You are on page 1of 13

MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI MALAYSIA

MAKALAH KELOMPOK 2
Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Mengikuti Diskusi dalam Mata Kuliah
Islam dan Peradaban Melayu

Oleh:

1. Ike Vuspasari NIM 2020103041


2. Karin Az-Zahra NIM 2020103051
3. Shafira Lestari NIM 2020103061
4. Rezky Purnama Putra Gumay NIM 2020103064
5. Rika Damayanti NIM 2020103065
6. Muhammad Fajrul Akbar NIM 2020103070
7. Tarmisi Tohir NIM 2020103071

Dosen Pengampu: Dra, Napisah M.Hum

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Masuk dan Berkembangnya Islam di
Malaysia” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga semoga selalu
tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Dalam pembuatan makalah ini, tentu tak lupa mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dra, Napisah M.Hum. dosen pengampu dalam mata kuliah Islan dan Peradaban
Melayu yang telah membimbing kami. Tentunya makalah ini, masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Palembang, 28 Oktober 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN.................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Kedatangan Islam di Malaysia...............................................................................3
B. Masuknya islam ke semenanjung Malaya..............................................................4
C. Islam Sebagai Identitas Melayu..............................................................................6
D. Geliat Dakwah dan Syiar Islam..............................................................................7
E. Penyediaan Infra Struktur.......................................................................................8
BAB III..............................................................................................................................9
PENUTUP.........................................................................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................................................9
B. Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh benua
dan negara yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran
Islam itu sendiri menuntut kepada orang yang memeluk agama Islam untuk
menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di
dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga banyak
bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar. Maka orang
Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar penduduk
sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Salah satu fakta tentang orang yang paling berpengaruh diseluruh dunia
adalah Nabi kita Rasulullah Muhammad Shallallahu‘alaihiwasallam. Beliau
menyebarkan Islam sendirian di Mekkah yang saat itu penduduknya jahiliyah
dan kemudian berubah menjadi masyarakat yang berakhlak baik dengan
memeluk agama Islam yang dibawa oleh beliau. Dari sinilah sejarah penyebaran
Islam semakin luas ke seluruh dunia hingga sampai ke Asia Tenggara.
Seiring berjalanya waktu dari penyebaran Islam di Mekkah sampai ke
penjuru dunia, maka para pakar sejarah melakukan penelitian dan menceritakan
dalam buku seperti apa perjalanan penyebaran  Islam itu hingga bisa mencapai
ke setiap Negara. 

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana masuknya Islam ke wilayah Malaysia?


2. Bagaimana perkembangan Islam di wilayah Malaysia?

iv
C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui kapan masuknya Islam ke wilayah Malaysia.


2. Untuk mengetahui perkembangan Islam di wilayah Malaysia.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedatangan Islam di Malaysia

Tidak ada dokumen yang lengkap mengenai kedatangan islam ke


Malaysia menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan di mana
islam pertama kali menyebar pertama kali di Negara ini. Azmi berpendapat
bahwa islam pertama kali datang ke Malaysia sejak abad ke-17 M.
[1]
 Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah argumen bahwa pada pertengahan
abad tersebut, pedagang arab islam telah sampai kegugusan pulau-pulau melayu,
dimana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya.  Para
pedagang Arab muslim yang singgah di pelabuhan dagang Indonesia pada paruh
ketiga abad tersebut. Menurut Azmi, tentu juga singgah di pelabuhan-pelabuhan
dagang di Malaysia.
Hipotesis lain di kemukakan oleh Fatimi, bahwa islam datang pertama
kali di sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu Bersurat
di Trengganu yang bertanggal 702 H (1303 M ). Batu bersurat itu di tulis dengan
aksara Arab. Pada sebuah sisinya  memuat pernyataan yang memerintah para
penguasa dan pemerintah untuk berpegang teguh pada keyakinan islam dan
ajaran rasulullah. Sisi lainnya memuat daftar singkat mengenai 10 aturan dan
mereka yang melanggar akan mendapatkan hukuman.
Selain itu majul mengatakan bahwa islam pertama kali datang di
Malaysia sekitar abad ke-15 dan abad ke-16 M. Kedua pendapat lain baik Fatimi
maupun Majul juga tidak dapat di terima karena ada bukti yang lebih kuat yang
menunjukkan bahwa islam telah tiba jauh sebelum itu yaitu pada abad ke-3 H
(10 M). Pendapat terakhir ini di dasarkan pada penemuan Batu Nisan di Tanjung
Inggris, kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan itu tertulis nama Syeikh Abd al-
Qadir ibn Husayn Syah yang meninggal pada tahun 291 H (940 M). Menurut
sejarawan, syeikh abd al-Qadir adalah seorang da’I keturunan Persia. Penemuan
ini merupakan suatu bukti bahwa islam telah datang ke Malaysia pada abad ke-3
H (10 M).
Kitab sejarah melayu (The malay Annalas) turut menceritakan bahwa
raja Malaka, megat Iskandar Syah, adalah orang pertama di kesultanan itu yang
memeluk agama Islam.[2] Di Negara Malaka yang terkenal sebagai pusat
perdagangan international, para sultan turut mendukung proses Islamisasi ,

1[] Dr. Helmiati, M. Ag, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru, 2008, Hal. 95.
2[] Dr. Helmiati, M. Ag, Ibid., Hal. 26.

vi
dengan turut meningkatkan pemahaman terhadap Islam  dan berpartisipasi
dalam pengembangan wacana, kajian dan pengalaman Islam. Pemerintah
memberikan konstribusi yang besar dalam mensukseskan kegiatan dakwah.
Kaum ulama pada saat itu sangat di hargai dan di hormati. Kadi dan ahli
fikih mempunyai kedudukan yang sama dengan para pembesar lain. Selain turut
menjalani ajaran islam, para sultan juga menceritakan turut meningkatkan syiar
islam. Sejarah melayu menceritakan bahwa di bulan ramadhan, sultan bersama
para pembesar istana turut berangkat kemesjid melaksanakan shalat tarawih, di
mana kala itu mesjid menjadi tumpuan umat islam terutama pada bulan
ramadhan.
Pengamalan islam semakin lebih tampak jelas terutama setelah
kebangkitan islam di Malaysia terjadi pada tahun 1970-an dan mencapai
puncaknya pada tahun 1980-an. Kebangkitan islam di Malaysia terlihat jelas
pada upaya muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran islam secara lebih
serius seperti aktif shalat berjemaah di mesjid, menghadiri wirid pengajian,
banyak beramal shaleh, mengucapkan salam bila bertemu, berhati-hati dalam
membeli busana muslim seperti jubah, jilbab atau baju kurung dan telekung bagi
wanita, memakai sarung, serban dan peci atau pakaian lainnya yang jelas-jelas
mencirikan ketaatan sebagai muslim.
Gerakan kebangkitan islam juga terlihat di kalangan mahasiswa di
kampus-kampus Malaysia. Di kalangan mahasiswanya terdapat kelompok-
kelompok pengajian yang di kenal dengan “dakwah”. Mereka secara aktif
mengadakan pengajian, puasa bersama, shalat malam bersama, dan tidak jarang
juga mengadakan zikir dan renungan malam bersama.
Dengan demikian, kebangkitan islam di Malaysia yang terlihat dari
kesadaran muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran islam secara lebih
serius, juga turut memperkuat nuansa islam di Malaysia, di tambah lagi oleh
kenyatan bahwa bersamaan dengan kebangkitan islam tersebut terdapat
himbauan dan agar  tuntunan dari pemerintah memperlihatkan kebijakan dan
program-program yag lebih islam.

B. Masuknya islam ke semenanjung Malaya

Di semenanjung Malaya, pada abad X (10), daerah kekuasaan kerajaan


Malaka telah menerima Islam. Sampai saat ini Islam telah menjadi agama resmi
negara federasi Malaysia. Undang-undang Malaka (dikompilasi pada 1450)

vii
dengan jelas berisi hukum Islam yang menetapkan bahwa pemerintahan Malaka
harus dijalankan sesuai dengan hukum Qur’ani.[3]
Dinamika islam di Negara Malaysia yang Kontemporer telah dapat
menimbulkan kuatnya nuansa dan etos islam di Malaysia, dapat di tunjukkan
dengan melihat kenyataan bahwa di banding dengan sejumlah Negara yang
punya jumlah penduduk muslim dan non muslim yang hampir seimbang, hanya
malaysia yang memberikan banyak tekanan pada symbol-symbol lembaga dan
pengamanan islam. Kenyataan ini dapat di lihat terutama sejak kebangkitan
islam di Malaysia yang berlangsung sejak tahun 1970-an dan mencapai
puncaknya di tahun 1980-an. Hal ini dapat di buktikan dengan deklarasi
pemerintah untuk merevisi sistem hukum nasional agar lebih selaras dengan
hukum islam (1978) selanjutnya di ikuti oleh penyediaan infrastruktur dan
institusi-institusi islam seperti bank islam, asuransi islam, penggadaian islam,
yayasan ekonomi islam pembentukan kelompok sumber daya islam dan
sebagainya.  Dalam perkembangan terakhir, dukungan pemerintah terhadap
islam dapat dilihat dari perkembangan besar-besaran pusat Islam di putra jaya,
serta intensifikasi program-program dan kegiatan keislaman melalui lembaga
itu.
Di Malaysia, penduduk Muslim tidak lebih dari 55 persen dari seluruh
jumlah penduduk. Meskipun tidak semua orang Muslim adalah Melayu, secara
konstitusional, orang Melayu mesti Muslim.[4]
Respon sultan dan masyarakat malaka yang sangat antusias terhadap
kedatangan islam, pada gilirannya turut pula mengangkat posisi malaka sebagai
pusat kegiatan dakwah. Selain rakyatnya menyebarkan dakwah keluar negeri,
banyak pula orang luar yang datang ke malaka untuk menuntut ilmu. Sunan
bonang dan sunan  kalijaga dua ulama dari jawa yang sangat terkenal
sebelumnya menamatkan pengajiannya di malaka.
Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa di mulai dari paroh abad
ke-15 islam telah menjadi unsure penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan
malaka, pusat kunci dari mana islam menyebar keseluruh bagian lain di
nusantara. Sebagai pusat penyebaran islam, malaka begitu peka terhadap
pengembangan islam. Langkah para sultan yang menitik beratkan pada
pelayanan terhadap para ulama memungkinkan islam berkembang pesat.
Sementara itu islam yang mempunyai dasar filosofis dan rasional yang kuat,
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan melayu. Dalam keidupan sehari-hari,

3[] Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, Hal. 266.
4[] Ajid Thohir, Ibid., Hal. 268.

viii
ajaran islam dan nilai yang konsisten dengan islam, menjadi sumber penuntun
hidup yang penting bagi melayu.

C. Islam Sebagai Identitas Melayu

Sebagai periode paling awal di Malaysia, islam telah mempunyai ikatan


yang erat dengan politik dan masyarakat melayu. Islam sebagai orang melayu
bukan hanya sebatas keyakinan, tetapi juga telah menjadi identitas mereka, dan
menjadi dasar kebudayaan melayu. Pakaian tradisional melayu misalnya, telah
di sesuaikan dengan apa yang di anjurkan oleh islam. Berbaju kurung dan rok
panjang bagi wanita yang di sertai dengan tutup kepala dengan maksud untuk
menutup aurat. Pakaian laki-laki juga di sesuaikan dengan tuntunan ajaran islam.
Etika berumah tangga, bertetangga dan bermasyarakat juga mengalami
penyesuaian dengan ajaran islam. Ini berarti bahwa adat, tradisi dan budaya
melayu telah di warnai oleh ajaran-ajaran islam.
Di sepanjang sejarah,hubungan yang sangat erat antara islam dan
kebudayaan dan identitas melayu ini merupakan sesuatu yang di terima secara
umum. Sejak membuang kepercayaan animisme dan memeluk islam selama
kerajaan malaka bangsa melayu tidak pernah berubah agama. Pengaruh
islampun berakar dalam berbagai dimensi kehidupan melayu. Barang kali tak
semua mereka itu muslim yang taat , tapi kesetiaan, nilai-nilai, keyakinan dan
sentiment islam selalu hadir menembus kebudayaan melayu serta sistem nilai
dalam berbagai tingkat kekentalan. Islam telah menjadi bagian yang menyatu
dengan identitas nasional, sejarah, hukum, entitas politik, dan kebudayaan
melayu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila islam di anggap sebagai
komponen utama budaya melayu, dan sebagai unsure utama identitas melayu.
Identifikasi melayu dan islam, diantaranya biasa di lekatkan pada hakikat
kepemimpinan politik melayu trradisional (kesultanan), yang di pimpin oleh
sultan. “sultan” adalah istilah yang digunakan untuk menyebut penguasa
muslim. Istilah itu berasal dari bahasa arab dan melambangkan kekuasaan islam
di Negara itu. Kitab undang-undang malaka bahkan menyebut sultan malaka
sebagai “Khalifat al-mu’minin, zill Allah fi al-alam” yang berarti khalifah
orang-orang mu’min bayang Allah di muka bumi. Ini mengandung makna
bahwa sultan bertanggung jawab langsung kepada Tuhan untuk memelihara  dan
mengembangkan agama islam.  Karena itu para sultan tidak hanya punya
peranan vital dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik muslim, dan
pembentukan serta pengembangan institusi-institusi muslim seperti pendidikan
dan peradilan agama, tetapi juga terlibat langsung dalam berbagai aktivitas

ix
keagamaan dan kajian-kajian keislaman sehingga islam terasa begitu mewarnai
kebudayaan melayu.
Dalam periode kemerdekaan Malaysia, Islam tetap menjadi isu penting
bagi kebijakan Negara. Pada periode federasi agama merupakan kepedulian
lokal dan sebagian besar kesultanan Melayu berusaha mempertahankan sebuah
departemen urusan agama meliputi tugas pembangunan masjid, pemberlakuan
moral dan kitab hukum pidana Islam, serta pengumpulan zakat.[5]

D. Geliat Dakwah dan Syiar Islam

Pada prinsipnya, urusan agama islam menjadi wewenang pemerintah


Negara bagian. Seperti yang telah di tetapkan dalam konstitusi Malaysia, sultan
menjadi pimpinan agama islam di negerinya masing-masing. Selain itu, di
negeri yang tidak mempunyai sultan seperti pulau pinang, malaka, sabah dan
serawak serta wilayah federal kuala lumpur sendiri, pimpinan agama
dipercayakan kepada yang di  pertuan agung. Namun demikian, kalau tidak bisa
di katakan mengatur, agar aktivitas islam di Negara tersebut tidak menjadi
sumber instabilitas.
Pusat islam selain berperan sebagai symbol dan aspirasi pemerintah dan
menyebarkan islam secara serius juga berfungsi sebagai pusat syaraf birokrasi
administrasi keislaman milik pemerintah. Selain itu, juga untuk mengkoordinasi
seluruh kegiatan keislaman di Negara itu yang posisinya langsung di bawah
kantor perdana menteri. Kompleks yang berbentuk istana dengan bangunan-
bangunan megah serta fasilitas yang lengkap mencakup berbagai unit penting
antara lain apa yang sebelumnya di kenal dengan Bahagian Hal Ehwal Islam
(BAHEIS) atau yang saat ini lebih di kenal dengan Jabatan Kemajuan Islam
Malaysia (JAKIM), pusat penelitian islam, institut Dakwah, dan institute Al-
Qur’an.
Diantara program yang di laksanakan BAHEIS adalah takmir mesjid,
pendidikan islam, penyeragaman undang-undang, peningkatan kerjasama dalam
bidang keislaman antara Brunei Darussalam, Indonesia dan Malaysia. Selain itu
juga program bagi peningkatan usaha-usaha islamiyah di kalangan umat,
peningkatan pengawasan akidah umat islam, pemantapan sekolah-sekolah
agama di seluruh negeri dan program rumahku surgaku.
Sentimen kebangkitan Islam melahirkan tiga kelompok besar utama
yakni, Pertama: Malay Muslim Youth League (A.B.I.M), didirikan pada tahun

5[] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian 3, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, 2000, Hal.
356-357. 

x
1971 yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim, menyokong pembaharuan pada
tingkat individual untuk melahirkan praktik Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an
dan pembaharuan pada tingkat sosial untuk melahirkan sebuah pranata kolektif
Muslim yang adil, serta dapat mencurahkan diri pada islamisasi individu,
keluarga, ummat, dan negara, dan mendidik pemuda malaysia yang bertaqwa
kepada Allah. Kedua: Darul Arqam, yang memprakarsai berbagai usaha bersama
/ koperasi, klinik dan sekolah, dan menekankan sikap independen melalui
aktivitas ekonomi seperti pertanian dan industri skala kecil, serta
mengkhususkan pada pola kehidupan yang sesuai dengan Al-Qur’an dan tradisi
Arab, termasuk diantaranya pemisahan antara jenis kelamin yang
berbeda. Ketiga: Tabligh, yang berasal dari India, merupakan sebuah gerakan
dakwah yang menyerukan pendidikan warga Malaysia menjadi warga yang baik.
[6]

E. Penyediaan Infra Struktur

Sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusannya dalam merespon


penegasan kembali islam, pemerintah menyediakan sejumlah infrastruktur yang
di perlukan guna membantu umat islam dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama mereka. Realisasi paling umum dari keseriusan ini adalah
pembangunan sejumlah mesjid untuk memenuhi kebutuhan komunitas muslim
akan tempat ibadah. Selain itu, manisfestasi penting lainnya dari kesungguhan
pemerintah akan terlihat dari penyediaan infrastruktur bagi kebijakan pro-
islamnya di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, dakwah dan syiar
islam, pendidikan dan aspek-aspek lainnya dalam meningkatkan keberagaman
masyarakat muslim. Di bidang pendidikan, pemerintah telah membangun
Sekolah Guru Islam. Dibidang ekonomi, pemerintah juga menyediakan sejumlah
infrastruktur berupa pembangunan Bank Islam , asuransi islam dan penggadaian
islam.

6[] Ira M. Lapidus, Ibid.,  Hal. 359-360.

xi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa teori tentang kapan dan di mana islam pertama kali
menyebar pertama kali di Negara ini. Azmi berpendapat bahwa islam pertama
kali datang ke Malaysia sejak abad ke-17 M. pendapatnya ini berdasarkan pada
sebuah argumen bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang arab islam
telah sampai kegugusan pulau-pulau melayu, dimana Malaysia secara geografis
tidak dapat dipisahkan darinya.  Para pedagang Arab muslim yang singgah di
pelabuhan dagang Indonesia pada paruh ketiga abad tersebut. Menurut Azmi,
tentu juga singgah di pelabuhan-pelabuhan dagang di Malaysia.
Di sepanjang sejarah, hubungan yang sangat erat antara islam dan
kebudayaan dan identitas melayu ini merupakan sesuatu yang di terima secara
umum. Sejak membuang kepercayaan animisme dan memeluk islam selama
kerajaan malaka bangsa melayu tidak pernah berubah agama. Pengaruh
islampun berakar dalam pada berbagai dimensi kehidupan melayu.
Pengamalan islam semakin lebih tampak jelas terutama setelah
kebangkitan islam di Malaysia terjadi pada tahun 1970-an dan mencapai
puncaknya pada tahun 1980-an. Kebangkitan islam di Malaysia terlihat jelas
pada upaya muslim Malaysia untuk mengamalkan ajaran islam secara lebih
serius seperti aktif shalat berjemaah di mesjid, menghadiri wirid pengajian,
banyak beramal shaleh, mengucapkan salam bila bertemu, berhati-hati dalam
membeli busana muslim seperti jubah, jilbab atau baju kurung dan telekung bagi
wanita, memakai sarung, serban dan peci atau pakaian lainnya yang jelas-jelas
mencirikan ketaatan sebagai muslim.

B. Saran

Sepenuhnya kami sadar akan banyaknya kekurangan di makalah ini.


Banyak penafsiran-penafsiran serta pendapat yang berbeda dan itu semua tidak
lepas dari sifat fitrah dari penulis sebagai manusia yang memiliki banyak
keterbatasan. Jadi maklumlah kiranya, jika terdapat berbagai pendapat yang
penulis simpulkan. Oleh semua itu, jika sampai terdapat beberapa perbedaan
pendapat, tentunya bisa di pelajari. Maka, besar harapan kami adanya respon
dari pembaca terhadap makalah ini. Lepas dari itu semua kami berharap makalah
ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi siapapun pembacanya.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Helmiati, M. Ag, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, Pekanbaru,


2008.

Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT.


RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian 3, PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2000.

Apipudin, SM, M.Hum, Islam di wilayah Asia Tenggara, Akbar Media Eka Sarana,
Jakarta, 2008.

http://ekosujadi-bintan.blogspot.com/2011/02/masuknya-islam-di-malaysia.html
diakses pada 27 Oktober 2021

xiii

You might also like