You are on page 1of 40

LAPORAN PRAKTIKUM

PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA

Disusun oleh :
Erma Nuryana 23010120120023
Muhammad Dani Gusnaldi 23010120130134
Ahmad Syafi Azizy Nor 23010120130141
Al Riza Karunia 23010120130197
Annisa Maulita Tri Utami 23010120140248

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
No Hasil Praktikum Evaluasi Referensi

1 Kandungan Bahan Kering Bahan Pakan Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data bahwa Menurut pendapat Hartutuik et al.,
 Rumput Odot = 9,57% kandungan bahan kering pada rumput odot yaitu sebesar (2018) yang menyatakan bahwa kadar
 konsentrat = 89,10% 9,57% dan konsentrat ransum sebesar 89,10%. Nilai bahan kering rumput odot yaitu 9,57%.
bahan kering rumput odot cukup baik. Tingginya Hasil penelitian kandungan nutrient
kandungan BK dalam rumput odot dipengaruhi oleh bahan kering rumput odot tersebut lebih
varietas atau genetic, kesuburan tanah, dan umur rendah, dibandingkan dengan hasil
pemotongan. Semakin tua umur tanaman maka semakin penelitian Savitri (2018) yang
tinggi kandungan bahan keringnya. Komposisi menghasilkan kandungan bahan kering
konsentrat yang digunakan yaitu janggel jagung, tumpi rumput odot yaitu 13,35%.
jagung, CGF (Cron Gluten Feed). Bahan kering Menurut pendapat Mufarihi et al.,
konsentrat cukup baik dan sesuai dengan standar bahan (2012) menyatakan bahwa kandungan
kering konsentrat untuk domba yaitu 89,08%. bahan kering dapat diketahui dengan
mengurangkan 100% dengan kadar air.
Menurut Dewi (2013) menyatakan
bahwa pembererian konsentrat dapat
diberikan dengan jumlah 75%.
Menurut Muniroh et al., (2021) yang
menyatakan bahwa kandungan bahan
kering CGF yaitu 91,7%. Hal ini jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian Syamsi et al., (2021) yang
menyatakan bahwa kandungan bahan
kering atau BK CGF yaitu 85,35%.
Menurut Wulandari et al., (2017) yang
menyatakan bahwa kandungan bahan
kering atau BK tumpi jagung yaitu
88,28%.
2 Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan tubuh ternak memiliki arti yang sangat Menurut Seseray et al., (2012)
 Bobot Awal = 24 kg penting dalam proses produksi. Bedasarkan hasil menyatakan bahwa pertumbuhan
 Bobot Akhir = 24,9 kg praktikum dan perhitungan diperoleh hasil bahwa merupakan suatu proses yang terjadi

 PBBH = 0,2275 kg/hari domba dengan bobot awal 24 kg dan bobot akhir 24,9 pada setiap mahluk hidup dan dapat
kg mengalamai pertumbuhan bobot badan harian dimanifestasikan sebagai tambahan
(PBBH) sebesar 0,2275 kg/hari. berat organ atau jaringan tubuh seperti
otot, tulang dan lemak. Urutan
Terdapat beberapa faktor yang dapat berpengaruh pertumbuhan jaringan tubuh dimulai
terhadap pertambahan bobot harian (PBBH) ternak, dari jaringan saraf, kemudian tulang,
diantarnya yaitu pemilihan bahan pakan meliputi pakan otot dan terakhir lemak
berkualitas dan kaya nutrisi, jumlah pemberian pakan Menurut Sampurna et al., (2010)
serta tingkat kecernaan pakan. Pemberian dan menyatakan bahwa pertumbuhan
pemilihan pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi mempunyai tahap-tahap cepat dan tahap
kambing atau domba sesuai dengan fasenya dapat lambat. Tahap cepat terjadi sebelum
digunakan untuk mempercepat pertumbuhan dan dewasa kelamin dan tahap lambat
perkembangannya. Terdapat faktor lain yang dapat terjadi pada fase awal dan saat dewasa
mempengaruhi PBBH yaitu fisiologis ternak. Pada tubuh telah tercapai.
fisiologis ternak dapat menentukan PBBH yaitu dilihat Menurut pendapat Lake (2016)
dengan dewasa kelamin apakah sudah tercapai atau menyatakan bahwa faktor yang mampu
belum. mempengaruhi PBBH yaitu fisiologis
ternak dan pakan yang diberikan.
Menurut Purbowati et al., (2009) bahwa
PBBH ternak dapat dipengaruhi oleh
konsumsi kecernaan dan kandungan
nutrisi pakan.
3 Pengamatan Fisiologis Ternak Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui Menurut pendapat Rosidi dan Harjanti
pengukuran suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi (2017) bahwa fisiologi ternak
No. Suhu Denyut Frekuensipernafasan, frekuensi urinasi, defekasi dan konsumsi air merupakan salah satu cara untuk
Rektal Nadi Nafas minum. Berdasarkan pengamatan fisiologi ternak, mengetahui kesehatan ternak tersebut.
(0C) (kali/menit (kali/ parameter yang digunakan yaitu pengukuran suhu Menurut pendapat Hidayat et al., (2018)
) menit) rektal, denyut nadi dan frekuensi napas. yang menyatakan bahwa suhu rektal
Rata- 39,68 72,2 34,2 domba berkisar pada suhu 38,83 0C.
rata Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan Menurut Nelvita et al., (2018) yang
hasil rata rata yaitu untuk suhu rektal sebesar 39,68 0C, menyatakan bahwa pada keadaan
yang menandakan bahwa domba mengalami cekaman normal, frekuensi nafas domba berkisar
panas ringan. Kemudian terdapat denyut nadi domba pada 18-50 kali per menit dan denyut
tergolong dalam keadaan normal dengan rata rata nadi domba yang normal memiliki
sebesar 72,2 kali/menit, tetapi berada di batas yang kisaran 70-130 kali per menit.
tinggi. Serta frekuensi nafas menunjukkan nilai 34,2 Menurut Anton et al., (2016)
kali/menit, yang mengindikasi bahwa domba berada peningkatan frekuensi nafas mampu
pada batas yang masih normal, tetapi mendekati batas mengindikasi bahwa ternak mengalami
cekaman panas ringan. Frekuensi nafas tergolong stres panas.
normal untuk domba yaitu berkisar 18 – 50 kali per Menurut pendapat Suherman et al.,
menit dalam keadaan normal. (2013) bahwa adanya peningkatan
panas metabolisme tubuh, dapat terjadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan fisiologi karena ternak baru mengkonsumsi
ternak yaitu dapat dilihat dari suhu dan kelembaban pakan dan dapat juga disebabkan oleh
lingkungan, pakan, ukuran tubuh serta umur ternak yang proses homeostasis ternak setelah
mampu mempengaruhi proses metabolisme di dalam terjadi gangguan homeostasis dapat
tubuh. Solusi yang digunakan untuk memperbaiki mempengaruhi suhu rektal.
kondisi ini adalah dengan melakukan perbaikan
manajemen ternak dan kandang yang lebih baik. Hal ini
dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kondisi
sapi yang semakin nyaman, sehingga produktivitas
menjadi tidak terhambat.
4 Pengamatan Fisiologis Lingkungan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Menurut Budiawan et al., (2015)
 Mikroklimat didapatkan hasil mengenai suhu dan kelembaban. menyatakan bahwa suhu lingkungan
Waktu Suhu (o C ) Rh ( % ) Penentuan suhu dan kelembaban terbagi menjadi suhu tropis berkisar 24-34 0C.
08.00 27,27 83 di dalam kandang dan di luar kandang. Menurut pendapat Aslimah et al.,
(2014) bahwa suhu lingkungan yang
12.00 30,27 78 Lingkungan mikroklimat menunjukkan keadaan suhu ideal untuk pertumbuhan dan
16.00 26,86 86,33 dan kelembaban di dalam kandang. Dari hasil perkembangan domba yaitu 22 - 31°C

Rata- rata 28,14 84,44 pengukuran didapatkan hasil bahwa rata-rata suhu dan dengan kelembapan 75%.
kelembaban masing-masing sebesar 28,14 o
C dan
 Makroklimat 84,44%.

Waktu Suhu (o C ) Rh ( % )
Lingkungan makroklimat menunjukkan keadaan suhu
08.00 27,17 88,33
suhu dan kelembaban di area luar kandang dengan
12.00 31,27 78,33
rataan masing-masing 28,59 oC dan 85,22%. Suhu
16.00 27,33 89
lingkungan area luar kandang tergolong cukup baik
Rata- rata 28,59 85,22
untuk peternakan domba di daerah tropis. Suhu optimal
untuk kambing atau domba yaitu pada kisaran 22oC-
31oC. Kelembaban yang rendah memungkinkan ternak
untuk mudah melepas panas tubuh dan terhindar dari
cekaman panas.

5 Konversi Pakan Konversi pakan bertujuan untuk mengetahui seberapa Menurut Zulkarnain et al., (2018)
 PBBH = 0,2275 kg/hari banyak pakan yang dibutuhkan dalam menaikkan satuan menyatakan bahwa berdasarkan NRC,
 Konsumsi Total BK = 0,5412kg bobot badan ternak. Nilai konversi yang diperoleh yaitu nilai standar konversi pakan ternak

 Konversi Pakan = 2,28 kg apabila semakin kecil, maka akan semakin baik. Hal ini domba adalah sebesar 4.
berarti pakan yang dibutuhkan relatif sedikit, sehingga Menurut Bruno (2019) faktor yang
dapat menghasilkan bobot lebih. mempengaruhi konversi pakan adalah
kondisi ternak, daya cerna ternak, jenis
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data berupa kelamin, bangsa, kualitas dan kuantitas
PBBH dari domba sebesar 0,2275 kg/hari, konsumsi BK pakan serta faktor lingkungan.
total sebesar 0,5412 kg, serta konversi pakan sebesar Menurut pendapat Yakin et al., (2012)
2,28 kg. Nilai konversi pakan yang diperoleh cukup bahwa pengaruh dari penggunaan
baik, dengan standar NRC konversi pakan domba pada pakan konsentrat dari total konsumsi
umumnya yang berkisar 4. Nilai ini dapat dipengaruhi pakan, mengakibatkan tercukupinya
oleh daya cerna, kondisi, jenis kelamin, bangsa, kualitas kebutuhan BK karena konsentrat
dan jumlah pakan yang diberikan serta faktor merupakan bahan pakan yang mudah
lingkungan yang memiliki dampak besar pada ternak. dicerna, sehingga laju pakan dalam
saluran pencernaan lebih cepat.
6 Efisiensi Pakan Nilai efisiensi menunjukkan jumlah persentase pada Menurut pendapat Ayuningsih et al.,
● PBBH = 0,2275 kg/hari bahan pakan yang digunakan untuk menghasilkan (2018) bahwa efisiensi pakan pada
● Konsumsi Total BK = 0,5412kg PBBH. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan domba berkisar antara 6,78 – 13,2%.
Efisiensi Pakan = 42,04 % data praktikum yang telah dilakukan, didapatkan nilai Menurut pendapat Ngadiyono et al.,
efisiensi pakan untuk domba yang memiliki nilai PBBH (2008) bahwa pakan yang memeiliki
sebesar 0,2275 kg/hari dengan konsumsi total BK kualitas lebih baik akan diikuti dengan
0,5412kg yaitu sebesar 42,04 %. tingkat konsumsi yang relatif lebih baik
dibandingkan dengan pakan kualitas
Nilai efisiensi pakan tersebut cukup baik karena nilainya rendah.
relatif lebih besar dibandingkan standar efisiensi pakan
yaitu 6,78 – 13,2%. Konsumsi bahan kering pada pakan Menurut pendapat Yusuf (2018)
sangat dipengaruhi oleh kandungan PK bahan penyusun menyatakan bahwa faktor yang dapat
pakan. Faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan yaitu mempengaruhi efisiensi pakan adalah
kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kemampuan ternak untuk mencerna
kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan, ransum, zat pakan yang dibutuhkan
fungsi tubuh, serta jenis pakan yang digunakan. dalam hidup pokok dapat tercukupi,
pertumbuhan dan pakan yang diberikan.
7 Feed cost per Gain Berdasarkan hasil yang diperoleh dari data praktikum Menurut Pitono et al., (2015)
● Harga Rumput odot = 300/kg bahwa harga rumput gajah sebesar Rp 300/kg dan harga menyatakan bahwa apabila nilai feed
● Harga Konsentrat = 2480/kg konsentrat Rp 2480/kg. Sehingga didapatkan hasil feed cost yang dihasilkan semakin rendah
● Hasil = Rp.6.770 cost per gain sebesar Rp Rp.6.770. maka akan semakin baik.
Menururt pendapat Handayanta et al.,
Hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan bobot (2017) menyatakan bahwa penyebab
badan domba per kilogramnya dan dibutuhkan total nilai feed cost per gain tinggi yaitu
biaya sebesar Rp Rp.6.770. Guna menaikkan 1 kg bobot konsumsi BK yang sesuai dengan
badan domba diperlukan biaya feed cost per gain standar, tetapi PBBH yang dihasilkan
sebesar Rp Rp.6.770. Besar kecilnya nilai suatu feed tidak sebanding.
cost per gain dapat dipengaruhi oleh harga pakan dan Hal ini sesuai dengan Wati (2020) yang
efisiensi kecernaan bahan pakan. menyatakan bahwa pengoptimalan
PBBH dan penggunaan pakan yang
efisien dapat menekan nilai feed cost
per gain.
Menurut Daning dan Kristianti (2018)
bahwa nilai feed cost per gain dihitung
berdasarkan biaya pakan dan bobot
badan yang dihasilkan. Dengan feed
cost per gain yang dihasilkan yaitu Rp.
12,708-14,390/kg PBBH. Hal ini
menunjukan bahwa nilai feed cost per
lebih rendah dibandingkan dengan
penelitian Munawaroh et al., (2015)
yang menyatakan bahwa feed cost per
gain standar untuk kambing dan domba
yaitu Rp. 15.231.00/kg PBBH.

8 Evaluasi Konsumsi Berdasarkan pengamatan dan perhitungan pada Menurut Rasyid (2013) menyatakan
Konsumsi BK = 0,5412 praktikum, didapatkan data yang menyatakan bahwa bahwa evaluasi pakan merupakan salah
Konsumsi menurut Kearl (1982) = 0,51 konsumsi Bk domba dengan bobot rata-rata 24,91 satu usaha yang dapat dilakukan untuk
Kg memiliki konsumsi BK sebesar 0,5412 mengetahui efisiensi jumlah pemberian
pakan terhadap kebutuhan nutrien
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan didapatkan ternak sehingga produktivitas ternak
nilai konsumsi pakan sebesar 0,5412 kg. Apabila dapat optimal dan meningkatkan
dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan konsumsi efisiensi usaha.
menurut Kearl, domba dengan bobot rata rata 24,91 kg Menurut pendapat Utomo et al., (2014),
dengan PBBH sebesar 0,2275 menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah
pemberian pakan sama dengan konsumsi BK yaitu konsumsi pakan antara lain adalah
sebesar 0,51 Kg. jumlah konsumsi ransum, kebutuhan
nutrien, PBBH, bobot badan ternak,
Faktor yang dapat mempengaruhi evaluasi konsumsi jenis dan kandungan nutrisi pakan serta
meliputi bobot badan, jumlah konsumsi pakan, tingkat palatabilitas pakan.
kebutuhan nutrien, dan jenis bahan pakan yang Hal ini juga didukung oleh pendapat
digunakan. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor Harmayanda et al., (2016) bahwa bahan
genetik, faktor lingkungan, dan jenis kelamin serta umur pakan sumber energi mampu
ternak. Faktor ini dapat mempengaruhi bobor badan menurunkan konsumsi pakan.
dikarenakan bahan pakan yang mengandung sumber Menurut Rasyid (2013) bahwa
energi dapat menurunkan konsumsi pakan. Hal ini konsumsi pakan yang terlalu tinggi atau
dikarenkan pemberian pakan secara berlebih dapat melebihi kebutuhan menunjukkan
menyebabkan berkurangnya daya cerna pada saluran kurangnya efisiensi penggunaan
pencernaan, sehingga konversi pakan meningkat ransum.
mengakibatkan adanya penimbunan energi yang Menurut pendapat Marzuki et al.,
disimpan dalam bentuk lemak. (2012) pemberian pakan dalam jumlah
berlebih akan meningkatkan biaya
produksi.
Menurut pendapat Muharlien et al.,
(2011) menyatakan bahwa pemberian
pakan secara berlebih selain dapat
meningkatkan biaya produksi juga dapat
menyebabkan berkurangnya daya cerna
saluran pencernaan, sehingga konversi
pakan meningkat dan juga
meningkatkan jumlah lemak abdominal
karena adanya penimbunan energi yang
disimpan dalam bentuk lemak.

9 Evaluasi Perkandangan Berdasarkan hasil pengamatan praktikum yang Menurut pendapat Fajrona et al., (2019)
 Tipe Kandang yaitu Kandang diperoleh dapat dilihat bahwa tipe kandang yang bahwa kandang merupakan bangunan
Panggung dan Umbaran digunakan dalam peternakan memiliki tipe panggung atau tempat berlindung, beraktivitas,
dan tipe umbaran. beristirahat, berproduksi, dan
bereproduksi bagi ternak.
Kandang dengan tipe panggung memiliki kolong yang Menurut pendapat Ulupi dan Ihwantoro
dibawahnya dapat digunakan untuk penampungan (2014) bahwa penggunaan kandang
kotoran yang terkumpul dibawah lantai. Pada terbuka memiliki kelebihan yang
peternakan tersebut untuk bagian tipe panggung meliputi biaya pembangunan lebih
menggunakan material berupa kayu baik dari lantai murah dan sirkulasi udara lancar dan
kandang dan juga pagar sekeliling. Untuk alas kekurangan yang meliputi sulitnya
perkandangan berupa beton dan memiliki atap berbahan pengontrolan kondisi mikroklimat dan
asbes. mudahnya penularan penyakit dari luar
kandang.
Kandang dengan tipe ini memiliki kelebihan yaitu Menurut pendapat Triana et al., (2017)
kandang yang ideal untuk domba karena dapat yang menyatakan bahwa kandang
digunakan untuk pencegahan penyakit dan kebersihan dengan tipe umbaran memudahkan
pun terkendali. Selain itum memiliki kelebihan dalam domba untuk bermain-main.
biaya pembangunan yang lebih murah dan terdapat Menurut pendapat Rianto dan
sirkulasis udara yang lancar. Sedangkan kekurangannya Purbowati (2009) bahwa kandang tail
adalah sulitnya mengontrol konidisi mikroklimat dan to tail merupakan kandang ternak
penularan penyakit dari luar yang mudah masuk dimana terdapat lorong di tengah
menyerang kambing. Kandang tipe ini cocok digunakan kandang dengan bagian ekor yang
pada kambing di fase grower atau pertumbuhan. saling menghadap sehingga dapat
memudahkan peternak dalam hal
Kandang dengan tipe umbaran digunakan dalam memberi pakan dan sanitasi namun
peternakan ini dikarenakan agar domba dapat bergerak pembuatan kandang jenis ini
guna tetap menjaga kesehatan tulang dan badannya. membutuhkan biaya yang lebih besar
Evaluasi kandang tipe umbaran ini adalah memiliki alas daripada kandang koloni.
kandang berbahan batako, memiliki tempat berteduh, Menurut pendapat Kartiko et al., (2019)
tempat pakan berbahan kayu, tempat minum berupa bahwa kandang semi terbuka memiliki
ember yang diatas terdapat keran untuk pengairan kondisi mikroklimat yang berjalan
minum. Kelebihan dari kandang tipe ini adalah memiliki secara alami. Hal ini didukung oleh
sirkulasis udara yang baik. Sedangkan untuk pendapat Marsuma et al., (2016) bahwa
kekurangannya adalah harus dilakukan pembersihan kandang semi terbuka memiliki
setiap hari. Kandang tipe ini digunakan untuk kambing kelebihan berupa sirkulasi udara yang
yang sedang hamil dan indukan yang siap untuk berjalan dengan baik namun tidak
dibuahi. berlebihan dan kondisi mikroklimat
berjalan secara alami.
10 Carrying Capacity Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan Menurut Muladno et al., (2018)
● Produksi Lahan per Tahun = praktikum yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai menyatakan bahwa carrying capacity
41.400 Kg/tahun produksi lahan seluas 1 hektar menghasilkan 41.400 merupakan kemampuan lahan untuk
● Produksi Lahan per Hari = 113,44 Kg/tahun atau 41 ,4 ton/tahun hijauan segar, produksi menampung ternak per satuan ternak
kg lahan per hari sebesar 113,44 kg/hari hijauan segar, per satuan luas lahan.
● Produksi per Tahun dalam BK = produksi per tahun dalam BK sebesar 3.961,98 kg
3.961,98 kg BK/Tahun BK/Tahun. Menurut Mukson et al., (2014)
Hasil CC = 141,25 ST menyatakan bahwa carrying capacity
Hasil perhitungan carrying capacity menunjukkan hasil dari suatu lahan dipengaruhi oleh
141,25ST. Hal tersebut berarti lahan hijauan yang seluas kondisi ekologi, luas lahan, dan iklim.
1,2 ha dapat menampung domba sebanyak 141,25 Menurut pendapat Delima et al., (2015)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bahwa tingkat daya tampung suat lahan
tanaman yang mengurangi kuantitas pakan diantaranya didasari pada potensi produksi tanaman
yaitu suhu lingkungan, kondisi tanah, kondisi ekologi pakan.
lahan, curah hujan, lamanya hari, dan intensitas Menurut pendapat Tanuwiria et al.,
radiasi cahaya. (2015) bahwa satuan dalam perhitungan
daya tampung lahan menggunakan
satuan ternak (ST).
Perhitungan carrying capacity ini perlu dilakukan agar Menurut Damry (2016) menyatakan
kita mampu dan mengetahui kemampuan suatu lahan bahwa nilai carrying capacity padang
dalam memenuhi kebutuhan hijauan dalam satu tahun. penggembalaan yang ideal yaitu sebesar
2,5 UT/ha/thn.
Menurut Infitria dan Khalil (2014)
menyatakan bahwa padang
penggembalaan yang baik mempunyai
kapasitas tampung 0.4 ha untuk 1
ST/ha/tahun atau 1 Ha padang
penggembalaan untuk 2.5 ST/tahun.
Menurut Rusdiana dan Adawiyah
(2013) menyatakan bahwa produksi
hijauan segar dalam 1 hektar lahan
minimal 55 ton/tahun dan untuk lahan
sedang minimal 100 ton/tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Anton, A., L. M. Kasip, L. Wiraprobadi, S. N. Depamede dan A. R. S. Asih. 2016. Perubahan status fisiologis dan bobot badan sapi bali bibit
yang diantar pulaukan dari Pulau Lombok ke Kalimantan Barat. J. Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 2 (1): 86–95.
Aslimah, S., M. Yamin., dan D. A. Astuti. 2014. Produktivitas karkas domba garut jantan pada pemberian jenis pakan dan waktu yang berbeda.
J. Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 2(1): 251-256.
Ayuningsih, B., I. Hernaman., D. Ramadhani., dan Siswoyo. 2018. Pengaruh imbangan protein dan energy terhadap efisiensi penggunaan
ransum pada domba garut betina. J. Ilmiah Peternakan Terpadu. 6(1): 97-100.
Bruno, H. 2019. Level pemberian molasses multi nutrient soft yang berbeda terhadap konversi pakan dan konsumsi pakan pada sapi bali jantan.
Fakultas Pertanian, Universitas Bosowa. (Skripsi).
Budiawan, A., M. N. Ihsan dan S. Wahjuningsih. 2015. Hubungan body condition score terhadap service per conception dan calving interval
sapi potong peranakan ongole Di Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan. J. Ternak Tropika. 16 (1): 34–40.
Damry, D. 2016. Produksi dan kandungan nutrien hijauan padang penggembalaan alam di Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso. J. Ilmu-ilmu
Pertanian. 16 (4): 35-40.
Daning, D. R. A., dan N. D. Kristianti. 2018. Evaluasi formulasi complete feed terhadap kualitas fisik dan tingkat konsumsi domba ekor gemuk.
Prosiding Seminar Nasional, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang.
Dewi, S. H. C. 2013. Kualitas kimia daging ayam kampung dengan ransum berbasis konsentrat broiler. J.AgriSains. 4 (6): 2086–7719.
Delima, M., A. Karim dan M. Yunus. 2015. Kajian potensi produksi hijauan pakan pada lahan eksisting dan potensial untuk meningkatkan
populasi ternak ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. J. Agripet. 15 (1): 33–40.
Fajrone, K., Erpomen, S. Nanda, L. Suhartati, E. L. S. Suharto, T. Edwin, R. Pazla, R. A. Putra, dan A. Syahardi. 2019. Pemberdayaan peternak
melalui renovasi kandang pada itik pedaging di Nagari Sungai Kamuyang Kecamatan Luak Kabupaten Lima Puluh Kota. 2 (4): 443–449.
Hambakodu, M., & Ina, Y. T. (2019). Evaluasi kecernaan in vitro bahan pakan hasil samping agro industri. J. Agripet. 19 (1): 7-12.
Handayanta, E., Lutojo dan K. Nurdiati. 2017. Efisiensi produksi sapi potong pada peternakan rakyat pada musim kemarau di daerah pertanian
lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. J. Sustainable Agriculture. 32 (1): 49–54.
Hartutik, H., Fajri, A. I., & Irsyammawati, A. (2018). Pengaruh penambahan pollard dan bekatul dalam pembuatan silase rumput odot
(pennisetum purpureum, cv. Mott) terhadap kecernaan dan produksi gas secara in vitro. J. Nutrisi Ternak Tropis. 1 (1): 9-17.

Hidayat, A. D., 2018. Respon Fisiologis Domba Lokal Ekor Tipis dengan Sistem Perkandangan dan Jenis Kelamin Berbeda. Bogor. Institut
Pertanian Bogor. (Skripsi).

Infitria, I., dan Khalil, K. 2014. Studi produksi dan kualitas hijauan di lahan padang rumput UPT peternakan Universitas Andalas Padang. B.
Ilmu Makanan Ternak. 12 (1): 21-29.
Kartiko, M. A., P. Sambodho, dan D. W. Harjanti. 2019. Respon fisiologis sapi laktasi akibat modifikasi lingkungan kandang. Agromedia :
Berkala Ilmiah Ilmu-ilmu Pertanian. 27 (2): 76–82.
Lake, A. F. 2016. Korelasi PBBH dengan perubahan ukuran linear tubuh pada ternak kambing kacang betina lokal yang diberikan kombinasi
hijauan. J. Animal Science. 1 (2): 24–25.
Marzuki, M., N. W. W. Astuti, dan K. Suwiryo. 2012. Pengaruh kadar protein dan rasio pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus). J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 4 (1): 55–65.
Marsuma K. N., S. Kuswaryan, dan D. C. Budinuryanto. 2016. Pengaruh penerapan asa kesejahteraan ternak terhadap nilai penjualan domba. J.
Mahasiswa. 5 (4): 1–12.
Meazza, R. R. (2019). Konsumsi dan Koefisien Cerna Protein Pakan Domba Lokal Yang Diberi Pakan Jerami Padi Amoniasi Mengandung
Dfmams dan Konsentrat Disuplementasi Tepung Daun Waru (Doctoral dissertation, Universitas Jenderal Soedirman).

Mufarihin, A., D. R. Lukiwati, dan S. Sutarno. 2012. Pertumbuhan dan bobot bahan kering rumput gajah dan rumput raja pada perlakuan aras
auksin yang berbeda. J. Animal Agriculture. 1 (2): 1–15.
Muharlien, Achmanu, dan A. Kurniawan. 2011. Efek lama waktu pembatasan pemberian pakan terhadap performans ayam pedaging finisher. J.
Ternak Tropika. 11 (2): 88–94.
Mukson, M., Roessali, W., dan Setiyawan, H. 2014. Analisis wilayah pengembangan sapi potong dalam mendukung swasembada daging di
Jawa Tengah. J. Peternakan Indonesia.16 (1): 26–32.
Muladno, M., A. Atabani, D. Rudiono, N. Rahmawati, dan E. F. Lisnanti. 2018. Kajian carrying capacity di ex-karesidenan Kediri. Seminar
Nasional Unisla 2018. Lamongan: Litbang Pemas Universitas Islam Lamongan.
Munawaroh, L. L., L. G. S. Budisatria., B. Suwignyo. 2015. Pengaruh pemberian fermentasi complete feed berbasis pakan lokal terhadap
konsumsi, konversi pakan, dan feed cost kambing bligon jantan. J. Buletin Peternakan. 39 (3) : 167-173.
Muniroh, A., Suja'i, I., Wibowo, A., Saputra, H. K. H., Yunita, E., & Sriherwanto, C. (2021). Perubahan kandungan asam fitat dan asam amino
esensial bahan-bahan organik pakan yang difermentasi ragi tempe. J. Bioteknologi & Biosains Indonesia. 8 (1): 42-56.

Nelvita, T., A. Purnomoadi., dan E. Rianto. 2018. Pemulihan kondisi fisiologis, konsumsi pakan dan bobot badan domba ekor tipis pada umur
muda dan dewasa pasca transportasi pada siang hari. J. Sains Peternakan Indonesia. 13 (4) : 337-404.

Ngadiyono, N., G. Murdjito, A. Agus dan U. Supriyana. 2008. Kinerja produksi sapi peranakan ongole jantan dengan pemberian dua jenis
konsentrat yang berbeda. J. Indonesia Tropical Animal Agriculture. 33 (4): 282–289.
Pitono, A. C., H. Nugroho, Kuswati dan T. Susilawati. 2015. Performan Sapi Brahman Cross Steer Warna Merah dan Putih pada Fase Finisher.
Universitas Brawijaya. (Disertasi).
Purbowati, E., C. I. Sutrisno, E. Baliarti, S. P. S. Budhi, W. Lestariana, E. Rianto dan Kholidin. 2009. Penampilan produksi domba lokal jantan
dengan pakan komplit dari berbagai limbah pertanian dan agroindustri. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan.Semarang. 1
(1): 130–138.
Rasyid, S. 2013. Evaluasi pertambahan bobot badan dan efisiensi penggunaan pakan pada itik pedaging yang diberi level ampas tahu yang
berbeda. J. Galung Tropika. 2 (1): 9–13.
Rianto, E. dan E. Purbowati, 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rosidi, M. R., dan D. W. Harjanti. 2017. Tatalaksana Kesehatan Dan Pencegahan Penyakit Pada Penggemukan Sapi Potong Di Cv Indonesia
Multi Indah Desa Langse Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
(Skripsi).
Rusdiana, S dan C. R. Adawiyah. 2013. Analisis ekonomi dan prospek usaha tanaman dan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa. J. SEPA. 10
(1): 118–131.
Sampurna, I. P., dan I. K. Suatha. 2010. Pertumbuhan alometri dimensi panjang dan lingkar tubuh sapi bali jantan. J. Veteriner. 11 (1): 46–51.
Savitri, D. 2018. Kadar Protein Kasar Dan Serat Kasar pada Tiga Jenis Rumput yang ditanam di Bawah Naungan Kelapa Sawit dan Tanpa
Naunngan. Bandar Lampung. Universitas Lampung. (Skripsi).

Seseray, D. Y., dan B. Santoso. 2013. Produksi rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang diberi pupuk N, P dan K dengan dosis 0, 50 dan
100% pada devoliasi hari ke-45. Sains Peternakan. J. Penelitian Ilmu Peternakan. 11 (1): 49–55.
Suherman, D. 2014. Efek waktu pemberian pakan dan level energi terhadap cekaman panas berdasarkan suhu rektal dan kulit sapi dara fries
holland. J. Sain Peternakan Indonesia. 9 (2): 117–129.

Syamsi, A. N., H. S. Widodo., Y. Subagyo., dan P. Soediarto. 2021. Indeks Sinkronasi Protein Energi dari Bebebrapa Konsentrat Sumber
Protein Bagi Ruminansia. Prosiding Seminar Teknologi Agribisnis Peternakan (STAP) Fakultas Peternakan, Universitas Jendral
Soedirman. 244-251.

Tanuwiria, U. H., A. Budiman dan A. Ayuningsih. 2015. Evaluasi potensi pakan serat dan daya dukung untuk pengembangan ternak ruminansia
di wilayah Kabupaten Subang. J. Ilmu Ternak. 15 (1): 56–69.
Triana, I. N., R. R. Ratnasari., dan A. Azmijah. 2017. Program penggemukan ternak domba ekor gemuk di Kecamatan Semanding, Kabupaten
Tuban. J. Layanan Masyarakat Universitas Airlangga. 1 (2): 51-55.
Ulupi, N., dan T. T. I. Hwantoro. 2014. Gambaran darah ayam kampung dan ayam petelur komersial pada kandang terbuka di daerah tropis. J.
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 2 (1): 219–223.

Wati, N. E., dan M. Suhadi. 2020. Pengaruh penambahan tepung kunyit (curcuma longa) sebagai pakan tambahan alami terhadap efisiensi pakan
sapi peranakan ongole. Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Pertanian. 1(1): 150-156.
Wulandari, S., Subagja, H., & Mutmainnah, S. (2017). Pemanfaatan tumpi jagung fermentasi pada penggemukan domba jantan ekor gemuk. J.
Ilmiah Inovasi. 17 (3) : 45-54.

Yakin, E. A., N. Ngadiyono dan R. Utom. 2012. Pengaruh substitusi silase isi rumen sapi pada pakan basal rumput dan konsentrat terhadap
kinerja sapi potong. J. Peternakan. 36 (3): 174–180.
Yusuf, M. 2018. Konsumsi, pertambahan berat badan harian, konversi dan efisiensi pakan sapi bali jantan muda yang diberi pakan lamtoro dan
campuran lamtoro dan gamal. Fakultas Peternakan, Universitas Mataram. (Skripsi).
Zulkarnain, N., M.M.A. Wardoyo., dan R. Kumala. 2018. Pengaruh pemberian silase batang pisang (Musa paradisciaca) terhadap pertambahan
bobot badan domba ekor gemuk. J. Ternak. 9 (2) : 17-25.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan analisis bahan kering pakan


Hijauan = Rumput Odot

BK = 9,57% (Hartutik et al,2018)

Komposisi Ransum = Konsentrat 20%

BK = 88,65% (Meazza, 2019)

Janggel jagung 40%

BK = 89,72% (Hambakodu dan Ina,2019)

Tumpi jagung 35%

BK = 88,28 (Wulandari et al, 2017)

CGF 5%

BK = 91,70% (Muniroh et al, 2021)

BK Ransum = (88,65x20%) + (89,72x40%) + (88,28x35%) + (91,70x5%)

= 17,73 + 35,888 + 30,898 + 4,585

= 89,10%
Lampiran 2. Perhitungan konsumsi pakan

Konsumsi Pakan Segar = 1 Kg BS


9,57
x1
Konsumsi BK Pakan segar = 100
= 0,0957 kg
89,1
x 0,5
Konsumsi BK Pakan ransum = 100
= 0,4455 kg
Konsumsi BK total = 0,0957 + 0,4455
= 0,5412 kg BK
Lampiran 3. Perhitungan PBBH
No BB Awal BB Akhir
1 25,7 26,4
2 21,6 23,39
3 24,75 26,1
5 20,05 20,8
7 27,9 27,9
Rataan 24 24,91
PBBH
26,4−25,7
Domba 1 =
4
= 0,175
23,35−21,6
Domba 2 =
4
= 0,4375
26,1−24,75
Domba 3 =
4
= 0,3375
20,80−20,05
Domba 5 =
4
= 0,1875
27,9−27,9
Domba 7 =
4
=0

Bobot badan awal rata rata = 24 kg

Bobot badan akhir rata rata =24,91 kg

Lama pemeliharaan = 4 hari


24,91−24
PBBH rata rata =
4

= 0,2275 kg/hari

Lampiran 4. Perhitungan Konversi Pakan


PBBH
26,4−25,7
Domba 1 =
4
= 0,175
23,35−21,6
Domba 2 =
4
= 0,4375
26,1−24,75
Domba 3 =
4
= 0,3375
20,80−20,05
Domba 5 =
4
= 0,1875
27,9−27,9
Domba 7 =
4
=0
PBBH rata rata = 0,2275 kg/hari

Konsumsi BK Total = 0,5412 kg BK


Konversi Pakan
0,5412
1 = 0,175
Domba

= 3,09

0,5412
0,4375
Domba 2 =

= 1,2

0,5412
0,3375
Domba 3 =

= 1,63

0,5412
0,1875
Domba 5 =
= 2,88

0,5412
0
Domba 7 =

=-

0,5412
Konversi pakan rata rata = 0,2275
= 2,28

Lampiran 5. Perhitungan Efisiensi Pakan


PBBH
26,4−25,7
Domba 1 =
4
= 0,175
23,35−21,6
Domba 2 =
4
= 0,4375
26,1−24,75
Domba 3 =
4
= 0,3375
20,80−20,05
Domba 5 =
4
= 0,1875
27,9−27,9
Domba 7 =
4
=0

PBBH rata rata = 0,2275kg/hari


Konsumsi BK total = 0,5412kg BK
Efisiensi pakan

0,175
x 100 %
1 = 0,5412
Domba

= 32,33%
0,4375
x 100 %
0,5412
Domba 2 =

= 80,83%

0,3375
x 100 %
0,5412
Domba 3 =

= 62,36%

0,1875
x 100 %
0,5412
Domba 5 =

= 34,64%

0
x 100 %
0,5412
Domba 7 =

=0
0,2275
x 100 %
rata rata = 0,5412
Efisiensi pakan

= 42,04%

Lampiran 6. Perhitungan feed cost per gain

Harga hijauan = 300/kg

Harga konsentrat = Konsentrat domba/domba = 4500/kg


Janggel jagung giling = 1200/kg
Tumpi jagung = 2000/kg
CGF = 8000/kg

Komposisi Ransum = Konsentrat 20%


Kulit ari jagung 40%
Tumpi jagung 35%
CGF 5%

Harga konsentrat/kg = (4500x20%)+(1200x40%)+(2000x35%)+(8000x5%)


= 900+480+700+400 = 2480/kg
PBBH
26,4−25,7
Domba 1 =
4
= 0,175
23,35−21,6
Domba 2 =
4
= 0,4375
26,1−24,75
Domba 3 =
4
= 0,3375
20,80−20,05
Domba 5 =
4
= 0,1875
27,9−27,9
Domba 7 =
4
=0
PBBH = 0,2275

Feed cost per gain

Domba 1 = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

0,175

= Rp. 8.800

Domba 2 = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

0,4375

= Rp. 3.520

Domba 3 = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

0,3375

= Rp. 4.563

Domba 5 = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

0,1875

= Rp. 8.213,33
Domba 7 = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

=-

Feed cost per gain rata rata = (300 x 1) + (2480 x 0,5)

0,2275
= Rp. 6.770/kg

Lampiran 7. Fisiologis Ternak

No Denyut Nadi Frekuensi Nafas Suhu Rektal (oC)


1 73 29 39,6
2 70 32 39,4
3 72 39 39,7
5 72 42 39,6
7 74 29 40,1
Lampiran 8. Fisiologi Lingkungan

1. Mikroklimat

Hari 1

Waktu Suhu Lingkungan Kelembapan


08.00 27,5 81
12.00 29,4 79
16.00 29 90
Hari 2
Waktu Suhu Lingkungan Kelembapan
08.00 26,5 86
12.00 32,2 73
16.00 25,5 91
Hari 3

Waktu Suhu Lingkungan Kelembapan


08.00 27,8 83
12.00 29,2 82
16.00 26,1 88

2. Makroklimat

Hari 1

Wakt Suhu Lingkungan Kelembapan


u
08.00 25,6 90
12.00 30,2 82
16.00 29,1 85
Hari 2

Wakt Suhu Lingkungan Kelembapan


u
08.00 27,2 88
12.00 30,6 75
16.00 26,7 94

Hari 3

Wakt Suhu Lingkungan Kelembapan


u
08.00 28,7 87
12.00 33 78
16.00 26,1 88

Lampiran 9.Perhitungan Carrying capacity

Luas lahan = 12000m2

Beratsampel rata-rata = 1,15kg/m2


Produksi lahan = 1,15 x 12000

= 13.800kg/ atau 13,8 ton/

13800 (6 x 30) ½(13800)(6x30)


Produksilahan/tahun = +
40 60

= 62.100+20.700kg

= 41.400 kg bahan segar/th

= 41.400 =113,45 kg
Produksi lahan/ hari 365

Kebutuhan BK ternak / hari = 4% dari bobot badan ternak

Rata rata BB domba 20kg =20 x 4%

= 0,8 kg

113,44kg/hari
CC asumsi =
0,8kg/hari

= 141,25 ST (satuan Ternak)

Lampiran 10. Dokumentasi Kegiatan

1. Penimbangan Bahan Pakan


Penimbangan Bahan Pakan Penimbangan Tumpi Jagung

Penimbangan Konsentrat Penimbangan CGF


2. Pencampuran Pakan (Mixing)
3. Pemberian Pakan

Pemberian Pakan Kering Pemberian Pakan Hijauan


4. Penimbangan Bobot Badan
5. Pengukuran Fisiologis Lingkungan
Pengukuran Makroklimat Sore Hari Pengukuran Mikroklimat Sore Hari
6. Pengukuran Fisiologi Ternak

Pengukuran Frekuensi Nafas


Pengukuran Suhu Rektal
7. Sanitasi dan Pengolahan Limbah

You might also like