You are on page 1of 14

MAKALAH

MANAJEMEN PENYAKIT FLU BURUNG

Dosen Pengampu : drg. Intan Batura Endo Mahata, MM

DISUSUN OLEH :

OI DHANISYA INDRA KIRANA

2110070110083

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhamamad SAW yang kita nanti-
nsntikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah “ Manajemen Penyakit Flu Burung. ”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapakan
kritikan serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pembimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Padang, 20 November 2022

Oi Dhanisya Indra Kirana


DAFTAR ISI

COVER MAKALAH......................................................................................................................1
MANAJEMEN PENYAKIT FLU BURUNG.................................................................................1
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Tujuan Pembelajaran..............................................................................................................5
BAB 2..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Flu Burung..........................................................................................................6
2.2 Sejarah Flu Burung................................................................................................................7
2.3 Cara Penyembuhan Penyakit Flu Burung.............................................................................9
2.4 Cara pencegahan Penyakit Flu Burung................................................................................12
BAB 3............................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Flu burung adalah penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus H5NI. Flu burung
sangat berbahaya karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar dengan
cepat. Ayam, itik, angsa, kalkun, burung puyuh, burung-burung liar, dan beberapa binatang
lainnya dapat terkena infeksi flu burung. Flu burung dapat menyebar ke manusia dan
menyebabkan kematian.

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang ditularkan oleh virus Avian Influenza jenis
H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Komboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari
migrasi burung dan tranportasi unggas yang terinfeksi.

Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-lain).
Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi dibandingkan
dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. Masa inkubasi penyakit flu
burung pada manusia sangat cepat yaitu 1-10 hari. Identifikasi tanda dan gejala klinik penyakit
flu burung di awali dengan ISPA dengan keluhan demam (temperatur ≥ 38ºC), batuk, sakit
tenggorokan, atau beringus (Depkes, 2004). Kadang kala sebagian besar kelompok masyarakat
menganggap biasa-biasa saja. Implikasinya dengan waktu yang sangat cepat penyakit flu burung
menyebar ke berbagai wilayah melintasi negara.

Indonesia pada bulan Januari 2004 pun dikejutkan dengan kematian ayam ternak yang luar
biasa ( terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lainya).
Awalnya kematian tersebut disebabkan virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian Influenza). Jumlah unggas yang
mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan flu burung?
2. Bagaimana sejarah penyebaran flu burung?

3. Bagaimana cara penyembuhan flu burung?

4. Bagaimana cara pencegahan flu burung?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu flu burung

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah penyebaran flu burung

3. Untuk mengetahui dan memahami cara penyembuhan flu burung

4. Untuk mengetahui dan memahami cara pencegahan flu burung


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Flu Burung


Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak
unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat
menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung berbahaya
karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan meninggal. (Buku
Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, Mei 2005)

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung, bebek,
ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut,
ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh dan
burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke
manusia. (Mulyadi, 2005)

Avian Influenza (AI) yang juga dikenal sebagai fowl plague adalah penyakit virus zoonotik
yang ditandai dengan pernapasan, menemukan sistem pencernaan dan saraf dengan tinggi
morbiditas dan mortalitas pada spesies unggas. Burung, terutama burung air adalah yang alami
reservoir virus influenza A dan banyak spesies burung, peliharaan dan liar, dapat terinfeksi
dengan ini virus. (M.J. Mehrabanpour et al, 2007)

Karena semua virus influenza A memiliki nukleoprotein dan matriks yang mirip antigen
antigen, ini adalah target yang disukai dari metode serologi kelompok influenza A. Agar gel tes
immunodiffusion dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen ini. Virus
terkonsentrasi persiapan yang mengandung salah satu atau kedua jenis antigen digunakan dalam
tes tersebut. Tidak semua spesies burung mengembangkan antibodi pencetus yang terbukti. Tes
imunosorben terkait enzim memilik telah digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap
influenza. Antigen jenis tertentu tergantung pada spesie (Tidak langsung) atau format pengujian
spesies kompetitif (kompetitif). Tes penghambatan Haemagglutination juga telah digunakan
dalam serologi diagnostik rutin, tetapi mungkin teknik ini mungkin gagal beberapa infeksi
tertentu karena haemagglutinin adalah subtipe spesifik.(Alexander et al, 2010)

Avian influenza (AI) mengacu pada infeksi burung dengan virus flu burung famili
Orthomyxoviridae. RNA inivirus tersebar luas, sangat menulardan sangat bervariasi. Virus AI
adalah paling sering dicatat dalam unggas air (didefinisikan untuk tulisan ini sebagai anggota
pesanan Anseriformes - bebek, angsa, dan angsa), yang dianggap menjadi reservoir biologis dan
genetik dari semua virus AI dan primordial reservoir semua virus influenza untuk burung dan
mamalia. (Surveillance, 2016)

2.2 Sejarah Flu Burung


Diawali pada tahun 1918 dunia dikejutkan oleh wabah pandemi yang disebabkan virus
influenza, yang telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang mewabah saat itu
adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 kembali dunia dilanda
wabah global yang disebabkan oleh kerabat dekat virus yang bermutasi menjadi H2N2 atau yang
dikenal dengan “Asian Flu” yang telah merenggut 100.000 jiwa meninggal. Pada tahun 1968,
virus flu kembali menyebabkan wabah pandemi dengan merubah dirinya menjadi H3N2. Mutan
virus yang dikenal dengan “Hongkong Flu” ini telah menyebabkan 700.00 orang meninggal
dunia. (Radji Maksum, 2006)

Di Asia Timur, episentrum wabah H5N1, tingkat dan kecanggihannya persiapan untuk
flu burung bervariasi di antara negara-negara yang terkena dampak. Di banyak kasus, respon
pemerintah dan keterbukaan terhadap otoritas kesehatan internasionaltampaknya telah meningkat
dari pengalaman berurusan dengan Akut Parah Wabah Sindrom Saluran Pernapasan (SARS)
pada tahun 2003. Pemerintah yang lebih makmur telah melakukan tindakan ekstensif dan telah
berkomitmen untuk melindungi sumber daya nasional melawan risiko pandemi. Jepang dan
Taiwan dilaporkan telah terakumulasi persediaan obat antiviral untuk pengobatan manusia dan
sedang mempersiapkan untuk memproduksi suplai mereka sendiri. Singapura dilaporkan telah
menimbun antivirus untuk 15% penduduknya, meningkatkan pengawasan, dan menyusun
rencana kontinjensi terperinci di Indonesiatempat. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia, badan
kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa) Para pejabat memuji latihan yang dijalankan oleh Korea
Selatan yang menyimulasikan bagaimana pemerintah akan merespon wabah. Wabah pada
burung dilaporkan di Jepang dan Selatan Korea kemudian dikendalikan dan keduanya sekarang
dianggap bebas dari penyakit. (Chanlett Emma, 2006)

Masalah yang terdapat di Indonesia adalah kurangnya pemahaman dan kesadaran seluruh
lapisan masyarakat mengenai flu burung dan kemungkinan risikonya.Hanya beberapa responden
(8,5%) yang mengetahui gejala flu burung pada manusia pada penelitian yang dilakukan di
Kanada tahun 2014. Mayoritas pedagang unggas hidup di Bali dan Lombok memiliki
pengetahuan yang terbatas mengenai penularan flu burung dari unggas ke manusia dan
pencegahannya. Sebanyak 30% responden pada penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2011
memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai cara penularan influenza yang dianggap dapat
tertular melalui makanan. Kesadaran yang tinggi terhadap penyakit influenza sangat diperlukan
untuk mencegah terjadinya pandemi influenza. Pengetahuan tentang penyakit flu burung
merupakan langkah awal yang perlu diketahui setiap individu di daerah dengan populasi unggas
yang tinggi. Penelitian ini penting dilakukan untuk menilai gambaran pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit influenza pada manusia di Kabupaten Indramayu dan Majalengka yang
merupakan wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1 pada unggas. (Rahmah Shofia Safira dkk, 2014)

Indonesia dengan penduduk 225 juta orang, jumlah provinsi dan kabupaten kota yang telah
terjangkit virus AI H5N1 pada unggas yaitu ada di 31 dari 33 provinsi yang menyebar di 293
dari 473 kabupaten/kota dengan serangan terberat di Jawa, menyusul Sumatera, Bali dan
Sulawesi Selatan. Khususnya di Jawa Timur, semenjak tahun 2003–2006 tercatat sekitar 68,42%
kabupaten/kota tertular avian infl uenza pada unggas (Depkominfo, 2006). Pada tahun 2011,
Dinas Perternakan Jawa Timur sudah memusnahkan 17,139 unggas dengan adanya 53 kasus fl u
burung (East Java to Prevent Bird Flu, 2011).

Di Indonesia ada beberapa permasalahan dalam hal penanggulangan dan pengendalian flu
burung antara lain masih terdapat kekurangan/keterbasan pembiayaan, infrastruktur belum
memadai (termasuk pengetahuan dan keterampilan petugas terutama di daerah); dan persepsi,
pengetahuan serta kepedulian masyarakat umum terhadap fl u burung masih belum sama. (Edi
Widya Sukoco Noor, 2012)

Indonesia pada bulan Januari 2004 pun dikejutkan dengan kematian ayam ternak yang luar
biasa ( terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah lainya).
Awalnya kematian tersebut disebabkan virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian Influenza). Jumlah unggas yang
mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%). (Balitbang Depkes,2005).

Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi (Puslitbang BMF)
di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Departemen Kesehatan RI
telah ditetapkan sebagai laboratorium rujukan nasional untuk diagnosis Flu Burung di Indonesia.
Setiap kasus yang diduga terinfeksi Flu Burung - sesuai definisi W110 "' - dirujuk ke RS-RS
rujukan Flu Burung yang tersebar di scluruh Indonesia. I'uslitbang 13MI: menetapkan pedoman
untuk pengambilan, penanganan dan pengiriman spesimen dari (0) pasien terduga terinfeksi Flu
Rurung . Spesimen yang diambil berbentuk usap hidung dan usap tenggorok yang diarnbil
selama 3 hari berturut-turut, yang langsung dikirim ke Puslitbang RMF. Darah vcna diambil
pada hari pertama dan 10- 14 hari sesudahnya, atau bila pasien akan dipulangkan atau
mcninggal. ( R. sedyaningsih Endang, dkk. 2006)

Ditilik dari tingkat severitynya atau tingkat kegawatannya, kasus flu burung ini harus bisa
diantisipasi sedemikian rupa sehingga kasusnya tidak semakin meluas yang bisa menimbulkan
keresahan yang tinggi di tengah masyarakat. Supaya bisa dilakukan langkah antisipasi yang
tepat, perlu diketahui faktor yang berhubungan dengan pada manusia di Kota Pekanbaru yang
mengakibatkan kematian hingga mencapai 83,3%. Dengan masyarakat bisa lebih waspada
terhadap segala kemungkinan penularan virus H5N1 ini. (Donald, dkk. 2011)

Hasil evalusasi WHO menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung terjadinya infeksi
virus flu burung terhadap manusia, yaitu terjadinya kontak langsung dengan ayam sakit atau
mati, dan kontaminasi dari lingkungan sekitar. (WHO, 2008)

2.3 Cara Penyembuhan Penyakit Flu Burung


1. Pengobatan flu burung pada ternak

Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat maupun
vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah
pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa
langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai
berikut:

a. Biosekuriti

Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga
keamanan hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap
individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:

1) Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.

2) Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternakan.

3) Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian
pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.

4) Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar. ( Irianto, K., 2007)

b. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang


tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih
luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua
unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan
pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi. (Khairil A.
Notodiputro, 2008)

c. Vaksinasi

Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada
virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi
dari pemerintah. (Pranata Setia, 2011)
2. Pengobatan flu burung pada manusia

Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai
flu burung:

a. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

b. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan
kekebalan tubuh yang optimal.

c. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.

d. Hindari berkunjung ke peternakan.

e. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.

f. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.

g. Cukup istirahat.

Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil adalah:

a. Tidak panik, tapi tetap waspada.

b. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

c. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan
setempat supaya ditindaklanjuti.

d. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu tertular.
Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia. ( Irianto, K., 2007)

3. Penanggulangan di rumah sakit :

a. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).

b. Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %


c. Hidrasi

d. Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator

e. Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan. (Soejoedono, D. Retno. 2006)

2.4 Cara pencegahan Penyakit Flu Burung


1. Pencegahan Luar

Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak
masuk ke dalam tubuh. Tindakannya adalah:

a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus
menggunakan pelindung.

b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.

c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.

d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu burung.

e. Tetap terapkan pola hidup sehat.

2. Pencegahan Dalam

Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk


meningkatkan daya tahan tubuh.

Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat


terhindar dari penyakit flu burung ini. ( Akoso, Budi Tri. 2006)
BAB 3

KESIMPULAN

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung, bebek,
ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda, anjing laut,
ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di burung puyuh dan
burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke
manusia.

Penyebaran flu burung di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain;

(1) Implementasi biosekuriti yang kurang baik;

(2) Program penanggulangan wabah yang kurang holistik; dan

(3) Perdagangan.

Pola penyebaran wabah AI di wilayah Indonesia berkaitan dengan jalur perdagangan unggas.
Wabah muncul pada wilayah-wilayah dengan konsumsi produk unggas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung
(Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil.

Mulyadi B,. Prihatini. 2005. DIAGNOSIS LABORATORIK FLU BURUNG (H5N1).

M.J. Mehrabanpour et al. 2007. Pathological Findings of Highly Pathogenic Avian Influenza
Virus A/Duck/Vietnam/12/2005 (H5N1) in Turkeys.

Alexander at al. 2010. Avian Influenza in Mexico.

Kumala Widyasari. Avian influenza : profil dan penularannya pada manusia. Oktober-Desember
2005,Vol.24 No.4

Setiyono Agus,. Bermawie Nurliani. Potensi Tanaman Obat untuk Penanggulangan Flu Burung:
Uji In Vitro pada Sel Vero. JSV 31 (1), Juli 2013.

OIE Terrestrial Manual. Avian Influenza (Infection with avian influenza virus). 2015

R Endang, dkk. KARAKTERISTIK EPIDEMIOLOGI KASUS-KASUS FLU BURUNG DI


INDONESIA. Juli 2005 - Oktober 2006

Budiman, dkk. 2008. KAJIAN PERANAN LINGKUNGAN SEBAGAI FAKTOR RISIKO


KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT FLU BURUNG PADA MANUSIA).

You might also like