You are on page 1of 11

Jurnal Pendidikan Agama Kristen

Volume 1, No 2, Agustus 2020 (104-114) e-ISSN 2721-1622


Available at: http://sttikat.ac.id/e-journal/index.php/sikip

Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

Rida Sinaga1, Milka Doang2


1, 2
Sekolah Tinggi Agama Kristen Terpadu PESAT, Salatiga, Jawa Tengah
ridasinagabonor@gmail.com, 2milkadoang2015@gmail.com
1

Abstract
This research is based on concerns about moral values that are not good in children in the Tunas
Mekar Integrated Kindergarten. Therefore, efforts need to be made to develop a positive attitude in
children in a better direction. This research uses classroom action research methods. This research
was conducted in Tunas Mekar Integrated Kindergarten, with a total of 14 children. One important
aspect to be developed in children as provisions in living in the social environment of society is the
social-emotional aspect. Every child needs to have good social skills and the ability to process
emotions to build balanced relationships in a diverse social environment in terms of religion, ethnicity
and language. This intelligence is commonly known as Interpersonal intelligence. The end of this study
found the following results: the first cycle was 57.14%, the second cycle was 67.62%, the third cycle
was 78.57%, the fourth cycle was 61.60%, the fifth cycle was 92.85% and the sixth cycle or the last
cycle obtained 95.24% results. After doing the first cycle to the sixth cycle, fourteen children
experienced high interpersonal intelligence development. Thus, the play method is very appropriate
to be used to develop children's interpersonal intelligence.
Keywords: interpersonal intelligence; kids; kindergarten; playing method

Abstrak
Penelitian ini berdasarkan pada keprihatinan terhadap nilai moral yang tidak baik di dalam diri anak
yang ada di TK Tunas Mekar Terpadu. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan
sikap positif di dalam diri anak ke arah yang lebih baik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan di TK A Tunas Mekar Terpadu, dengan jumlah 14 anak. Salah
satu aspek yang penting untuk dikembangkan pada anak sebagai bekal dalam hidup di lingkungan
sosial masyarakat adalah aspek sosial-emosional. Setiap anak perlu memiliki keterampilan sosial dan
kemampuan mengolah emosi yang baik untuk membangun hubungan yang seimbang di lingkungan
sosial yang beraneka ragam baik agama, suku dan bahasa. Kecerdasan ini biasa dikenal dengan
kecerdasan Interpersonal. Akhir dari penelitian ini ditemkan hasil sebagai berikut: siklus pertama di
peroleh hasil 57,14%, siklus kedua 67,62%, siklus ketiga 78,57%, siklus kempat 61,60%, siklus kelima
92,85% dan siklus keenam atau siklus terakhir memperoleh hasil 95,24%. Setelah melakukan siklus
I sampai siklus VI, empat belas anak mengalami perkembangan kecerdasan interpersonal dengan
kategori tinggi. Dengan demikian metode bermain sangat tepat digunakan untuk mengembangkan
kecerdasan interpersonal anak.

Kata kunci: anak-anak; kecerdasan interpersonal; metode bermain; taman kanak-kanak

PENDAHULUAN
UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 memuat tentang tujuan pendidikan anak usia dini yakni
untuk membantu mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak.1 Pendidikan anak
usia dini mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang mencakup aspek nilai, agama dan

1
Undang-Undang Nomor 20. Fokusmedia, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: 2003)

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 104
Rida Sinaga, Milka Doang:Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

moral, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan sosial emosional. Salah satu aspek yang penting
untuk dikembangkan sebagai bekal dalam hidup di lingkungan sosial masyarakat adalah aspek
sosial-emosional. Setiap anak perlu memiliki keterampilan sosial dan kemampuan mengolah
emosi yang baik untuk membangun hubungan yang seimbang di lingkungan sosial yang
beraneka ragam baik agama, suku dan bahasa. Keterampilan sosial anak usia dini meliputi
kemampuan anak untuk mengenal diri, mengendalikan emosi, empati, simpati, berbagi,
menolong, kerjasama, bersaing, menjalin hubungan dengan orang lain atau biasanya
berhubungan dengan kecerdasan interpersonal.
Setiap anak pada dasarnya memerlukan bantuan orang lain dan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan sosial, namun dalam kenyataannya banyak anak yang belum mampu
meyesuaikan diri untuk menjalin hubungan positif dengan orang lain.2 Salah satu potensi yang
harus dikembangkan pada anak dalam kesiapannya untuk kehidupan sosial yaitu kecerdasan
interpersonal, agar anak dapat berinteraksi dan bersosialisasi di lingkungan sosial. Dari semua
keterampilan sosial yang akan dikembangkan oleh anak, kemampuan untuk bergaul dengan
orang lain akan paling banyak membantunya merasakan keberhasilan dan kepuasan dalam
hidup.3 Agar dapat berkiprah secara efektif dalam dunia sosial, anak perlu belajar mengenali,
menafsirkan, dan bereaksi secara tepat terhadap situasi-situasi sosial.
Anak memerlukan kemampuan untuk mencari titik temu antara kebutuhan dan
harapannya dengan kebutuhan dan harapan orang lain.4 Pembelajaran tersebut dapat terealisasi
jika sekolah dan lingkungan sosial lainnya dapat bekerjasama untuk mendidik anak. Anik
mengatakan, “kemampuan interpersonal merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain seperti memahami orang lain dan membina hubungan dengan orang lain.”5 Kecer-
dasan interpersonal pada anak usia dini dapat dilihat dalam kepekaan anak terhadap perasaan
teman sebaya, kemampuan memotivasi dan mendorong orang lain, keramahan sikap dan
kemampuan bersosialisasi, kecenderungan bekerjasama dengan orang lain dan berbagi, ke-
mampuan menengahi konflik, dan hal-hal lain yang sifatnya berhubungan dengan orang lain.6
Pengamatan pada anak-anak di Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Mekar Terpadu saat
bermain pada umumnya memilih teman dekat, teman dengan agama yang sama, teman yang
sesuku dan terkadang juga teman yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal. Anak
cenderung tidak ingin bersosialisasi dan saling berbagi dengan teman-teman yang tidak
memenuhi kriteria yaitu anak-anak hanya ingin bersosialisasi dan berbagi dengan teman yang
satu agama, satu suku, maupun lingkungan tempat tinggal. Empat belas anak TK Tunas Mekar
Terpadu usia 4-5 tahun kecerdasan interpersonalnya rendah. Kondisi tersebut merupakan
situsasi yang tidak baik, karena anak hanya bersosialisasi dengan orang-orang tertentu dan
tidak secara menyeluruh. Oleh sebab itu, perlu diadakan pembelajaran yang menolong anak
mengembangkan kecerdasan yang lebih mendalam agar dapat memperbaiki keadaan sosial
yang ada di lingkungan anak-anak di TK tersebut. Dalam penelitian ini akan menggunakan

2
Ralibi M.I, Fun Teaching (Jakarta: 2008), 23
3
Ali Nugroho, et al., Metode Pengembangan Sosial Emosional (Jakarta: 2011), 81.
4
Shapiro, L. E, Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak (Jakarta: 2003), 173
5
Anik Pemilu, Mengembangkan Kreativitas & Kecerdasan Anak (Yogyakarta: 2007), 7.
6
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Jakarta: 2014), 112.

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 105
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol 1, No 2, Agustus 2020

metode bermain dalam upaya mengembangkan kecerdasan interpersonal anak. Hal ini
dilakukan karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pembelajaran yang berorientasi pada
bermain (belajar melalui bermain). Bermain memiliki peran penting dalam perkembangan
anak, antara lain bidang perkembangan fisik-motorik, bahasa, intelektual, moral, sosial dan
emosional.7 Menurut Dewey, “anak belajar tentang dirinya sendiri serta dunianya melalui
bermain”.8 Pembelajaran tersebut berorientasi pada perkembangan yang banyak memberikan
kesempatan kepada anak untuk dapat belajar dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang
paling tepat adalah pembelajaran yang berpusat pada anak (student centered).
Tinjauan Pustaka
Kecerdasan interpersonal didefenisikan sebagai kemampuan mempersepsi dan membedakan
suasana hati, maksud, motivasi, perasaan orang lain, serta kemampuan memberikan respons
secara tepat terhadap suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain”.9
Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan
orang lain, serta kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi,
serta perasaan orang lain.10 Kecerdasan interpersonal berkembang pada kapasitas inti untuk
memerhatikan perbedaan di antara orang lain, silkus hidup, perbedaan suasana hati,
temperamen, motivasi dan niat. Dalam bentuk yang lebih lanjut, kecerdasan ini
memungkinkan orang dewasa yang terlatih untuk membaca niat dan hasrat orang lain, bahkan
ketika semua itu tersembunyi. Keahlian ini muncul dalam bentuk yang amat kompleks dalam
pemimpin politik atau agama, wiraniaga, pemasar, guru, ahli terapi dan orangtua.11
Komponen inti dari kecerdasan interpersonal adalah kemampuan mencerna dan me-
nanggapi dengan tepat berbagai suasana hati, maksud, motivasi, perasaan, dan keinginan
orang lain. Komponen inti yang lain adalah kemampuan bekerjasama. Bagi yang memiliki
kecerdasan interpersonal sangat memperhatikan orang lain, memiliki kepekaan tinggi
terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak-isyarat. Dan juga mampu membedakan berbagai
macam tanda interpersonal seperti, tanda kesedihan, isyarat didengarkan, keinginan untuk
dihargai. Individu yang cerdas dalam interpersonal juga memiliki kemampuan menanggapi
secara efektif tanda interpersonal tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu, seperti
mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu‟.12 Ciri utama
kecerdasan interpersonal sangat mudah diidentifikasi dan dapat diketahui melalui observasi
terhadap:13
Pertama, kepekaan anak terhadap perasaan, kebutuhan dan peristiwa yang dialami teman
sebayanya. Kepekaan ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap anak lain, senang
membantu teman lain. Kedua, kemampuan anak mengorganisasi teman-teman sebayanya.
Kepekaan ini mendorong anak menggerakkan teman-temannya untuk tujuan bersama dan
cenderung memimpin. Ketiga, kemampuan anak untuk memotivasi dan mendorong orang lain

7
Santoso Soegeng, Dasar-Dasar Pendidikan TK (Jakarta: 2012), 43.
8
Montolalu B.E.F. Bermain dan Permainan Anak (Banten: 2012), 17.
9
Thomas R. Hoerr, Buku Kerja Multiple Intelligences (Surabaya: 2007), 106.
10
Ibid.
11
Howard Gardner, Multiple Intelligences (Jakarta: 2013), 29
12
Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Jakarta: 2012), 48
13
Ibid.

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 106
Rida Sinaga, Milka Doang:Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

untuk bertindak. Hal ini disebabkan kemampuan anak mengenali dan membaca pikiran orang
lain, dan karenanya anak dapat mengambil sikap yang tepat. Keempat, sikap yang ramah,
senang menjalin kontak, menerima teman baru, dan cepat bersosialisasi di lingkungan baru.
Hal ini disebabkan oleh dorongan anak untuk selalu bersama orang lain dan menjalin
komunikasi dengan sesama. Keterampilan sosial meliputi kemampuan anak untuk mengenal
diri, mengendalikan emosi, empati, simpati, berbagi, menolong, kerjasama, bersaing, menjalin
hubungan dengan orang lain.14
Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal anak dapat dikembangkan melalui pengembangan keterampilan
sosial anak. Pola pengembangan keterampilan sosial tersebut diantaranya:15 mengembangkan
kesadaran diri anak, mengajarkan pemahaman situasi sosial dan etika sosial, mengajarkan
pemecahan masalah efektif pada anak, mengembangkan sikap empati pada anak, mengem-
bangkan sikap profesional pada anak, mengajarkan berkomunikasi dengan santun pada anak,
dan mengajarkan cara mendengarkan efektif pada anak. Konsep kecerdasan interpersonal
dalam konteks riset ini adalah kemampuan seseorang dalam mengembangkan relasi sosial
dengan orang lain, mampu berkomunikasi secara efektif, mampu berempati secara baik, dan
mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Menurut Yoyon Suryono16 Interpersonal dapat dikembangkan melalui stimulasi dengan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang lain, terutama yang dilakukan dengan bekerjasama.
Beberapa latihan yang dapat diberikan antara lain adalah perkenalan dengan orang lain. Untuk
anak-anak yang masih di bawah umur satu tahun, stimulasi ini dapat dilakukan dengan banyak
membawa anak ikut serta pada berbagai kegiatan yang melibatkan orang banyak, misalnya
pada kegiatan posyandu, kegiatan arisan, kegiatan ibadah anak, dan lain sebagainya. Dengan
terbiasa melihat orang banyak, anak akan tahu bahwa di luar dirinya dan keluarganya, ada
orang-orang lain lagi yang bisa bersama-sama dengan dirinya.
Latihan berikutnya adalah, bermain gotong royong. Untuk anak-anak yang sudah bisa
bermain dengan keterampilan motoriknya, baik kasar maupun halus, maka berbagai
permainan yang melibatkan kerjasama dengan orang lain dapat diperkenalkan. Melalui
bermain gotong royong, dapat melatih anak untuk bekerjasama dengan orang lain. Anak tidak
bekerja secara individu sesuai keinginannya, namun juga memperhatikan keinginan orang lain
dalam kelompoknya. Anak dapat belajar mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan dengan
berbagai perbedaan yang ada sehingga mendapatkan hasil yang dinginkan bersama.
Apabila seorang anak telah mengalami gangguan bersosialisasi dimasa awal usianya,
maka gangguan ini cenderung menetap, dan akan terbawa hingga usia dewasa. Gangguan ini
tentu dapat menghambat anak untuk mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.17 Dalam
situasi apapun seseorang akan dituntut untuk melakukan hubungan dan komunikasi dengan

14
Tadkiroatun Musfiroh, Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Jakarta: 2005), 68.
15
Safaria, Interpersonal Intellegence (Yogyakarta: 2005), 66.
16
Yoyon Suryono, Yulia Ayriza, dan Farida Agus, Panduan Orangtua dalam
Menstimulasi Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini (Yogyakarta: 2008), 33.
17
Howard Gardner, Bruce Troff, The verical mind – The Case for Multiple Intellegence (UK:
Psychology cal press,1999), 86.

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 107
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol 1, No 2, Agustus 2020

pihak lain. Bahkan ketika anak menginjak dewasa, anak- anak tetap membutuhkan keteram-
pilan relasi sosial.
Membina kecerdasan emosional anak juga dapat dilakukan dengan bermain. Bermain
adalah aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kebutuhan yang sudah melekat pada
anak. Itulah sebabnya para pakar mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Dalam
kehidupan anak, bermain memiliki arti yang sangat penting. Bermain adalah kodrat sekaligus
kebutuhan anak; semua anak menyukai kegiatan bermain. Bermain adalah hidup dan jiwa
anak. Bermain menjadi sarana bagi anak untuk mengembangkan seluruh aspek perkem-
bangan; tidak hanya fisik/motorik dan sosialisasi, tetapi emosi, bahasa, dan daya pikir anak.18
Seorang ahli pendidikan anak usia dini Amerika, melakukan penelitian tentang bermain. Dia
berpendapat bahwa jenis bermain anak merupakan sesuatu yang harus dihargai, didukung,
diberi semangat, dan dibantu karena tidak sama dengan pengertian bermain yang dianut oleh
orang dewasa. Bermain bagi anak adalah eksplorasi, eksperimen, peniruan, dan penyesuaian.19
Salah satu hal yang paling buruk dilakukan oleh pendidik anak prasekolah, dengan alasan
belajar adalah menginterupsi kegiatan bermain anak, untuk melakukan sesuatu yang lebih
penting. Selain itu juga memfasilitasi serta berpartisipasi dalam permainan.20
Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghu-
bungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi,
penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan. 21
Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imajinatif dan dila-
kukan dengan segenap perasaannya. Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan
masalah, berkomunikasi, dan bernegosiasi. Anak-anak dapat menciptakan peristiwa khayalan,
melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Saat bermain seorang anak dapat mengeks-
plorasikan dan melatih emosi dari pengalaman serta kejadian yang ditemui setiap hari. Melalui
bermain bersama dan mengambil peran berbeda, anak mengembangkan kemampuan melihat
sesuatu dari sudut pandang orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau pengikut
perilaku yang akan diperlukannya saat bergaul ketika dewasa. Dapat disimpulkan bermain
menjadi sebuah milieu yang tak tertandingi dalam mendukung perkembangan dan belajar
anak.22 Ini juga alasan mengapa anak usia dini memerlukan waktu bermain lebih besar dalam
sepanjang hari.
Kegiatan bermain dilakukan sungguh-sungguh oleh seorang anak, sebab kegiatan
bermain yang dilakukan oleh anak bersifat rileks dan merupakan kegiatan yang diinginkan
dan disenangi. Bermain adalah cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran,
perasaan dan cara menjelajahi dunia lingkungannya termasuk membantu anak dalam menjalin
hubungan sosial antar anak. Anak mengungkapkan hasil pemikiran dan perasaan biasanya
melalui bentuk permainan. Bermain, selain bermanfaat untuk melatih kemampuan eksplorasi

18
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: 2002), 84.
19
B.E.F. Montolou, Bermain dan Permainan Anak (Jakarta:2012), 16
20
Ann Gordon & Kathryn W. Browne.Beginnings and Beyond (1993), 208
21
Carol Seefeldt & Nita Barbour, Basics of Developmentally Appropriate Practice
(Washington: 2006), 205
22
Ibid., 29

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 108
Rida Sinaga, Milka Doang:Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi dengan sesama anak ataupun
dengan orang dewasa.23
Ada beberapa manfaat bermain diantaranya ialah: (1) bermain merupakan motivasi
intrinsik bagi anak; (2) bermain umumnya bebas dari kegiatan menulis; (3) bermain membang-
kitkan aktivitas yang nyata; (4) pusat proses berbagai kegiatan adalah bermain; (5) bermain
mendominasi permainan; (6) bermain dapat dilakukan dengan memberikan aktivitas permain-
an. Bermain bagi anak merupakan suatu kegiatan yang diinginkan, dengan bermain anak akan
merasa bebas, dan menyenangkan. Kegiatan bermain yang dilakukan anak akan membangkit-
kan motivasi instrinsik, memberikan ketenangan dan dapat memberikan keseimbangan hidup
bagi anak.24 Adapun jenis permainan yang dapat dikembangkan di dalam program pembelaja-
ran anak usia yakni permainan eksploratif (exploratory play), permainan dinamis (energetic
play), permainan dengan kerampilan (skillful play), permainan sosial ( sicial play), permainan
imajinatif (imaginative play), dan permainan teka-teki (pezzle-it-out play).25 Keenam jenis
permainan tersebut pada dasarnya saling berintegrasi satu dengan lainnya, sehingga dalam
penerapannya mungkin saja salah satu permainan dapat mengembangkan jenis permainan
lainnya. Sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak saat melakukan permainan
tersebut. Dengan bermain baik fisik, intelektual, moral serta emosi anak dapat berkembang.
Dalam bermain ada nilai-nilai penting yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak
sehingga bermain tidak bisa diremehkan. Berikut ini beberapa nilai-nilai yang dapat dibangun
melalui bermain. Pertama, bermain memiliki peranan langsung dalam perkembangan kecer-
dasan (kognitif) anak. Kedua, menentukan dalam perkembangan berpikir abstrak. Ketiga,
memberi anak-anak kesempatan untuk menguji tubuhnya, melihat seberapa baik anggota
tubuhnya berfungsi. Keempat, Bermain sebagai suatu pelepasan atau pembebasan dari
tekanan-tekanan yang dihadapi anak-anak. Kelima, adanya keterkaitan bermain dengan
penurunan atau pengurangan kecemasan dan kegelisahan anak-anak. Keenam, bermain
memberi dukungan pada dugaan bahwa bermain dan kreativitas ada keterkaitan karena duanya
menggunakan simbol-simbol.26 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan nilai-nilai pen-
ting bermain yaitu, mengembangkan berfikir abstrak, anak-anak dapat melihat seberapa baik
anggota tubuhnya berfungsi, bebas dari tekanan-tekanan yang dihadapi, mempengaruhi
psikologi anak, dapat mengembangkan kreativitas anak.
Pada kegiatan bermain sosial mau tidak mau kondisi permainan menuntut anak untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lain, dan hal ini akan dapat mengembangkan
sosial anak. Kecerdasan interpersonal dapat distimulasi dengan kegiatan-kegiatan yang
melibat-kan orang lain, terutama yang dilakukan dengan bekerjasama. Beberapa latihan yang
dapat diberikan antara lain permainan gotong royong yaitu dengan menggunakan balok, air,
dan pasir. Melalui bermain gotong royong (balok, air, dan pasir), dapat melatih anak untuk
bekerjasama dengan orang lain. Anak tidak bekerja secara individu sesuai keinginannya,
namun juga memperhatikan keinginan orang lain dalam kelompoknya. Individu yang memi-

23
Meyke Tedjasaputra, Bermain, Main dan Permainan (Jakarta: 1995), 36.
24
Cosby Roger & Janet K. Sawyers, Play in The Lives of Children (Washingtong: 1995), 1.
25
Yuliani Nurani Sujino, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: 2013), 146.
26
Montolou, Bermain dan Permainan Anak, 16

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 109
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol 1, No 2, Agustus 2020

liki kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain akan memiliki kesempatan yang
lebih besar untuk mengembangkan perkembangan sosial dan perkembangan emosi serta lebih
mudah dalam membina hubungan positif dengan orang lain, ini dapat mengembangkan
kemampuan interpersonalnya.

METODE PENELITIAN
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).27 Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengembangkan strategi pembelajaran
yang paling efesien dan efektif pada situasi yang alamiah (bukan eksperimen). Action research
diperoleh melalui tindakan dengan asumsi tersebut orang biasa mempunyai peluang untuk
ditingkatkan kemampuannya melalui tindakan-tindakan penelitian.28 Model penelitian
tindakan kelas yang digunakan adalah model spiral Kurt Zadek Lewin. Siklus spiral yang
dikembangkan oleh Lewin terdiri atas empat komponen kegiatan dalam satu siklus.
Komponen kegiatan tersebut yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang
masing-masing berperan secara berkesinambungan.29
Perencanaan adalah menentukan kapan siklus akan dilakukan, mempersiapkan materi,
metode, tujuan dan alat observasi. Pelaksanaan adalah penerapan perencanaan (silkus).
Pengamatan merupakan tindakan untuk mengamati perubahan anak setelah siklus dilakukan
dengan menggunakan alat observasi. Refleksi adalah menemukan kendala, kekurangan setelah
siklus dilakukan supaya dapat memperbaiki pelaksanaan siklus selanjutnya. Penelitian akan
dilakukan sebanyak enam siklus, satu siklus adalah satu pertemuan. Dalam penerapan siklus
akan menyiapkan RPPH sebagai panduan untuk menyampaikan materi pelajaran supaya
peningkatan yang diharapkan bisa tercapai. Penelitian dilaksanakan di TK Tunas Mekar
Terpadu, Desa Laantula Jaya, Subjek penelitian adalah 14 anak baik laki-laki maupun
perempuan usia 4-5 tahun.
Pengumpulan data dilakukan oleh guru selama proses pelaksanaan tindakan. Data dapat
dikumpulkan dengan berbagai teknik, seperti Observasi, wawancara, angket, catatan harian,
dan dokumentasi.30 Berdasarkan pengertian tersebut, metode pengumpulan data yang akan
digunakan adalah Observasi dan dokumentasi. Teknik observasi merupakan teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan pada objek penelitian.31 Proses observasi
dilakukan dengan mengacu pada pedoman observasi yang telah disusun. Dokumentasi
menggunakan foto dan video. Hasil photo dan rekaman proses penelitian tindakan kelas
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan laporan penelitian.

27
. Samuel S. Lusi dan Ricky Arnold Nggili, Asiknya Penelitian Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas
(Yogyakarta: 2013), hal. 58
28
. Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Tindakan Kelas, hal. 1.
29
. Samuel S. Lusi dan Ricky Arnold Nggili, Asiknya Penelitian Ilmiah dan Penelitian Tindakan Kelas
(Yogyakarta: 2013), hal. 60
30
. Igak Wardani, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: 2014), hal. 221.
31
. Ibid. hal. 221.

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 110
Rida Sinaga, Milka Doang:Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

Tabel 1: Indikator Kecerdasan Interpersonal


Kecerdasan Interpersonal Indikator
Tidak membalas saat dipukul temannya
Mengendalikan dirinya Sabar menunggu giliran
Senang saat temannya berhasil
Mudah memaafkan
Simpati dan Empati Menghibur teman yan sedih
MenHerima kekurangan teman
Berbagimainan dengan sesama teman
Berbagi
Berbagi makanan dengan orang lain
Mau menawarkan diri untuk menolong
Menolong
Anak mau menolong anak yang membutuhkan
Mau mengerjakan tugas kelompok bersama teman
Kerja sama
Mengajak teman bermain bersama
Mau berteman dengan semua anak di sekolah
Berteman Mau menggabungkan diri dalam permainan
Senang saat bersama dengan anak-anak lain

Tabel 2: Kriteria Penilaian Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak


Skor Nilai Keterangan
0–5 Rendah
6 – 10 Cukup
11 - 15 Tinggi
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan anak sebelum siklus dilakukan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, dalam pembelajaran di kelas saat pendidik
menerapkan pembelajaran kelompok, anak ingin berusaha menyelesaikan kegiatan tersebut
sendiri dan anak yang pendiam tidak memiliki kesempatan untuk ikut menyelesaikannya. Ada
juga anak yang bertengkar karena berusaha ingin mengerjakan kegiatan tugas kelompok
secara sendiri dan tidak ingin bekerjasama dengan temannya. Pada waktu istirahat ataupun
saat proses belajar mengajar di kelas, ada anak yang hanya ingin berbagi dan membantu teman
dekatnya dan tidak peduli dengan anak yang lain di dalam kelas tersebut. Hal tersebut
membuktikan bahwa sangat rendahnya kecerdasan interpersonal yang dimiliki oleh anak-anak
TK Tunas Mekar Terpadu.
Pelaksanaan Siklus
Siklus dilakukan selama enam kali, setiap siklus ada satu pertemuan. Setelah siklus dilakukan
maka akan diobservasi perkembangan kecerdasan interpersonal anak dengan lembar observasi
yang sudah disediakan. Ada enam perilaku yang berkaitan dengan kecerdasan interpersonal
anak yang akan diamati yaitu mengendalikan diri, simpati empati, berbagi, menolong, kerja
sama dan berteman yang dijabarkan dalam 15 indikator. Jika pernyataan dalam instrumen ada
pada anak maka akan diberi tanda chek list. Pembelajaan yang dirancang adalah dengan
menggunakan metode bermain, dalam bermain diharapkan anak menikmati dunianya dan
sekaligus dapat meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Selama pelaksanaan siklus
terlihat anak sangat antusias dalam bermain. Anak yang mencapai 0 sampai 5 indikator diberi

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 111
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol 1, No 2, Agustus 2020

kategori rendah, anak yang mencapai indikator 6 sampai 10 indikator diberi kategori cukup
dan yang mencapai 11 sampai 15 indikator diberi kategori tinggi.
Kecerdasan Interpersonal Anak Setelah Pelaksanaan Siklus
Setelah melakukan enam kali siklus terlihat perkembangan yang baik pada keceradasan
interpersonal pada setiap anak. Setiap siklus dilaksanakan ada peningkatan peningkatan yang
dcapai oleh anak. Berikut adalah hasil peningkatan kecerdasan interpesonal anak setelah
melaksanakan enam siklus.
Tabel 3: Hasil Pengamatan Enam Siklus
Nama Siklus yang Dilaksanakan
Anak S-I S-II S-III S-IV S-V S-VI
AN 5 9 12 5 15 14
BE 12 13 14 11 15 15
WI 10 10 11 10 15 15
FA 12 10 11 9 14 14
KI 5 7 10 8 13 14
DE 3 6 9 7 13 14
AG 8 6 9 7 13 14
IN 11 10 12 7 12 14
PR 11 11 12 10 14 14
JE 8 11 12 7 13 14
RA 13 14 15 13 15 15
TR 8 10 12 7 14 14
IM 7 11 12 13 14 14
NA 7 8 9 13 14 15

Penelitian ini menggunakan indikator sebanyak 15 indikator dan memberi kategori


perkembangan anak sebagai berikut:
1. Anak yang mencapai 0 sampai 5 indikator diberi kategori rendah
2. Anak yang mencapai indikator 6 sampai 10 indikator diberi kategori cukup.
3. Anak yang mencapai 11 sampai 15 indikator diberi kategori tinggi
Berdasarkan tabel perkembangan kecerdasan interpersonal anak, setelah tindakan kelas dan
observasi awal yang dilakukan sebelum melakukan tindakan kelas. Diperoleh hasil
perkembangan kecerdasan interpersonal anak sebagai berikut:
Dari 14 anak yang diteliti maka ada empat orang anak (BE, WI, RA, DAN NA) yang
mampu mencapai keseluruhan indikator yaitu 15 indikator. Sepuluh anak (AN, FA, KI, DE,
AG, IN, PR, JE, TR DAN IM) mencapai 14 indikator. Keseluruhan anak mencapai
perkembangan kecerdasan interpersonal tinggi sesuai kriteria yang ditentukan. Hal ini
menunjukkan bahwa kecerdasan intrpersonal sudah menjadi sangat baik di TK Mekar Sari
Terpadu dari sebelum pelaksanaan siklus. Anak-anak semakin mampu mengembangkan
kecerdasan Interpersonal, terutama anak-anak dapat berteman dengan semua anak di sekolah,
mampu bekerja sama dan saling menolong, tidak membalas dan sabar menunggu giliran.
Penelitian ini adalah dalam upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di TK
Mekar Sari Terpadu melalui metode bermain. Kecerdasan interpersonal merupakan hal yang
dibutuhkan anak dalam hubungannya dengan sesama. Kemampuan interpersonal menolong
anak mampu bersikap yang tepat dalam lingkungan sehingga mampu membangun hubungan

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 112
Rida Sinaga, Milka Doang:Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak melalui Metode Bermain

yang baik dengan orang lain. Ada enam aspek yang diupayakan ditingkatkan berkaitan dengan
kecerdasan interpesonal anak dan dijabarkan dalam 15 indikator sebagai instrumen observasi.
Enam aspek tersebut yaitu mengendalikan diri, simpati empati, berbagi, menolong, kerjasama
dan berteman. Metode bermain merupakan cara yang digunakan untuk meningkatkan
interpersonal anak, karena bermain adalah dunia yang disukai anak dan saat bermain inilah
diharapkan kedekatan anak tercipta dan enam aspek tadi dapat ditingkatkan. Permainan yang
dilakukan dirancang bukan untuk individu tetapi berkelompok dan juga bermain bersama,
supaya anak langsung bersentuhan dengan anak lain. Secara tidak langsung disana anak akan
belajar mengendalikan diri, menunjukkan rasa empati dan simpati. Permainan ini juga akan
memberi peluang buat anak untuk berbagai, menolong, bekerja sama dan berteman dengan
orang lain.
Pada pelaksanaan siklus pertama anak yang bernama AN, KI, DE, NA belum bisa
menikmati permainan, dan ingin dibuat satu kelompok dengan teman pilihannya sendiri. Guru
mencoba memberi penjelasan dan menganjurkan anak untuk bermain seperti yang sudah
direncanakan. Setelah berlangsung kurang lebih 20 menit anak sudah mulai bisa bermain dan
karena dalam kelompok ada anak yang memulai untuk mengajak berbicara maka anak
tersebutpun akhirnya bermain dengan gembira. Pada siklus berikutnya anak anak ini sudah
tidak memilih teman dan mengikuti arahan guru bermain dengan siapapun sesuai dengan yang
ditetapkan guru.
Setiap siklus dilakukan maka terlihat hasil yang dicapai anak mengalami peningkatan.
Setelah siklus dilakukan enam kali pada anak anak yang diteliti ternyata hasilnya sangat
menggembirakan. Dimana semua anak mengalami perkembangan yang tinggi dalam
kecerdasan interpersonalnya. Berikut dijabarkan hasil presentase dari penilaian di setiap silkus
yang dicapai anak secara keseluruhan. Pada siklus petama di peroleh hasil 57,14% dari apa
yang ingin dicapai. Pada silkus kedua 67,62%, silkus ketiga 78,57%, siklus kempat 61,60%,
siklus kelima 92,85% dan siklus keenam atau siklus terakhir memperoleh hasil 95,24%. Secara
personal siklus I sampai siklus VI, empat belas anak mengalami perkembangan kecerdasan
interpersonal dengan kategori tinggi Dari 14 anak yang diteliti ada empat anak yang bisa
mencapai 15 indikator dan ada 10 anak yang mencapai 14 indikator. Semua anak mencapai
perkembangan kecerdasan interpersonal tinggi sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Berdasarkan hasil yang ditemukan ini menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus dengan
metode bermain sangat efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak. Karena
dalam bermain anak belajar menahan diri, berbagi, peduli, menolong, membangun pertemanan
dan menumbuhkan simpati empati anak. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal
anak di TK Mekar Sari Terpadu dapat berkembang melalui metode bermain.

KESIMPULAN
Setelah melakukan enam siklus dalam upaya meningkatkan kecerdasan interpersonal anak di
TK Mekar Sari Terpadu maka hasilnya adalah semua anak mengalami perkembangan yang
tinggi dalam kecerdasan interpersonalnya. Perkembangan kecerdasan interpersoal anak secara
keseluruhan adalah pada siklus petama di peroleh hasil 57,14% dari apa yang ingin dicapai.
Pada silkus kedua 67,62%, silkus ketiga 78,57%, siklus kempat 61,60%, siklus kelima 92,85%

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 113
SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, Vol 1, No 2, Agustus 2020

dan siklus keenam atau siklus terakhir memperoleh hasil 95,24%. Secara personal dari 14
anak yang diteliti ada empat anak yaitu: BE, WI, RA, dan NA yang bisa mencapai 15 indikator
dan ada 10 anak yaitu: AN, FA, KI, DE, AG, IN, PR, JE, TR, dan IM yang mencapai 14
indikator. Dan semua anak mencapai perkembangan kecerdasan interpersonal tinggi sesuai
dengan kriteria yang ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak
di TK Mekar Sari Terpadu dapat ditingkatkan melalui metode bermain.

REFERENSI
Amstrong, Thomas. Kecerdasan Multiple di Dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks, 2013
Garnerd, Howard. Multiple Inteligences. Jakarta: Doras Book, 2013.
Garner, Howard & Troff, Bruce. The verical mind – The Case for Multiple Intellegenc. UK:
Psychology cal press: Interaksara, 1999.
Gordon. Ann & W. Browne, Kathryn. Beginnings and Beyond, 1993.
Kurikulum Taman Kanak-kanak. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di
Taman Kanak-Kanak, 2010.
M. I, Ralibi. Fun Teaching. Jakarta: Duha Khazana, 2008.
Masnipal. Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta: Universitas
Muhamadyah, 2002
Montolou, B.E.F. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka, 2012.
Mulyatiningsih, Endang, MetodePenelitian Tindakan Kelas.
Musfiroh. Tadkiroatun. Pengembangan Kecerdasan Majemuk, Jakarta: Universitas Terbuka,
2012.
_______. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2005.
Mengenal Lebih dekat UU No 23/2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta: Komisi
Nasional Perlindungan Anak, 2004
Nugroho, Ali, et al. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka,
2011.
Nurani Sujino, Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2013.
Pemilu, Anik. Mengembangkan Kreativitas & Kecerdasan Anak, Yogyakarta: Citra Media,
2007.
R. Hoerr. Thomas. Buku Kerja Multiple Intelligences, Surabaya: Mizan Media Utama
(MMU), 2007.
Roger. Cosby & K. Sawyers, Janet. Play in The Lives Of Children, Washingtong:
Psychology Press., 1995.
S. Lusi, Samuel dan Arnold Nggili, Ricky. Asiknya Penelitian Ilmiah Dan Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Yayasan ANDI Offset, 2013.
Safaria. Interpersonal intellegence. Yogyakarta: Amara Books, 2005.
Seefeldt, Carol & Barbour. Nita. Basics of Developmentally Appropriate Practice.
Washington: National Association for the Education of Young Children, 2006.
Soegeng, Santoso. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2014.
Suryono. Yoyon, Ayriza. Yulia, dan Agus. Farida. 2008. Panduan Orangtua dalam
Menstimulasi Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini. Yogyakarta.
Tedjasaputra, Meyke. Bermain, Main dan Permainan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1995
Undang-undang Nomor 20. Sistem pendidikan Nasional. Bandung, 2003.
Wardani. Igak. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka, 2014.
Yus, Anisa. Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana, 2011.

Copyright© 2020; SIKIP: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, e-ISSN 2721-1622 | 114

You might also like