You are on page 1of 6

Nama : I Ketut Surya Aditya Putra

Prodi : FKK Tingkat 1


Absen : 01

Proses pembuatan alkohol dilakukan dengan penambahan ragi dan mikroba yaitu jamur
Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu spesies khamir yang
memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi. Mikroba ini Saccharomyces cerevisiae
memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhannya, yaitu nutrisi sebagai sumber
energi terutama gula, pH optimum 4-5, temperatur optimum 28 ºC - 30ºC serta kebutuhan akan
oksigen terutama pada awal pertumbuhan. Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme
fakultatif anaerob yang dapat menggunakan baik sistem aerob maupun anaerob untuk memperoleh
energi dari pemecahan glukosa. Apabila kondisi optimal dari Saccharomyces cerevisiae baik maka
dapat menghasilkan alkohol dalam jumlah yang besar. Selain itu juga memiliki toleransi yang
tinggi terhadap alkohol, toleransi terhadap alkohol pada variasi strain berbeda. Pembiakan jamur
Saccharomyces cerevisiae yaitu pada medium PDA (Potato Dextrosa Agar). Medium PDA
memiliki komposisi berupa karbohidrat yaitu kentang yang merupakan nutrient yang diperlukan
untuk menumbuhkan jamur atau khamir, setelah itu di inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 25°C
atau suhu ruang yang merupakan suhu optimum untuk pertumbuhan jamur. Selanjutnya dibuat
suspensi jamur Saccharomyces cerevisiae dengan konsentrasi 1:1, karena pada konsentrasi ini
diharapkan semakin banyak aktivitas enzim yang dihasilkan dan proses fermentasi dapat berjalan
maksimal. Suspensi jamur dibuat dengan menambahkan NaCl 0,9% ke dalam biakan jamur.
Penambahan NaCl 0,9% berfungsi menjaga sel mikroba dalam keadaan isotonis sehingga tetap
terjaga pertumbuhannya. Jika mikroba dalam keadaan hipotonis maka sel mikroba akan pecah atau
lisis sedangkan pada keadaan hipertonis sel mikroba akan mengkerut sehingga mempengaruhi
proses fermentasi untuk pembuatan alkohol. Mikroorganisme dari kelompok jamur dipilih karena
dapat menghasilkan enzim-enzim amilolitik yaitu enzim amilase yang akan mengubah amilosa
menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Jamur yang dipilih adalah jamur Saccharomyces
cerevisiae karena merupakan salah satu spesies jamur yang memiliki daya konversi gula menjadi
etanol yang sangat tinggi. Jamur Saccharomyces cereviceae dalam keadaan aerobik akan
mengubah asam piruvat menjadi energi tinggi, CO2 dan H2O. Sedangkan dalam keadaan anaerobik
(kekurangan oksigen), Saccharomyces cerevisiae akan melakukan proses fermentasi, asam piruvat
akan diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya asam asetat diubah menjadi alkohol. Proses
perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan NADH menjadi
NAD+..
Percobaan pertama pembuatan alkohol yaitu dengan menggunakan singkong sebagai
bahan yang akan difermentasi. Singkong memiliki kandungan karbohidrat yang dapat dipecah
menjadi gula sederhana oleh enzim amilase yang dihasilkan oleh mikroorganisme dalam proses
fermentasi yang kemudian akan diubah menjadi alkohol. Mekanisme pemecahan pati menjadi gula
– gula sederhana yaitu melalui proses hidrolisis yaitu pemutusan ikatan glikosidik dari karbohidrat
yang menghubungkan antara gula satu dengan gula lain oleh enzim amilase yang dibantu oleh air
sehingga menghasilkan gula – gula sederhana kemudian gula tersebut diglikolisis menjadi asam
piruvat . Kemudian asam piruvat diubah menjadi etanol dalam dua langkah. Langkah pertama
menghidrolisis asam piruvat dengan molekul air sehingga melepaskan karbondioksida dari piruvat
dan mengubahnya menjadi asetaldehida berkarbon dua. Dalam langkah kedua, asetaldehida
direduksi oleh NADH menjadi etanol sehingga meregenerasi pasokan NAD+ yang dibutuhkan
untuk glikolisis. Sacharomoces cerevisae yang mempunyai daya konversi gula yang sangat tinggi
karena menghasilkan enzim zimase dan intervase. Enzim zimase berfungsi sebagai pemacu
perubahan sukrosa menjadi monosakarida (glukosa dan fruktosa), sedangkan enzim intervase
mengubah glukosa menjadi alkohol.
Pertama, dimasukkan singkong rebus kedalam fermentor kemudian ditambahkan ragi
atau khamir. Ragi adalah mikroorganisme, yang aktif dengan adanya gula dan air tetapi akan mati
jika di dalam suhu yang sangat panas. Ragi inilah yang menghasilkan enzim yang berfungsi dalam
pembuatan alkohol. menurut Astawan (2004),pengukusan singkong dilakukan agar didapatkan
tekstur yang baik pada tape yaitu agak lunak. Pada proses fermentasi semakin lama fermentasi
yang dilakukan maka mikroorganisme yang berkembang akan semakin banyak sehingga yang
mendegradasi pati menjadi dekstrin dan gula juga semakin banyak, maka tape semakin lembek
bahkan berair. Kemudian singkong rebus hasil penambahan ragi disimpan dan ditutup rapat
kemudian dibiarkan dan ditunggu hingga tujuh hari. Penutupan fermentor secara rapat
dimaksudkan agar tidak ada oksigen yang masuk sehingga terjadi kondisi anarob untuk
menghasilkan kadar alkohol yang tinggi. Menurut Zubaidah ( 2010 ), kadar alkohol yang tinggi
menunjukkan kondisi yang terbaik adalah kondisi fermentasi anaerob. Hal ini disebabkan pada
kondisi anaerob, khamir mengubah gula menjadi alkohol dan CO2 dan kadar alkohol terendah
yaitu pada kondisi aerob. Hal ini diduga pada kondisi aerob Saccharomyces cerevisiae akan
melakukan respirasi yang akan menghasilkan CO2 dan H2O. Selain itu diduga dalam keadaan
aerob Saccharomyces cerevisiae selain menghasilkan sel-sel baru, sebagian khamir juga dapat
merombak gula menjadi alkohol. Berdasarkan hasil pengamatan sampel singkong dengan
penambahan ragi positif berhasil membentuk alkohol dari bau, sensasi dingin, serta terdapat
gelembung. Gelembung yang terbentuk menandakan terbentuknya CO2 hasil pengubahan asam
piruvat yang menghasilkan alkohol dan CO2.
Langkah kedua yaitu pembuatan alkohol dengan menggunakan beras merah yang dimana
beras merah di tambahkan dengan air perbandingan 1:4 kemudian ditambahkan pupuk ZA dan
NPK sebagai sumber nitrogen bagi mikroorganisme. Kemudian diatur pH sekitar 4-5 untuk
menurunkan pH digunakan asam asetat sampai pH turun 4,5 kemudian di tambahkan suspensi
jamur yang akan bekerja dalam proses fermentasi dan setelah itu ditutup dengan toples dan dibuat
lubang selang pada toples yang dihubungkan dengan posisi lebih rendah dari wadah penampung
alkohol sehingga alkohol yang terbentuk akan turun kedalam wadah tanpa harus disaring hal ini
dapat terjadi karena tekanan aktivitas enzim di dalam linkungan anaerob sehingga menyebabkan
uap akan berpindah ke wadah yang lebih rendah.
Langkah ketiga yaitu pembuatan alkohol dengan menggunakan singkong rebus yang
dimana di tambahkan dengan air perbandingan 1:4 kemudian ditambahkan pupuk ZA dan NPK
sebagai sumber nitrogen bagi mikroorganisme. Kemudian diatur pH sekitar 4-5, maka untuk
menurunkan pH digunakan asam asetat sampai pH turun 4,5 kemudian di tambahkan suspensi
jamur Saccharomyces cerevisiae yang akan bekerja dalam proses fermentasi dan setelah itu ditutup
dengan toples dan dibuat lubang selang pada toples yang dihubungkan dengan posisi lebih rendah
wadah penampung alkohol sehingga alkohol yang terbentuk akan turun kedalam wadah tanpa
harus disaring hal ini dapat terjadi karena tekanan aktivitas enzim amilase di dalam linkungan
anaerob sehingga menyebabkan uap akan berpindah kewadah yang lebih rendah.
Langkah keempat yaitu pembuatan alkohol dengan menggunakan tepung terigu yang dimana
di tambahkan dengan air perbandingan 1:4 kemudian ditambahkan pupuk ZA dan NPK sebagai
sumber nitrogen bagi mikroorganisme. Kemudian diatur pH sekitar 4-5, maka untuk menurunkan
pH digunakan asam asetat sampai pH turun menjadi 4,5 kemudian di tambahkan suspensi jamur
Saccharomyces cerevisiae yang akan bekerja dalam proses fermentasi dan setelah itu ditutup
dengan toples dan dibuat lubang selang pada toples yang dihubungkan dengan posisi lebih rendah
wadah penampung alkohol sehingga alkohol yang terbentuk akan turun kedalam wadah tanpa
harus disaring hal ini dapat terjadi karena tekanan aktivitas enzim di dalam linkungan anaerob
sehingga menyebabkan uap akan berpindah kewadah yang lebih rendah.
Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan organoleptik yang memiliki bau, sensasi
dingin dan gelembung yang terbentuk. Hasil bau produk alkohol dikatakan berhasil jika
menghasilkanbau khas alkohol. Hasil sensasi dikatakan berhasil jika larutan yang terbentuk
memberi sensasi dingin. Sedangkan hasil gelembung dikatakan berhasil jika terbentuk gelembung
udara. Gelembung udara dapat timbul karena reaksi perubahan asam piruvat menjadi alkohol dan
CO2 yang membentuk gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah
sumber karbon, kandungan gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur, dan oksigen. PH
dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Untuk pertumbuhannya,
Saccharomyces cerevisiae memerlukan energi yang berasal dari karbon. Glukosa adalah substrat
yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang
dihasilkan. Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 g/L (kira-kira 7,2 atm) akan menyebabkan
terhentinya pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae, tetapi tidak menghentikan fermentasi
alkohol. Pada tekanan lebih besar dari 30 atm, fermentasi alkohol baru terhenti sama sekali. Setiap
mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk pertumbuhannya. Untuk
Saccharomyces cerevisiae, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4,0 sampai
5,0. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi alkohol akan berjalan dengan lambat. Dalam
pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang dibutuhkan digolongkan menjadi
dua yaitu nutrien makro dan nutrien mikro. Nutrien makro meliputi unsur C (karbon), N(nitrogen),
P (pospor), K (kalium). Unsur C (karbon) didapat dari substrat yang mengandung karbohidrat,
unsur N (nitrogen) didapat dari penambahan urea, sedang unsur P (pospor) dan K (kalium) dari
pupuk NPK . Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan minimal untuk
pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk Saccharomyces cerevisiae berkisar antara 28 - 30 oC
dan temperatur maksimal antara 35-47 oC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan
perhatian, karena di samping temperatur mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan
Saccharomyces cerevisiae juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang
terlalu tinggi akan menonaktifkan Saccharomyces cerevisiae. Pada temperatur yang terlalu rendah
Saccharomyces cerevisiae akan menjadi tidak aktif.

Manfaat alkohol dalam bidang farmasi adalah Sebagai pelarut senyawa organik,
desinfektan, sebagai pereaksi, spirtus (alkohol yang didenaturasi), dan memiliki daya adstringen
(mengecilkan pori – pori kulit) sehingga digunakan dalam lotion anti-keringat.

Sumber : https://www.academia.edu/20135007/Pembahasan_Pembuatan_Alkohol

You might also like