You are on page 1of 60

PENERAPAN PRINSIP IJARAH PADA PRAKTIK TARIF

JASA SIMPAN DI PT. PEGADAIAN (PERSERO)


SYARIAH CABANG AHMAD YANI JEMBER

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad


Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh :

SITI NUR ANISA


E20191248

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD
SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2022
A. Judul Penelitian
PENERAPAN PRINSIP IJARAH PADA PRAKTIK TARIF JASA SIMPAN
DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) SYARIAH CABANG AHMAD YANI
JEMBER.
B. Latar Belakang
Perkembangan lembaga keuangan berbasis syariah, seperti asuransi
syariah, pasar modal syariah, leasing syariah, baitul mal wat tanwil, koperasi
syariah, pegadaian syariah, dan berbagai bentuk bisnis syariah lainnya
mengalami perkembangan yang sangat pesat di Indonesia. Hadirnya lembaga
keuangan berbasis syariah di Indonesia merupakan fenomena baru dan
menarik dalam bisnis keuangan modern.1
Rasulullah SAW pada masanya bahkan pernah menggunakan akad gadai.
Kala itu akad gadai beliau lakukan dengan tujuan saling tolong menolong
tanpa membedakan agama apapun yang dianut orang lain. Dari satu contoh
yang beliau lakukan tersebut menjadikan nilai gadai memiliki nilai sosial
begitu tinggi karena dilakukan atas dasar tolong-menolong dan dengan
sukarela.2
Pegadaian syariah pertama kali berdiri di Jakarta dengan nama ULGS
Cabang Dewi Sartika di bulan Januari pada tahun 2003. Pada awal
pembukaan pegadaian syariah tahun 2003 ini sangatlah disambut baik oleh
masyarakat sekitar yang terbukti dengan target operasional awal tahun 2003
sebesar 1,55 milyar rupiah bahkan salah satu cabang pegadaian syariah di
Gresik saat itu mampu mencapai target 5 milyar rupiah.3
Pegadaian syariah bertujuan untuk memudahkan pemberian pinjaman
dengan hukum syariah dan memberantas rentenir yang tanpa kita sadari sudah
merajalela di kalangan masyarakat. Pegadaian adalah suatu badan atau
organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa peminjaman uang

1
Ismanto, Kuat, Manajemen Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 1.
2
Riskiyah, “Analisis Pembiayaan dengan Produk Amanah dalam Meningkatkan Kualitas
Pelayanan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), 3.
3
Febrianur Ibnu F.S.P, “Dinamika Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia”, Jurnal The 4
th University Research Coloqulum, Vol 2407 No 9189 (2016).

1
dengan menggadaikan suatu barang sebagai jaminannya. Nasabah yang ingin
mendapatkan uang pinjaman haru menggadaikan barang sebagai jaminan.
Baru kemudian pihak pegadaian memberikan pinjaman uang sebanding
dengan nilai jaminan barangnya. Tiap peminjaman memiliki jangka waktu
berlaku. Nasabah dapat melunasi pinjamannya atau menebus barangnya
sesuai dengan jumlah pinjaman sebelum jangka waktu tersebut habis. Jika
pinjaman tidak lunas dibayar sampai jangka waktu habis, maka barangnya
hangus. Jika sudah hangus, maka barang tidak bisa ditebus dan akan dilelang
oleh pihak pegadaian.4
Dalam pegadaian syariah, produk gadai syariah memiliki dua akad yaitu
akad rahn dan ijarah. Akad rahn dilakukan pihak pegadaian untuk menahan
barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. Sedangkan akad ijarah
yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya
sendiri. Akad ijarah yang digunakan di Pegadaian Syariah yaitu pemindahan
hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan untuk menari sewa atas penyimpanan barang bergerak
milik nasabah yang telah melakukan akad. Berdasarkan pengertian akad
tersebut maka mekanisme operasional gadai syariah dapat digambarkan
sebagai berikut: melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak
dan kemudian Pegadaian menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah
disediakan oleh Pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan
adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat
penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatan ini. Atas
dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah
sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.5
Kontrak ijarah merupakan pengguna manfaat atau jasa dengan ganti
kompensasi. Pemilik menyewakan manfaat disebut muajir, sementara

4
Febrianur Ibnu F.S.P, “Dinamika Perkembangan Pegadaian Syariah di Indonesia”, Jurnal The 4
th University Research Coloqulum, Vol 2407 No 9189 (2016).
5
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insasi Press),
128.

2
penyewa (nasabah) disebut rahin, serta sesuatu yang diambil manfaatnya
(tempat penitipan) disebut major dengan kompensasi atau balas jasa yang
disebut ujrah. Dengan demikian nasabah akan memberikan biaya jasa atau fee
kepada murtahin untuk menjaga atau merawat marhun.6
Dalam penelitian ini, peneliti lampirkan terkait beberapa pegadaian yang
ada di Kabupaten Jember. Sebagaimana berikut:
Tabel 1
Daftar Pegadaian di Kabupaten Jember

No Nama Pegadaian Alamat


1. UPC Kencong Jl. Krakatau 179, Jember
2. CP Jember Jl. Syamanhudi 47 Kepatihan, Jember
3. CP Tegalboto Jl. Karimata 84, Sumbersari, Jember
4. UPC Rambipuji Jl. Gajahmada 54, Rambipuji, Jember
5. UPC Patrang Jl. Slamet Riyadi 18, Patrang, Jember
6. UPC Mangli Jl. Brawijaya 51, Sempusari, Jember
7. UPC Tanggul Wetan Jl. Raung 1, Tanggul, Jember
8. UPC Ambulu Jl. Suyitman 25, Sumberejo, Jember
9. UPC Puger Jl. Puger Wetan 61, Jember
10. UPC Balung Jl. Rambipuji 07, Balung Lor, Jember
11. UPC Jenggawah Jl. Kawi 67, Jenggawah, Jember
12. UPC Sukowono Jl. Sultan Agung 30, Sukowono, Jember
13. UPC Basuki Rahmat Jl. Basuki Rahmat 72, Tegal Besar,
Jember
14. UPC S Parman Jl. S.Parman 89, Sumbersari, Jember
15. UPC Kalisat Jl. Patimura 5, Kalisat, Jember
16. UPC Mayang Jl. Raung 39, Tegalrejo Sumber
Kejayan, Mayang, Jember
17. CPS A Yani Jl. A.Yani 76A, Kepatihan, Kaliwates,
Jember
18. UPS Karimata Jl. Karimata 97 LK Gumuk Kerang,
Jember
Sumber: website pegadaian.7

6
Abdul Ghafur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006), 120.
7
https://www.pegadaian.co.id/lokasi-cabang. Diakses pada tanggal 06 Desember 2022 pukul 11.43
WIB.

3
Tabel diatas menunjukkan bahwa banyak sekali macam pegadaian yang
ada di Jember. Dari tabel di atas, membuktikan bahwasannya pegadaian
syariah yang ada di Jember lebih sedikit dibandingkan pegadaian
konvensional. Dan dengan inilah, peneliti memilih melakukan penelitian di
Pegadaian Syariah di Cabang Jember karena di Jember Pegadaian Syariah
masih baru dan penelitian yang terkait dengan praktik tarif jasa simpan masih
minim. Dan peneliti memfokuskan pada penerapan akad ijarah pada praktik
tarif jasa simpan, karena melalui penggunaan akad ijarah ini, berarti nasabah
hanya akan memberikan fee/jasa simpan kepada murtahin, apabila masa akad
ijarah telah berakhir dan murtahin mengembalikan kepada rahin, karena
Pegadaian Syariah ini menjadi media yang tepat untuk dimanfaatkan dan
difungsikannya serta sebagai media pengaman barang nasabah.8
Dalam praktik Pegadaian Syariah penerapan biaya ijarah antara dua
nasabah yang menggadaikan satu jenis barang yang sama, harga taksiran
sama, kondisi barang sama, nasabah pertama mendapat pinjaman sesuai harga
taksiran (X) sedangkan nasabah kedua meminjam di bawah harga taksiran,
pihak pegadaian memberlakukan antara nasabah pertama (A) dan nasabah
kedua (B) secara berbeda, untuk nasabah kedua (B) diberi potongan ijarah
sedangkan untuk nasabah pertama (A) tidak diberikan potongan biaya ijarah.
Padahal biaya ijarah di Pegadaian Syariah itu sendiri bukan terletak dari
berapa besar pinjaman yang diperoleh nasabah, tapi dilihat dari besarnya nilai
barang jaminan. Seperti contoh berikut:
Tabel 2
Perhitungan Biaya Ijarah di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang
Ahmad Yani Jember

No Nilai Pinjaman Jumlah Administrasi Jumlah Ijarah


Taksiran Maksimal Pinjaman Hari
1. Rp. Rp. Rp. Rp. 3000 10 Rp.
340.142 313.000 250.000 2.000

2. Rp. Rp. Rp. Rp. 3000 10 Rp.


340.142 250.000 250.000 2500
8
Sasli Rais, Pegadaian Syariah Konsep dan Sistem Operasional (Suatu Kajian Kontemporer),
(Jakarta: UI Press, 2006, 81-82.

4
3. Rp. Rp. Rp. Rp. 1000 10 Rp. 790
340.142 313.000 100.000

Sumber data primer


Dari hasil observasi di atas terlihat jelas bahwa biaya ijarah yang
diterapkan Pegadaian Syariah terhadap nasabah tidak sama tergantung pada
besarnya pinjaman yang diberikan Pegadaian Syariah, padahal gadai syariah
memungut biaya ijarah (biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun)
bukan dari besarnya jumlah pinjaman tetapi dari nilai barang jaminan yang
digadaikan, jadi menurut fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 dapat
diartikan berapapun pinjaman yang dipinjam nasabah maka besaran biaya
ijarah tetap sama.
Fenomena inilah yang menarik untuk dikaji, karena permasalahan tersebut
merupakan suatu permasalahan yang memerlukan pemecahan secara serius
sehingga dapat memberikan kemaslahatan sesuai yang diharapkan
masyarakat. Berdasarkan hal di atas tersebut penulis tertarik untuk
mengetahui dengan melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Prinsip
Ijarah Pada Praktik Tarif Jasa Simpan di PT. Pegadaian (Persero)
Syariah Cabang Ahmad Yani Jember”
C. Fokus Penelitian
Perumusan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah
fokus penelitian. Bagian ini mencantumkan semua fokus permasalahan yang
akan dicari jawabannya melalui proses penelitian.9 Berdasarkan latar
belakang yang telah dikemukakan di atas, maka secara terperinci masalah
yang akan diteliti adalah prinsip ijarah pada praktik tarif jasa simpan di PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember. Maka fokus
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan prinsip ijarah pada praktif tarif jasa simpan di PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif jasa

9
Tim Penyusun, Penulis Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2019), 45.

5
simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember
dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
25/DSN-MUI/III/2002?
D. Tujuan Penelitian
Setiap tujuan penelitian haruslah mengacu kepada masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya.10 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui prinsip ijarah pada praktik tarif jasa simpan di PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember.
2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif
jasa simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani
Jember dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-
MUI/III/2002.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian disini dapat berupa manfaat yang bersifat teoritis dan
kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi dan masyarakat
secara keseluruhan. Kegunaan penelitian harus realistis.11
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dan
menambah pelengkap referensi yang berkaitan dengan sistem informasi,
kemudahan nasabah, dan pegadaian syariah.
2. Secara Praktik
a. Bagi penulis
Penelitian ini sebagai sarana mengungkapkan ide yang ada dalam
kejadian yang ada di masyarakat.
b. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi apabila
nantinya akan melakukan penelitian dengan subjek ataupun variable
yang sama dengan yang telah peneliti gunakan dalam penelitian ini.
c. Bagi instansi terkait

10
Tim Penyusun, Penulis Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2019), 45.
11
Tim Penyusun, Penulis Pedoman Karya Tulis Ilmiah, (Jember: IAIN Jember Press, 2019), 45.

6
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mengatasi masalah
di pegadaian syariah khususnya pada penerapan prinsip ijarah pada
praktik tarif jasa simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang
Ahmad Yani Jember.
F. Definisi Istilah
1. Ijarah
Ijarah menurut ahasa berasal dari kata al-ajru yang berarti
al’iwadlu yang memiliki arti ganti. Sedangkan menurut Bahasa arab, al-
ijarah adalah suatu akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian sejumlah uang.12
Ijarah secara terminologi, ada beberapa definisi ijarah yang
dikemukakan oleh sejumlah ulama’ ahli fiqh. Menurut imam Hanafiyah
ijarah didefinisikan dengan transaksi terhadap suatu manfaat dengan
memberikan imbalan.13 Sedangkan menurut Imam Syafi’I
mendefinisikannya “transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju,
tertentu, bersifat mubah, dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan
tertentu”.14
Berdasarkan Fatwa DSN MUI No.09/DSN/MUI/IV/2002, ijarah
adalah suatu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan, akan tetapi disertai pemindahan hak
guna dari yang menyewakan kepada penyewa.15
Dasar hukum ijarah termaktub dalam Q.S Ath-Thalaq: 6
‫ت َح ْم ٍل فَا َ ْنفِقُوْ ا‬ ِ ‫ول‬ٰ ُ‫ضيِّقُوْ ا َعلَ ْي ِه ۗ َّن َواِ ْن ُك َّن ا‬ َ ُ‫ض ۤارُّ وْ ه َُّن لِت‬َ ُ‫ْث َس َك ْنتُ ْم ِّم ْن ُّوجْ ِد ُك ْم َواَل ت‬ُ ‫اَ ْس ِكنُوْ ه َُّن ِم ْن َحي‬
‫ف َواِ ْن‬ ٍ ۚ ْ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن َوْأتَ ِمرُوْ ا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعرُو‬
َ ْ‫ض ْعنَ َح ْملَه ۚ َُّن فَا ِ ْن اَر‬َ َ‫َعلَ ْي ِه َّن َح ٰتّى ي‬
‫ض ُع لَ ٗ ٓه اُ ْخ ٰر ۗى‬
ِ ْ‫تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬
Artinya: Tempatkanlah mereka (para istri) dimana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
12
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 13, terj. Kamaludin A. dan Marzuki (Bandung: PT al-Ma’arif,
2007), 15.
13
Al-Kasani, al-Bada’I u al-Sama’I, Jilid IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), 174.
14
Al-Syaibani al-Khathib, Mugni al-Muhtaj, Jilid II (Beirut: Dar al-Fikr, 1978), 233.
15
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), 14-15.

7
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-istri
yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka
nafkahnya sampai mereka melahirkan, kemudian jika mereka
menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah imbalannya kepada
mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan
baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya. (Q.S Ath-Thalaq: 6)

Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam ijarah yaitu mu’jir
(pihak yang menyewakan), musta’jir (pihak yang menyewa), shigat (ijab
dan qabul), ma’qud alaih (manfaat barang yang disewakan) dan ujrah
(upah).16 KHES (Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah) menyebutkan
dalam pasal 251 bahwa rukun ijarah adalah: pihak yang menyewa, pihak
yang menyewakan, dan benda yang di ijarahkan dan akad. Masing-
masing rukun ini mempunyai syarat tertentu yang akan dijelaskan dalam
masalah akad ijarah.17
2. Tarif Jasa Simpan
Tarif atau biaya penyimpanan merupakan biaya yang dibutuhkan
untuk merawat barang gadaian selama jangka waktu pada akad gadai.
Sesuai dengan pendapat para jumhur ulama biaya pemeliharaan atau
penyimpanan menjadi tanggungan penggadai (rahin). Karena pada
dasarnya penggadai (rahin) masih menjadi pemilik dari barang gadaian
tersebut, sehingga dia bertanggung jawab atas seluruh biaya yang
dikeluarkan dari barang gadai miliknya.18
Dalam akad rahn, rahin berkewajiban untuk membayar pokok
pinjaman sesuai dengan jumlah pinjaman yang tercantum dalam akad.
Bersamaan dengan dilunasinya pinjaman, marhun diserahkan kepada
rahin. Atas penyimpanan marhun, muajir (yang menyewakan tempat
untuk Unit Layanan Gadai Syariah) memungut biaya sewa tempat yang
disebut jasa simpan. Jasa simpan dipungut sebagai biaya sewa tempat,

16
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (PT. Raja Grafindo, 2017), 115.
17
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 105.
18
Imas Masitoh, “Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomer:26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Biaya Rahn Emas Pada Bank Syariah Mandiri Kantor
cabang Cimahi”. (Skripsi Universitas Islam Bandung, 2016).

8
pengamanan dan pemeliharaan marhun selama digadaikan dan
merupakan pendapatan bagi Unit Layanan Gadai Syariah. Tarif jasa
simpan tidak dikaitkan dengan besarnya uang pinjaman tetapi ditentukan
berdasarkan nilai taksiran marhun dan lama barang gadai disimpan atau
lama peminjaman yang disesuaikan dengan surat edaran tersendiri.
Perhitungan tarif jasa simpan menggunakan kelipatan 10 hari dan jangka
waktu peminjaman 120 hari. Untuk setiap kelipatan nilai taksiran marhun
emas Rp. 10.000, tarif ditetapkan sebesar rp45.19
G. Kajian Kepustakaan
1. Penelitian Terdahulu
Sebagaimana telah dipaparkan pada latar belakang, maka guna
menunjang analisis yang komprehensif dan akurat, maka peneliti
melakukan telaah Pustaka pada penelitian terdahulu yang memiliki
keterkaitan sebagai materi perbandingan.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Sitti Hijiriah, dengan judul “Penerapan
Akad Ijarah Dalam Sistem Gadai Syariah Di Pegadaian Syariah Cabang
Hasanuddin Kec. Sombo Opnu Kab. Gowa 2022”, tahun 2022, Program
Studi Akuntansi, Universitas Makassar. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif.
Hasil dari penelitian ini bahwa di pegadaian syariah cabang
hasanuddin dalam menerapkan akad ijarah yaitu pemindahan hak guna
atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa di ikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri dan melalui
akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas
penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan
akad. Namun, berdasarkan PSAK 107 dalam hal pengakuan dan
pengukuran pada pegadaian syariah cabang hasanuddin mengenai
penerapan akad ijarah dari transaksi rahn (gadai) telah sesuai dengan
PSAK 107 dimana uang pinjaman dan biaya ijarah diakui pada saat

19
Adrian Sutedi, Hukum Gadai Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2011).

9
pertama melakukan transaksi Rahn, serta pengukuran atas biaya ijarah
diukur sebesar nilai taksiran barang jaminan.20
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
dan pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait penerapan akad
ijarah di Pegadaian Syariah. Sedangkan perbedaannya yang mana
peneliti lebih fokus terhadap penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif
jasa simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember,
sedangkan penelitian terdahulu fokus pada Penerapan Akad Ijarah
Dalam Sistem Gadai Syariah Di Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin
Kec. Sombo Opnu Kab. Gowa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hikmah Anida dengan judul
“Implementasi Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Berdasarkan Fatwa
DSN No:71/DSN-MUI/VI/2008 Pada Pembiayaan Modal Usaha (Studi
Kasus Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Mitra Usaha
Ideal (KSPPS-MUI) Jawa timur Kantor Pusat Bungah Gresik)”, tahun
2021. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis
empiris.
Hasil penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syari’ah Mitra Usaha Ideal (KSPPS-MUI) Jawa Timur
Kantor Pusat Bungah Gresik telah sesuai dengan Fatwa DSN NO:
71/DSN-MUI/VI/2008, tentang Sale And Lease Back, implementasi
akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik ini biasanya ada pada pembiayaan
kepemilikan rumah, dalam penelitian penulis berbeda dengan itu yakni
pembiayaannya pada modal usaha, yang mana biasanya dalam
pembiayaan modal usaha menggunakan akad murabahah atau akad
mudhorobah. Berdasarkan implementasi tersebut pihak KSPPS-MUI
Jawa Timur menggunakan Fatwa DSN NO:71/DSN-MUI/VI/2008,

Siti Hijiriah, “Penerapan Akad Ijarah Dalam Sistem Gadai Syariah di Pegadaian Syariah Cabang
20

Hasanuddin, Kec. Sombo Opu Kab. Gowa”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar, 2022).

10
tentang Sale And Lease Back dalam proses pengajuan pembiayaan
modal usaha.21
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada pembahasan yang dikaji yaitu tentang akad ijarah. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus masalah yang mana peneliti lebih
fokus terhadap penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif jasa simpan
di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember, sedangkan
penelitian terhadulu ini lebih fokus implementasi akad ijarah
muntahiya bit tamlik berdasarkan Fatwa DSN
No:71/DSN-MUI/VI/2008 pada pembiayaan modal usaha di Koperasi
Simpan Pinjam Dan Pembiayaan Syari’ah Mitra Usaha Ideal (KSPPS-
MUI) Jawa Timur Kantor Pusat Bungah Gresik, dan menggunakan
metode penelitian yang berbeda.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Baiq Suriati, dengan judul “Penerapan
Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Multijasa Di Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Gumarang Akbar Syariah
Mataram”, tahun 2021. Program Studi Perbankan Syariah, UIN
Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah pembiayaan multijasa dapat
disimpulkan bahwa ujrah dalam ijarah merupakan biaya sewa atas jasa
yang diberikan oleh pemberi sewa sedangkan margin merupakan
keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak antara pihak
KSPPS Gumarang Akbar Syariah Mataram dengan pihak anggota.22
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,

21
Nurul Hikmah Anida, “Implementasi Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik Berdasarkan Fatwa
DSN No:71/DSN-MUI/VI/2008 Pada Pembiayaan Modal Usaha (Studi Kasus Koperasi Simpan
Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS-MUI) Jawa timur Kantor Pusat
Bungah Gresik)”. (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2021).
22
Baiq Suriati, “Penerapan Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Multijasa Di Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Gumarang Akbar Syariah Mataram”. (Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Mataram, 2021).

11
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu tentang penerapan akad ijarah.
Sedangkan perbedaannya terletak di fokus masalah yang mana peneliti
lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif jasa
simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember, sedangkan
penelitian terdahulu ini lebih fokus penerapan akad ijarah pada produk
pembiayaan multijasa.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Ryan Rezky Jayarusadi, dengan judul
“Praktik Penetapan Biaya Penyimpanan dan Perawatan Barang Gadai
Di Pegadaian Syariah Pinrang Perspektif Hukum Islam”, pada tahun
2020. Progran Studi Hukum Ekonomi Syariah, IAIN ParePare.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik penentuan biaya
penyimpanan dan perawatan barang gadai pinrang perspektif hukum
Islam sudah sesuai dengan hukum Islam, yaitu tidak berdasarkan
pinjaman, dan meskipun ditentukan berdasarkan besar jaminan,
pegadaian syariah mempunyai kebijakan diskon yang diterapkan pada
saat menentukan biaya penyimpanan dan perawatan barang gadai,
sebagai cara untuk meminimalisir atau memperkecil risiko terdapatnya
riba dalam praktik penetapan biaya penyimpanan dan perawatan barang
gadai yang sesuai perspektif hukum islam.23
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
yang dikaji juga sama yaitu tentang tarif jasa simpan barang gadai di
Pegadaian Syariah. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus
masalah yang mana peneliti lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah
pada praktik tarif jasa simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad
Yani Jember, sedangkan penelitian terdahulu ini lebih fokus penetapan
biaya penyimpanan dan perawatan barang gadai di pegadaian syariah
pinrang perspektif hukum Islam.
23
Ryan Rezky Jayarusadi, “Praktik Penetapan Biaya Penyimpanan dan Perawatan Barang Gadai
Di Pegadaian Syariah Pinrang Perspektif Hukum Islam”. (Skripsi Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum Institut Agama Islam Negeri Parepare, 2020).

12
e. Penelitian yang dilakukan oleh A.Zulkarnaen dengan judul “Penerapan
Akad Ijarah Pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaaan Syariah
(KSPPS) BMT BiMU Lampung Dalam Prespektif Hukum Islam”, pada
tahun 2020. Program Studi Ekonomi Syariah (Muamalah), UIN Raden
Intan Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah penerapan akad ijarah pada Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Baitut Tamwil
Muhammadiyah Lampung sudah menunjukkan kesesuaian dengan
hukum islam. Dimana dalam transaksi pembiayaannya akad ijarah
sudah sesuai dengan rukun dan syarat ijarah yang sesuai syariat islam.
BTM BiMU selaku koperasi yang berprinsip pada syariat islam sudah
melakukan yang terbaik bagi setiap anggota dan memberikan pelayanan
sesuai dengan syariat islam sehingga bisa meminimalisir tindakan yang
mengarah ke riba.24
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait penerapan akad ijarah.
Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus masalah yang mana
peneliti lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif
jasa simpan di Pegadaian Syariah, sedangkan penelitian terdahulu ini
lebih fokus penerapan akad ijarah pada KSPPSBTM BiMU Lampung
dan untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap penerapan
akad ijarah pada KSPPS BTM BiMU Lampung.
f. Penelitian yang dilakukan oleh Laela Indayani, dengan judul
“Penerapan Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Di Koperasi Syariah
Benteng Mikro Indonedia (BMI) Cabang Jayanti Tangerang”, pada
tahun 2020, Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, UIN Syarif

24
A.Zulkarnaen, “Penerapan Akad Ijarah Pada Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaaan Syariah
(KSPPS) BMT BiMU Lampung Dalam Prespektif Hukum Islam”. (Skripsi Fakultas Ekonomi
Syariah (Muamalah) Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020).

13
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah praktik pembiayaan akad ijarah
(multijasa) Koperasi Syariah BMI Cabang Jayanti kepada Ibu Siti
Aisyah dan Ibu Nurdiah belum sesuai karena yang diijarahkan tidak
jelas. Obyek anggota pembiayaan berupa usaha anggota namun pada
akhirnya Koperasi Syariah BMI Cabang Jayanti memberikan uang
untuk usaha anggota tersebut. Pembiayaan Ibu Siti Aisyah dan Ibu
Nurdiah yang menggunakan akad ijarah (multijasa) sebagian sesuai dan
sebagiannya lagi belum sesuai dengan fatwa DSN MUI No 09 Tahun
2000 Tentang Pembiayaan Ijarah dan KHES.25
Persamaan dari penelitian ini dengan peneliti terletak pada metode
penelitian yang sama, yaitu menggunakan penelitian kualitatif, yang
dikaji juga sama tentang penerapan akad ijarah. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus masalah, yang mana peneliti lebih
fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif jasa simpan di
Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember, sedangkan penelitian
terdahulu berfokus pada mekanisme pembiayaan akad ijarah
(multijasa) yang dilakukan pada pembiayaan akad ijarah.
g. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Fauziah Rizky, dengan judul
“Perbandingan Penerapan Tarif Administrasi dan Jasa Simpanan Pada
Produk Gadai Emas (Studi Kasus di Unit Pegadaian Syariah Iring
Mulyo Metro dan BPRS Metro Madani KP Metro)”, pada tahun 2019.
Program Studi Perbankan Syariah, IAIN Metro. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah perbandingan penerapan tarif
administrasi dan jasa simpan pada produk gadai emas pada Unit
Pegadaian Syariah Iring Mulyo Metro dan BPRS Metro Madani: dalam
pelaksanaan akad, Unit Pegadaian Syariah hanya menggunakan dua
25
Laela Indayani, “Penerapan Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Di Koperasi Syariah Benteng
Mikro Indonedia (BMI) Cabang Jayanti Tangerang”. (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020).

14
akad yaitu rahn dan ijarah, sedangkan BPRS Metro Madani
menggunakan tiga akad yaitu rahn, qard dan ijarah. Dalam tarif
administrasi Unit Pegadaian Syariah dikenakan tarif administrasi dan
ditentukan berdasarkan besarnya pinjaman dan surat edaran tersendiri.
Sedangkan BPRS metro Madani tidak dikenakan tarif administrasi,
hanya dikenakan biaya materai jika pinjaman di atas Rp2.000.000.
Dalam tarif jasa simpan Unit Pegadaian Syariah menentukan tarif jasa
simpan berdasarkan besarnya taksiran emas dikalikan dengan tarif jasa
simpan yang sudah ditentukan berdasarkan surat edaran dalam bentuk
presentase dan perhitungan jasa simpan per 10 hari. sedangkan BPRS
Metro Madani ditentukan berdasarkan berat emas yang digadaikan
dikalikan dengan tarif jasa simpan per-gram dan perhitungan per 1
bulan. Dalam pemberian diskon, Unit Pegadaian Syariah Iring Mulyo
Metro memberikan diskon kepada rahin karena apabila terdapat rahin
yang tidak mengambil penuh marhun bih berdasarkan taksiran barang.
Sedangkan BPRS Metro Madani tidak ada pemberian diskon, karena
perhitugan tarif jasa simpan berdasarkan berat emas yang digadaikan
dan bukan berdasarkan nilai taksiran emas.26
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait tarif jasa simpan pada
pegadaian syariah. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus
masalah yang mana peneliti lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah
pada praktik tarif jasa simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad
Yani Jember, sedangkan penelitian terdahulu ini lebih fokus pada
perbandingan penerapan tarif administrasi dan jasa simpanan di Unit
Pegadaian Syariah Iring Mulyo Metro dan BPRS Metro Madani KP
Metro.
h. Penelitian yang dilakukan oleh Jamil Adi Putra, dengan judul “Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Akad Ijarah Pada Pembiayaan Gadai Emas
26
Annisa Fauziah Rizky, “Perbandingan Penerapan Tarif Administrasi dan Jasa Simpanan Pada
Produk Gadai Emas”. (Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro, 2019).

15
(Studi Kasus di Bank Mandiri Syariah Cabang Karangayu Kota
Semarang)”, pada tahun 2019. Program Studi Hukum Ekonomi Islam,
UIN Walisongo Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah pembiayaan gadai emas di Bank
Mandiri Syariah Cabang Karangayu adalah penyerahan hak penguasaan
secara fisik atas harta/barang berharga berupa emas lantakan atau emas
perhiasan dari nasabah kepada Bank sebagai agunan atas pembiayaan
yang diterima nasabah. Konstruk gadai emas di Bank Syariah Mandiri
tersebut adalah gabungan antara akad tabarru’ (qard dan rahn) dengan
tijari (ijarah) jenis al-’uqud al-murakabah al-mutanaqidah (akad yang
berlawanan).27
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait penerapan akad ijarah.
Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus masalah yang mana
peneliti lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif
jasa simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember,
sedangkan penelitian terdahulu ini lebih fokus pada tinjauan hukum
islam terhadap akad ijarah pada pembiayaan gadai emas (Studi Kasus
di Bank Mandiri Syariah Cabang Karangayu Kota Semarang).
i. Penelitian yang dilakukan oleh Boby Aji Saputra, dengan judul
“Penerapan Fatwa DSN-MUI No.25/III/2002 Terkait Dengan Biaya
Ijarah Pada Akad Rahn Di Pegadaian Syariah”, pada tahun 2019.
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara Medan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah penerapan akad ijarah pada rahn di
Pegadaian Syariah Cabang Alaman Bolak Padangsidimpuan bahwa
27
Jamil Adi Putra, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad Ijarah Pada Pembiayaan
Gadai Emas (Studi Kasus di Bank Mandiri Syariah Cabang Karangayu Kota Semarang)”. (Skripsi
Fakultas Syariah dan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019).

16
pelaksanaan gadai (rahn) di Pegadaian Syariah Cabang Alaman Bolak
Padangsidimpuan secara garis besar tidak jauh berbeda dengan
mekanisme gadai konvensional. Perbedaan hanya terdapat dalam istilah
syariah yang digunakan pihak pegadaian syariah. Dan penerapan akad
rahn dan ijarah di Pegadaian Syariah Cabang Alaman Bolak
Padangsidimpuan dikaitkan dengan Fatwa DSN MUI. Hal ini
dikarenakan biaya ijarah yang meliputi biaya pemeliharaan dan
penyimpanan marhun didasarkan pada golongan pinjaman, sedangkan
fatwa DSN-MUI Nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 ayat 4 menyatakan
bahwa besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman. Tetapi harus berdasarkan
pada besarakan nilai taksiran. Serta upaya apabila terjadi pembiayaan
yang bermasalah dalam akad rahn dan ijarah di Pegadaian Syariah
yaitu dengan cara pembiayaan dalam bentuk ijarah dapat dilakukan
restrukturisasi dengan cara: Penjadwalan kembali (rescheduling) dan
persyaratan kembali (reconditioning).28
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait biaya ijarah.
Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus masalah yang mana
peneliti lebih fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif
jasa simpan di Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember,
sedangkan penelitian terdahulu ini lebih fokus pada penerapan akad
ijarah pada rahn di Pegadaian Syariah Cabang Alaman Bolak
Padangsidimpuan.
j. Penelitian yang dilakukan oleh Pusiah, dengan judul “Implementasi
Manajemen Risiko Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa di KSPPS
(Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah) Sunan Pandanaran
Yogyakarta”, pada tahun 2018. Program Studi Ekonomi Islam,
28
Boby Aji Saputra, “Penerapan Fatwa DSN-MUI No.25/III/2002 Terkait Dengan Biaya Ijarah
Pada Akad Rahn Di Pegadaian Syariah”. (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan, 2019).

17
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah untuk mengantisipasi risiko yang
muncul di KSPPS Sunan Pandanaran khususnya risiko pembiayaan
KSPPS Sunan Pandanaran menerapkan beberapa cara pada proses
penilaian risiko dengan langkah awal yang dilakukan adalah
mengidentifikasi risiko, kemudian pengukuran risiko, pemantauan
risiko, sistem informasi risiko, dan pengendalian risiko, serta
melakukan analisis dengan prinsip 5C+1S yaitu, character, capacity,
collateral, condition, of economy dan sharia. Langkah-langkah tersebut
diterapkan untuk memitigasi risiko dengan mempertimbangkan
kesesuaian dengan prinsip dan nilai-nilai syariah.29
Persamaan dari penelitian terdahulu ini dengan peneliti terletak
pada metode penelitian yang sama menggunakan penelitian kualitatif,
pembahasan yang dikaji juga sama yaitu terkait akad ijarah. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus masalah yang mana peneliti lebih
fokus terhadap penerapan akad ijarah pada praktik tarif jasa simpan di
Pegadaian Syariah Cabang Ahmad Yani Jember, sedangkan penelitian
terdahulu ini lebih fokus pada implementasi manajemen risiko
pembiayaan akad ijarah multijasa di KSPPS Pandanaran

29
Pusiah, “Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa di KSPPS Sunan
Pandanaran Yogyarakta”. (Skripsi Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 2018).

18
Tabel 3
Tabulasi Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti,
No. Tahun, dan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
1. Pemindahan hak Metode peneli- Perbedaannya
Siti Hijjiriah,
guna atas barang tian sama me- terletak pada
2022, “Penera-
atau jasa me-lalui nggunakan pe- fokus
pan Akad Ijarah
pembayaran upah nelitian kuali- masalah, yang
Dalam Sistem
sewa tanpa diikuti tatif, yang mana pe-neliti
Gadai Syariah di
dengan di-kaji juga lebih fokus
Pegadaian Sya-
pemindah-an sama terkait terhadap
riah Cabang Ha-
kepemilikan atas penera-pan penerapan
sanuddin Kec-
barangnya sendiri akad ijarah di prinsip ijarah
Sombo Opnu
dan me-lalui akad Pegadaian pada praktik
Kab.Gowa.
ini dimungkinkan Syariah. tarif jasa sim-
ba-gi pegadaian pan di Pega-
un-tuk menarik daian Syariah,
sewa atas sedangkan pe-
penyimpanan nelitian terda-
barang bergerak hulu ini, pene-
milik nasabah ya- rapan akad ija-
ng telah melaku- rah dalam sis-
kan akad. Namun tem gadai sya-
berdasarkan riah, selain itu
PSAK 107 dalam lokasi peneliti
hal pengakuan di Pegadaian
dan pengukuran Syariah Ca-
pada Pegadaian bang Ahmad
Syariah Cabang Yani Jember,
Hasanu-ddin sedangkan
mengenai pada penelitian
penerapan akad terdahulu dila-
ijarah dari tran- kukan di Pe-
saksi rahn (gad- gadaian Sya-
ai) telah sesuai riah Cabang
dengan PSAK- Hasanuddin
107 dimana uang Kec.Sombo
pinjaman dan bi- Opnu.
aya ijarah diakui
pada saat pertama
melakukan tran-
saksi rahn, serta

19
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
pengukuran atas
biaya ijarah di-
ukur sebesar nilai
taksiran barang
ja-minan.
2. KSPPS-MUI Pembahasan Perbedaannya
Nurul Hikmah
Jawa Timur Ka- yang dikaji sa- terletak pada
Anida, 2019,
ntor Pusat Bu- ma yaitu fokus masalah,
“Implementasi
ngah Gresik telah terkait yang mana pe-
Akad Ijarah
sesuai dengan penerapan neliti lebih fo-
Mu-ntahiyah Bit
Fatwa DSN No:- akad ijarah. kus terhadap
Tamlik Berda-
71/DSN-MUI/VI/ penerapan ak-
sarkan Fatwa
2008, tentang ad ijarah pada
DSN No:71/-
Sale And Lease praktik tarif ja-
DSN MUI/VI/-
Back, im- sa simpan di
2008 Pada Pem-
plementasi akad Pegadaian Ca-
biayaan Modal
Ijarah Munta- bang Ahmad
Usaha”.
hiyah Bit Tamlik Yani Jember,
ini biasanya ada sedangkan pe-
pada pembiayaan nelitian terda-
kepemilikan ru- hulu lebih fo-
mah, dalam pene- kus implemen-
litian penulis ber- tasi akad ija-
beda dengan itu rah muntahiya
yakni pembiaya- bit tamlik ber-
annya pada modal dasarkan
usaha mengguna- Fatwa DSN -
kan akad mura- No:71/DSNM
bahah atau akad UI/VI/2008
mudharabah. pada pembia-
Ber-dasarkan yaan modal
imple-mentasi usaha di KSP-
tersebut pihak PS-MUI Jawa
KSPPS MUI Timur Kantor
Jawa Timur Pusat Bungah
menggunakan Gresik.
Fatwa DSN No:-
71/DSN-MUI/VI/
2008,

20
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
tentang Sale And
Lease Back dal-
am proses pe-
ngajuan pembia-
yaan modal usa-
ha.
3. Bahwa ujrah dal- Metode peneli- Perbedaannya
Baiq Suriati, -
am ijarah meru- tian sama me- terletak di-
2021,
pakan biaya sewa nggunakan fokus masalah
“Penerapan
atas jasa yang di- kualitatif, pem- yang mana
Akad Ijarah Pa-
berikan oleh pem- bahasan yang peneliti lebih
da Produk Pem-
beri sewa sedang- dikaji juga sa- fokus terhadap
biayaan Multi-
kan margin me- ma yaitu ten- penerapan
jasa di Koperasi
rupakan keuntu- tang penerapan akad ijarah
Simpan Pinjam
ngan yang dise- akad ijarah. pada praktik
dan Pembiayaan
pakati oleh kedua tarif jasa sim-
Syariah (KSPP-
belah pihak antara pan, sedang-
S) Gumarang
pihak KSPPS Gu- kan penelitian
Akbar Syariah
marang Akbar terdahulu ini
Mataram”.
Syariah Mataram lebih fokus pe-
dengan pihak nerapan akad
ang-gota. ijarah pada
produk pem-
biayaan multi-
jasa.
4. Praktik penentuan Metode peneli- Perbedaannya
Ryan Rezky Ja-
biaya penyimpa- tian yang sama terletak pada
yarusadi, 2020,
nan dan menggunakan fokus masalah
“Praktik Peneta-
perawatan barang penelitian kua- yang mana
pan Biaya
gadai pin-rang litatif, yang di- peneliti lebih
Penyi-mpanan
perspektif hukum kaji juga sama fokus terhadap
dan Perawatan
Islam su-dah yaitu tentang penerapan ak-
Bar-ang Gadai
sesuai dengan tarif jasa sim- ad ijarah pada
di Pegadaian
hukum Islam, ya- pan barang ga- praktik tarif ja-
Sya-riah Pinrang
itu tidak berdasar- dai di Pega- sa simpan di
Per-spektif
kan pinjaman, dan daian Syariah. Pegadaian
Hukum Islam”.
meskipun ditentu- Syariah Ca-
kan berdasarkan bang Ahmad
besar jaminan, pe- Yani Jember,
gadaian syariah sedangkan
mempunyai penelitian ini

21
kebija
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
kan diskon yang ini lebih fokus
diterapkan pada penetapan
saat menentukan biaya penyim-
biaya penyimpan- panan dan pe-
an dan perawatan rawatan
barang gadai, barang gadai
sebagai cara di Pega-daian
untuk Syariah
meminimalisir Pinrang per-
atau memperkecil spektif hukum
risiko terdapatnya Islam.
riba dalam praktik
penetapan biaya
penyimpanan dan
perawatan barang
gadai yang sesuai
perspektif hukum
Islam.
5. Penerapan akad Terletak pada Terletak pada
A.Zulkarnaen,
ijarah pada KS- metode peneli- fokus masalah
2020, “Penera-
PPS BMT BiMU tian yang sama yang mana pe-
pan Akad Ijarah
Lampung sudah menggunakan neliti lebih fo-
Pada Koperasi
sesuai menunjuk- kualitatif, pem- kus terhadap
Simpan Pinjam
kan kesesuaian bahasannya ya- penerapan ak-
dan Pembiayaan
dengan hukum ng dikaji juga ad ijarah pada
Syariah (KSPP-
Isl-am. Dimana sama yaitu pe- praktik tarif ja-
S) BMT BiMU
da-lam transaksi nerapan akad sa simpan di
Lampung dalam
pe-mbiayaan akad ijarah. Pegadaian
Perspektif
ijarah sudah se- Syariah Ca-
Hukum Islam.
suai dengan rukun bang Ahmad
dan syarat ijarah Yani Jember,
sesuai syariat Is- sedangkan pe-
lam. BMT BiMU nelitian terda-
selaku koperasi hulu ini lebih
yang berprinsip fokus pene-
pada syariat islam rapan akad ija-
sudah melakukan rah pada KSP-
yang terbaik bagi PS BMT Bi-
setiap anggota MU Lampung
dan memberikan dan untuk me-

22
pela-yanan sesuai ngetahui pan-
de-ngan syariah dangan hukum
Is-

Nama
Peneliti,
No. Tahun, dan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
lam sehingga bisa Islam terhadap
meminimalisir penerapan
tindakan yang akad ijarah
me-ngarah ke pada KS-PPS
riba. BMT Bi-MU
Lampung.
6. Praktik pembia- Terletak pada Terletak pada
Laela Indayani,
yaan akad ijarah metode peneli- fokus masalah,
2020, “Penera-
(multijasa) Kop- tian yang yang mana pe-
pan Akad Ijarah
erasi Syariah B- sama, yaitu neliti lebih fo-
Dalam Pembia-
MI Cabang Jaya- menggu-nakan kus terhadap
yaan di Koperasi
nti kepada Ibu Siti peneli-tian penerapan
Syariah Benteng
Aisyah dan Ibu kualitatif, yang akad ijarah
Mikro Indonesia
Nurdiah belum dikaji ju-ga pada pra-ktik
(BMI) Cabang
se-suai karena sama ten-tang tarif jasa
Jayanti Tange-
yang diijarahkan penerapan simpan di Pe-
rang”.
tidak jelas. Obyek akad ijarah. gadaian Sya-
ang-gota riah Cabang
pembiayaan Ahmad Yani
berupa usaha ang- Jember, seda-
gota namun pada ngkan peneli-
akhirnya Koperasi tian terdahulu
Syariah BMI Ca- berfokus pada
bang Jayanti me- mekanisme
mberikan uang pembiayaan
untuk usaha ang- akad ijarah
gota tersebut. Pe- (multijasa)
mbiayaan Ibu Siti yang dilakukan
Aisyah dan Ibu pada pembia-
Nurdiah yang me- yaan akad ija-
nggunakan akad rah.
ijarah (multijasa)
sebagai sesuai
dan sebagiannya
lagi belum selesai
de-ngan fatwa
DSN MUI No.09

23
Tahun 2000
Tentang
Pembiayaan
Ijarah dan KHES.

Nama
Peneliti,
No. Tahun, dan Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
7. Perbandingan pe- Terletak pada Perbedaannya
Annisa Fauziah
nerapan tarif ad- metode peneli- terletak pada
Rizky, 2019,
ministrasi dan tian yang sama fokus masalah
“Perbandingan
jasa simpan pada menggunakan yang mana pe-
Penerapan Tarif
pro-duk gadai kualitatif, pem- neliti lebih fo-
Administrasi dan
emas pada Unit bahasan yang kus terhadap
Jasa Simpanan
Pega-daian dikaji juga sa- penerapan
Pada Produk Ga-
Syariah Ir-ing ma yaitu akad ijarah
dai Emas (Studi
Mulyo Metro dan terkait tarif pada praktif
Kasus di Unit
BPRS Metro jasa sim-pan tarif jasa
Pe-gadaian
Madani: dalam pada Pega- simpan di
Syariah Iring
pelaksanaan akad, daian Syariah. Pegadaian Sya-
Mulyo Met-ro
Unit Pegadaian riah Cabang
dan BPRS Metro
Syariah hanya Ahmad Yani
Madani KP
me-nggunakan Jember, seda-
Metro”.
dua akad yaitu ngkan peneli-
rahn dan ijarah, tian terdahulu
seda-ngkan BPRS ini lebih fokus
Met-ro Madani pada perbandi-
meng-gunakan ngan penerap-
tiga akad yaitu an tarif ad-
rahn, qard dan ministrasi dan
ijarah. Dalam jasa simpanan
tarif administrasi di Unit Pega-
Unit Pegadaian daian Syariah
Syariah Iring Mulyo
dikenakan tarif Metro dan BP-
administrasi dan RS Metro Ma-
ditentukan dani KP Metro.
berdasarkan be-
sarnya pinjaman
dan surat edaran
tersendiri.
Sedangkan BPRS

24
metro Madani ti-
dak dikenakan ta-
rif administrasi,
hanya dikenakan
biaya materai jika
pinjaman di atas
Rp2.000.000.
Dalam tarif jasa
simpan Unit Pe-
gadaian Syariah
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
menentukan tarif
jasa simpan ber-
dasarkan besarnya
taksiran emas di-
kalikan dengan
ta-rif jasa simpan
ya-ng sudah
diten-tukan
berdasarkan surat
edaran da-lam
bentuk pre-
sentase dan perhi-
tungan jasa sim-
pan per 10 hari.
Sedangkan BPRS
Metro Madani di-
tentukan
berdasar-kan
berat emas ya-ng
digadaikan di-
kalikan dengan
ta-rif jasa simpan
per gram dan
perhitu-ngan per
1 bulan. Dalam
pemberian
diskon, Unit
Pega-daian
Syariah Ir-ing
Mulyo Metro
memberikan dis-
kon kepada rahin

25
karena apabila
ter-dapat rahin
yang tidak
mengambil penuh
marhun bih
berdasarkan taksi-
ran barang. Seda-
ngkan BPRS Met-
ro Madani tidak
ada pemberian di-
skon, karena per-
hitugan tarif jasa
simpan berdasar-
kan berat emas
ya-ng digadaikan
dan
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
bukan berdasar-
kan nilai taksiran
emas.
8. Pembiayaan gadai Terletak pada Perbedaannya
Jamil Adi Putra,
emas di Bank Ma- metode peneli- terletak pada
2019, “Tinjauan
ndiri Syariah Ca- tian yang sama fokus masalah
Hukum Islam
bang Karangayu menggunakan yang mana pe-
Terhadap Akad
adalah penyerah- penelitian kua- neliti lebih fo-
Ijarah Pada Pem-
an hak penguasa- litatif, pemba- kus terhadap
biayaan Gadai E-
an secara fisik hasan yang di- penerapan
mas (Studi
atas harta/barang kaji juga sama prinsip ijarah
Kasus di Bank
ber-harga berupa yaitu terkait pada praktik
Mandiri Syariah
emas lantakan penerapan tarif jasa sim-
Cabang
atau em-as akad ijarah. pan di Pegada-
Karangayu Kota
perhiasan dari ian Syariah
Semarang)”.
nasabah kepada Ca-bang
Bank sebagai Ahmad Yani
agu-nan atas Jember,
pembi-ayaan yang sedangkan pe-
diteri-ma nelitian terda-
nasabah. Kon- hulu ini lebih
struk gadai emas fokus pada tin-
di Bank Syariah jauan hukum
Mandiri tersebut Islam terhadap
adalah gabungan akad ijarah pa-

26
antara akad ta- da pembiayaan
barru’ (qard dan gadai emas
rahn) dengan (Studi Kasus di
tijari (ijarah) Bank Mandiri
jenis al-’uqud al- Syariah Ca-
muraka-bah al- bang Karang-
mutanaqi-dah ayu Kota Se-
(akad yang marang).
berlawanan).
9. Penerapan akad Persamaan dari Perbedaannya
Bobi Aji
ijarah pada rahn peneli-tian terletak pada
Saputra, 2019,
di Pegadaian Sya- terdahulu ini fokus masalah
“Penera-pan
riah Cabang Ala- dengan peneliti yang mana pe-
Fatwa DSN-
man Bolak Pada- terletak pada neliti lebih fo-
MUI No.25/III/-
ngsidimpuan bah- metode peneli- kus terhadap
2002 Terkait De-
wa pelaksanaan tian yang sama penerapan
ngan Biaya Ija-
gadai (rahn) di menggunakan akad ijarah
rah Pada Akad
Pegadaian penelitian kua- pada praktik
Rahn di Pegada-
Syariah tarif
ian Syariah”.
Nama Peneliti,
Tahun, dan
No. Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
Cabang Alaman litatif, pemba- jasa simpan di
Bolak Padangsidi- hasan yang di- Pegadaian Sya-
mpuan bahwa pe- kaji juga sama riah Cabang
laksanaan gadai yaitu terkait bi- Ahmad Yani
(rahn) di Pegadai- aya ijarah. Jember, seda-
an Syariah Ca- ngkan peneliti-
bang Alaman an terdahulu
Bolak Padangsidi- ini lebih fokus
mpuan secara ga- pa-da
ris besar tidak penerapan
jauh berbeda de- akad ijarah pa-
ngan mekanisme da rahn di
gadai konvension- Pegadaian Sya-
al. Perbedaan ha- riah Cabang
nya terdapat da- Alaman Bolak
lam istilah syariah Padangsidimpu
yang digunakan an.
pihak pegadaian
syariah. Dan pe-
nerapan akad ra-
hn dan ijarah di
Pegadaian

27
Syariah Cabang
Alaman Bolak
Padangsidi-
mpuan dikaitkan
dengan Fatwa
DSN MUI. Hal
ini dikarenakan
biaya ijarah yang
meli-puti biaya
pemeli-haraan
dan penyi-
mpanan marhun
didasarkan pada
golongan pinja
man, sedangkan
fatwa DSN-MUI
Nomor: 25/DSN-
MUI/III/2002
ayat 4
menyatakan ba-
hwa besar biaya
pemeliharaan dan
penyimpanan mar
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
hun tidak boleh
ditentukan berda-
sarkan jumlah
pin-jaman. Tetapi
ha-rus
berdasarkan pada
besaran nilai
taksiran. Serta
upaya apabila ter-
jadi pembiayaan
yang bermasalah
dalam akad rahn
dan ijarah di
Pegadaian
Syariah yaitu
dengan cara
pembiayaan da-
lam bentuk ijarah
dapat dilakukan

28
restrukturisasi de-
ngan cara:
Penjad-walan
kembali
(rescheduling)
dan persyaratan
kembali
(reconditioning)
10. Untuk menganti- Terletak pada Perbedaannya
Pusiah, 2018,
sipasi risiko yang metode peneli- terletak pada
“Implementasi
muncul di KSPPS tian yang sama fokus masalah
Manajemen Risi-
Sunan menggunakan yang mana pe-
ko Pembiayaan
Pandanaran penelitian kua- neliti lebih fo-
Akad Ijarah
khususnya risiko litatif, pemba- kus terhadap
Mul-tijasa di
pembiayaan KSP- hasan yang di- penerapan
KSPPS
PS Sunan Panda- kaji juga sama akad ijarah
(Koperasi Sim-
naran menerapkan yaitu terkait pada praktik
pan Pinjam Pem-
beberapa cara pa- akad ijarah. tarif ja-sa
biayaan Syariah)
da proses penila- simpan di
Sunan Pandana-
ian risiko dengan Pegadaian Sya-
ran Yogyakarta”.
langkah awal riah Cabang
yang dilakukan Ahmad Yani
adalah Jember, seda-
mengidentifikasi ngkan peneliti-
risiko, kemudian an terdahulu
pengukuran risi- ini lebih fokus
ko, pemantauan pa-da
risiko, sistem in- implemen-
Nama Peneliti,
No. Tahun, dan
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Judul
Penelitian
formasi risiko, tasi
dan pe-ngendalian manajemen
risiko, serta me- risiko pembia-
lakukan analisis yaan akad ija-
dengan prinsip rah multijasa
5C+1S yaitu, di KSPPS Pa-
character, capa- ndanaran.
city, collateral,
condition, of ec-
onomy dan sha-
ria. Langkah-
langkah tersebut
di-terapkan un-

29
tuk memitigasi
risiko dengan
mempertimbangk
an kesesuaian
dengan prinsip
dan nilai-nilai
syariah.
Sumber: Diolah peneliti.
2. Kajian teori
1. Rahn
a. Definisi Rahn
Secara etimologis al-rahn berarti tetap dan lama, sedangkan
al-habs berarti menahan terhadap suatu barang dengan hak sehingga
dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. Maka
gadai (rahn) dalam bahasa hukum perundang-undangan disebut
sebagai barang jaminan, agunan dan rungguhan.30
Sedangkan menurut istilah syara’, yang dimaksud dengan
rah adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta
dalam pandangan syara’ sebagai jaminan utang, yang
memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari
barang tersebut.31
Selain pengertian rahn yang dikemukakan diatas, terdapat
juga pengertian gadai (rahn) yang diberikan oleh para ahli yaitu
sebagai berikut:
1) Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mengemukakan gadai (rahn) adalah
menjadikan materi (barang) sebagai jaminan utang, yang dapat
dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa
membayar utangnya itu.
2) Hanafiyah mendefinisikan rahn adalah menjadikan sesuatu (barang)
sebagai jaminan terhadap hak (piutang) yang mungkin dijadikan
sebagai pembayar hak (piutang) itu, baik seluruhnya maupun
sebagainya.
30
Rahmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 159.
31
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada, 2005), 88.

30
3) Malikiyah mendefinisikan gadai (rahn) adalah sesuatu yang bernilai
harta yang diambil dari pemiliknya sebagai jaminan untuk utang
yang tetap (mengikat) atau menjadi tetap.
Berdasarkan pengertian rahn (gadai) yang dikemukakan
oleh beberapa ahli diatas, dapat diketahui bahwa rahn (gadai) adalah
menahan barang jaminan yang bersifat materi milik si peminjam
(rahin) sebagai jaminan atau pinjaman yang diterimanya, dan barang
yang diterima tersebut bermilai ekonomi sehingga pihak yang
menahan (murtahin) memperoleh jaminan untuk mengambil
Kembali seluruh atau sebagian utangnya dari barang gadi dimaksud
bila pihak yang menggadaikan tidak dapat membayar utang pada
waktu yang ditentukan.
Sifat rahn secara umum dikategorikan sebagai akad yang
bersifat derma, sebab apa yang diberikan penggadai (rahin) kepada
penerima gadai (murtahin) tidak ditukar dengan sesuatu yang
diberikan murtahin kepada rahin adalah utang, bukan penukar atas
barang yang digadaikan.32 Jadi pada intinya pelaksanaan gadai
adalah suatu kegiatan hutang piutang antara kedua belah pihak,
dengan menjadikan suatu barang yang berharga atau bernilai sebagai
jaminannya.
a. Landasan Hukum Rahn
Seluruh aktifitas muamalat dalam islam harus mempunyai
landasan hukum yang berasal dari Al-qur’an maupun As-sunah, serta
Ijma’ dan Qiyas.
1) Al-Qur’an
Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum
dalam surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:

32
Rachmat Syafi’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), 160.

31
‫ض ُكم بَ ْعضًا فَ ْليَُؤ ِّد ٱلَّ ِذى‬ ُ ‫ُوضةٌ ۖ فَِإ ْن َأ ِمنَ بَ ْع‬ َ ‫ُوا َكاتِبًا فَ ِر ٰهَ ٌن َّم ْقب‬ ۟ ‫َو ن ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َسفَر َولَ ْم تَ ِجد‬
ٍ ‫ِإ‬
۟ ‫ٱْؤ تُ ِمنَ َأ ٰمنَتَهۥُ َو ْليَتَّق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ ۗ َواَل تَ ْكتُ ُم‬
َ‫وا ٱل َّش ٰهَ َدةَ ۚ َو َمن يَ ْكتُ ْمهَا فَِإنَّ ٓۥهُ َءاثِ ٌم قَ ْلبُهۥُ ۗ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُون‬ ِ َ
‫َعلِي ٌم‬
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh orang yang
berpiutang”. (QS. Al-Baqarah: 283)

Para ulama fiqh sepakat bahwa ar-rahn boleh dilakukan


dalam perjalanan dan dalam keadaan hadir di tempat, asal barang
jaminan itu bisa langsung dipegang /dikuasai secara hukum oleh si
piutang. Maksudnya, karena tidak semua barang jaminan bisa
dipegang/dikuasai oleh si pemberi piutang secara langsung, maka
paling tidak ada semacam pegangan yang dapat menjamin bahwa
barang dalam status al-Marhun (menjadi jaminan hutang). Misalnya,
apabila barang jaminan itu berbentu sebidang tanah, maka yang
dikuasai adalah surat jaminan tanah itu.

2) Hadist
Kemudian dalam sebuah HR. Bukhari, Kitab Ar-Rahn
dikatakan bahwa:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْشتَ َرى طَ َعا ًما ِم ْن *(صحيح‬ َّ ِ‫ضي هللاُ َع ْنهَا َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ ِ ‫ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬
ُ‫ي ِإلَى َأ َج ٍل فَ َرهَنَهُ ِدرْ َعه‬
ٍّ ‫البخاري) * يَهُو ِد‬
Artirnya: “Dari Aisyah, sesungguhnya Nabi saw membeli makanan
secara tidak tunai dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju
besinya”. (HR. Bukhari)

Menurut kesepakatan pakar fiqih, peristiwa Rasul SAW


me-rahn kan baju besinya itu, adalah kasus ar-rahn pertama dalam
islam yang dilakukan sendiri oleh Rasulullah saw. Berdasarkan ayat
dan hadist-hadist diatas, para ulama fiqih sepakat mengatakan bahwa
akad ar-rahn itu dibolehkan, karena banyak kemaslahatan yang

32
terkandung di dalamnya dalam rangka hubungan antar sesama
manusia.33
3) Ijma
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudanya. Tidak ada
seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh
karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian dari
kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan seganap kebutuhan umatnya.
Di samping itu, berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.25/DSN-MUI/III/2002, tanggal 26 Juni 2002
dinyatakan bahwa, pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai
jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan. Jumhur ulama
berpendapat bahwa rahn disyariatkan pada waktu tidak bepergian
maupun pada waktu bepergian.34

b. Rukun dan Syarat Perjanjian Rahn


1) Rukun Rahn
Gadai memiliki empat rukun: rahin, murtahin, marhun dan marhun
bih. Rahin adalah orang yang memberikan gadai. Murtahin adalah
orang yang menerima gadai. Marhun atau rahn adalah harta yang
digadaikan untuk menjamin utang. Marhun bih adalah utang.
Menurut jumhur ulama, rukun gadai ada empat, yaitu: ‘aqid,
shighat, marhun, marhun bih. Ada beberapa syarat yang terikat
dengan gadai.
a) Syarat ‘Aqid
Syarat yang harus dipenuhi oleh ‘aqid dalam gadai yaitu
rahin dan murtahin adalah ahliyah (kecakapan). Kecakapan menurut

33
Ibnu Qudamah, Al-Mugni, (Riyadh: Maktabah ar-Riyadh al-Haditsah), Jilid IV, 337.
34
Muhammad Sholekul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Selemba Diniyah, 2003), 52.

33
Hanafianh adalah kecakapan untuk melakukan jual beli. Sahnya
gadai, pelaku disyaratkan harus berakal dan mumayyiz.
b) Syarat Shighat
Menurut Hanafiah, shighat gadai tidak boleh digantungkan
dengan syarat, dan tidak disandarkan kepada masa yang akan datang.
Hal ini karena akad gadai menyerupai akad jual beli, dilihat dari
aspek pelunasan utang. Apabila akad gadai digantungkan dengan
syarat atau disandarkan kapada masa yang akan datang, maka akad
akan fasid seperti halnya jual beli. Syafi’iyah berpendapat bahwa
syarat gadai sama dengan syarat jual beli, karena gadai merupakan
akad maliyah.35
c) Syarat Marhun
Para ulama sepkata bahwa syarat-syarat marhun sama
dengan syarat-syarat jual beli. Artinya, semua barang yang sah
diperjual belikan sah pula digadaikan. Secara rinci Hanafiah
mengemukakan syarat-syarat marhun adalah sebagai berikut:
1) Barang yang digadaikan bisa dijual, yakni barang tersebut harus ada
pada waktu akad dan mungkin untuk diserahkan. Apabila barangnya
tidak ada maka akad gadai tidak sah.
2) Barang yang digadaikan harus berupa maal (harta). Dengan
demikian, tidak sah hukumnya menggadaikan barang yang tidak
bernilai harta.
3) Barang yang digadaikan harus haal mutaqawwin, yaitu barang yang
boleh diambil manfaatnya menurut syara’, sehingga memungkinkan
dapat digunakan untuk melunasi utangnya.
4) Barang yang digadaikan harus diketahui (jelas), seperti halnya dalam
jual beli.
5) Barang tersebut dimiliki oleh rahin. Tidak sah menggadaikan barang
milik olrang lain tanpa ijin pemiliknya.

35
Muhammad Sholekul Hadi, Pegadaian Syariah, (Jakarta: Selemba Diniyah, 2003), 53.

34
6) Barang yang digadaikan harus kosong, yakni terlepas dari hak rahin.
Tidak sah menggadaikan pohon kurma yang ada buahnya tanpa
menyertakan buahnya itu.
7) Barang yang digadaikan harus sekaligus Bersama-sama dengan
pokoknya (lainnya). Tidak sah menggadaikan buah-buahan saja
tanpa disertai dengan pohonnya, karena tidak mungkin menguasai
buah-buahan tanpa menguasai pohonnya.
8) Barang yang digadaikan harus terpisah dari hak milik oleh lain,
yakni bukan milik bersama. Akan tetapi menurut Malikiyah,
Syafi’iyah dan Hanabillah, barang milik bersama boleh digadaikan.36
Berdasarkan fatwa dari DSN-MUI No.25/DSN-MUI/III/2002,
tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima sebagai
agunan pinjaman. Akan tetapi semua pegadaian syariah mempunyai
pengkhususan pada barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai
marhun, yaitu:
1) Barang milik pemerintah.
2) Mudah membusuk.
3) Berbahaya dan mudah terbakar.
4) Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku dan
atau hukum islam.
5) Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum islam.
6) Serta ketentuan khusus sebagai berikut:
a. Barang yang disewa-belikan.
b. Barang tersebut masih berupa hutang dan belum lunas.
c. Barang tersebut dalam masalah.
d. Berupa pakaian jadi.
e. Pemakaiannya sangat terbatas.
f. Hewan ternak.
g. Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya invest gadai.

36
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 254.

35
Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat
keterbatasan tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid
menambahkan barang yang tidak dapat digadaikan yaitu barang-
barang karya seni yang nilainya relatif sukar ditaksir dan kendaraan
bermotor tahun keluaran 1996 keatas.37
d) Syarat Marhun Bih
Marhun bih adalah suatu hal yang karenanya barang
gadaian diberikan sebagai jaminan kepada rahin. Menurut Hanafiah,
marhun bih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Marhun bih harus berupa hak yang wajib diserahkan kepada
pemiliknya, yaitu rahin, karena tidak perlu memberikan jaminan
tanpa ada barang yang dijaminnya.
2) Pelunasan utang memungkinkan untuk diambil dari marhun bih.
Apabila tidak memungkinkan pembayaran utang dari marhun bih,
maka rahn hukumnya tidak sah.
3) Hak marhun bih harus jelas (ma’lum), tidak boleh majhul
(samar/tidak jelas).38
b. Prosedur Barang (Marhun)
Dalam menggadaikan barang di Pegadaian Syariah harus
memenuhi prosedur dan ketentuan sebagai berikut:
1) Barang yang tidak boleh dijual tidak boleh digadaikan. Artinya
barang yang digadaikan diakui oleh masyarakat memiliki nilai yang
bisa dijadikan jaminan.
2) Tidak sah menggadaikan barang rampasan (ghasab) atau barang
pinjam dan semua barang yang diserahkan kepada orang lain sebagai
jaminan.
3) Gadai tidak sah apabila utangnya belum pasti. Jadi yang utangnya
sudah pasti hukumnya sah, walaupun utangnya belum tetap seperti
akad salam terhadap pemesanan.

37
Chatamarrasid, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet ke-4, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15
38
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 254.

36
4) Disyaratkan pula agar utang piutang dalam gadai itu diketahui oleh
kedua belah pihak. Dikatakan oleh Ibnu Abdan dan pengarang kitab
al-istiqsha’ serta Abu Khalaf al-Thabari yang diperkuat oleh Ibnu
Rif’ah.
5) Menerima barang gadai oleh pegadaian adalah salah satu rukun akad
gadai atas tetapnya gadaian. Karena itu, gadai belum ditetapkan
selama barang yang digadaikan belum diterima oleh pegadaian.
6) Seandainya ada orang yang menggadaikan barang namun barang
tersebut belum diterima oleh pegadaian, maka orang tersebut boleh
membatalkannya.
7) Jika barang gadaian tersebut sudah diterima oleh pegadaian, maka
akad rahn (gadai) tersebut telah resmi dan tidak dapat dibatalkan
atau ditarik kembali.
8) Penarikan kembali (pembatalan) akad gadai itu adakalanya dengan
ucapan dan adakalanya dengan tindakan.
9) Jika akhir masa sewanya belum tiba maka waktu membayar
utangnya tidak termasuk pembatalan.
10) Jika masa membayar utang pada gadai lebih awal dari pada masa
sewa (masa sewanya lebih lama dari pada masa gadai) maka tidaklah
termasuk pembatalan gadai, dan diperbolehkan penjualan barang
yang digadaikan hal ini termasuk kaul yang ashah.
11) Barang gadaian adalah amanat di tangan penerima gadai. Karena ia
telah menerima barang itu dengan ijin nasabah. Maka status amanat
barang gadai seperti amanat berupa barang yang disewakan.
12) Jika barang gadaian tersebut musnah tanpa ada kesengajaan dari
pihak pegadaian, pegadaian tidak wajib menanggung barang tersebut
dan jumlah pinjaman yang diterima oleh penggadai tidak boleh
dipotong atau dibebaskan.
13) Seandainya pegadaian mengaku telah mengembalikan barang
gadaian, pengakuan tidak dapat diterima kecuali disertai dengan
bukti (kesaksian) sebab bukti bagi pegadaian itu tidak sulit, dan tidak

37
lagi barang yang ditangan pegadaian untuk piutang sendiri, maka
pengakuannya tidak dapat diterima kecuali disertai dengan bukti
sama halnya dengan pengakuan musta’ir (peminjam).
14) Jika pegadaian itu lengah atau merusak barang gadaian karena tanpa
sengaja memanfaatkan barang yang dilarang untuk dipergunakan
maka pegadaian harus menggantinya.39
15) Jika pegadaian itu lengah atau merusak barang gadaian karena tanpa
sengaja memanfaatkan barang yang dilarang untuk dipergunakan
maka pegadaian harus menggantinya.40
c. Prosedur Penaksiran Marhun
Seperti diuraikan sebelumnya yaitu bahwa dengan
membawa agunan (marhun), seseorang bisa mendaptkan pinjaman
sesuai dengan nilai taksiran barang tersebut. Dengan demikian
sebelum pinjaman dapat diberikan, barang yang dijaminkan atau
digunakan tersebut harus ditaksir terlebih dahulu oleh petugas atau
karyawan bagian penaksiran. Penaksiran dimaksud didasarkan atau
pedoman yang telah ditetapkan oleh Pegadaian. Adapun pedoman
penaksiran yang dikelompokkan atas dasar jenis barangnya adalah
sebagai berikut:
a) Barang Kantong:
1) Emas
Petugas penaksir dapat melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standar
taksiran logam yang ditetapkan oleh kantor pusat. Harga pedoman
untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan
perkembangan harga yang terjadi, kemudian penaksiran melakukan
pengujian karatase dengan menggunakan “Jarum Uji” dan berat serta
menentukan nilai taksiran.
2) Permata

39
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta : Ekonisia,
2008), 169-172.
40
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta : Ekonisia,
2008), 169-172.

38
Petugas penaksiran melihat standar taksiran yang ditetapkan oleh
kantor pusat. Standar ini selalu disesuaikan dengan perkembangan
pasar permata yang adam selanjutnya melakukan pengujian kualitas
dan berat permata serta menentukan nilai taksiran.
3) Barang Gudang (mobil, mesin, barang elektronik, tekstil, dan lain-
lain)
Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang.
Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan harga yang terjadi, selanjutnya menentukan
nilai taksiran.
Adapun nilai taksiran terhadap suatu barang yang dijaikan jaminan
ditentukan berdasarkan presentase atau angka pengali tertentu
misalnya untuk emas sebesar 88% dari harga pasar, untuk berlian
45%. Angka pengali ini dapat berubah sesuai kebijakan yang berlaku
di Pegadaian.41
d. Prosedur Pemberian Pinjaman
Setelah barang yang dijaminkan dinilai berdasarkan harga
atau nilai taksiran, maka pinjaman dapat ditentukan sebesar
persentase tertentu dari nilai taksiran. Persentase ini juga
merupakan kebijakan Pegadaian, dan besarnya antara 80% hingga
90%.
Barang yang digadaikan nasabah akan diasuransikan oleh
Pegadaian yang dibebankan pada nasabah yang bersangkutan.
Biaya asuransi ini kemudian dipotongkan dari besarnya pinjaman
yang akan diterima oleh si nasabah/rahin. Sebagai bukti pinjaman
pihak nasabah kepada pegadaian, Pegadaian memberikan bukti
berupa Surat Bukti Rahn (SBR) yang nantinya ditunjukkan pada
saat pelunasan dilakukan.
e. Prosedur Berakhirnya Akad Rahn

41
Sri Susilo Y, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : Salemba Empat, 2000), h. 40.

39
Menurut ketentuan syaratian bahwa apabila masa yang
telah diperjanjikanuntuk membayar utang telah terlewati maka si
berhutang tidak punya kemauan untuk mengembalikan pinjaman
hendaklah ia memberikan izin kepada pemegang gadai untuk
menjual barang gadaian. Dan seandaianya izin tidak diberikan
oleh si pemberi gadai untuk melunasi hutangnya atau
memberikan izin kepada si penerima gadai untuk menjual barang
gadaian tersebut.42
Apabila pemegang gadai telah menjual barang gadaian
tersebut dan ternyata ada kelebihan dari yang seharusnya dibayar
oleh si penggadai, maka kelebihan tersebut harus diberikan
kepada si penggadai. Sebaliknya sekalipun barang gadaian telah
dijual dan ternyata belum melunasi hutang si penggadai, maka si
penggadai masih punya kewajiban untuk membayar
kekurangannya.
Sayid Sabiq mengatakan jika terdapat klausula murtahin
berhak menjual barang gadai pada waktu jatuh tempo perjanjian
gadai, maka ini dibolehkan. Argumentasi yang ajukan adalah
bahwa menjadi haknya pemegang gadaian untuk menjual barang
gadaian tersebut.
Pendapat ini berbeda dengan pendapat Imam As Syafi’I
yang memandang dicantumkan klausula tersebut dalam perjanjian
gadai adalah batal demi hukum. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasulullah yang artinya :
“Janganlah ia (pemegang gadai) menutup hak gadaian
dari pemiliknya (rahin) yang menggadaikan. Ia (murtahin)
berhak memperoleh bagianya dan dia (rahin) bekewajiban
membayar gharamahnya” (HR. Asy-Syafi‟I, Atsram, dan Ad-
Dharuqutni. Ad-Dharuqutni mengatakan sanadnya hasan

42
Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada, 2005), 96.

40
muttashil. Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram mengatakan para
parawinya tsiqat, Abu Daud hadist ini mursal).
“Rahn itu tidak boleh dimiliki. Rahn itu milik orang yang
menggadaikan. Ia berhak atas keuntungan dan kerugiannya”
(Diriwayatkan Al-Baihaqi dengan sanad yang baik).

2. Konsep Ijarah Menurut Islam


a. Definisi Ijarah
Secara bahasa ijarah berarti upah atau sewa, yang
sesungguhnya menjual belikan manfaat suatu harta benda.43
Ijarah berasal dari lafad yang berarti ganti/ongkos. Sedangkan
menurut Rahmat Syafi’I dalam fiqih muamalah ijarah adalah
(menjual manfaat).44
Menurut pengertian-pengertian ijarah dikemukakan oleh
beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Syekh Syamsudin dalam kitab Fathul Qorib
mendefinisikan ijarah adalah yaitu bentuk akad yang jelas
manfaat dan tujuannya, serah terima secara langsung dan di
bolehkan dengan pembayaran (ganti) yang telah diketahui.45
2) Menurut Muhammad Syafi’i Antonio ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.46
3) Menurut Fatwa DSN dalam fatwa DSN
No.09/DSN/MUI/IV/2000 ijarah ialah akad pemindahan hak
guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam akad
ijarah tidak adda perubahan kepemilikan, tetapi hanya

43
Ghufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 181.
44
Rahmat Syafi’I, Fiqh Muamalah , (Bandung: CV Pustaka Setia, 2004), 121.
45
Abu HF. Ramadhan, Terjemah Fathul Qorib, (Surabaya: Mahkota, 1990), 375.
46
Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 117.

41
pemindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada
penyewa. Pembiayaan ijarah di aplikasikan dalam bentuk
pembiayaan sewa beli.47
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akad
ijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for
profit transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan, karena bersifat komersil.
Beberapa definisi ijarah diatas juga dapat disimpulkan
bahwa ijarah adalah sebuah transaksi atas suatu manfaat, dalam
hal ini manfaat menjadi objek transaksi, dan dalam segi ini ijarah
dapat dibagi menjadi 2, yaitu: 48
1) Ijarah yamg mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim
disebut persewaan, misalnya menyewakan rumah, kendaraan
pertokoan dan lain sebagainya.
2) Ijarah yang mentransaksikan manfaat sumberdaya manusia yang
lazim disebut pemburuhan.
b. Landasan Hukum
Landasan hukum ijarah terdapat pada ayat suci Al-Quran
dalam surat Ath-Thalaq ayat 6 dan Al- Baqarah ayat 233 :
ٓ ٗ‫ض ُع لَه‬ ٍ ۚ ْ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن َوْأتَ ِمرُوْ ا بَ ْينَ ُك ْم بِ َم ْعرُو‬
ِ ْ‫ف َواِ ْن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬ َ ْ‫فَا ِ ْن اَر‬
‫اُ ْخ ٰر ۗى‬
Artinya : “kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik
dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya.” (Q. S Ath-Thalaq : 6)

ِ ۗ ْ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َّمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َواتَّقُوا‬ َ ‫ضع ُْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬
ِ ْ‫َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم اَ ْن تَ ْستَر‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫َ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ ب‬
‫ص ْي ٌر‬
Artinya : “dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah
47
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam “Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional”, (DSN-MUI, BI, 2003), 58.
48
Ghufron Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 183.

42
dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S Al- Baqarah : 233).

Yang menjadi landasan ijarah dalam ayat diatas adalah


ungkapan “maka berikanlah upahnya” dan “apabila kamu
memberikan pembayaran yang patut”, hal ini menunjukkan
adanya jasa yang diberikan berkat kewajiban membayar upah
secara patut.
c. Rukun dan Syarat-Syarat Perjanjian Ijarah
Semua hal yang berkaitan dengan muamalat harus memiliki
rukun dan syarat-syarat tertentu. Rukun- rukun ijarah yang harus
dipenuhi ada 4 macam, yaitu:49
1) Pelaku akad, yaitu musta’jir (penyewa), adalah pihak yang
menyewa aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik
yang menyewakan aset.
2) Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan).
3) Ujrah (harga sewa).
4) Sighat yaitu ijab dan qabul.
Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-
ketentuan hukum islam, adalah sebagai berikut:
1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung
jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat
memberi manfaat kepada penyewa.
3) Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti
memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak
dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.
4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang
ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset
akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

49
Abi Abdul Mu’tha, Nihayatuzzain, (Semarang: Toha Putra), 257-258.

43
d. Fatwa DSN Tentang Ijarah dan Rahn
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
09/DSNMUI/ IV 2000 tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan
Ijarah ditetapkan :50
1) Rukun dan Syarat Ijarah:51
a) Pernyataan ijab dan qabul.
b) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak), terdiri atas pemberi sewa
(pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa (pihak
yang mengambil manfaat dari penggunaan aset, nasabah).
c) Objek kontrak, pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan
aset.
d) Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak
yang harus dijamin, karena itu merupakan rukun yang harus
dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.
e) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, dengan cara penawaran dari pemilik aset
(Lembaga Keuangan Syariah) dan penerimaan yang dinyatakan
oleh penyewa (nasabah).
2) Objek Ijarah:
a) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau
jasa.
b) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam
kontrak.
c) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.
d) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan
syariah.

50
Fatwa Dewan Syariah Nasional, No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam “Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional”, (DSN-MUI, BI, 2003), 59.
51
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di
Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), 186.

44
e) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan
mengakibatkan sengketa.
f) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik.
g) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada
lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu
yang dapat dijadikan harga dalam rahn dapat pula dijadikan sewa
dalam ijarah.
h) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis
yang sama dengan obyek kontrak.
i) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat
diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.
Tidak semua benda boleh diakadkan ijarah, kecuali yang
memenuhi persyaratan berikut ini :52
a) Benda yang menjadi objek ijarah harus benda yang halal dan
mubah.
b) Benda yang menjadi objek ijarah harus digunakan untuk hal-hal
yang dibenarkan menurut syariat.
c) Setiap benda yang dapat dijadikan objek jual beli dapat dijadikan
objek ijarah.
Menurut Saleh Al-Fauzan dalam buku yang berjudul “fiqih
sehari-hari” menyebutkan bahwa syarat sah ijarah adalah sebagai
berikut :
a) Ijarah berlangsung atas manfaat.
b) Manfaat tersebut dibolehkan.
c) Manfaat tersebut diketahui.
e) Jika ijarah atas benda yang tidak tertentu maka harus
diketahui secara pasti ciri-cirinya.
52
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di
Indonesia, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), 192.

45
f) Diketahui masa penyewaan.
g) Diketahuinya ganti atau bayarannya.
h) Upah sewa berdasarkan jerih payah yang memberikan jasa.53
3) Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
a) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
 Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
 Menanggung biaya pemeliharaan barang.
 Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
b) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
 Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.
 Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan
(tidak materiil).
 Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penerima manfaat dalam menjaganya, dan tidak bertanggung
jawab atas kerusakan tersebut.
4) Rahn
a) Rahn Emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn (lihat Fatwa
DSN nomor: 25/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn).
b) Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung
oleh penggadai (rahin).
c) Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada
pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan.
d) Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad
ijarah.
e) Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika
di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.54

53
Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), 483.
54
Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta, Salemba Empat, 2009), h.257.

46
3. Hubungan Ijarah dengan Tarif Ijarah
Dalam pegadaian syariah terdapat dua akad yaitu akad rahn dan
akad ijarah. Akad rahn dilakukan pihak pegadaian untuk menahan
barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah. Sedangkan akad
ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barangnya sendri. Melalui akad ini dimungkinkan
bagi Pegadaian untuk menarik sewa atas penyimpanan barang
bergerak milik nasabah yang telah melakukan akad.55
Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin, yang pada
prinsipnya tidak boleh dimanfaatkan murtahin, kecuali dengan seizin
rahin, tanpa mengurangi nilainya, serta sekedar sebagai pengganti
biaya pemeliharaan dan perawatannya. Biaya pemeliharaan dan
perawatan marhun adalah kewajiban rahin, yang tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah marhun bih.
Akibat yang timbul dari proses penyimpanan adalah timbulnya
biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya
perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini
dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa (ijarah) kepada
nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.56
Tarif ijarah adalah tarif atau besarnya biaya yang akan dikenakan
kepada nasabah sebagai pembayaran atas jasa sewa barang gadai yang
telah dipelihara dan dijaga oleh pihak Pegadaian Syariah selama
waktu peminjaman. Dimana dalam akad rahn pihak nasabah harus
memberikan barang jaminan sebagai salah satu syarat dalam transaksi
gadai syariah.
4. Optimalisasi Tarif Jasa Simpanan
Tarif jasa penyimpanan barang gadai syariah didasarkan kepada
besarnya tarif jasa simpan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
55
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: GIP, 2001), 122.
56
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 128.

47
a. Nilai taksiran barang jaminan yang digadaikan.
b. Jangka waktu gadai syariah atau rahn ditetapkan selama 90 hari.
c. Perhitungan tarif jasa simpan dimaksud, yaitu kelipatan 10 (lima)
hari sehingga satu hari dihitung 10 (lima) hari.
d. Tarif jasa simpan dihitung per 5 (hari).57
Selain itu, hal-hal yang perlu dijelaskan adalah:
a. Perhiasan, jika marhun ditebus sebagai barang jaminan, maka
dikenakan tarif jasa simpan sebesar Rp. 90 per 10 hari masa
penyimpanan untuk setiap kali kelipatan taksiran marhun emas.
b. Barang elektronik, barang rumah tangga dan semacamnya, diambil
tarif sewa tempat simpanan sebesar Rp. 95 per 10 hari (sepuluh)
hari masa penyimpanan.
c. Kendaraan bermotor, diambil tarif sewa tempat simpanan sebesar
Rp. 100 per 10 (sepuluh) hari masa penyimpanan.
d. Batas waktu biaya simpanan 4 bulan atau 120 hari, namun apabila
sebelum 4 bulan, misalnya 3 bulan nasabah sudah mampu
mengembalikan maka, pegadaian syariah dapat mengambil
kebijakan sisa pembayaran 1 bulan jika diwajibkan selama 4 bulan
adalah Rp. 400.000 maka Rp. 100.000 sebagai bonus bagi nasabah.
Sehingga yang dibayarkan nasabah kepada pegadaian syariah
adalah Rp. 300.000.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Pendekatan penelitian ini diartikan sebagai metode
yang menggambarkan semua data atau keadaan subjek/objek penelitian
yang kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan yang
sedang berlangsung saat ini. Penelitian ini dimaksud untuk
menggambarkan keadaan yang sebenarnya berdasarkan fakta-fakta atau
kejadian yang ada dan kemudian diolah, dianalisis hingga menghasilkan
57
Rosdalina Bukido, Faradila Hasan, Penerapan Akad Ijarah Produk Rahn di Cabang Pegadaian
Syariah Istiqlal Manado, Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, Vol.14, No. 1, 2016.

48
suatu kesimpulan atau hasil.58 Peneliti mengambil metode kualitatif
deskriptif, karena peneliti ingin mendiskripsikan penerapan prinsip ijarah
pada praktik tarif jasa simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang
Ahmad Yani Jember.
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini menggunakan penelitian
lapangan (Field Research). Penelitian lapangan ini dianggap sebagai
pendekatan yang luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode
untuk mengumpulkan data kualitatif.59
2. Lokasi Penelitian
Lokasi adalah tempat yang akan kita tuju untuk dijadikan
penelitian, lokasi penelitian menjelaskan dimana penelitian ini akan
dilakukan.60 Wilayah penelitian berisi lokasi seperti: desa, organisasi,
peristiwa, teks, dan lainnya. Penelitian ini akan dilaksanakan di PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember yang terletak
di Jl. Jenderal Ahmad Yani No.76A, Kebondalem, Kepatihan, Kec.
Kaliwates, Kabupaten Jember. Alasan pemilihan lokasi ini yang pertama
ialah karna PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember
telah sesuai memenuhi kriteria syarat permasalahan pada penelitian yang
hendak saya teliti ini. Yang kedua karena lokasi penelitian ini sangat
mudah untuk saya jangkau karna cukup berdekatan dengan tempat
tinggal sementara saya di Jember sehingga memudahkan untuk
melakukan riset secara berulang serta ketika peneli nanti akan melakukan
observasi, wawancara, maupun dokumentasi kepada pihak PT. Pegadaian
(Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember nantinya. Dari alasan
tersebut inilah yang menjadi alasan kuatnya peneliti untuk melakukan
penelitian terkait penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif jasa simpan
di PT. Pegadaian (persero) syariah Cabang Ahmad Yani Jember tersebut.

58
Kasmir, 188.
59
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Alfabeta: Bandung, 2018). 65.
60
Tim Penyusun, Pedoman penulisan Karya Tulis Ilmiah IAIN Jember, (Jember: IAIN Jember
Press, 2019), 47.

49
3. Subyek Penelitian
Penentuan subjek penelitan menggunakan teknik purposive, yaitu
Teknik penentuan informan dengan pertimbangan tertentu.61 Dalam
pertimbangan tertentu inilah, informan ditentukan dari penilaian yang
dianggap paling paham mengenai penerapan prinsip ijarah pada praktik
tarif jasa simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad
Yani Jember, sehingga dalam penelitian ini, subjek penelitian atau
informan yang terlibat yaitu pimpinan cabang, penaksir, dan kasir PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad. Yani Jember.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada jenis kualitatif menggunakan
peneliti sebagai instrument utama untuk mencari data dengan berinteraksi
secara simbolik dengan informan atau subjek yang diteliti. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Observasi
Jenis observasi yang digunakan oleh peneliti adalah mengguanakan
observasi terus terang. Observasi jenis ini merupakan cara
pengumpulan data dengan pengamatan dimana peneliti menyatakan
terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian.
Sehingga sumber data yang diteliti mengetahui sejak awal sampai
akhir tentang aktivitas yang dilakukan oleh peneliti.62
b. Wawancara atau Interview
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara
semiterstruktur. Wawancara semiterstruktur dalam pelaksanaannya
lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, diamana pihak yang diwawancara dimintai pendapat,
dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu

61
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R7D,
(Bandung: Alfabeta, 2020), 195.
62
Sugiono, 108.

50
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.63 Adapun informasi yang ingin diketahui oleh peneliti:
1) Penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif jasa simpan di PT.
Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani Jember.
2) Kesesuaian penerapan prinsip ijarah pada praktik tarif jasa
simpan di PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad Yani
Jember dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.25/DSN-MUI/III/2002.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,
dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang untuk dimanfaatkan sebagai bahan
pengujian, penafsiran, serta memperluas pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki.64 Metode dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda, dan lain sebagainya.
Data-data yang ingin didapat dari metode dokumentasi ini adalah:
1) Sejarah berdirinya PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang
Ahmad Yani Jember.
2) Visi dan Misi PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang Ahmad
Yani Jember.
3) Struktur Organisasi PT. Pegadaian (Persero) Syariah Cabang
Ahmad Yani Jember.
4) Foto-foto yang pendukung dan berkaitan dengan penelitian.
5. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesa, menyusun
63
Sugiono, 115-116.
64
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019),
217.

51
ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis data
lapangan.65 Miles, Huberman, dan Saldana mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis
data berupa:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dapat difahami sebagai proses ketika pemilihan,
pemusatan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan lapangan. Reduksi data biasanya akan terus berlangsung
selama penelitian.66 Setelah proses reduksi data ini, peneliti dapat
melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak di beri kode
tertentu, seperti bagian mana yang akan dibuang, bagian mana yang
merupakan ringkasan maupun bagian dari cerita-cerita yang sedang
berkembang. Semakin lama peneliti meneliti di lapangan maka jumlah
data yang dihasilkan akan semakin banyak, sehingga perlu segera
dilakukan analisis. Pada intinya mereduksi data sama seperti
merangkum dan memilih beberapa hal yang pokok saja.
b. Analisis Data (Data Display)
Setelah data direduksi maka dilakukan penyajian data. Penyajian
data biasanya berupa penyajian data secara singkat, bagan, hubungan
antar katagori, flowchart, dan sejenisnya. Dengan demikian maka akan
memahami bagaimana merencanakan kerja berdasarkan apa yang telah
difahami.67
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing/verification)
Pada penarikan kesimpulan, kesimpulan awal yang yang bersifat
sementara dapat dirubah bila tidak ditemukan bukti kuat dan

65
Sugiyono, Metode Penelitian, 321.
66
Etta Mamang Sangadji, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
(Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), 199.
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), 249.

52
mendukung pada tahap pengumpulan selanjutnya. Dalam penelitian
kualitatif kesimpulan merupakan temuan baru yang seharusnya belum
pernah ada sebelumnya. Selain itu temuan tersebut merupakan sebuah
deskripsi atau gambaran suatu obyek yang remang-remang atau gelap
sebelumnya sehingga setelah diteliti menjadi temuan tersebut menjadi
semakin jelas.68
6. Keabsahan Data
Teknik keabsahan data dalam penelitian ini berupa triangulasi
dalam pengujian kebenaran data diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Peneliti
menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi
sumber sendiri merupakan teknik untuk menguji kebenaran data
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa
sumber. Sedangkan triangulasi teknik merupakan uji kebenaran data
dengan menggunakan cara wawancara, observasi, maupun
dokumentasi.69

7. Tahap-tahap Penelitian
Bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan,
pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan
skripsi.70
Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pra-lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
tahapan ini. Ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu
dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan
tersebut meliputi:
68
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2014), 252
69
Sugiyono, Metode Penelitian, 48.
70
Tim Penyusun, Pedoman, 48.

53
1) Menyusun rencana penelitian
2) Menentukan lokasi penelitian
3) Mengurus perizinan
4) Menjajaki dan menilai lapangan
5) Menentukan informan
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian
7) Persoalan etika penelitian
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Penelitian memasuki objek penelitian dan langsung melakukan
pengumpulan data dengan observasi dan wawancara untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pendistribusian bagi
hasil.
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan dengan memilih dan memilah data
yang diperoleh peneliti dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi. setelah data disesuaikan dengan rumusan penelitian,
maka data akan disajikan dalam bentuk rangkuman, uraian singkat
yang didukung oleh data dan dokumen yang diperoleh peneliti,
selanjutnya akan ditarik kesimpulan dari penelitian dan hasil laporan.71
I. Kerangka Pembahasan
Kerangka pembahasan (proposal) merupakan garis besar atas sistem tata
urutan guna memberikan gambaran umum penulisan proposal yang lebih
jelas. Peneliti mengajukan beberapa garis besar tentang isi, sehingga dapat
mempermudah mengetahui keseluruhan isinya, Sistematika pembahasan
terbagi menjadi empat bab. Setiap bab terbagi menjadi sub-sub yang
dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman.
Adapun sistematika pembahasan adalah sebagai berikut:
BAB I pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, serta sistematika
pembahasan.

71
Moleong, Metodologi, 127-148.

54
BAB II kajian pustaka, yang berisi tentang ringkasan kajian terdahulu
yang memiliki relevan dengan penelitian yang akan dilakukan pada saat ini
serta memuat tentang kajian teori.
BAB III metode penelitian, yang berisi tentang metode yang digunakan
penelitain yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian,
sumber data, metode pengumpulan data, keabsahan data dan yang terakhir
tahapan-tahapan penelitian.
BAB IV hasil penelitian, yang berisi tentang inti atau hasil penelitian,
objek penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan temuan.
BAB V kesimpulan dan saran, yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilengkapi dengan saran dari peneliti.

55
DAFTAR PUSTAKA

Al-Kasani. al-Bada’i u al-Sama’I. Jilid IV. Beirut: Dar al-Fikr, t.th.

Al-Syaibani al-Khathib. Mugni al-Muhtaj, Jilid II, Beirut: Dar al-Fikr, 1978.

Anida, Nurul Hikmah, “Implementasi Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik


Berdasarkan Fatwa DSN No.71/ DSN-MUI/VI/2008 Pada Pembiayaan
Modal Usaha (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Dan Pembiayaan
Syariah Mitra Usaha Ideal (KSPPS-MUI) Jawa Timur Kantor Pusat
Bungah Gresik”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Anshori, Abdul Ghofur. Gadai Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada,


2005.

Antonio, Muhammad Syafi'i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.

A.Zulkarnaen, “Penerapan Akad Ijarah Pada Koperasi Simpan Pinjam dan


Pembiayaaan Syariah (KSPPS) BMT BiMU Lampung Dalam Prespektif
Hukum Islam”, Skripsi Fakultas Ekonomi Syariah (Muamalah)
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2020.

Chatamarrasid. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2008.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam


“Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”, DSN-MUI, BI, 2003.

Fauzan, Saleh Al. Fiqih Sehari-Hari. Jakarta: Gema Insani, 2006.

Hadi, Muhammad Sholekul. Pegadaian Syariah. Jakarta: Selemba Diniyah, 2003.

Haroen, Nasrun. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.

Hasan, Rosdalina Bukido, Faradila, Penerapan Akad Ijarah Produk Rahn di


Cabang Pegadaian Syariah Istiqlal Manado, Vol.14, No. 1, 2016.

Hendi, Suhendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2017.

Hijiriah, Siti, “Penerapan Akad Ijarah Dalam Sistem Gadai Syariah di


Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin, Kec. Sombo Opu Kab. Gowa”,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar, 2022.

Https://www.pegadaian.co.id/lokasi-cabang. Diakses pada tanggal 06 Desember


2022, pukul 11.43 WIB.

56
Ibnu Qudamah, Al-Mugni, Riyadh: Maktabah ar-Riyadh al-Haditsah, Jilid IV,
337.

Indayani, Laela, “Penerapan Akad Ijarah Dalam Pembiayaan Di Koperasi


Syariah Benteng Mikro Indonedia (BMI) Cabang Jayanti Tangerang”,
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2020.

Jayarusadi, Ryan Rezky, “Praktik Penetapan Biaya Penyimpanan dan Perawatan


Barang Gadai Di Pegadaian Syariah Pinrang Perspektif Hukum Islam”,
Skripsi Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama Islam Negeri
Parepare, 2020.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006.

Mas’adi, Ghufron A. Fiqih Muamalah Kontekstual. Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2002.

Masitoh, Imas, “Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional


Nomer:26/DSN-MUI/III/2002 Tentang Biaya Rahn Emas Pada Bank
Syariah Mandiri Kantor cabang Cimahi”, Skripsi Universitas Islam
Bandung, 2016.

Moleong, Lexy J. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mujahidin, Ahmad. Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi


Syariah di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Mustofa, Imam. Fiqh Muamalah Kontemporer. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Mu’tha, Abi Abdul, Nihayatuzzain, Semarang: Toha Putra, t.th.

Nurhayati, Sri. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2009.

P, Febrianur Ibnu F.S, Dinamika Perkembangan Pegadaian Syariah di


Indonesia , ISSN 24079189, The 4 th University Research Coloqulum,
2016.

Penyusun, Tim. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah IAIN Jember. Jember:
IAIN Jember Press, 2019.

Pusiah, “Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Akad Ijarah Multijasa di


KSPPS Sunan Pandanaran Yogyarakta”, Skripsi Fakultas Ilmu Agama
Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.

Putra, Jamil Adi, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad Ijarah Pada

57
Pembiayaan Gadai Emas (Studi Kasus di Bank Mandiri Syariah Cabang
Karangayu Kota Semarang)”, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019.

Ramadhan, Abu HF. Terjemah Fathul Qorib. Surabaya: Mahkota, 1990.

Riskiyah, “Analisis Pembiayaan dengan Produk Amanah dalam Meningkatkan


Kualitas Pelayanan di Pegadaian Syariah Cabang Blauran Surabaya”,
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya,
2017.

Rizky, Annisa Fauziah, “Perbandingan Penerapan Tarif Administrasi dan Jasa


Simpanan Pada Produk Gadai Emas”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Metro, 2019.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah Jilid 13, terj. Kamaludin A. dan Marzuki. Bandung:
PT al-Ma’arif, 2007.

Sangadji, Etta Mamang. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam


Penelitian. Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010.

Saputra, Boby Aji. “Penerapan Fatwa DSN-MUI No.25/III/2002 Terkait Dengan


Biaya Ijarah Pada Akad Rahn Di Pegadaian Syariah”, Skripsi Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, 2019.

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan, Deskripsi dan Ilustrasi.


Yogyakarta: Ekonisia, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2014.

Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2015.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R7D. Bandung: Alfabeta, 2020.

Suriati, Baiq, “Penerapan Akad Ijarah Pada Produk Pembiayaan Multijasa Di


Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Gumarang
Akbar Syariah Mataram”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Mataram, 2021.

Sutedi, Adrian. Hukum Gadai Syariah. Bandung: Alfabeta, 2011.

Syafi’I, Rahmat. Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008.

58
Y, Sri Susilo. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat, 2000.

59

You might also like