Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH Ekonomi Makro Islam
MAKALAH Ekonomi Makro Islam
Di susun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya
sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Uang dan Fungsinya
Ekonomi Makro Islam”.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Abdul
Wadud Nafis, Lc.. MEI selaku dosen pengampu mata kulih Ekonomi Makro Islam yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini, serta kepada teman teman yang telah
memberi dukungan kepada kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah ini menjadi
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................
2.3 Fungsi dan Peranan Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam ...................
PENDAHULUAN
Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Ada kebutuhan yang harus
diperoleh dari pihak lain. Oleh karena itu, manusia yang satu dengan yang lainnya harus
saling berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan perkembangan
zaman, tidak praktis menggunakan sistem barter dimana manusia harus mencari dan
bertemu dengan pihak lain yang sama-sama membutuhkan pertukaran barang. Oleh karena
itu, diperlukan sarana lain yang dipandang lebih praktis dan berfungsi sebagai alat tukar
dan merupakan satuan ukuran nilai dalam suatu transaksi. Jauh sebelum negara-negara
barat menggunakan uang dalam transaksi mereka, Islam telah mengakui uang sebagai alat
tukar dan mengukur nilainya. Bahkan Al-Qur'an telah menyatakan secara tegas bahwa alat
ukur nilai berupa emas dan perak. Emas dan perak yang dimaksud adalah dinar dan dirham
(Ilyas, 2016).
Secara makro, mereka yang terlibat dalam produksi barang dan jasa serta dapat
menukar barang dan jasa tersebut dengan mudah dan lancar dengan menggunakan uang
sebagai sarana perantara, dimana sektor rumah tangga yang menerima pendapatan berupa
uang akan membelanjakan uang tersebut. untuk membeli barang dan jasa. jasa yang
dihasilkan oleh sektor dan produksi. (Mansur, 2009).
Uang adalah standar penggunaan uang dalam barang dan tenaga kerja. Dengan ini, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mengukur setiap barang dan energi.
Uang adalah benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara
pertukaran/perdagangan. Uang telah berhasil mempermudah dan mempersingkat waktu
transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem ekonomi memungkinkan
perdagangan berjalan secara efisien.
1.3 Tujuan
1. Untuk Memahami definisi dan Ciri-ciri dan jenis jenis Uang
2. Untuk Memahami Apa saja Fungsi Uang itu.
3. Untuk Memahamami Fungsi dan Peranan Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam
4. Untuk Memahami Bagaimana Konsep Uang dalam Ekonomi Islam.
5. Untuk Memahami Bagaiman Konsep Uang dalam Ekonomi Makro.
6. Untuk Memahami Bagaimana Uang Sebagai Flow Concept.
7. Untuk Memahami Bagaimana Uang Sebagai Public Goods.
8. Untuk Memahami Bagaimana Keberadaan Uang dalam Ekonomi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu, pengertiannya
ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari dirham, menggenggam dirham,
membedakan dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata nuqud tidak terdapat dalam al-
Quran dan hadis, karena bangsa Arab umumnya tidak menggunakan nuqud untuk
menunjukkan harga. Uang dalam Islam pada mulanya dicerminkan dalam dirham sebagai alat
tukar dan alat nilai, kemudian berkembang menjadi uang emas dan perak dengan nama dinar
(negara Arab). Uang dan fungsinya sebagai alat tukar dan alat nilai dikemukakan juga oleh Ibn
Khaldun dan al-Ghazali.
Menurut al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya‟ Ulum ad-Din, uang merupakan cermin yang
tidak mempunyai warna sendiri tetapi mampu merefleksikan semua jenis warna, dimana uang
adalah barang atau benda yang dianggap tidak mempunyai nilai sebagai barang (nilai intrinsik)
yang berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan barang lain.
Menurut para ahli ekonomi kontemporer, uang merupakan sarana dalam transaksi yang
dilakukan masyarakat dalam kegiatan produksi dan jasa, baik berupa emas, perak, tembaga,
kulit, kayu, batu dan besi. Selama itu diterima masyarakat dan dianggap sebagai uang.
Beberapa hal yang dijadikan syarat untuk menjadikan sesuatu sebagai uang adalah nilainya
tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu, tahan lama, bendanya mempunyai mutu yang
sama, mudah dibawa-bawa, mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya, jumlahnya terbatas
dan tidak berlebih-lebihan, dicetak dan disahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas
moneter yaitu pemerintah.
b. Mudah dibawa-bawa
c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
d. Tahan lama
1.Berdasarkan Lembaga
Berdasarkan lembaganya, uang dibagi ke dalam dua jenis, yaitu uang kartal dan uang giral.
1. Uang Kartal
Uang kartal adalah uang yang terdiri dari logam dan kertas. Uang kartal merupakan
uang sah yang digunakan sebagai alat pembayaran berdasarkan negara dan undang-
undang.
2. Uang Giral
Uang giral adalah jenis uang yang tak memiliki bentuk karena hanya berupa saldo
tagihan di bank. Uang giral biasanya disimpan pada koran di bank-bank umum yang
mana bisa digunakan kapan saja.
2. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatannya, uang dibedakan menjadi dua, yakni sebagai berikut.
1. Uang Logam
Uang logam adalah uang yang terbuat dari bahan logam, biasanya emas atau perak. Hal
ini dikarenakan sifatnya yang stabil dan cenderung tinggi, serta mudah dikenali. Uang
logam pun memiliki tiga nilai, yaitu nilai intrinsik, nominal, dan riil.
2. Uang Kertas
Uang kertas adalah uang yang terbuat dari kertas atau sejenisnya yang menyerupai
kertas. Uang jenis ini biasanya memiliki gambar dan cap tertentu.
3. Berdasarkan nilai
Berdasarkan nilainya, uang dikategorikan ke dalam jenis uang penuh dan uang tanda.
1. Uang Penuh
Dikatakan uang penuh jika nilai yang tertera di atas uang sama dengan jumlah nilai dari
bahan yang digunakan. Misalnya, uang tersebut adalah emas, maka jumlah nilai bahan
pembuatnya harus sama dengan nilai uang emas tersebut.
2. Uang Tanda
Uang tanda adalah uang yang memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan nilai bahan
pembuatnya. Misalnya, pemerintah ingin membuat uang dengan nilai Rp100.000
dengan hanya mengeluarkan biaya Rp50.000.
Uang juga berfungsi sebagai penunjuk harga, baik itu barang ataupun jasa yang
sedang diperjualbelikan. Sebelum membeli tentu kamu harus tahu beraga harga produk
atau jasa itu.Dengan kata lain, uang juga digunakan untuk menentukan nilai atau harga.
Jika kamu mengetahui harga dari suatu produk, maka kamu bisa memperkirakan berapa
yang harus dibayarkan dan untuk menentukan keputusan beli atau tidak.
3. Mengumpulkan kekayaan
4. Pemindah kekayaan
6. Membayar utang
Fungsi uang juga dijadikan sebagai alat membayar utang atau menentukan nilai
besaran pembayaran wajib.
Fungsi Uang dalam Islam Dalam sistem perekonomian mana pun, termasuk dalam
sistem ekonomi konvensional fungsi utama uang adalah sebagai:
1) Alat tukar (medium of exchange); dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi yang lain,
yaitu sebagai:
2) Standar harga (standart of value) atau Satuan hitung (unit of account); dan
Namun, hal ini berbeda dengan sistem ekonomi Islam yang mengakui fungsi uang
hanya sebagai medium of change dan unit of account. Sedangkan fungsi uang sebagai store of
value dan standart of deffered payment diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
Menurut Al-Ghazali uang ibarat cermin, dimana uang berfungsi sebagai ukuran nilai yang
merefleksikan harga benda yang ada dihadapannya. Demikian pula menurut Ibn Taimiyah
(1263-1328), menyatakan uang sebagai atsman (harga) yakni alat ukur dari nilai atau benda,
sehingga uang berfungsi sebagai alat ukur nilai dan sebagai alat pertukaran. Melalui uang
sejumlah benda dapat diketahui nilainya. Fungsi uang secara essensial adalah mengukur nilai
benda atau dibayar sebagai alat tukar benda lain.
Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan
(komoditas) yang diperjual belikan seperti yang dianut oleh kapitalisme. Konsep uang tidak
diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak kestabilan moneter
sebuah negara. Oleh karena itu motif kebutuhan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan
transaksi bukan untuk spekulasi.
Dalam ekonomi islam fungsi utama uang dalam ekonomi Islam adalah sebagai
berikut(Affandi, 2020):
1. Sarana penukar
2. Penyimpan nilai
Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, tanpa uang, perekonomian tidak akan dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Secara sederhana uang didefinisikan segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai alat bantu dalam pertukaran. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang
dirumuskan oleh undang-undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang
jika ada aturan atau hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat
tukar.
Adapun fungsi utama uang dalam ekonomi konvensional adalah (Fachri et al., 2020):
1. Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat digunakan sebagai alat untuk
mempermudah pertukaran.
2. Sebagai alat kesatuan hitung (unit of Account) untuk menentukan nilai/ harga sejenis barang
dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang lain.
3. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store of Value) dapat dalam bentuk uang atau
barang.
Dalam ekonomi Islam, fungsi uang yang diakui hanya sebagai alat tukar medium of
exchange dan kesatuan hitung (unit of account). Uang itu sendiri tidak memberikan
kegunaan/manfaat, akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Uang menjadi
berguna jika ditukar dengan benda nyata dalam sebuah transaksi jual beli. Oleh karena itu uang
tidak bisa menjadi komoditi/barang yang dapat diperdagangkan. Dalam konsep ekonomi Islam,
uang merupakan milik masyarakat (money is goods public). Barang siapa yang menimbun uang
atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat
mengakibatkan tidak berjalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya
tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli.
Persamaan fungsi uang dalam sistem ekonomi Syariah dan konvensional adalah uang
sebagai alat pertukaran (medium of exchange) dan satuan nilai (unit of account), sedangkan
perbedaannya ekonomi konvensional menambah satu fungsi lagi sebagai penyimpan nilai
(store of value) yang kemudian berkembang menjadi “motif money demand for speculation”
yang merubah fungsi uang sebagai salah satu komoditi perdagangan.
Konsep uang dalam ekonomi islam sangatlah berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi islam, konsep uang itu sangatlah jelas dan tegas bawa
uang itu adalah uang, uang bukan capital. Berikutnya, dengan konsep uang yang dikemukakan
dalam ekonomi islam tidak jelas. Istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan
secara bolak balik (interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.
Dalam memahami konsep uang, ada beberapa hal yang membedakan antara konsep Islam
dengan konsep Konvensional:
Dalam konsep ekonomi Syariah uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan
merupakan public goods. Uang yang mengalir adalah public goods. Oleh karena itu dalam
Islam diharamkan melakukan praktek riba dan dilarang untuk melakukan penimbunan.
Menurut Al-Ghazali dan Ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan
manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.7
Al – Ghazali berkata “ barang yang adil adalah barang yang nilai tukar nya sama, dan
keadilan itu dituntut dari jenis harta, kemudian kemudian diperlukan jenis harta yang bertahan
lama karena kebutuhan yang terus – meneru, jenis harta yang paling bertahan lama adalah
barang tambang, maka dibuatlah uang dari emas, perak, dan logam.” Ibn khaldun juga
mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. dalam ketiga fungsi tersebut sudah jelas, bahwa
yang terpenting adalah stabilitas uang. dan meskipun dinar dan dirham yang membuat bukan
negara islam tetapi keduanya memenuhi kriteria uang yang stabil.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Islam, Uang adalah flow concept dan
capital adalah stock concept. semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik, seperti aliran
air masuk dan aliran air keluar, seaktu air mengalir disebut uang, sedangkan apabila air tersebut
mengendap, maka disebut sebagai capital. wadah tempat mengendapnya adalah private goods,
sedangkan air adalah public goods., Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan maka air
(uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan
menggenang dalam suatu tempat (menimbun uang), maka air tersebut akan keruh/kotor, Saving
harus di investitasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat
return, tetapi juga dikenakan zakat.
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa
menghalangi orang lain untuk menggunakannya, sebagai contoh : jalan raya, karena jalan raya
dapat digunakan siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunya kendaraan
akan lebih besar dalam pemanfaatan dijalan raya dibandingkan masyarakat yang tidak
mempunyai kendaraan. begitu juga dengan uang, sebagai Public goods, uang dimanfaatkan
lebih bagi masyarakat yang kaya, bukan karena simpanan mereka di bank, melainkan aset
mereka, seperti rumah, mobil, saham, dan lain2, sehingga digunakan dalam sektor produksi
sehingga akan menambah lebih banyak uang, jadi semakin tinggi tingkat produksi, maka akan
semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan dari Public goods (uang)
tersebut. Oleh sebab itu penimbunan dilarang karena dapat menghalangi orang lain untuk
menggunakan public goods tersebut.
Dengan adanya keberadaan uang, hakikat ekonomi dalam perspektif Islam dapat
berlangsung dengan lebih baik yaitu terpelihara dan meningkatnya perputaran harta di antara
manusia (pelaku ekonomi). Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat, infak, sedekah, wakaf,
dll dapat lebih lancar terselenggara. Dengan keberadaan uang juga, aktivitas sektor swasta,
publik, dan sosial dapat berlangsung dengan akselerasi yang lebih cepat. Dalam ekonomi
konvensional, sistem bunga dan fungsi uang yang dapat disamakan dengan komoditi
menyebabkan timbulnya pasar tersendiri dengan uang sebagai komoditinya dan bunga sebagai
harganya. Pasar ini adalah pasar moneter yang tumbuh sejajar dengan pasar riil (barang dan
jasa) berupa pasar uang, pasar modal, pasar obligasi dan pasar derivatif. Akibattnya dalam
ekonomi konvensional dikotomi sektor riil dan moneter. Lebih jauh lagi, perkembangan pesat
di sektor moneter telah menyedot uang dan produktivitas atau nilai tambah yang dihasilkan
sektor riil sehingga sekttor moneter telah menghambat pertumbuhan sektor riil, bahkan telah
menyempitkan sektor riil, menimbulkan inflasi, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Diktonomi sektor riil dan moneter tidak terjadi dalam ekonomi Islam karena absennya sistem
bunga dan dilarangnya memperdagangkan uang sebagai komoditi sehingga corak ekonomi
Islam adalah ekonomi sektor riil, dengan dungsi uang sebagai alat tukar untuk memperlancar
kegiatan investasi, produksi, dan perniagaan di sektor riil.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Sebagai penulis, kami meyakini bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan
dalam penulisan dan penyusunan Karya tulis ini yang jauh dari kata sempurna. Serta,
kekurangan dan keterbatasan kami dalam mencari sumber dan referensi dalam
menyajikannya kepada pembaca. Oleh karena itu, kami selaku penulis akan menerima
saran yang sifatnya membangun dari para pembaca yang akan dijadikan pembenahan
nantinnya.
DAFTAR ISI
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 77 -80.
Mansur, A. (2009). Konsep Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam dan Ekonomi
Konvensional. Al-Qanun: Jurnal Pemikiran Dan Pembaharuan Hukum Islam, 12(1), 155–179.
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 25-26