Professional Documents
Culture Documents
Peran Mikroorganisme Dalam Pembusukan Sampah
Peran Mikroorganisme Dalam Pembusukan Sampah
ORGANIK
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga
untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme
mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan
ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam
mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut
mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya
dianggap mencakup semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran
kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak
yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap
mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri
atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi,
dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan
aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan
bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi
karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar
sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi
zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk
menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan
tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk
perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomycetes, ragi
dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi
untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan
organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan
menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.
Actinomycetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri
fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi
menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat Actinomycetes. Cendawan
fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti
1
mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan
menghilangkan pakan.
Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik
untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu
ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri
fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95%
lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi
karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida
organik.
SAMPAH ORGANIK
Persampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua
aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Sampah
akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin
besarnya jumlah penduduk di Indonesia.
Sampah merupakan bahan padat sisa proses industri atau sebagai hasil sampingan
kegiatan rumah tangga. Sampah telah banyak menimbulkan masalah, utamanya di negara –
berkembang. Masalah yang lazim muncul akibat keberadaan sampah misalnya dampak
pencemaran lingkungan, seperti timbulnya bau yang kurang sedap, sanitasi air yang berbahaya
dan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Disamping itu dari sudut pandang estetika,
tidak baik (kumuh). Namun apabila dikelola dengan baik dan benar maka sampah dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang berguna.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
2
melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah
dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu
sisa penyapuan, dsb (Pramatmaja, 2008).
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakanlimbah padat.
Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan- perlakuan, baik karena telah
sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada
menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan
dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup. Sampah adalah
limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik,
baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat
terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya
atau cara pengolahannya (Pramatmaja, 2008).
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80%
merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan
kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal:
sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah
membusuk (misal : plastik dan kertas). Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah
merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah
yang baik. Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal
pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman.
Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secarapreventive, yaitu memanfaatkan sampah
salah satunya seperti usaha pengomposan (Sulistyorini, 2005).
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan – bahan hijauan dan
bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik,
seperti urea. Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa
sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah- pilah, kompos
yangrubbishharus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos
hanyalah sampah-sampah jenis garbagesaja. Berbeda dengan proses pengolahan sampah
yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan
maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat
digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman
padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah
tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru
dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena
itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus
ditambahkan kompos (Sulistyorini, 2005).
3
tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat
memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas biologis dalam
tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur dan menyebabkan tanah lebih
gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Struktur tanah dapat diperbaiki dengan
meningkatnya porositas tanah, sehingga tanah menjadi gembur. Perbedaan teknik tersebut
berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi)
bahan – bahan sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai
(dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih dahulu dan
ukuran potongan) serta adanya bahan – bahan tambahan seperti abu dan kapur. Untuk jenis
jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu dikaji lebih lanjut, mengingat kedua
hal tersebut cukup relevan dengan kualitas pupuk organik, yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada peranan pupuk organik (Asngad, 2005)
Sampah organik dan limbah organik dapat memberi manfaat kepada manusia setelah
terlebih dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri menguntungkan bagi
manusia. Bakteri saprofit berperanan menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, sisa-sisa
atau kotoran organisme. Bakteri sahabat manusia (probiotik) tersebut menguraikan protein,
karbohidrat dan senyawa organik lainnya.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas
amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih sederhana.
Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan menghasilkan H2O dan
CO2, serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi. Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis
saprofit ini, sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri
membersihkan dunia dari sampah dan limbah organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini,
niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah organik dan limbah organik, yakni segala material
yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad hidup.
4
Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola
oleh fungsi rotary kiln dalam hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga kestabilan
PH, menjaga temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan lingkungan mikro,
berbeda bagi tiap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya. Untuk itu, pada teknologi
Biophoskko, dibuatlah desain komposter dan rotary kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan
yang cermat berdasar kebutuhan aneka jenis bakteri khusus sebagaimana terdapat dalam
Green Phoskko (GP-1) tersebut. Karenanya, dalam kepentingan mengolah sampah dan
membuat kompos secara sempurna ( cepat, higienis, tidak berbau, tidak menghidupkan hewan
kecil dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20, gembur tanpa harus dihancurkan
oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media komposter) dan jenis
bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk organik (kompos) akan beresiko
menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan ( bau, cairan lindi, binatang) dan akan
dipersepsikan rumit, lama, merugikan, menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah
banyaknya instalasi pengolahan sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan
mendapat penolakan warga sekitar.
– BSA POC
– BSA DECOMPOSER
BSA POC
Sudah dikenal secara luas oleh konsumen khususnya para petani tanaman pangan maupun
para pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi, bisa dilihat posting yang lalu ” Pupuk Organik Cair
Bio Super Active “
BSA DECOMPOSER
Hasilnya tentu saja dapat digunakan untuk mempercepat proses decomposisi limbah organik,
meningkatkan tersedianya nutrisi tanaman dan mampu menekan aktivitas mikro organisme
yang merugikan (pathogen).
5
Di buat dengan menggunakan bakteri (mikroba) : selulolitik, lignolitik, proteolitik, pengurai,
ragi, anti pathogen dll.
Dengan cepat menetralisir bau tidak sedap pada limbah buangan organik padat/ cair (limbah
ternak, pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota, rumah makan, sampah rumah tangga, dll)
Mempercepat penguraian dan menurunkan kapasitas tinja dalam septik tank sehingga
tidak cepat penuh.
Digunakan untuk perawatan WC/ Wastafel agar tidak mampet dan berbau.
Mampu menurunkan dan menekan kadar polusi dan kadar racun dalam proses
penguraian bahan organik.
Menetralisir air dari zat yang merugikan di tambak/kolam, sehingga dapat menyehatkan
dan menekan tingkat kematian ikan/ udang.
Aman digunakan karena tidak beracun dan ramah lingkungan.
Dibuat dengan menggunakan mikroba penambat N, pelarut K, Penghasil hormon, anti
pathogen, pelarut P, pemantap agregat tanah, bakteri pengurai dll.
Mengandung mikro organisme penambat N, pelarut P dan K, vitamin dan asam amino
yang bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
Melindungi akar dari mikroorganisme pathogen serta meningkatkan daya tahan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit.
Berfungsi sebagai pengurai bahan organik sehingga dapat memperbaiki struktur tanah
dan tersedianya unsur hara bagi tanaman.
Mempercepat proses penyerapan unsur hara sehingga meningkatkan produktivitas
tanaman.
Digunakan sebagai inokulasi bakteri Rhizobium sp pada tanaman kedelai atau
kacang2an.
Bersinergi positif dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami.
Dapat diaplikasikan kesemua jenis tanaman .
Memanfaatkan limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos
atau pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu Pemerintah dalam
menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi tersebut. Arti dari
pengkomposan adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh
mikroorganisma dalam kondisi terkendali. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh
konsorsium mikroorganisma, jasad renik yang kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja
merupakan organisme yang memerlukan udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang
menyengat. Untuk mengoptimalkan kerja mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa
pengendalian antara lain pengendalian terhadap kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk
menghindari terjadinya proses yang dapat menimbulkan bau busuk.
Energi dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan yang
dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan kedua proses
6
pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik dapat mengakibatkan suhu
tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian sejalan dengan waktu suhu kompos
akan menurun karena aktivitas mikroorganisme termofilik mulai menurun dan digantikan oleh
mikroorganisme mesotilik. Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah
mencapai 40 derajat celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah
ruangan terbuka yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya
dibuat memanjang dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses tersebut, setiap
waktu tertentu tumpukan dibalik dan disiram dengan air seperlunya.
Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki
nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah
digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh
intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu
memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih
dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi
secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.
Konsorsium Bakteri Bagi Pengolahan Sampah Green Phoskko Activator Kompos Phoskko A
per container 250 gr bahan organik limbah kota pertanian peternakan dan lain lainnyaLimbah
peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan Bakteri
ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik sepertiEM 4
Peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak bakteri
pengurai bahan organic menekan pertumbuhan bakteri pathogen
Teknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menanggulangi
limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif lebih murah dan tidak
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat
memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan
tersebut, namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah
peternakan, khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap.
Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan
proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses
yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk
yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara
pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah
sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara,
terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5 dan K2O.
Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa
merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa
menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara
jumlahnya banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa
pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran
dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu
dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit bagi
masyarakat sekitarnya.
Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia – sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai
pupuk organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses
pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau
dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan
mikroba sebagai aktiVator untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung
kepada bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama
pengomposan.
Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau Starbio.
Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi
7
limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik,
lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin.
Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi derivate lignin yang lebih
sederhana sehingga mampu mengikat NH4.
Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa
menjadi selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya didokumentasikan
sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.
Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim
pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua
bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease
ekstraseluler.
Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein
menjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas,
CO2 dan air.
Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah
karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam
amino.
Pada mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar tanaman
kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena rangsangan dari zat
tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat menyuburkan tanah. Selain itu ada
pula beberapa jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2 (nitrogen bebas dari udara) di atmosfer
ke dalam tanah, yang kemudian N 2 ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan
protein. Bakteri tersebut antara lain, Azotobacter vinelandii, Clostridium pasteurianum dan
Rhodospirillum rubrum. Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat
mengikat 5 – 20 gram nitrogen dari 1.000 gram bahan organik yang dirombak.
Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50o – 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada
suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka
suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos
tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume/bobot awal bahan.
8
Pada proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.
Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau
yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak
sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),
amonia, dan H2S.
Kelebihan bakteri ini adalah dapat menguraikan sampah berupa botol plastik. Plastik sangat
sulit untuk didaur ulang dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Penemuan ini
sangat berguna karena dapat menekan angka sampah berupa botol plastik. Selain mengurangi
jumlah sampah botol plastik, bakteri Pseudomonas tersebut dapat menghasilkan alat-alat
kedokteran. Selain itu, penemuan ini merupakan gerbang bagi para peneliti untuk penemuan-
penemuan selanjutnya mengenai daur ulang sampah berupa botol plastik.
Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.
Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya
organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus
dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran
penyakit.
Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan.
Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air
tanah.
Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga
dapat menimbulkan bahaya banjir.
Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh
dari pemukiman.
Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan
manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan
dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah
dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.
9
masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada
pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah
lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi
untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola
pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah
saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan
pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih
merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari
hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Cara pembuatan :
Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri
lain yang tidak diperlukan mati.
Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.
Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah
berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses
bakteri.
Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat
dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat
dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:
10
1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:
Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic
rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari
sampah organic organic.
Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak
peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah
rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.
Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan
akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan
yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan
kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan
teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.
11
Peralatan
Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan tempat
sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak
plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang
untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup
dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving
block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena
air hujan, harus di bawah atap.
Cara Pengomposan
1 liter bakterI
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari
pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk
seperti jato, bambu, dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:
Kegunaan:
12
Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.
Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos
(subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk
tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain,
terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Cara Pembuatan:
DAFTAR PUSTAKA
Aminah Asngad dan Suparti, 2005. Model Pengembangan Pembuatan Pupuk Organik Dengan
Inokulan (Studi Kasus Sampah Di Tpa Mojosongo Surakarta). Jurnal Penelitian Sains &
Teknologi, Vol. 6, No. 2, 2005: 101-113
Djuarnani,dkk, 2005. Cara cepat membuat kompos. Agromedia Pustaka. Jakarta Selatan
Harianto, Bagus, 2007. Cara praktis membuat kompos. Agromedia. Jakarta Selatan.
13