dan
masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selalu setia memberikan dukungan dan semangat.
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.4.1. Untuk Peneliti 3
1.4.2. Untuk Institusi Pendidikan 3
1.4.3. Untuk Masyarakat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Diabetes Mellitus 5
2.2. Patofisiologi 5
2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus di Indonesia 6
2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus 6
2.5. Diabetes Mellitus lainnya 7
2.6. Manifestasi Klinis 7
2.7. Gejala Khas Diabetes Mellitus 8
2.8. Komplikasi Diabetes Mellitus 8
2.9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus 10
2.10. Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) 10
2.11. Faktor Resiko 11
2.12. Manfaat Pemeriksaan HbA1c 11
2.13. Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Nilai 12
2.14. Metode Pemeriksaan HbA1c 13
2.15. Kerangka Konsep 13
2.16. Definisi Operasional 13
DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
2.2 Patofisiologi
Dalam patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II terdapat beberapa keadaan
yang berperan yaitu : Resistensi insulin dan Disfungsi sel B pankreas. Diabetes
Mellitus Tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, melainkan
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak dapat merespon insulin secara
normal atau lazim disebut dengan resistensi insulin. Resistensi insulin banyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan.
Pada awal perkembangan Diabetes Mellitus Tipe II sel B menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin. (Fatimah 2015)
Tingginya kejadian DM kemungkinan terjadi karena pola kebiasaan makan
masyarakat Cilacap yang menyukai makanan yang tinggi lemak dan kolesterol
seperti jeroan dan gorengan, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis. Faktor genetik menjadi faktor lain yang menyebabkan
kejadian DM. Seringkali dalam satu keluarga peneliti menjumpai suami, istri yang
menderita diabetes dan menurun kepada anak-anaknya. Kebiasaan utama yang
sulit ditinggalkan oleh masyarakat adalah makan mendoan dan gorengan
sejenisnya serta kebiasaan minum yang manis (Hurin Nuril dkk 2018)
Penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 Pemeriksaan
Obesitas
Hba1c
Hipertensi
Riwayat keluarga
Umur
Jenis kelamin
Faktor Genetik
Alkohol Dan Rokok
2.16 Definisi Operasional
1. Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme dimana kadar gula
didalam darah melebihi nilai normal.
2. HbA1c merupakan fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan
glukosa.
3. HbA1c Normal yaitu dimana kadar HbA1c 4,0 – 6,0 %
4. HbA1c Meninggi yaitu dimana kadar HbA1c >6,0 %.
5. Mengetahui Karakteristik Analisis HBa1c Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 HASIL
Hasil olah data menunjukkan bahwa dari 152 responden, rata-rata memiliki
umur 60,8 tahun, dengan umur termuda 39 tahun dan tertua 89 tahun. Sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan 101 orang (66,4%), sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan SMA atau Perguruan Tinggi sejumlah 78 orang
(51,3%). Karakteristik demografi pasien ditunjukkan pada tabel 4.1.
2. Laki-laki 5133,6
Pendidikan
1. SD/SMP 7448,7
2. SMA/PT 7851,3
Sumber : Jurnal “karakteristik pasien diabetes melitus tipe ii Di puskesmas cilacap
tengah 1 dan 2” (Dewi Prasetyani dan Evy Apriani, 2017)
Tabel. 4.1.2. Karakteristik Demografi
HbA1c
Karakteristik Total
≥ 6.5 < 6.5
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%)
(%) (%)
Usia
Dewasa 23 12.8 20 11.1 43 23.9
Tua 124 68.9 13 7.2 137 76.1
Jenis
kelamin
Pria 14 7.8 18 10 32 17.8
Perempuan 133 73.8 15 8.4 148 82.2
Pendidikan
Utama 142 78.8 28 15.6 170 94.4
Sekunder 5 2.8 5 2.8 10 5.6
Sumber : Jurnal “Characteristic Analysis Of Type 2 Diabetes Mellitus Based On
HbA1c” (Sulistyo Andarmoyo, dkk. 2020)
4.2 PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 60
tahun. Distribusi responden pada penelitian ini berdasarkan karakteristik
responden seperti usia, jenis kelamin,pendidikan dan capaian target
penatalaksanaan DM 2. bahwa umur sangat erat kaitannya dengan kenaikan gula
darah, dimana semakin meningkat umur maka resiko mengalami DM tipe 2
semakin tinggi. Proses menua akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi
dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah meningkatnya resistensi
insulin.
Global Report on Diabetes (2016) melaporkan bahwa diabetes melitus
menyebabkan 1,5 juta orang meninggal pada tahun 2012. Diabetes melitus
bertanggung jawab dalam 2,2 juta kematian sebagai akibat dari peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler dan lainnya, dengan total 3,7 juta orang meninggal
dimana sebesar 43% meninggal sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016).
Menurut Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
persentase sebesar 6,7%, setelah penyakit Jantung Koroner (12,9%) dan Stroke
(21,1%). Bila tidak ditanggulangi, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan
produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Penderita diabetes terjadi pada
rentang usia yang beragam, dimana yang masih berumur < 40 tahun sebanyak 1.
671.000 orang, penderita yang berusia 40- 59 tahun sebanyak 4.651.000
orang, sedangkan pada usia 60-79 tahun diperkirakan sebanyak 2. 000.000 orang
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah pasien DM perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan komposisi lemak tubuh dan kadar hormon seksual antara
perempuan dan laki-laki dewasa. Kadar lemak normal pada laki-laki berkisar
antara 15 – 20% sedangkan pada perempuan berkisar antara 20 – 25% dari berat
badan. Kadar HbA1c pada perempuan usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini diduga akibat penurunan hormon estrogen pada
perempuan yang mengalami menopause. Penurunan hormon estrogen juga
menyebabkan peningkatan cadangan lemak tubuh terutama di daerah abdomen.
Tingkat pendidikan responden merata untuk tingkakt pendidikan dasar (SD/SMP)
dan pendidikan tinggi (SMA/PT). Tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung
terhadap kontrol gula darah pasien. Pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi
lebih mudah memahami informasi tentang diabetes yang diberikan dan
kebutuhan-kebutuhan terkait perawatan diabetes (Prasetyani dan Evy,2017)
Ditemukan sebagian besar penderita DM tipe 2 di Prolanis (Kronis
Kelompok Program Penanggulangan Penyakit di fasilitas pelayanan primer di
Kabupaten Ponorogo dengan kadar HbA1c ≥6,5% adalah; pasien lanjut usia
(68,9%), berjenis kelamin perempuan (73,8%), penderita dengan pendidikan
rendah (78,8%), dan penderita DM tipe 2 kurang dari lima tahun (61,1%).
Jenis Kelamin
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan studi literatur yang diambil dari dua referensi pada penelitan
Karakteristik Analisis Hba1c Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II Yang
melakukan pemeriksaan hba1c dapat disimpulkan bahwa Kadar HbA1c pada
penderita diabetes melitus tipe 2 pada kelompok Prolanis (Program
Penatalaksanaan Penyakit Kronis) prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan
diagnosis dokter, jenis kelamin, dan pendidikan,Usia . Berdasarkan kategori usia,
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan
(1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Berdasarkan diagnosis dokter dan status
pendidikan, prevalensi penderita DM tertinggi merupakan tamatan pendidikan
setingkat SMP/SMA/D3/PT, yang merupakan kategori jenjang pendidikan
tertinggi pada hasil Riskesdas 2018. sebagian besar ≥6,5%, yang mengindikasikan
pengendalian glikemik tidak wajar. Karakteristik responden sebagian besar adalah
perempuan, lanjut usia, berpendidikan rendah. Disarankan bagi penderita diabetes
tipe 2 dan keluarganya untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dan
pengendalian kadar gula darah, serta meningkatkan upaya preventif agar tidak
mengalami komplikasi lebih lanjut.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan edukasi dengan metode pemberian edukasi DM yang selalu
dimodifikasi dan pengarahan pada usia dini
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik pasien DM tipe
2 dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti kebiasaan makan,
kebiasaan olah raga, keturunan dan obesitas.
3. Perlu pengembangan lebih lanjut penelitian tentang kemampuan self-care
pasien Dm Disamping itu pasien juga harus sering melakukan kontrol
kepada dokter atau rumah sakit rujukan untuk mengetahui perkembangan
kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hurin Nuril Karimah, I Gusti Agung Dewi Sarihati, Nur Habibah, 2018.
Gambaran Kadar Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud
Wangaya.
Ida Ayu Trisna Wulandari dkk,Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter
, Fakultas Kedokteran Universitas Udayan Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Koresponding author.
Info Datin (2018). Situasi dan analisis diabetes. Diunduh pada tanggal 7 april
2021 dari https://pusdatin.kemkes.go.id//infodatin-Diabetes-2018.pdf
Prasetyani Dewi , Evy Apriani, 2017. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2. STIKES Al-Irsyad Al- Islamiyyah
Cilacap. PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil- Hasil
Penelitian Pengabdian Masyarakat.
Diketahui oleh
Dosen Pembimbing,
DATA PRIBADI
Nama : Sri Wulan Venesia Marbun