You are on page 1of 43

KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK ANALISIS HBA1C PADA PENDERITA


DIABETES MILITUS TIPE II

SRI WULAN VENESIA MARBUN


P07534018109

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN PRODI D-III
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK ANALISIS HBA1C PADA PENDERITA


DIABETES MILITUS TIPE II
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III

SRI WULAN VENESIA MARBUN


P07534018109

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN PRODI D-III
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
PERNYATAAN

KARAKTERISTIK ANALISIS HBA1C PADA PENDERITA DIABETES


MELLITUS TIPE II

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut daftar pustaka.

Medan, April 2021

Sri Wulan Venesia Marbun


P075340181
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC
DEPARTMENT OF MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
KTI,
SRI WULAN VANESIA MARBUN

Characteristics of Hba1c Analysis in Patients with Type II Diabetes Mellitus

v + 30 pages + 3 tables

ABSTRACT
Diabetes Mellitus is often also called the silent killer because this disease can affect
all organs of the body and cause various kinds of complaints. Diseases that will be caused
include impaired vision, cataracts, heart disease, kidney disease, sexual impotence,
wounds that are difficult to heal and rot/gangrene, lung infections, blood vessel disorders,
stroke and so on. It is not uncommon for people with severe diabetes mellitus to undergo
limb amputation due to decay. The purpose of this study was to determine the
characteristics of HbA1c in patients with type II Diabetes Mellitus. Broadly speaking, the
risk factors for Type 2 DM are divided into 3, namely the first non-modifiable risk factors
including genetic history, age 45 years, gender, race and ethnicity. Second, modifiable
risk factors are obesity, lack of physical activity, hypertension, dyslipidemia and
unhealthy diet. And the third is other risk factors such as smoking and alcohol
consumption. the dangers of Diabetes Mellitus can be fatal to public health and to better
maintain a healthy lifestyle by doing physical activity/sports, maintaining a diet and
regular Medical Check Up and also knowing the symptoms and characteristics of type 2
Diabetes Mellitus. The study used a cross-sectional design. sectional and descriptive data
presentation. The study took a sample of 180 people with type II diabetes in the district of
Ponorogo. Data on the characteristics of respondents in the form of age, sex, education
were obtained through interviews, and the HbA1c value was obtained through
examination of data in a standard laboratory in Ponorogo district. The results showed that
81.7% of 180 DM patients had an HbA1c value of 16.5%, 26.5% of HbA1c patients were
mostly women, elderly, had low education, glycemic control through routine and large-
scale HbA1c examinations was needed to prevent further complications. while at
Puskesmas Cilacap Tengah 1 and 2 The average age of type 2 DM patients at Puskesmas
Cilacap Tengah 1 and 2 was 60.8 years 2. Most type 2 DM patients were female (66.4%)
3.Average The duration of suffering from DM was 5.2 years later. The characteristics of
the respondents were mostly women, elderly, with low education. It is recommended for
people with type 2 diabetes and their families to increase knowledge about the
management and control of blood sugar levels, as well as increase preventive efforts such
as carrying out a healthy lifestyle, maintaining a regular diet and exercising so as not to
experience further complications.

Key words: Characteristics of HbA1c Analysis in Patients with Type II Diabetes


Mellitus
Reading list:13(2015-2020)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KTI,
SRI WULAN VANESIA MARBUN

Karakteristik Analisis Hba1c Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II


v + 30 halaman + 3 tabel

ABSTRAK
Diabetes Mellitus sering juga disebut dengan the silent killer karena penyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit
yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung,
sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-
paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita Diabetes
Mellitus yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik HbA1c pada penderita Diabetes
Melllitus tipe II.Secara garis besar faktor risiko DM Tipe 2 terbagi menjadi 3, yaitu
pertama faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik, umur ≥45 tahun,
jenis kelamin, ras dan etnik. Kedua, faktor risiko yang dapat diubah yaitu obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat. Serta ketiga yaitu
faktor risiko lainnya seperti merokok dan konsumsi alcohol. bahayanya Diabetes Melitus
dapat berakibat fatal bagi kesehatan masyarakat dan untuk lebih menjaga pola hidup sehat
dengan cara melakukan aktivitas fisik/olahraga, menjaga pola makan dan rutin Medical
Check Up dan juga mengetahui gejala dan karakteristik dari Penyakit Diabetes Mellitus
tipe 2. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan penyejian data deskriptif .
penelitian menggambil sampel sebanyak 180 penderita diabetes tipe II dikabupaten
ponorogo . data karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, pendidikan diperoleh
melalui wawancara, dan nilai HbA1c diperoleh melalui pemeriksaan daran
dilaboratorium standar di kabupaten ponorogo. Hasil penelitian menunjjukaan bahwa
81,7% dari 180 pasien DM Memiliki nilai HbA1c 16,5% penderita HbA1c 26,5 %
sebagian besar adalah perempuan, usia lanjut, pendididkan rendah, control glikemik
melalui pemeriksaan HbA1c rutin dan berskala diperlukan untuk mencegah kompikasi
lebih lanjut sedangkan pada Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 Rata-rata umur pasien
DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2 adalah 60,8 tahun 2. Sebagian besar
pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan (66,4%) 3. Rata-rata lama menderita DM
adalah 5,2 tahun kemudian Karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan,
lanjut usia, berpendidikan rendah. Disarankan bagi penderita diabetes tipe 2 dan
keluarganya untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dan pengendalian kadar
gula darah, serta meningkatkan upaya preventif seperti melakukan gaya hidup sehat
menjaga pola makan dan olahraga teratur agar tidak mengalami komplikasi lebih lanjut.

kata kunci :Karakteristik Analisis HbA1c pada penderita Diabetes mellitus


tipe II
Daftar bacaan :13(2015-2020)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Karakteristik Analisis Hba1c Pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe Ii”.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Poltekkes Kemenkes
Medan Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
Penulis menyadari dalam menyusun KTI ini banyak dibantu oleh banyak
pihak yang mendukung dalam menyelesaikan tugas ini. Untuk ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Ahli Teknologi
Laboratorium Medis.
2. Ibu Endang Sofia, S.Si. M.Si selaku ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Medan
3. Ibu Ice Ratnalela Siregar, S.Si, M.Kes selaku pembimbing dan ketua
penguji saya yang telah memberikan semangat, waktu serta tenaga dalam
membimbing dan memberi dukungan kepada penulis dalam penyelesaian
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak dr. Adi Rahmat, M.Kes selaku penguji I saat seminar proposal dan
Ibu Nin Suharti, S.Si, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan
masukan berupa kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. Seluruh Dosen dan staff pegawai Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Medan
6. Teristimewa kepada kedua orang tua dan saudara/i tersayang yang
senantiasa memberikan dukungan moral maupun material serta doa
maupun semangat kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan hingga sampai penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
7. Kepada kelompok kecil saya “ Gavrilla” (kak friska,milen dan apriyanti)
dan adik kelompok kecil saya “nachelle dan Isabel” yang selalu memberi
doa dan semangat dan dukungan.
8. Kepada teman – teman seperjuangan di kampus jurusan Teknologi
Laboratorium Medis angkatan 2018 yang telah memberi banyak
kenangan bermakna selama proses pendidikan di Poltekes Medan dan
masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
selalu setia memberikan dukungan dan semangat.

Medan, April 2021

Sri Wulan Venesia Marbun


DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
1.4.1. Untuk Peneliti 3
1.4.2. Untuk Institusi Pendidikan 3
1.4.3. Untuk Masyarakat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Diabetes Mellitus 5
2.2. Patofisiologi 5
2.3. Epidemiologi Diabetes Mellitus di Indonesia 6
2.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus 6
2.5. Diabetes Mellitus lainnya 7
2.6. Manifestasi Klinis 7
2.7. Gejala Khas Diabetes Mellitus 8
2.8. Komplikasi Diabetes Mellitus 8
2.9. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus 10
2.10. Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) 10
2.11. Faktor Resiko 11
2.12. Manfaat Pemeriksaan HbA1c 11
2.13. Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Nilai 12
2.14. Metode Pemeriksaan HbA1c 13
2.15. Kerangka Konsep 13
2.16. Definisi Operasional 13

BAB III METODE PENELITIAN 14


3.1. Jenis dan Desain Penelitian 14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 14
3.3 Subjek Penelitian
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 14
3.4.1 Jenis Data 14
3.4.2 Cara Pengumpulan Data 15
3.5 Alat, Bahan dan Reagensia 15
3.5.1 Alat yang digunakan 15
3.6 Metode Kerja 15
3.7. Prinsip Kerja 15
3.8. Prosedur Kerja 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 18
4.2 Pembahasan 19

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 24
5.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25
DAFTAR TABEL

Tabel 2.13. Nilai Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus 7


Tabel 4.1 . Karakteristik Demografi 18
Tabel 4.1.2 Karakteristik Demografi 19
Tabel 4.2. Data Kementerian Kesehatan Penderita diabetes 21
Tahun 2018
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Konsul Karya Tulis Ilmiah

LAMPIRAN 2 Daftar Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus sering juga disebut dengan the silent killer karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita Diabetes Mellitus yang
sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.
(Fatimah 2015)
Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus Tipe II
maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti
obat oral hiperglikemik dan insulin. Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi
diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal. Kontrol glikemik
yang optimal yaitu terkendalinya konsentrasi glukosa dalam darah HbA1c
(hemoglobin terglikosilasi), kolesterol, trigliserida, status gizi, dan tekanan darah.
(Utomo 2015)
Kontrol glikemik yang optimal sangatlah penting, namun di Indonesia target
pencapaian kontrol glikemik belum tercapai. Rata-rata HbA1c masih 8%, masih di
atas target yang diinginkan yaitu 5%. Diperlukan pencegahan dan pengelolaan
yang dapat menjadi acuan penatalaksanaan diabetes melitus. Terdapat empat pilar
penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, latihan
jasmani, dan intervensi farmakologis. Pengobatan diabetes bisa dikatakan berhasil
jika glukosa darah puasa 80 sampai 120 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam
setelah makan 80 sampai 140 mg/dl, dan kadar HbA1c < 5.9 %. Pengukuran
HbA1c adalah cara yang paling akurat untuk menentukan tingginya kadar gula
darah selama 2-3 bulan terakhir. HbA1c juga merupakan pemeriksaan tunggal
terbaik untuk menilai resiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh
tingginya kadar gula darah. (Utomo, 2015 )
Peningkatan HbA1c tertinggi pada DM tipe 2 dengan kelainan vaskuler
perifer terdapat pada pasien kelompok umur 60-64 tahun (ramadhan dan marissa
2015).
Kadar HbA1c normal dalam darah antara 4-6% gula dalam darah. Kadar
HbA1c yang semakin tinggi menimbulkan komplikasi. Diabetes Control and
Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study
(UKPDS) mengungkapkan bahwa penurunan HbA1c akan banyak sekali
memberikan manfaat. Setiap penurunan HbA1c sebesar 1% akan mengurangi
risiko kematian akibat diabetes sebesar 21%, serangan jantung 14%, komplikasi 3
mikrovaskular 37% dan penyakit vaskulerperifer 43%, untuk itu pada penyandang
Diabetes kadar HbA1c ditargetkan kurang dari 7%.
Tujuan pengendalian kadar glukosa darah pada DM adalah untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi kardiovaskuler dan meningkatkan kualitas
hidup penderitanya. Tolak ukur terkendali tidaknya DM adalah dengan memeriksa
HbA1c dalam darah. Bila kadarnya lebih dari 7% maka perlu diterapi dengan
insulin atau obat anti Diabetes. Dalam waktu 6 bulan kadarnya harus sudah
normal kembali. Penurunan kadar HbA1c ini ke dalam batas normal dipercaya
menurunkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. (Suprihartini 2017).
Di Medan penderita diabetes melitus sebanyak 34.874 orang, terbagi kepada
diabetes melitus tipe 1 sebanyak 2.415 orang, diabetes melitus tipe 2 sebanyak
32.300 orang dan diabetes melitus gestasional sebanyak 159 orang. Pravalensi
terbanyak adalah diabetes melitu tipe 2 (Andalas ,2017).
Menurut survey yang dilakukan WHO, Diabetes Melitus di Indonesia
menempati urutan keempat dengan jumlah penderita terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada
tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus (DM) di INDONESIA mencapai 21,3 juta
orang. (Suprihartini, 2017)
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai Karakteristik analisa kadar HbA1c pada penderita Diabetes
Mellitus Tipe II.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes Melitus
tipe II

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik analisis Kadar HbA1c pada
Penderita Diabetes Melitus tipe II
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk melihat karakteristik Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes
Melitus tipe II

1.4 Manfaat Penelitian


Untuk Mengetahui Karakteristik Kadar HbA1c pada Penderita Diabetes
Melitus tipe II
1.4.1 Untuk Peneliti
a. Memperoleh pengalaman bagi penulis khususnya di bidang
Hematologi Tentang karakteristk analisis kadar HbA1c pada
penderita diabetes tipe II
b. Menambah pengetahuan dan wawasan berpikir penulis serta
meningkatkan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian.
c. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai bekal untuk
diterapkan dalam dunia kerja.
1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan
a. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya mahasiswa/i Jurusan Teknologi Laboratorium Medis.
b. Sebagai bahan pembelajaran dan sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Untuk Masyarakat
Menambah wawasan masyarakat bahwa bahayanya Diabetes Melitus
dapat berakibat fatal bagi kesehatan dan supaya masyarakat lebih menjaga
pola hidup sehat dengan cara melakukan aktivitas fisik/olahraga, menjaga
pola makan dan rutin Medical Check Up dan juga mengetahui gejala dan
karakteristik dari Penyakit Diabetes Mellitus tipe 2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus sering juga disebut dengan the silent killer karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita Diabetes Mellitus yang
sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan.
(Fatimah 2015)

2.2 Patofisiologi
Dalam patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe II terdapat beberapa keadaan
yang berperan yaitu : Resistensi insulin dan Disfungsi sel B pankreas. Diabetes
Mellitus Tipe II bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, melainkan
karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak dapat merespon insulin secara
normal atau lazim disebut dengan resistensi insulin. Resistensi insulin banyak
terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan.
Pada awal perkembangan Diabetes Mellitus Tipe II sel B menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita Diabetes Mellitus Tipe II memang umumnya ditemukan kedua faktor
tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin. (Fatimah 2015)
Tingginya kejadian DM kemungkinan terjadi karena pola kebiasaan makan
masyarakat Cilacap yang menyukai makanan yang tinggi lemak dan kolesterol
seperti jeroan dan gorengan, dan kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman yang manis. Faktor genetik menjadi faktor lain yang menyebabkan
kejadian DM. Seringkali dalam satu keluarga peneliti menjumpai suami, istri yang
menderita diabetes dan menurun kepada anak-anaknya. Kebiasaan utama yang
sulit ditinggalkan oleh masyarakat adalah makan mendoan dan gorengan
sejenisnya serta kebiasaan minum yang manis (Hurin Nuril dkk 2018)

2.3 Epidemiologi Diabetes Mellitus di Indonesia


Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita Diabetes terbesar didunia setelah India, Cina dan
Amerika. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. (Suprihartini, 2017)

Tujuh puluh lima persen penderita Diabetes Mellitus akhirnya meninggal


karena penyakit vaskular. Serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan gangren
adalah komplikasi yang paling utama. Dampak ekonomi pada diabetes jelas
terlihat berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain
konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit
vaskular. (Price 2012)

2.4 Klasifikasi Diabetes Mellitus


Klasifikasi Diabetes Mellitus banyak dan bervariasi dan WHO telah
menetapkan bahwa ada beberapa Tipe Diabetes Mellitus antara lain :

1. Diabetes Mellitus Tipe I (insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM);


Disebabkan oleh defisiensi insulin yang ditimbulkan oleh destruksi
otoimun sel-sel B di pulau-pulau langerhans pankreas.
2. Diabetes Mellitus Tipe II (non-insulin-dependent diabetes mellitus,
NIDDM); Ditandai oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Jenis diabetes ini umumnya disebabkan oleh obesitas dimana pankreas
cukup menghasilkan insulin, tetapi insulin yang ada kurang maksimal
bekerja karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Pasien yang
menderita tipe ini biasanya berusia 40 tahun.
3. Diabetes Mellitus Gestasional (Diabetes Mellitus yang terjadi selama
kehamilan); Umumnya akan diderita selama masa kehamilan sehingga
terjadi hiperglikemia, diabetes tipe ini harus ditangani dengan ekstra
dengan menyuntikkan insulin dan mengontrol kadar glukosa. DM tipe ini
akan menghilang setelah melahirkan, namun tetap memiliki resiko
menyandang Diabetes Tipe II.
4. Diabetes Mellitus lainnya; Diabetes Mellitus tipe ini adalah penderita
yang mengalami diabetes mellitus akibat komplikasi penyakit yang
dideritanya, misalnya penderita mengidappenyakit pankreas sehingga
fungsi organ tersebut terganggu dan tidak mampu menghasilkan
hormon insulin akibatnya kadar gula darahnya meningkat. (suzanna,
2014)
Secara garis besar faktor risiko DM Tipe 2 terbagi menjadi 3, yaitu pertama
faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat genetik, umur ≥45 tahun,
jenis kelamin, ras dan etnik. Kedua, faktor risiko yang dapat diubah yaitu obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia dan diet tidak sehat. Serta ketiga
yaitu faktor risiko lainnya seperti merokok dan konsumsi alcohol (PERKENI,
2015).
2.5 Diabetes Mellitus lainnya
Diabetes Mellitus tipe ini adalah penderita yang mengalami diabetes
mellitus akibat komplikasi penyakit yang dideritanya, misalnya penderita
mengidap penyakit pankreas sehingga fungsi organ tersebut terganggu dan tidak
mampu menghasilkan hormon insulin akibatnya kadar gula darahnya meningkat.
(suzanna, 2017)

2.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus dikaitkan dengan konsekuaensi
metabolik defisiensi insulin. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah
penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
yang terjadi melalui 3 cara yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari
luar (virus,zat kimia,dll), penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, atau
kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer. Penderita diabetes melitus biasanya
mengeluhkan gejala khas seperti poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan
bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu) mudah lelah, dan kesemutan.
Kejadian DM Tipe 2 lebih banyak terjadi pada wanita sebab wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008 prevalensi DM di Indonesia
membesar hingga 57%. Peningkatan Kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di
timbulkan oleh faktor faktor seperti riwayat diabetes melitus dalam keluarga,
umur, Obesitas, tekanan darah tinggi, dyslipidemia, toleransi glukosa terganggu,
kurang aktivitas, riwayat DM pada kehamilan. Untuk menegakkan diagnosis
Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan gejala yang khas dengan
hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126
mg/dl.( Restyana dkk 2015 )
2.7 Gejala Khas Diabetes Mellitus
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala akut
diabetes melitus yaitu : Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum),
Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah
namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah
lelah. Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu
hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
bayi berat lahir lebih dari 4kg. (Restyana dkk 2015)

2.8 Komplikasi Diabetes Mellitus


Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi
akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu :
a. Komplikasi akut - Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang
di bawahnilai normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi
pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar
gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat
pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami
kerusakan. - Hiperglikemia,
hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis - Komplikasi makrovaskuler, komplikasi
makrovaskuler yangumum berkembang pada penderita DM adalah
trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan stroke. -
Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi
pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati, dan amputasi
Upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok risiko
tinggi, yaitu mereka yang belum menderita DM, tetapi berpotensi untuk menderita
DM diantaranya :
1. Kelompok usia tua (> 45tahun)
2. Kegemukan (BB(kg) >120% BB idaman atau IMT>27 (kg/m2))
3. Tekanan darah tinggi (>140/90mmHg)
4. Riwayat keiuarga DM
5. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir > 4000 gr.
6. Disiipidemia (HvL250 mg/dl).
7. Pernah TGT atau glukosa darah puasa tergangu (GDPT)

2.9 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


Tujuan utama terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskular serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes 10
adalah mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan diabetes,yaitu : Diet, Latihan, Pemantauan, Terapi (jika
diperlukan) dan Pendidikan. (Hasdianah 2015)

2.10 Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c)


Hemoglobin pada keadaan normal tidak mengandung glukosa saat pertama
kali eritrosit keluar dari sumsum tulang namun setelah masa hidup 120 hari maka
hemoglobin akan terikat glukosa. Glikat hemoglobin atau HbA1c merupakan
fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan glukosa yang menunjukkan
kadar gula darah selama 8-12 minggu. Pemeriksaan HbA1c merupakan
pemeriksaan standar untuk menilai status glikemik jangka panjang dan efektif
pada semua tipe penyandang Diabetes Mellitus. (Tompira 2016 )
Tes HbA1c selama ini banyak berhasil dalam memberikan tingkat kontrol
terhadap diabetes. Tes tersebut menunjukkan jumlah rata-rata gula darah dalam 2-
3 bulan maka dari itu penderita Diabetes dianjurkan rutin melakukan kontrol
sedikitnya 2 kali setahun. (Russel, 2011) HbA1c adalah zat yang terbentuk dari
reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah).
Pemeriksaan HbA1c digunakan sebagai indikator dalam memantau kontrol
gula darah jangka panjang, diagnosis, penentuan prognosis, pengelolaan penderita
DM. Dengan mengukur glycohemoglobin dapat diketahui berapa besar persentasi
hemoglobin yang mengandung gula. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa
minggu, maka kadar HbA1c juga akan tinggi. Ikatan HbA1c yang terbentuk
bersifat stabil yang dapat bertahan hingga 2-3 bulan. Kadar HbA1c akan
mencerminkan rata-rata kadar dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum
pemeriksaan. Dengan mengukur kadar HbA1c dapat diketahui kualitas kontrol
penyakit DM dalam jangka panjang, sehingga diketahui ketaatan penderita dalam
menjalani perencanaan makan dan pengobatan. (Sirait 2018)

2.11 Faktor Resiko


Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association
(ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah
meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 Tahun
etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir bayi > 4000 gram atau riwayat
yang pernah di derita
DM gestasional dan riwayat lahir dengan beratbadan rendah (<25kg). Faktor
risiko yang dapatdiubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥ 25kg/m2 atau
lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas
fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat.
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita polycystic
ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolikmemiliki riwatyat toleransi
glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg %.
2. Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen
resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Umur Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes
Mellitus adalah > 45 tahun.
5. Faktor Genetik DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor
mental Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi
familial. Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat
dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami
penyakiti ini
6. Alkohol dan Rokok Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan
dengan peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan
peningkatan ini dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan
ketidak aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan
dari lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi
perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan
dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme gula
darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit regulasi
gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang
setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml. Faktor resiko
penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan menjadi dua. Yang
pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya umur, faktor
genetik, pola makan yang tidak seimbang jenis kelamin, status perkawinan,
tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, Indeks Masa Tubuh (Restyana,2015)
2.12 Manfaat Pemeriksaan HbA1c
1. Menilai Kualitas pengendalian Diabetes Mellitus.
2. Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu
dijalankan.
3. Mencegah terjadinya komplikasi (kronik) Diabetes Mellitus karena:
a. HbA1c dapat memperkirakan risiko berkembangnya komplikasi
Diabetes Mellitus.
b. Komplikasi Diabetes Mellitus dapat muncul jika kadar glukosa
darah terus-menerus tinggi dalam jangka panjang.
4. Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan) dapat
diperkirakan dengan pemeriksaan HbA1c (Maulana, 2015).
2.13 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus Berdasarkan Nilai
HbA1c Pengendalian DM dapat dinilai berdasarkan tabel berikut :

Tabel 2.13. Nilai Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus


Kriteria Pengendalian Kadar HbA1c (%)
HbA1c Baik < 4.8
HbA1c Sedang 4.8 – 5.9
HbA1c Buruk > 5.9

Kriteria Pengendalian DM dan HbA1c Kriteria Pengendalian Kadar HbA1c


(%) HbA1c Baik < 4.8 HbA1c Sedang 4.8-5.9 HbA1c Buruk > 5.9 Pemeriksaan
HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat dan bermanfaat untuk
menilai kualitas pengendalian Diabetes dan menilai efek terapi atau perubahan
terapi setelah 8-12 minggu dijalankan. Pemeriksaan kadar HbA1c ini dianjurkan
untuk dilakukan dua kali setahun. (Maulana, 2015) .
2.14 Metode Pemeriksaan HbA1c
Sampel darah yang digunakan untuk pemeriksaan HbA1c berupa darah vena
dengan pengawet EDTA. Pemeriksaan HbA1c dapat dilakukan menggunakan
beberapa metode antara lain :
1. Elektrofoesis dan imunoassay
2. Ion exchange cromatograpy
3. Turbidimetri
4. HPLC (High Performance Liquid Cromatograpy)
2.15 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Penderita Diabetes
Mellitus tipe 2 Pemeriksaan
Obesitas
Hba1c
Hipertensi
Riwayat keluarga
Umur
Jenis kelamin
Faktor Genetik
Alkohol Dan Rokok
2.16 Definisi Operasional
1. Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme dimana kadar gula
didalam darah melebihi nilai normal.
2. HbA1c merupakan fraksi hemoglobin yang berikatan langsung dengan
glukosa.
3. HbA1c Normal yaitu dimana kadar HbA1c 4,0 – 6,0 %
4. HbA1c Meninggi yaitu dimana kadar HbA1c >6,0 %.
5. Mengetahui Karakteristik Analisis HBa1c Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang mendefenisikan karakteristik
analisis Hba1c pada penderita diabetes mellitus 2 dengan pendekatan studi
literatur yaitu penelitian yang mencari referensi teori yang relevan dengan
permasalahan yang terkait baik dari buku, jurnal ilmiah, dokumen, majalah, dan
artikel.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari sampai April dengan
menggunakan penelusuran studi literatur, kepustakaan, jurnal, artikel,dsb.
Lokasi penelitian:
1. Rsup Sanglah Periode Juli-Desember 2017
2. Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2
3. Fasilitas Pelayanan Primer Dikabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur,Indonesia
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam studi literatur ini adalah Penderita Diabetes mellitus
tipe 2 di
1. Rsup Sanglah Periode Juli-Desember 2017
2. Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2
3. Fasilitas Pelayanan Primer Dikabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur,Indonesia
3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder (studi
literature) yang di peroleh dari beberapa sumber seperti jurnal, buku, artikel,
dan dokumentasi.
3.4.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan bantuan search engine berupa situs
penyedia jurnal online seperti google scholar atau google cendikia. Literatur
yang digunakan sebagai data ilmiah adalah buku atau jurnal yang memiliki
rentang publikasi tahun 2013 –2020. Pencarian artikel studi literatur
dilakukan dengan cara membuka situs web resmi jurnal yang sudah
terpublis seperti google scholar dengan kata kunci “penderita diabetes
mellitus tipe 2” dan “ HBA1C ”.

3.5 Alat dan Bahan


3.5.1 Alat dan Bahan yang digunakan
1. Reagen hemolisis hba1c
2. Sampel darah EDTA
3. Kuvet
4. Mikro pipet 5 ul dan 500 ul
5. Blue tip dan yellow tip

3.6 Metode Kerja


Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif yang mempunyai tujuan
untuk menggambarkan karakteristik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja puskesmas
Cilacap Tengah 1 dan 2. Besar sampel yang didapatkan adalah 152 orang.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus – September 2017. Alat
pengumpulan data menggunakan kuesioner tentang karakteristik responden yaitu
tentang umur, alamat, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
lama DM, pengetahuan dan kemampuan self-care. Kemampuan self care pasien
DM dinilai menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-Care Activities
(SDSCA) yang dikembangkan oleh Toobert et al (Dewi Prasetyani,2017)
3.7 Prinsip Kerja
Prinsip pemeriksaan HbA1c Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur
persentasi hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh gula. Semakin
tinggi nilainya berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi
semakin tinggi.
3.8. Prosedur Kerja
1. lakukan langkah cuci tangan yang benar dengan air dan
sabun,keringkan
2. Cari tempat yang akan ditusuk yaitu Vena, dibersihkan dengan
alcohol swab tunggu hingga kering. Tourniquet dipasang 10 cm
diatas area tusukan pada lengan atas dan tangan diminta mengepal
agar vena terlihat lebih jalas. Kulit ditusuk dengan jarum spuit
sampai ujung jarum masuk kedalam vena.
3. Saat darah terlihat pada ujung spuit tarik perlahan-lahan penghisap
spuit sampai didapatkan darah yang dibutuhkan. Tourniquet
dilepaskan, kapas tiletakkan diatas jarum kemudian jarum dicabut.
Bekas tusukan ditekan dengan alcohol swab. Jarum dilepaskan dari
spuit kemudian darah dimasukkan kedalam tabung EDTA melewati
dinding sampai batas garis. (Standart Operating Procedure BD)
4. Pipet reagen hemolisis sebanyak 500ul lalu masukkan kedalam
kuvet
5. Kemudian homogenkan darah,lalu pipet sampel darah sebanyak 5ul
dan masukkan kedalam kuvet yang telah berisi reagen hemolisis
jangann lupa homogenkan
6. Lalu masukkan kedalam alat Autoanalyzer masukkan sesuai data
yang ada pada komputer,input data dan jenis pemeriksaanya, klik
option lalu klik all dan ok
7. Dan alat akan running secara otomatis .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Berdasarkan hasil pencarian pustaka yang dilakukan, peneliti menggunakan


hasil penelitian dari 2 referensi yang relavan dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Referesi pertama diambil dari penelitian Prasetya,dkk tentang
“karakteristik pasien diabetes melitus tipe ii di puskesmas cilacap tengah 1 dan 2
2017” dan referensi kedua dari penelitian Sulistyo dkk tentang “Characteristic
Analysis Of Type 2 Diabetes Mellitus Based On HbA1c Tahun 2020”

Hasil olah data menunjukkan bahwa dari 152 responden, rata-rata memiliki
umur 60,8 tahun, dengan umur termuda 39 tahun dan tertua 89 tahun. Sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan 101 orang (66,4%), sebagian besar
memiliki tingkat pendidikan SMA atau Perguruan Tinggi sejumlah 78 orang
(51,3%). Karakteristik demografi pasien ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 . Karakteristik Demografi


Variabel Karakteristik JumlahFrekuensi Mean
Umur 60,8
Jenis Kelamin
1. Perempuan 10166,4

2. Laki-laki 5133,6

Pendidikan

1. SD/SMP 7448,7

2. SMA/PT 7851,3
Sumber : Jurnal “karakteristik pasien diabetes melitus tipe ii Di puskesmas cilacap
tengah 1 dan 2” (Dewi Prasetyani dan Evy Apriani, 2017)
Tabel. 4.1.2. Karakteristik Demografi
HbA1c
Karakteristik Total
≥ 6.5 < 6.5
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
(%)
(%) (%)
Usia
Dewasa 23 12.8 20 11.1 43 23.9
Tua 124 68.9 13 7.2 137 76.1
Jenis
kelamin
Pria 14 7.8 18 10 32 17.8
Perempuan 133 73.8 15 8.4 148 82.2
Pendidikan
Utama 142 78.8 28 15.6 170 94.4
Sekunder 5 2.8 5 2.8 10 5.6
Sumber : Jurnal “Characteristic Analysis Of Type 2 Diabetes Mellitus Based On
HbA1c” (Sulistyo Andarmoyo, dkk. 2020)

Dari Tabel ditemukan sebagian besar penderita DM tipe 2 di Prolanis


(Kronis Kelompok Program Penanggulangan Penyakit di fasilitas pelayanan
primer di Kabupaten Ponorogo dengan kadar HbA1c ≥6,5% adalah; pasien lanjut
usia (68,9%), berjenis kelamin perempuan (73,8%), penderita dengan pendidikan
rendah (78,8%)
Dari hasil penelitian didapatkan nilai HbA1c ≥6,5% pada pasien adalah
84,7%. Hasil ini menggambarkan kurangnya perhatian pasien terhadap DM. Nilai
HbA1c Peningkatan angka kejadian DM sangat erat kaitannya dengan
peningkatan usia karena lebih dari 50% penderita DM terjadi pada kelompok
umur lebih dari 60 tahun. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa mayoritas penderita DM adalah lansia (46-65 tahun). Penelitian lain
menyebutkan bahwa pada kelompok usia 41-64 tahun 3,3 kali lebih nyaman
memiliki risiko menderita Diabetes melitus dibandingkan kelompok usia 25-40
tahun. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok lansia dengan HbA1c
≥6,5% juga mendominasi sebanyak 124 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dikemukakan oleh Yerizel (2010) dalam Ramadhan & Marissa, (2015),
Peningkatan HbA1c tertinggi pada DM tipe 2 dengan kelainan vaskuler perifer
ditemukan pada pasien dengan kelompok umur 60-64 tahun. (Ramadhan &
Marissa, 2015). Dari hasil penelitian diketahui bahwa penderita DM mayoritas
berjenis kelamin perempuan (133 orang) dengan nilai HbA1c ≥ 6,5. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Chen et al. Penelitian tersebut, dari hasil penelitian di
Taiwan juga ditemukan bahwa persentase nilai HbA1c ≥6,5 pada wanita (66,7%)
lebih tinggi dibandingkan pada pria. (Chen et al., 2015) Dari hasil penelitian
diperoleh nilai HbA1c ≥ 6,5 pada pendidikan rendah sebanyak 142 responden.
Peningkatan kejadian DM juga didorong oleh faktor tingkat pendidikan dan
pengaruh kejadian . Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya memiliki
banyak pengetahuan kesehatan, memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatan,
yang mempengaruhi aktivitas fisik yang akan dilakukannya.

4.2 PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur responden adalah 60
tahun. Distribusi responden pada penelitian ini berdasarkan karakteristik
responden seperti usia, jenis kelamin,pendidikan dan capaian target
penatalaksanaan DM 2. bahwa umur sangat erat kaitannya dengan kenaikan gula
darah, dimana semakin meningkat umur maka resiko mengalami DM tipe 2
semakin tinggi. Proses menua akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi
dan biokimia tubuh yang salah satu dampaknya adalah meningkatnya resistensi
insulin.
Global Report on Diabetes (2016) melaporkan bahwa diabetes melitus
menyebabkan 1,5 juta orang meninggal pada tahun 2012. Diabetes melitus
bertanggung jawab dalam 2,2 juta kematian sebagai akibat dari peningkatan risiko
penyakit kardiovaskuler dan lainnya, dengan total 3,7 juta orang meninggal
dimana sebesar 43% meninggal sebelum usia 70 tahun (WHO, 2016).
Menurut Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
Diabetes merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
persentase sebesar 6,7%, setelah penyakit Jantung Koroner (12,9%) dan Stroke
(21,1%). Bila tidak ditanggulangi, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan
produktivitas, disabilitias, dan kematian dini. Penderita diabetes terjadi pada
rentang usia yang beragam, dimana yang masih berumur < 40 tahun sebanyak 1.
671.000 orang, penderita yang berusia 40- 59 tahun sebanyak 4.651.000
orang, sedangkan pada usia 60-79 tahun diperkirakan sebanyak 2. 000.000 orang
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017)
Hasil penelitian menggambarkan bahwa jumlah pasien DM perempuan
lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan komposisi lemak tubuh dan kadar hormon seksual antara
perempuan dan laki-laki dewasa. Kadar lemak normal pada laki-laki berkisar
antara 15 – 20% sedangkan pada perempuan berkisar antara 20 – 25% dari berat
badan. Kadar HbA1c pada perempuan usia lebih dari 50 tahun lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Hal ini diduga akibat penurunan hormon estrogen pada
perempuan yang mengalami menopause. Penurunan hormon estrogen juga
menyebabkan peningkatan cadangan lemak tubuh terutama di daerah abdomen.
Tingkat pendidikan responden merata untuk tingkakt pendidikan dasar (SD/SMP)
dan pendidikan tinggi (SMA/PT). Tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung
terhadap kontrol gula darah pasien. Pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi
lebih mudah memahami informasi tentang diabetes yang diberikan dan
kebutuhan-kebutuhan terkait perawatan diabetes (Prasetyani dan Evy,2017)
Ditemukan sebagian besar penderita DM tipe 2 di Prolanis (Kronis
Kelompok Program Penanggulangan Penyakit di fasilitas pelayanan primer di
Kabupaten Ponorogo dengan kadar HbA1c ≥6,5% adalah; pasien lanjut usia
(68,9%), berjenis kelamin perempuan (73,8%), penderita dengan pendidikan
rendah (78,8%), dan penderita DM tipe 2 kurang dari lima tahun (61,1%).

Tabel 4.2. Data Kementerian Kesehatan Penderita diabetes Tahun 2018

Variabel Karakteristik Jumlah Frekuensi Presentase


Umur
11.1 43 23.9
Dewasa Tua 7.2 137 76.1

Jenis Kelamin

Pria Perempuan 10 32 17.8


8.4 148 82.2
Pendidikan
170
Utama Sekunder 15,6 10 94.4
2, 8 5.6
Sumber : Info Datin (2018). Situasi dan analisis diabetes
Peningkatan angka kejadian DM sangat erat kaitannya dengan peningkatan
usia karena lebih dari 50% penderita DM terjadi pada kelompok umur lebih dari
60 tahun. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mayoritas
penderita DM adalah lansia (46-65 tahun). Penelitian lain menyebutkan bahwa
pada kelompok usia 41-64 tahun 3,3 kali lebih nyaman memiliki risiko menderita
Diabetes melitus dibandingkan kelompok usia 25-40 tahun. (Sulistyo. dkk, 2020)

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelompok lansia dengan HbA1c


≥6,5% juga mendominasi sebanyak 124 orang. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ramadhan & Marissa, (2015), Peningkatan HbA1c tertinggi pada DM tipe 2
dengan kelainan vaskuler perifer ditemukan pada pasien dengan kelompok umur
60-64 tahun. (Ramadhan & Marissa, 2015).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penderita DM mayoritas berjenis
kelamin perempuan (133 orang) dengan nilai HbA1c ≥ 6,5. Hasil penelitian ini
sejalan dengan Chen et al. Penelitian tersebut, dari hasil penelitian di Taiwan juga
ditemukan bahwa persentase nilai HbA1c ≥6,5 pada wanita (66,7%) lebih tinggi
dibandingkan pada pria. (Chen et al., 2015) .
Kejadian DM tipe 2 bervariasi antara pria dan wanita. Mereka memiliki
peluang yang sama untuk terkena DM. Namun dilihat dari faktor risikonya, wanita
memiliki peluang lebih tinggi karena adanya peningkatan indeks massa tubuh
(IMT). Selain itu, sindrom siklus bulanan (sindrom pramenstruasi),
pascamenopause, yang membuat distribusi lemak tubuh cepat menumpuk akibat
proses hormonal ini, membuat wanita berisiko terkena penyakit ini.
Pendidikan penderita diabetes melitus pada penelitian ini sebagian besar
masih rendah karena didominasi oleh lansia. Dari hasil penelitian diperoleh nilai
HbA1c ≥ 6,5 pada pendidikan rendah sebanyak 142 responden. Peningkatan
kejadian DM juga didorong oleh faktor tingkat pendidikan dan pengaruh kejadian
DM (Seino et al., 2010) . Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya
memiliki banyak pengetahuan kesehatan, memiliki kesadaran dalam menjaga
kesehatan, yang mempengaruhi aktivitas fisik yang akan dilakukannya (Irawan,
2010) . Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang diabetes melitus
menyebabkan DM kurang waspada untuk mencari diagnosa setelah beberapa lama
mengalami gejala (Currie, 2010) . Berdasarkan data Riskesdas 2013, kejadian DM
tertinggi terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan tidak tamat Sekolah
Dasar (SD) atau tamat DI-DIII (perguruan tinggi) / Universitas sebesar 2,8%, pada
tingkat non sekolah. -pendidikan sekolah 2,7%, tamat SD 2,3%, tamat Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebesar 1,8% dan tamat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) sebesar 1,5% (Kemeskes RI, 2015
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan studi literatur yang diambil dari dua referensi pada penelitan
Karakteristik Analisis Hba1c Pada Penderita Diabetes Militus Tipe II Yang
melakukan pemeriksaan hba1c dapat disimpulkan bahwa Kadar HbA1c pada
penderita diabetes melitus tipe 2 pada kelompok Prolanis (Program
Penatalaksanaan Penyakit Kronis) prevalensi DM pada tahun 2018 berdasarkan
diagnosis dokter, jenis kelamin, dan pendidikan,Usia . Berdasarkan kategori usia,
penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis kelamin perempuan
(1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Berdasarkan diagnosis dokter dan status
pendidikan, prevalensi penderita DM tertinggi merupakan tamatan pendidikan
setingkat SMP/SMA/D3/PT, yang merupakan kategori jenjang pendidikan
tertinggi pada hasil Riskesdas 2018. sebagian besar ≥6,5%, yang mengindikasikan
pengendalian glikemik tidak wajar. Karakteristik responden sebagian besar adalah
perempuan, lanjut usia, berpendidikan rendah. Disarankan bagi penderita diabetes
tipe 2 dan keluarganya untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dan
pengendalian kadar gula darah, serta meningkatkan upaya preventif agar tidak
mengalami komplikasi lebih lanjut.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan edukasi dengan metode pemberian edukasi DM yang selalu
dimodifikasi dan pengarahan pada usia dini
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik pasien DM tipe
2 dengan memasukkan variabel-variabel lain seperti kebiasaan makan,
kebiasaan olah raga, keturunan dan obesitas.
3. Perlu pengembangan lebih lanjut penelitian tentang kemampuan self-care
pasien Dm Disamping itu pasien juga harus sering melakukan kontrol
kepada dokter atau rumah sakit rujukan untuk mengetahui perkembangan
kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Prasetyan Dkk,2017.Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di


Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2.

Hurin Nuril Karimah, I Gusti Agung Dewi Sarihati, Nur Habibah, 2018.
Gambaran Kadar Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud
Wangaya.

Ida Ayu Trisna Wulandari dkk,Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter
, Fakultas Kedokteran Universitas Udayan Departemen Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Koresponding author.

Info Datin (2018). Situasi dan analisis diabetes. Diunduh pada tanggal 7 april
2021 dari https://pusdatin.kemkes.go.id//infodatin-Diabetes-2018.pdf

Original article Characteristic Analysis Of Type 2 Diabetes Mellitus Based


On HbA1c Sulistyo Andarmoyoa | Harmy bin Mohamed Yusoffb |

Prasetyani Dewi , Evy Apriani, 2017. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe
II di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dan 2. STIKES Al-Irsyad Al- Islamiyyah
Cilacap. PROSIDING: Seminar Nasional dan Presentasi Hasil- Hasil
Penelitian Pengabdian Masyarakat.

Restyana Noor Fatimah Medical Faculty, Lampung University |Diabetes Melitus


Tipe 2 Tahun 2015

Sirait Fitri N, 2018. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan


Komplikasi Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2016.

Suprihartini, 2017. Hubungan HbA1c Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada


Penderita Diabetes Mellitus Di RSUD. Abdul Wahab Syahranie
Samarinda Tahun 2016. Mahakam Medical Laboratory Technology.
Tipe 2 di Puskesmas Bahu Kecematan Malalayang Kota Manado. eBiomedik
(eBm)

Sulistyo Andarmoyo, Harmy bin Mohamed Yusoff, Berhanudin bin Abdullah,


Yuzana binti Mohd Yusop. Analisis Karakteristik Diabetes Mellitus Tipe 2
Berdasarkan HbA1c. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Jurnal Keperawatan 11(1), 2443-0900

Tompira Brigitha M, Sylvia R. Marunduh, Ivonny M. Sapulete, 2016,


Perbandingan kadar HbA1C pada pasien DM Tipe 2 dengan frekuensi
senam prolanis satu kali per minggu dan tiga kali per minggu.
Utomo Mohammad R. S. Dkk, 2015. Kadar HbA1c pada Pasien Diabetes
Mellitus

Utomo Mohammad R. S, Herlina Wungouw, Sylvia Marunduh, 2015. Kadar


Hba1c Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado
LAMPIRAN 1

KARTU BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH T.A. 2020/2021

NAMA : Sri Wulan Venesia Marbun


NIM : P07534018109
NAMA DOSEN PEMBIMBING : Ice Ratnalela Siregar, S.Si, M.Kes
JUDUL KTI : KARAKTERISTIK HBA1C PADA
PENDERITA DIABETES
MELLITUS TIPE II

Diketahui oleh
Dosen Pembimbing,

Ice Ratnalela Siregar, S.Si, M.Kes


NIP. 196603211985032001
LAMPIRAN 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama : Sri Wulan Venesia Marbun

Tempat/Tanggal Lahir : Desa Cinta Damai, 21 juli 2000

Jenis Kelamanin : Perempuan


Alamat : Desa Cinta Damai,Dusun IV Pardomuan Nauli
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 1 dari 4 bersaudara
Pekerjaan : Mahasiswa Nomor Telepon / Hp :
082272229404 Nama Ayah : Maniur Marbun
Nama Ibu : Dewi Tampubolon
Email : sriwulanveneziam@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2005 – 2011 : SD NEGERI 105294 Percut Sei Tuan

Tahun 2011 – 2014 : SMP NEGERI 3 Percut Sei Tuan

Tahun 2014 - 2017 : SMA NEGERI 1 Percut Sei Tuan


Tahun 2018- Sekarang : Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Prodi
Teknologi Laboratorium Medis

You might also like