Professional Documents
Culture Documents
Abstract. Climate change as a result of global warming creates climate uncertainty (anomaly) in
the form of excessive drought (El-Nino) and excessive rain (La Nina) which greatly affects the
productivity of rice plants. Under normal conditions. Indonesia's rice production will decline to 65
million tons in 2050. But due to climate change, the decline in rice production can be even more
drastic to reach 90 million tons or down by 38 per cent. Rice plants need around 2,500 litres of
water to produce 1 kg of grain (rough rice). This water is filled from rainwater and/or irrigation
water. La Nina can interfere with the growth and yield of rice plants because the plants suffer
damage due to limited air exchange, both in the form of carbon dioxide (CO2) and oxygen (O2)
which inhibits the process of photosynthesis and plant respiration. The level of growth disturbance
and yield of rice due to excess water depends on the tolerance level of the variety, the level of
inundation and the length of time of inundation. Physiologically the adaptation of lowland rice
plants to excess water is classified as complex. Plants that produce PDC and ADH are more
tolerant of inundation. Molecularly, plants that contain the Sub1 gene are more resistant to excess
water.
Keywords: flooding, global warming, climate change, rice, food
Abstrak. Perubahan iklim (climate change) sebagai dampak pemanasan global menimbulkan
ketidakpastian (anomali) iklim berupa kekeringan yang berlebihan (El-Nino) dan hujan yang
berlebihan (La Nina) yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi. Dalam
kondisi normal. produksi padi di Indonesia akan mengalami penurunan hingga 65 juta ton pada
tahun 2050. Namun akibat perubahan iklim, penurunan produksi padi dapat lebih derastis hingga
mencapai 90 juta ton atau turun hingga 38 persen. Tanaman padi membutuhkan sekitar 2.500 liter
air untuk menghasilkan 1 kg butir gabah (rough rice). Air ini dipenuhi dari air hujan dan/atau air
irigasi. La Nina dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman padi karena tanaman
mengalami kerusakanakibat terbatasnya pertukaran udara, baik berupa karbondioksida (CO 2)
maupun oksigen (O2) yang menghambat proses fotosintesis dan respirasi tanaman. Tingkat
gangguan pertumbuhan dan hasil tanaman padi akibat kelebihan air tergantung pada tingkat
toleransi varietas, tingkat genangan dan lama waktu terjadinya genangan. Secara fisiologis
adaptasi tanaman padi sawah terhadap kelebihan air tergolong kompleks. Tanaman yang
menghasilkan PDC dan ADH lebih banyak lebih toleran terhadap genangan. Secara molekuler,
tanaman yang mengandung gen Sub1 lebih tahan terhadap kelebihan air.
Katakunci: penggenangan, pemanasan global, perubahan iklim, padi, pangan
menjadi 69,1 juta ton tahun 2012, pangan, khususnya padi karena
terus mengalami peningkatan hingga sering menimbulkan banjir
mencapai sekitar 75 ton tahun 2015 (kelebihan air) dan meningkatnya
(http://www.indonesia- gangguan organisme pengganggu
investments.com/id/bisnis/komoditas tanaman (Hattori, 2011; Suciantini,
/beras). BPS RI melaporkan bahwa 2015).
konsumsi beras per kapita per tahun Padi membutuhkan air yang
mengalami penurunan dari 124 kg cukup untuk pertumbuhan dan
menjadi 114 kg. Namun jika perkembangannya. Kebutuhan air
dibandingkan dengan pertumbuhan dimaksud merupakan jumlah air
penduduk dan perkembangan selera yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
akan pangan tampak bahwa melakukan proses pertumbuhannya
ketersediaan beras ke depan masih mulai dari tanam hingga panen yang
mengkhawatirkan. Dalam kondisi dapat diketahui melalui kehilangan
tidak terjadi perubahan iklim, air akibat evapotranspirasi.
produksi padi di Indonesia akan Meskipun padi, khususnya padi
mengalami penurunan hingga 65 juta sawah lazim ditanam dengan metode
ton pada tahun 2050. Akibat penggenangan, tetapi padi bukanlah
perubahan iklim, penurunan produksi merupakan tanaman air (hidrofit).
padi dapat lebih derastis hingga Padi mampu hidup dalam kondisi
mencapai 90 juta ton atau turun tergenang karena memiliki
hingga 38 persen. kemampuan mengoksidasi
Sebagaimana telah lingkungan perakarannya sendiri.
disinggung pada alenia di atas, salah Kemampuan mengoksidasi ini
satu kendala sektor pertanian dalam berbeda-beda tergantung daya
memenuhi ketersediaan pangan yang adaptasi masing-masing jenis atau
cukup bagi penduduk adalah adanya varietas padi. Secara prinsip padi
peningkatan suhu rata-rata atmosfer, sawah lebih toleran genangan
laut dan daratan yang dikenal dengan dibanding padi gogo, dan padi sawah
pemanasan global. Salah satu rawa lebak atau sawah pasang surut
dampak pemanasan global yang lebih toleran terhadap genangan
sangat dirasakan bagi sektor dibanding padi sawah biasa.
pertanian adalah perubahan iklim Kemampuan adaptasi varietas-
(climate change) yang menjurus varietas padi sawah terhadap
pada ketidakpastian (anomali) iklim kelebihan air juga bervariasi,
berupa kekeringan yang berlebihan tergantung sifat genetik varietas
(El-Nino) dan hujan yang berlebihan bersangkutan. Secara umum, padi
(La Nina). sawah dapat bertahan dalam kondisi
Pada kejadian La Nina, suhu kelebihan air karena memiliki
permukaan laut di kawasan barat kemampuan adaptasi yang tinggi
pasifik menghangat dan terhadap kelebihan air. Terdapat
menimbulkan curah hujan yang beragam pendapat tentang
tinggi di kawasan Asia Tenggara dan kemampuan adaptasi padi sawah
Australia. Wujud dari fenomena La terhadap kelebihan air, seperti
Nina adalah kenaikan curah hujan di perbedaan kemampuan morfologis
atas normal dan kenaikan (Suwignyo, 2007), kemampuan
kelembaban udara. Kondisi ini dapat fisiologis (Suwignyo, 2007; Ta Liao
berdampak buruk terhadap produksi dan Ho Lin, 2001; Hairmansis et al.,
131
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
2012; Mahmod et al, 2014), karena rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan.
pengaruh level ABA dan IAA Pemanasan global menyebabkan
endogenous (Mapelli et al., 1995), terjadinya perubahan iklim (climate
akibat kinerja ethylene (Dai et al., change) yang dapat diketahui dari
2012), dan berbagai mekanisme perubahan signifikan unsur-unsur
adaptasi lainnya. Toleransi tanaman iklim, terutama suhu udara dan curah
padi sawah terhadap kelebihan air hujan selama kurun waktu 30 tahun
dapat diamati dari perbedaan atau lebih. Dampak ekstrem dari
mekanisme fisiologis ataupun perubahan iklim terutama adalah
molekuler. terjadinya kenaikan temperatur serta
Pada makalah ini lebih lanjut pergeseran musim.
diulas secara ringkas fenomena Dalam satu abad terakhir
pemanasan global, khususnya La suhu permukaan bumi telah
o
Nina, dampaknya terhadap meningkat antara 0,74 ± 0,18 C. Di
pertanaman padi sawah dan adaptasi Indonesia, menurut data Badan
tanaman padi sawah terhadap Perencanaan Pembangunan Nasional
peningkatan kelebihan air. (Bappenas), suhu rata-rata udara di
permukaan tanah mengalami
o
PEMBAHASAN peningkatan sebesar 0,5 C.
Fenomena Pemanasan Global
Perhatian serius para ahli Konsepsi Peningkatan Kelebihan
terhadap fenomena pemanasan Air
global dimulai ketika pada tahun Sebagaimana telah
1988, Badan PBB untuk lingkungan disinggung pada bagian
(United Nations Enviroment pendahuluan, tanaman padi
Programme) dan organisasi membutuhkan air yang cukup agar
meteorologi dunia (World dapat tumbuh dan berkembang
Meteorology Organization) secara normal. Kebutuhan air
mendirikan sebuah panel antar tanaman didefinisikan sebagai
pemerintah untuk perubahan iklim jumlah air yang dibutuhkan oleh
(Intergovernmental Panel on Climate tanaman pada suatu periode untuk
Change/IPCC) yang terdiri atas 300 dapat tumbuh dan produksi secara
lebih pakar perubahan iklim dari normal. Kebutuhan air nyata untuk
seluruh dunia. Pada pertemuan tahun areal usaha pertanian meliputi
1990 dan 1992, IPCC menyimpulkan evapotranspirasi (ET), sejumlah air
bahwa penggandaan jumlah Gas yang dibutuhkan untuk
Rumah Kaca (GRK) di atmosfer pengoperasian secara khusus seperti
mengarah pada konsekuensi serius penyiapan lahan dan penggantian air,
bagi masalah sosial, ekonomi, dan serta kehilangan selama pemakaian.
sistem alam di dunia. Selain itu, Sehingga kebutuhan air dapat
IPCC menyimpulkan bahwa emisi dirumuskan sebagai berikut:
GRK yang dihasilkan dari aktivitas KAI = ET + KA + KK
manusia juga memberikan kontribusi Dimana:
pada GRK alami dan menyebabkan KAI = Kebutuhan Air Irigasi
atmosfer bertambah panas. (mm)
Secara konsep, pemanasan ET = Evapotranpirasi(mm/hari)
global atau global warming diartikan KA = Kehilangan Air (mm)
sebagai kondisi meningkatnya suhu KK = Kebutuhan Khusus (mm)
132
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
133
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
134
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
135
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
136
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
137
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
138
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
139
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
Gambar 3. Skema diagram jalur metabolik utama yang dusulkan pada saat
tanaman mengalami cekaman kelebihan air
140
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
141
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
142
Agro Bali (Agricultural Journal) Vol. 2 No. 2, Desember 2019: 130-144
144