You are on page 1of 30

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MONOPOLI

PADA ANAK USIA 10 - 12 TAHUN

Disusun oleh : Kelompok 21

Nama : Natalia Putri Widiawati (201923067)

Nur Zahra Ikaputri Ardianto (201923068)

Para Mesti Marsa Adristi (201923069)

Tingkat / Kelas : II / B

Mata Kuliah : Keperawatan Anak I

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH
YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal yang berjudul
“Proposal Terapi Bermain Monopoli pada Anak Usia 10 - 12 Tahun” untuk
memenuhi tugas praktik laboratorium mata kuliah Keperawatan Anak I. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam memberikan sumbangan pemikirannya.

Penulis berharap semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan penulis juga berharap lebih agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
butuhkan untuk kesempurnaan proposal ini.

Yogyakarta, 12 Juli 2021

Kelompok 21

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1


1.2 Tujuan ................................................................................................................................ 1
1.3 Manfaat .............................................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Terapi Bermain ................................................................................................ 3

2.2 Tujuan Terapi Bermain ...................................................................................................... 3

2.3 Kategori Bermain .............................................................................................................. 3

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain ................................................................4

2. 5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan .................................................................................... 5

2.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia .......................................................................... 6


........................................................................................................................................................

BAB III TERAPI BERMAIN MONOPOLI

3.1 Pengertian Permainan Monopoli ......................................................................................10

3.2 Tujuan Bermain Monopoli ................................................................................................10

3.3 Fungsi Bermain Monopoli ................................................................................................10

3.4 Prinsip Bermain Monopoli ................................................................................................13

3.5 Rencana Pelaksanaan ........................................................................................................13

ii
ii
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .......................................................................................................................17

4.2 Saran ..................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha penyembuhan


dengan tujuan untuk mencapai perkembangan secara optimal dengan bermain
sebagai medianya. Dalam hal ini perlu adanya peran serta perawat sebagai
seorang terapis dalam prosedur terapi bermain guna menyediakan materi
permainan yang dipilih, dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang
baik dan aman bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan mengeksplorasi
dirinya melalui media permainan.

Hubungan yang baik dan aman pada perawat dan anak dapat mendukung
interaksi sosial anak terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Menurut
Aminah (2021), Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu
dengan yang lainnya, terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam arti
kata setiap individu saling mempengaruhi dalam bentuk tingkah laku yang akan
memberikan dampak terhadap perkembangan tingkah laku individu lainnya.

Terapi bermain sangat berperan dalam meningkatkan interaksi sosial, dan


kreativitas anak karena dalam terapi bermain anak dapat belajar bagaimana
berkontak mata, berkomunikasi dengan orang lain, memahami instruksi bermain,
dan menyusun strategi bermain.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1
Anak dapat mengembangkan kreativitas dengan aktivitas bermain
monopoli dan anak dapat beradaptasi efektif terhadap stres karena
penyakit dan dirawat.

1
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti permainan selama 40 menit anak dapat :

a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

b. Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan

c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

d. Beradaptasi dengan lingkungan

e. Mempererat hubungan perawat dan anak

1.3 Manfaat

a. Bagi anak

Dapat membantu proses perawatan, mengembangkan komunikasi, dan


pola berpikir anak, melatih interaksi sosial serta anak dapat beradaptasi
dengan lingkungan.

b. Bagi perawat/terapis

Dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan


anak/pasien, serta membantu proses perawatan anak dengan cara
membangun mood pada anak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Terapi Bermain


Terapi bermain merupakan aktivitas bermain yang dilakukan pada anak
yang sakit dan dirawat di rumah sakit untuk memfasilitasi tumbang anak
(Nikmatur Rohmah, 2018). Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi
merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih.
Dengan bermain, anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri,
minatnya, serta cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain. Untuk
mengurangi kecemasan anak selama masa hospitalisasi ini dibutuhkan upaya –
upaya yang dapat menurunkan kecemasan, salah satunya melalui kegiatan
bermain (Sri Hartini dkk, 2018).

2.2 Tujuan Terapi Bermain


Menurut Nikmatur Rohmah (2018), adapun tujuan terapi bermain antara lain :
1. Sebagai ekspresi perasaan takut, cemas, sedih, dan tegang
2. Distraksi dari rasa nyeri
3. Relaksasi
4. Memfasilitasi ide dan kreatifitas
5. Alat komunikasi yang efektif
6. Memulihkan perasaan mandiri anak
7. Memberi rasa senang

2.3 Kategori Bermain


Menurut Hurlock dalam Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (2017),
kategori bermain dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Bermain Aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan yang timbul dari apa yang dilakukan
individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu

3
dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain
secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung
jawab di rumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan
pesat dan perubahan tubuh.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif atau hiburan, kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Permainan sedikit menghabiskan energi anak yang menikmati
temannya ketika bermain memandang orang atau hewan di televisi,
menonton adegan lucu, atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumalah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat
bermain.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Kesehatan/Keadaan Fisik Anak
Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain
aktif dari pada pasif. Karena banyaknya energy yang dimiliki anak,
membuatnya lebih aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut.
Sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah ketika bermain
sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan banyak
energy.
2. Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motoric
terutama motoric kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan
keterampilan dan koordinasi motoric. Dengan demikian anak yang
memiliki keterampilan motoric yang baik akan lebih banyak memilih
kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya, anak yang cenderung
kurang terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang
pasif.

4
3. Tingkat Intelegensi
Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi cenderung akan menyukai
permainan aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan lebih aktif dibandingkan dengan anak yang
memiliki inteleginsi yang rendah.
4. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih
kegiatn bermain. Perbedaan ini terjadi karena alamiah dan ditentukan
secara genetic.
5. Alat Permainan yang Tersedia
Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi
jenis kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak. Pendidik dan orang tua
hendaknya menyediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga
memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara dan jenis
permainan. Semakin banyak alat permain yang tersedia, maka semakin
aktif pula anak bermain.

2.5 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan


1. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang
dijalankan.
2. Tidak membutuhkan banyak energi
3. Harus mempertimbangkan keamanan anak
4. Dilakukan pada kelompok umur yang sama
5. Melibatkan orang tua
6. Bila keadaan anak masih lemah, maka gunakan bentuk permainan pasif
Kegiatan bermain harus diprogram dengan baik di rumah sakit.

5
2.6 Bentuk-Bentuk Permainan Menurut Usia

1. Usia 0-1 Bulan

Visual :

a. Tatap bayi dalam jarak dekat


b. Gantung benda-benda yang berwarna menyolok 20-25 cm di
atas muka bayi
c. Letakkan bayi pada posisi yang memungkinkan bayi
memandang bebas ke sekelilingnya

Auditory :

a. Berbicara dengan bayi


b. Menyanyi dengan suara lembut
c. Box musik
d. Mendengar tape atau radio
e. Mendengar suara dan melihat dari TV

Kinestatik Taktil :

a. Dipeluk dan digendong


b. Diayun
c. Diletakkan di kereta gendong

2. Usia 2-3 Bulan

Visual :

a. Beri obyek warna yang terang


b. Tempatkan pada
c. Ruangan yang terang dengan gambar-gambar dan kaca di
dinding
d. Letakkan bayi agar dapat memandang sekitar

6
6
Auditory :

a. Berbicara dengan bayi


b. Memberi mainan yang berbunyi, seperti lonceng atau kerincingan
c. Melibatkan anggota keluarga lain untuk selalu berkomunikasi
dengan bayi

Kinestatik Taktil :

a. Membelai waktu mandi


b. Mengganti pakaian dan menyisir rambut dengan lembut
c. Ajak bayi jalan- jalan dengan kereta dorong
d. Latihan gerakan seperti berenang

3. Usia 4-6 Bulan

Visual :

a. Letakkan bayi di depan cermin


b. Beri bayi mainan yang berwarna terang dan dapat dipegang

Auditory :

a. Ajak anak berbicara dan ulangi suara-suara yang dibuatnya


b. Senyum saat bayi tersenyum dan panggil namanya
c. Berikan mainan yang menimbulkan bunyi/ bel pada
tangannya

Kinestatik Taktil :

a. Beri anak mainan dalam berbagai tekstur (lembut/kasar)


b. Ajak anak bermain di dalam bak mandi
c. Sokong ketika anak duduk
d. Tempatkan anak di lantai untuk merangkak

7
4. Usia 7 – 9 Bulan

Visual :

a. Berikan mainan warna terang yang lebih besar, dapat bergerak dan
berbunyi khas
b. Tempatkan cermin agar anak bisa melihat dirinya
c. Bermain “ciluuk…ba….” dan muka lucu

Auditory :

a. Panggil nama anak


b. Ajarkan kata-kata simpel : “mama…”, “papa….”, “dada….”
c. Bicara anak dengan kata-kata yang jelas
d. Ajarkan nama- nama bagian- bagian tubuh
e. Beritahukan apa yang dilakukan ibunya
f. Beri perintah yang sederhana

Kinestatik Taktil :

a. Meraba bahan berbagai tekstur


b. Bermain air mengalir
c. Berdiri untuk belajar menahan berat badan
d. Meletakkan mainan agak jauh dan perintahkan anak
mengambilnya.

5. Usia 10-12 bulan

Visual :

a. perlihatkan gambar-gambar dalam buku, bawa anak ke tempat lain


seperti kebun binatang, shooping center
b. ajarkan anak membuat menara balok

Auditory :

8
a. kenalkan suara- suara binatang

8
b. tunjukkan bagian- bagian tubuh

Kinestatatik Taktil :

a. kenalkan benda dingin dan hangat


b. berikan mainan yang dapat ditarik dan didorong

6. Usia 2-3 Tahun

a. Pararel play
b. Memanjat, berlari dan memainkan sesuatu di tangannya
c. Berikan mainan imitasi sesuai dengan perbedaan seks, boneka, alat
memasak, furnitur mini
d. Ajarkan untuk berbicara saat bermain, main telpon-telponan,
boneka yang bisa berbicara
e. Boneka tangan
f. Cerita bergambar
g. Water toys, busa sabun, boks pasir

7. Usia 4-5 Tahun

a. Assosiative play, dramatic play, dan skill play


b. Melompat, berbicara dan mengingat, bermain sepeda dan bermain
dalam kelompok

8. Usia 6-12 Tahun

a. Cooperative play

b. Belajar untuk independent, kooperatif, bersaing dan menerima


orang lain

c. Anak laki-laki: mekanikal ; anak perempuan: mothers role

9. Usia 13-18 Tahun

a. sepak bola, badminton, drama dan buku-buku

9
BAB III

TERAPI BERMAIN MONOPOLI

3.1 Pengertian Permainan Monopoli

Permainan monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling


terkenal di dunia. Tujuan permainan ini adalah untuk menguasai semua petak di
atas papan melalui pembelian, penyewaan dan pertukaran properti dalam sistem
ekonomi yang disederhanakan. Setiap pemain melemparkan dadu secara
bergiliran untuk memindahkan bidaknya dan apabila ia mendarat di petak yang
belum dimiliki oleh pemain lain ia dapat membeli petak itu sesuai harga yang
tertera. Bila petak itu sudah dibeli pemain lain, ia harus membayar pemain itu
uang sewa yang jumlahnya juga sudah ditetapkan (Erma Yulaini, 2017).

3.2 Tujuan Bermain Monopoli

Tujuan bermain pada anak adalah memberikan kesenangan maupun


mengembangkan imajinasi anak. sebagai suatu aktivitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan efektif sehingga anak
akan dapat mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas, dan penuh inovatif.

3.3 Fungsi Bermain Monopoli

Fungsi utama bermain yaitu merangsang perkembangan sensoris-motorik,


perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
Fungsi khusus dari bermain monopoli adalah melatih ketangkasan, berstrategi,
kedisiplinan, pengetahuan dan keterampilan sosial, sehingga permainan dapat

10
menumbuhkan perkembangan emosi, bahasa, sosial, kreativitas siswa, dan
kecerdasan.

1. Perkembangan Fisik.

Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih
seluruh bagian tubuhnya. bermain juga berfungsi sebagai penyalur tenaga
yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang,
gelisah, dan mudah tersinggung.

2. Dorongan berkomunikasi

Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka
harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain atau orang
lain.

3. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang


disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.

4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan

Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi dengan cara lain
seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu
mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara
mainan.

5. Sumber bermain

Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, melalui


buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh dari
belajar dirumah atau disekolah.

11
11
6. Rangsangan bagi kreativitas

Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa


merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan.
Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya ke situasi di luar
dunia bermain.

7. Perkembangan wawasan diri

Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan


dengan temannya bermain. Ini memingkinkan mereka untuk
mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata.

8. Belajar bermasyarakat

Dengan bermain bersama, mereka belajar bagaimana membentuk


hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah
yang timbul dalam hubungan tersebut.

9. Standar moral

Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang
dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar
moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.

10. Belajar bermain sesuai jenis kelamin

Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis
kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa
mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok
bermain.

11. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan

Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain,


anak belajar bekerja sama, murah hati, jujur, sportif, dan disukai orang.

12
3.4 Prinsip Bermain Monopoli

1. Menyenangkan

Permainan monopoli ini adalah salah satu permainan yang tidak


membosankan dan menarik karena dalam permainan ini dapat belajar
menyusun strategi, dan meningkatkan rasa ingin tahu serta permainan ini
dapat dimainkan oleh siapapun karena terdapat aturan-aturan yang mudah
dipahami.

2. Membangun kecerdasan anak

Permainan monopoli merupakan bentuk sistem ekonomi, tawar menawar,


jual dan beli dengan cara melempar dadu. Secara tidak langsung
permainan ini dapat meningkatkan kecerdasan anak karena di dalam
permainan tersebut anak dapat belajar menyusun strategi.

3. Aman dan tidak berbahaya

Permainan monopoli bukanlah permainan yang berbahaya karena


permainan ini ada yang bentuknya papan, dan kertas serta properti-properti
lain yang sama sekali tidak tajam sehingga sangat aman bila dimainkan.

3.5 Rencana Pelaksanaan


A. Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak di rumah sakit
Sub Pokok Bahasan : Terapi bermain monopoli pada anak usia
10-12 Tahun
B. Tujuan : Mengoptimalkan tingkat perkembangan
Anak
C. Hari / Tanggal : Kamis / 15 Juli 2021
Waktu : 40 menit / 09.00 – 09.40
D. Tempat : Ruang playground Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta

13
13
E. Sasaran
Kegiatan ini ditujukan pada pasien di Ruang Anak Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta yang memenuhi kriteria :
1. Anak usia 10 – 12 tahun sebanyak 3 orang
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
F. Sarana dan Media
1. Sarana : Playground dan karpet untuk duduk
2. Media : Permainan monopoli
G. Pengorganisasian
Adapun susunan organisasinya sebagai berikut :
1. Leader : Nur Zahra
Peran :
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi
agar tercipta situasi dan suasana yang memungkinkan agar
pasien termotivasi dalam mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan ke arah
pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada
anggota untuk terlibat dalam kegiatan tersebut
2. Observer : Natalia Putri
Peran :
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi
bermain
d. Menilai performa dari setiap tim terapi dalam memberikan
terapi

14
14
3. Fasilitator : Para Mesti
Peran :
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok, baik
dari luar maupun dari dalam kelompok
H. Susunan Kegiatan

No. Kegiatan Respon Anak Waktu


1. Pembukaan 1. Menjawab salam 5 menit
1. Memberi salam 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
terapis 3. Anak saling
3. Memperkenalkan anak berkenalan dengan
satu persatu temannya
4. Kontrak waktu 4. Menyetujui

2. Kegiatan Bermain 1. Mendengarkan dan 30 menit


1. Leader menjelaskan cara memperhatikan
permainan 2. Menerima
2. Membagikan permainan permainan
3. Leader dan fasilitator 3. Anak antusias
memotivasi anak bermain
4. Observer mengamati anak 4. Anak antusias
bermain

15
3. Penutup 1. Selesai bermain 4 menit
1. Leader menghentikan 2. Mengungkapkan
permainan perasaan
2. Menanyakan perasaan 3. Anak tampak senang
anak 4. Menjawab salam
3. Membagikan souvenir /
kenang-kenangan pada
semua anak yang bermain
4. Salam penutup

I. Evaluasi
1. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi bermain dapat berjalan dengan lancer
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama
2. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dan motorik kasar
dengan menyelesaikan permainan dan mendapatkan hasil yang
maksimal
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak senang setelah mengikuti permainan

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha
penyembuhan dengan tujuan untuk mencapai perkembangan secara
optimal dengan bermain sebagai medianya. Terapi bermain yang dipilih
oleh kelompok adalah Terapi bermain monopoli. Permainan monopoli
adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan
bermain monopoli pada anak untuk memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak, permainan ini juga memiliki fungsi
sebagai perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi, Penyaluran bagi
energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi energi emosional yang
terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber bermain,
rangsangan bagi kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar
bermasyarakat, standar moral, belajar bermain sesuai jenis kelamin, dan
perkembangan ciri pribadi yang diinginkan, permainan monopoli juga
mempunyai prinsip yaitu : menyenangkan, membangun kecerdasan, aman
dan tidak berbahaya.
4.2 Saran
1. Orang Tua
Bagi orang tua yang mempunyai anak usia 10-12 tahun dan dirawat di
rumah sakit, diharapkan dapat mendampingi dan memperhatikan
kebutuhan anak selama dirawat termasuk kebutuhan bermainnya.
2. Rumah Sakit
diharapkan dapat menjadi bahan infomasi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
anak dalam memberikan perhatikan dan terapi bermain sesuai dengan usia,

17
pihak rumah sakit djuga diharapkan dapat memberikan ruang dan fasilitas
untuk terapi bermain.
3. Mahasiswa
diharapkan dapat menjadi referensi untuk proses dalam belajar, sehingga
dapat diaplikasikan dalam melakukan asuhan keperawata pada anak.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Sri, dkk. (2018). Terapi Bermain pada Anak Pra – Sekolah untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan saat Hospitalisasi di RSUD Kudus.
Jurnal Pengabdian Kesehatan, 1(1), 46 – 53.

Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep Bermain pada Anak Usia Dini. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 106 – 117.

Rohman, N. (2018). Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas Muhammadiyah


Jember.

Siti, Aminah. (2021). Penerapan Terapi Bermain Untuk Meningkatkan Interaksi


Sosial Pada Anak Autis Di Yayasan Rumah Mentari Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Pringsewu. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan
Lampung.

Wati, E. (2018). Pengembangan Permainan Aktivitas Jasmani Dalam


Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Anak Di Paud Permata Bunda.
Skripsi, 19-20.

Wicaksana, R. W. (2018). Penerapan Permainan Monopoli untuk Meningkatkan


Kemampuan Motoric Halus Anak Cerebral Palsy di SKh Al-Khairiyah
Cilegon. Jurnal Unik, vol. 3 No.2.

Yulaini, Erma. (2017). Permainan Monopoli Sebagai Media Pembelajaran


Ekonomi Bagi Siswa Tingkat Sekolah Menengah Atas. Prosiding Dosen
Universitas PGRI Palembang Edisi 12.

19

You might also like