You are on page 1of 5

1.

Etiologi Nyeri Perut Pada Anak

Etiologi sakit perut akut biasanya dibagi menurut usia, menurut perlunya tindakan
bedah atau tidak, ataupun menurut asalnya. Pada bayi/anak di bawah usia 2 tahun, penyebab
sakit perut yang memerlukan tindakan bedah, ada yang berasal dari dalam abdomen seperti
perforasi tukak lambung, obstruksi usus karena intususepsi, volvulus dan malrotasi, ada pula
yang berasal dari luar  perut seperti seperti hernia inguinalis inguinalis dengan strangulasi dan
inkarserasi, inkarserasi, apendisitis apendisitis dan enterokolitis nekrotikan (Boediarso, 2010).
Sedangkan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penyebab sakit perut dari
dalam abdomen bisa karena obstruksi, peradangan, trauma dan perdarahan. Sakit perut akibat
obstruksi usus akibat perlekatan atau volvulus dan malrotasi serta terjadinya  perforasi akibat
obstruksi obstruksi usus. Peradangan yang dapat mengakibatkan sakit perut yaitu apendisitis,
peritonitis primer, peritonitis akibat perforasi, divertikulum meckel, perforasi ulkus
duodenum atau perforasi akibat demam tifoid, divertikulosis meckel, kolesistitis dengan tanpa
batu empedu dan megakolon toksik dengan perforasi (Boediarso, 2010).
Trauma seperti ruptur limpa, buli-buli atau organ visera yang lain dan hematoma
subserosa serta  pendarahan ke dalam kista ovarium, merupakan penyakit-penyakit dari dalam
abdomen yang menimbulkan sakit perut. Penyebab lain yang juga bisa mengakibatkan sakit
perut yaitu pada daerah tropis ditemukan perforasi yang berhubungan dengan askariasis,
strongiloidiasis, perforasi abses amuba. Torsio testis dan hernia inguinalis dengan strangulasi
dan inkarserasi menjadi penyebab sakit perut yang berasal dari luar abdomen (Boediarso,
2010).
Penyebab non-bedah sakit perut akut pada bayi/anak dibawah usia 2 tahun
yang berasal dari dalam abdomen yaitu infeksi intestinal yang disebabkan Salmonella,
Shigella, Campylobacter . Sedangkan penyebab dari luar abdomen adalah pneumonia dan
infeksi traktus urinarius (Wiryati 2007). 
Pada anak di atas usia 8 tahun penyebab sakit perut yang tidak memerlukan tindakan
bedah juga ada yang berasal dari abdomen dan luar abdomen. Penyebab dari intestinal,
biasanya karena infeksi yang disebabkan oleh salmonella, shigella dan yersinia enterocolitica,
keracunan makanan karena toksin Staphylococcus, penyakit crohn, kolitis ulseratif, kolitis
amuba, purpura henoch-schonlein, obstipasi, sickle cell anemia, adenitis mesentrika, dan ileus
mekonium. Penyebab yang berasal dari hati dan percabangan bilier  yaitu hepatitis A dan B,
mononukleosis infeksiosa dan kolelitiasis. Sakit perut karena penyakit dari pankreas seperti
pankreatitis akut karena infeksi, trauma, akibat lesi bilier dan idiopatik. Sedangkan penyebab
sakit perut dari renal adalah infeksi traktus urinarius,  batu  dan nefritis. Penyebab karena
metabolik seperti porfiria, hiperlipidemia, ketoasidosis diabetik,  familial mediterranean
fever. Dan penyebab karena masalah ginekologis adalah salpingitis (Wiryati 2007).
Sementara itu penyebab sakit perut pada anak usia diatas 2 tahun ini yang berasal dari
luar abdomen adalah pneumonia, limfadenitis inguinalis, osteomielitis (vertebrae,  pelvis),
hematoma otot abdomen, herpes zoster dan kompresi saraf spinal (Boediarso, 2010).
Pada sakit perut berulang, beberapa ahli mencoba untuk mengelompokkan sakit
perut berulang pada beberapa beberapa golongan. Konsep pertama yaitu konsep klasik yang
membagi sakit perut berulang kedalam dua golongan, yaitu organik dan psikogenik 
(fungsional dan psikosomatik). Pada anak dibawah umur 2 tahun, gejalanya sering dikaitkan
dengan penyebab organik. Namun pada anak yang lebih besar, hanya 10% kasus yang
disebabkan oleh penyebab organik (Boediarso, 2010).
Konsep kedua diajukan oleh Barr, yaitu membagi menjadi tiga kelompok, yaitu
organik, disfungsional dan psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit.  Nyeri
disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi normal dan dibagi ke dalam dua kategori,
yaitu sindrom nyeri spesifik (mekanisme penyebab nyeri diketahui) dan sindrom nyeri non
nyeri non spesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas dan tidak diketahui). Nyeri
psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya kelainan
organik (Boediarso, 2010).
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport, yang menekankan adanya
penyebab multifaktorial. Sakit perut berulang merupakan resultan dari empat faktor yaitu (1)
predisposisi somatik, disfungsi atau penyakit, (2) kebiasaan dan cara hidup, (3) watak  dan
pola respon dan (4) Lingkungan dan peristiwa pencetus. Faktor faktor tersebut  berperan
meningkatkan atau meredakan rasa sakit (Boediarso, 2010).

Tabel 1:Penyebab sakit perut (Boediarso, 2010);


GASTROINTESTINAL
Usus
Kongenital Malrotasi usus, hernia inguinalis strangulata, ileus, fibrosis kistik,
divertikulum meckel
Didapat Intususepsi, obstipasi kronik, hematom subserosa (trauma)
Radang
Bakteri Yersinia, Campylobacter, Shigella, Salmonela, Staphyloccus
Protoza Giardia Lamblia
Cacing Ascaris
Lain-lain Colitis, HSP, Gastroentritis eosinofilik, abses usus
Metabolik Intoleransi laktosa
Neoplasma Limfoma
Ulkus Ulkus peptikum, duodenitis
Vaskuler Iskemia usus, migrain abdominal
Idiopatik Miopati
Hepatobilier
Hepatik Hepatitis, abses hati
Bilier Kolelitiasis, kolesistitis
Pankreatik Pankreatitis, pseudokista
Non-Gastrointestinal
Dalam perut
Traktus urinarius Infeksi, urilitiasis
Traktus genitalis Radang panggul, dismenore
Splenik Bendungan (hipertensi portal, neoplasma
Limfatik Infeksi, inflamasi, limfoma
Metabolik Keracunan timah
Peritoneal Peritonitis
Dinding perut Trauma otot, neurologis (herpes zoster)
Luar perut
Infeksi Pneumonia, osteo

2. Patofisiologi Nyeri Perut

Nyeri perut dapat digolongkan menjadi nyeri perut viseral, somatoparietal dan nyeri
yang menjalar. Peritoneum terdiri dari dua lapis, yaitu peritoneum viseralis dan peritoneum
parietalis. Peritoneum viseralis dipersarafi bilateral oleh sistem saraf otonom (simpatis dan
parasimpatis), sedangkan peritoneum parietalis oleh saraf somatik dari medulla spinalis
(William et al, 2006).
Rasa nyeri dari peritoneum viseralis dirasakan dari garis tengah  perut. Sebagian
besar nyeri perut berhubungan dengan reseptor nyeri viseral. Reseptor nyeri viseral terletak di
otot, mukosa organ yang berongga, mesenterium, dan permukaan serosa. Reseptor nyeri
viseral memberikan respon terhadap regangan, seperti keadaan distensi usus, mesenterium
yang teregang atau mengalami torsi. Nyeri viseral tidak dapat diitunjukkan lokasinya dengan
baik, karena nervus aferen yang berhubungan dengan nyeri yang ditransmisikan oleh serabut
saraf C yang tidak bermyelin,  bilateral dan memasuki medulla spinalis pada beberapa level
yang berbeda (William et al, 2006).
 Nyeri ini bersifat tumpul, pegal dan berbatas tidak serta sulit dilokalisasi. Karena
nervus otonom dapat terlibat secara sekunder pada proses patologis, maka penderita dapat
mengalami berkeringat, mual, muntah, pucat dan cemas (Ranuh et al, 2007).
Rasa nyeri dari peritoneum parietalis terlokalisasi dengan baik dirasakan di daerah
organ yang mengalami kelainan dan nyerinya  bertambah bila digerakan (perut ditekan atau
penderita penderita disuruh batuk). Reseptor nyeri pada umumnya berespon terhadap
regangan, robekan atau inflamasi. Nyerinya dirasakan seperti disayat pisau atau ditusuk-tusuk
karena ditransmisikan oleh serabut saraf A yang terdapat dikulit, otot, peritoneum
parietalis.Pergerakan biasanya biasanya akan menambah menambah sensasi sensasi nyeri
sehingga anak akan berjalan dengan posisi menahan nyeri, dan cenderung diam pada posisi
tertentu (Ranuh et al, 2007). 
Nyeri yang menjalar (referred pain) muncul bila serabut syaraf nyeri viseral
mempengaruhi serabut saraf somatik pada medulla spinalis atau sistem saraf pusat. Nyeri
biasanya terlokalisir dengan baik, namun letaknya  berlainan dengan lokasi organ yang
mengalami gangguan. Nyeri yang menjalar memiliki karakteristik nyeri parietal, dapat
dirasakan pada daerah yang dipersarafi dermatom yang sama dengan organ yang mengalami
gangguan. Nyeri yang menjalar berasal dari jalur sentral atau neuron aferen dari  berbagai
lokasi organ. Sebagai contohnya, proses radang apapun yang mengenai diafragma dapat
muncul sebagai nyeri di bahu atau leher bagian  bawah, karena adanya konvergasi jaras
serabut saraf pada kedua regio tersebut. Distribusi dermatom T9 terdapat pada paru-paru dan
abdomen, sehingga dapat ditemukan keluhan nyeri abdmen pada penderita pneumonia (Ranuh
et al, 2007).

3. Patogenesis
Mekanisme timbulnya sakit perut organik, adalah (Ranuh et al, 2007):
1. Gangguan vaskular: Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau penekanan,
misalnya jepitan usus pada invaginasi.
2. Peradangan. Bila proses peradangan telah engenai peritonium parietalis
3. Gangguan pasase: rasa sakit timbul akibat tekanan intralumen yang meninggi di bagian
proksimal sumbatan
4. Penarikan, peregangan dan pembentangan peritonium visceralis.

Daftar Pustaka
1. Boediarso. 2010. Sakit perut pada anak. Buku Ajar Gastroenterologi hepatologi. Jakarta:
IDAI
2. Wiryati. Sakit perut akut pada anak. Kapita selekta gastroenterologi. Jakrta: CV Sagung seto:
189-203
3. William HJ, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding. 2012 Current Diagnosis and Treatment
Pediatrics. New York: The Mc Grow Hill Companien
4. Ranuh R, Fardah A, Subijanto. 2009. MS. Kongres Nasional III koordinasi Gastroenterologi
Anak Indonesia: 9-1001

You might also like