Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 21 - Terapi Bermain Monopoli
Kelompok 21 - Terapi Bermain Monopoli
Tingkat / Kelas : II / B
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan proposal yang berjudul
“Proposal Terapi Bermain Monopoli pada Anak Usia 10 - 12 Tahun” untuk
memenuhi tugas praktik laboratorium mata kuliah Keperawatan Anak I. Tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam memberikan sumbangan pemikirannya.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis
butuhkan untuk kesempurnaan proposal ini.
Kelompok 21
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
ii
BAB IV PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Hubungan yang baik dan aman pada perawat dan anak dapat mendukung
interaksi sosial anak terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya. Menurut
Aminah (2021), Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara individu satu
dengan yang lainnya, terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dalam arti
kata setiap individu saling mempengaruhi dalam bentuk tingkah laku yang akan
memberikan dampak terhadap perkembangan tingkah laku individu lainnya.
1.2 Tujuan
1
Anak dapat mengembangkan kreativitas dengan aktivitas bermain
monopoli dan anak dapat beradaptasi efektif terhadap stres karena
penyakit dan dirawat.
1
1.2.2 Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
a. Bagi anak
b. Bagi perawat/terapis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dengan lilin atau cat. Anak-anak kurang melakukan kegiatan bermain
secara aktif ketika mendekati masa remaja dan mempunyai tanggung
jawab di rumah dan di sekolah serta kurang bertenaga karena pertumbuhan
pesat dan perubahan tubuh.
2. Bermain Pasif
Dalam bermain pasif atau hiburan, kesenangan diperoleh dari kegiatan
orang lain. Permainan sedikit menghabiskan energi anak yang menikmati
temannya ketika bermain memandang orang atau hewan di televisi,
menonton adegan lucu, atau membaca buku adalah bermain tanpa
mengeluarkan banyak tenaga tetapi kesenangan hampir dengan anak yang
menghabiskan sejumalah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat
bermain.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Kesehatan/Keadaan Fisik Anak
Anak yang sehat cenderung akan memilih berbagai jenis kegiatan bermain
aktif dari pada pasif. Karena banyaknya energy yang dimiliki anak,
membuatnya lebih aktif dan ingin menyalurkan energinya tersebut.
Sementara anak yang kurang sehat akan mudah lelah ketika bermain
sehingga lebih menyukai bermain pasif karena tidak membutuhkan banyak
energy.
2. Perkembangan Motorik
Kegiatan bermain aktif lebih banyak menggunakan keterampilan motoric
terutama motoric kasar. Sedangkan bermain pasif kurang melibatkan
keterampilan dan koordinasi motoric. Dengan demikian anak yang
memiliki keterampilan motoric yang baik akan lebih banyak memilih
kegiatan bermain aktif dan begitu pula sebaliknya, anak yang cenderung
kurang terampil motoriknya cenderung memilih kegiatan bermain yang
pasif.
4
3. Tingkat Intelegensi
Anak yang memiliki intelegensi yang tinggi cenderung akan menyukai
permainan aktif maupun pasif. Karena biasanya anak yang memiliki
intelegensi yang tinggi akan lebih aktif dibandingkan dengan anak yang
memiliki inteleginsi yang rendah.
4. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan
perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam memilih
kegiatn bermain. Perbedaan ini terjadi karena alamiah dan ditentukan
secara genetic.
5. Alat Permainan yang Tersedia
Ketersediaan berbagai alat permainan yang dimiliki anak mempengaruhi
jenis kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak. Pendidik dan orang tua
hendaknya menyediakan berbagai variasi alat permainan anak sehingga
memungkinkan anak untuk bermain dengan berbagai cara dan jenis
permainan. Semakin banyak alat permain yang tersedia, maka semakin
aktif pula anak bermain.
5
2.6 Bentuk-Bentuk Permainan Menurut Usia
Visual :
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
6
6
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
Auditory :
Kinestatik Taktil :
7
4. Usia 7 – 9 Bulan
Visual :
a. Berikan mainan warna terang yang lebih besar, dapat bergerak dan
berbunyi khas
b. Tempatkan cermin agar anak bisa melihat dirinya
c. Bermain “ciluuk…ba….” dan muka lucu
Auditory :
Kinestatik Taktil :
Visual :
Auditory :
8
a. kenalkan suara- suara binatang
8
b. tunjukkan bagian- bagian tubuh
Kinestatatik Taktil :
a. Pararel play
b. Memanjat, berlari dan memainkan sesuatu di tangannya
c. Berikan mainan imitasi sesuai dengan perbedaan seks, boneka, alat
memasak, furnitur mini
d. Ajarkan untuk berbicara saat bermain, main telpon-telponan,
boneka yang bisa berbicara
e. Boneka tangan
f. Cerita bergambar
g. Water toys, busa sabun, boks pasir
a. Cooperative play
9
BAB III
10
menumbuhkan perkembangan emosi, bahasa, sosial, kreativitas siswa, dan
kecerdasan.
1. Perkembangan Fisik.
Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih
seluruh bagian tubuhnya. bermain juga berfungsi sebagai penyalur tenaga
yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang,
gelisah, dan mudah tersinggung.
2. Dorongan berkomunikasi
Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar
berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka
harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain atau orang
lain.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat terpenuhi dengan cara lain
seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu
mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan
memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara
mainan.
5. Sumber bermain
11
11
6. Rangsangan bagi kreativitas
8. Belajar bermasyarakat
9. Standar moral
Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang
dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar
moral paling teguh selain dalam kelompok bermain.
Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis
kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa
mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok
bermain.
12
3.4 Prinsip Bermain Monopoli
1. Menyenangkan
13
13
E. Sasaran
Kegiatan ini ditujukan pada pasien di Ruang Anak Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta yang memenuhi kriteria :
1. Anak usia 10 – 12 tahun sebanyak 3 orang
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik
3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
4. Pasien kooperatif
F. Sarana dan Media
1. Sarana : Playground dan karpet untuk duduk
2. Media : Permainan monopoli
G. Pengorganisasian
Adapun susunan organisasinya sebagai berikut :
1. Leader : Nur Zahra
Peran :
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi
agar tercipta situasi dan suasana yang memungkinkan agar
pasien termotivasi dalam mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery ego, sebagai penopang bagi anggota yang lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan ke arah
pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada
anggota untuk terlibat dalam kegiatan tersebut
2. Observer : Natalia Putri
Peran :
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi
bermain
d. Menilai performa dari setiap tim terapi dalam memberikan
terapi
14
14
3. Fasilitator : Para Mesti
Peran :
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok, baik
dari luar maupun dari dalam kelompok
H. Susunan Kegiatan
15
3. Penutup 1. Selesai bermain 4 menit
1. Leader menghentikan 2. Mengungkapkan
permainan perasaan
2. Menanyakan perasaan 3. Anak tampak senang
anak 4. Menjawab salam
3. Membagikan souvenir /
kenang-kenangan pada
semua anak yang bermain
4. Salam penutup
I. Evaluasi
1. Evaluasi proses yang diharapkan
a. Terapi bermain dapat berjalan dengan lancer
b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama
2. Evaluasi hasil yang diharapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dan motorik kasar
dengan menyelesaikan permainan dan mendapatkan hasil yang
maksimal
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak senang setelah mengikuti permainan
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Aminah (2021), terapi bermain adalah usaha
penyembuhan dengan tujuan untuk mencapai perkembangan secara
optimal dengan bermain sebagai medianya. Terapi bermain yang dipilih
oleh kelompok adalah Terapi bermain monopoli. Permainan monopoli
adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia. Tujuan
bermain monopoli pada anak untuk memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak, permainan ini juga memiliki fungsi
sebagai perkembangan fisik, dorongan berkomunikasi, Penyaluran bagi
energi emosional yang terpendam, penyaluran bagi energi emosional yang
terpendam, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, sumber bermain,
rangsangan bagi kreativitas, perkembangan wawasan diri, belajar
bermasyarakat, standar moral, belajar bermain sesuai jenis kelamin, dan
perkembangan ciri pribadi yang diinginkan, permainan monopoli juga
mempunyai prinsip yaitu : menyenangkan, membangun kecerdasan, aman
dan tidak berbahaya.
4.2 Saran
1. Orang Tua
Bagi orang tua yang mempunyai anak usia 10-12 tahun dan dirawat di
rumah sakit, diharapkan dapat mendampingi dan memperhatikan
kebutuhan anak selama dirawat termasuk kebutuhan bermainnya.
2. Rumah Sakit
diharapkan dapat menjadi bahan infomasi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
anak dalam memberikan perhatikan dan terapi bermain sesuai dengan usia,
17
pihak rumah sakit djuga diharapkan dapat memberikan ruang dan fasilitas
untuk terapi bermain.
3. Mahasiswa
diharapkan dapat menjadi referensi untuk proses dalam belajar, sehingga
dapat diaplikasikan dalam melakukan asuhan keperawata pada anak.
18
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, Sri, dkk. (2018). Terapi Bermain pada Anak Pra – Sekolah untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan saat Hospitalisasi di RSUD Kudus.
Jurnal Pengabdian Kesehatan, 1(1), 46 – 53.
Pratiwi, Wiwik. (2017). Konsep Bermain pada Anak Usia Dini. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 106 – 117.
19