You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

A. Ansietas
1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifikk atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi yang berbahaya. Hal ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nanda,
2010:281).
Ansietas atau kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok yang
mengalami perasaan gelisah dan aktifasi sistem saraf autonom dalam berespon
terhadap ancaman yang tidak jelas (carpenito,2006:11)
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah


respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang tidak
jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang menyebabkan
gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang jelas bagi pasien.

2. Rentang Respon Ansietas


Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang
dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas.
Menurut Peplau (dalam, Videbeck, 2008) ada empat tingkat kecemasan yang
dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

1) Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
c. Respons emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas menyendiri
 Terstimulasi
 Tenang
2) Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu
yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut
Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:

a. Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri

punggung
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c. Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
3) Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008), respons
dari ansietas berat adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk

 Tidak mampu mempertimbangkan informasi


 Hanya memerhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris

c. Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas
4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan
perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :

a. Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah

Gambar rentang respon ansietas

ADAPTIF MALADAPTIF

Antisipasi

Ringan Sedang Berat

Panik

3. Tanda dan GejalaAnsietas


Menurut (carpenito,2006:12) Secarah fisiologis gejalah-gejalah tersebut meliputi:

a. Peningkatan frekuensi jantung


b. Peningkatan tekanan darah
c. Peningkatan frekuensi pernafasan
d. Gelisah
e. Gemetar
f. Berdebar-debar
g. Sering berkemih
h. Insomnia
i. Keletihan dan kelemahan
j. Pucat atau kemerahan
k. Mulut kering, mual dan muntah
l. Sakit dan nyeri tubuh
m. Pusing
n. Ruam panas/dingin
o. Anoreksia

4. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam
kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
5. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang
mengancam integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis
normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.
6. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan
atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan
memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (Suliswati, 2005).
7. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan
faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu
sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau
meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan
ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur,
makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata
dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang
dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu:
1) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan
untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
c. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
2) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :

a. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.


b. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
c. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
d. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

B. POHON MASALAH

HARGA DIRI RENDAH

GANGGUAN CITRA TUBUH

KURANG PENGETAHUAN
ANSIETAS

KOPING
KOPINGKELUARGA TIDAK
INDIFIDU TIDAK
EFEKTIF
EFEKTIF
C. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Harga Diri Rendah
2. Gangguan Citra Tubuh
3. Ansietas
4. Koping Individu Inefektif
5. Koping Keluarga Inefektif
6. Kurang Pengetahuan

D. DATA YANG PERLU DIKAJI


 Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas:
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui
dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
 Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor pencetus dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
 Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan perilaku
dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
 Respon Fisiologis terhadaf ansietas
 Respon perilaku kognitif
 Sumber koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil
sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping
diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya
yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi
strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).
 Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama
yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang
dapat dilakukan ada dua jenis,
yaitu:
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang
ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif ditujukan
untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
1. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk
memindahkan seseorang dari sumber stress.
3. Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan,
mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu
sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk
melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya
mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk
menilai penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
1. Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.
2. Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa pengaruhnya terhadap
disorganisasi kepribadian.
3. Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan klien.
4. Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ansietas
2 Gangguan rasa nyaman,
3 Harga diri rendah,
4 Isolasi sosial,
5 Gangguan proses piker
6 Ketidakefektifan koping keluarga
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa
N Tujuan dan Intervensi
Keperawa
Kriteria Hasil
o
tan

1 Ansietas NOC NIC

 Anxiety self Anxiety reduction (penurunan


control kecemasan)

 Anxiety level  Gunakan pendekatan yang


menenangkan.
 Coping
 Nyatakan dengan jelas harapan
Kriteria Hasil:
terhadap pelaku pasien.
 Klien mampu
mengidentifikasi  Jelaskan semua prosedur dan
dan mengungkapkan apa yang dirasakan selama
gejalah cemas. prosedur.

 Mengidentifikasi,  Pahami prespektif pasien


mengungkapkan dan terhadap situasi stres.
menunjukkan teknik
 Temani pasien untuk memberikan
untuk mengontrol
keamanan dan mengurangi takut.
cemas.

 Lakukan back/neck rub


 Vital sign dalam
batas normal
 Dengarkan dengan penuh

 Postur tubuh, perhatian

ekspresi wajah, bahasa  Identifikasi tingkat


tubuh kecemasan
dan tingkat  Bantu pasien mengenal situasi
aktifitas yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan
 Dorong pasien untuk
berkurangnya
mengungkapkan perasaan,
kecemasan.
ketakutan, persepsi.

 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi

 Berikan obat untuk


mengurangi kecemasan
SP (STRATEGI PELAKSANAAN)
Masalah : Ansietas
Pertemuan :

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Hasil Wawancara: Klien mengatakan khawatir bahwa setelah operasi matanya
malah tidak bisa melihat sama sekali. Mengeluh jantung berderbar-debar,
susahtidur, mulut kering, gelisah,tangan berkeringat dingin, fokus perhatian hanya
pada setelah operasi, ransang luar tidak mampu diterima, dan lapangan pesepsi
menyempit.
Hasil Observasi: Ekspresi wajah terlihat tegang, rentang perhatian menyempit,
perubahan tanda-tanda vital (nadi dan tekanan darah naik), tampak sering nafas
pendek, gerakan tersentak – sentak, meremas- remas tangan dan tampak bicara
banyak dan lebih cepat.
2. Diagnosis
Cemas
3. Tujuan
a. Klien dapat mengenal ancietas.
b. Klien dapat mengatasi ansietas melalui latihan relaksasi.
c. Klien dapat memperagakan dan menggunakan latihan relaksasi untukmengatasi
ancietas.
d. Melibatkan Keluarga dalam latihan yang telah disusun

4. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Kaji kebutuhan rasa aman klien.
c. Sediakan waktu untuk ekspress feeling.
d. Latihan Teknik Relaksasi dan reduksi Stress.
e. Membuat rencana latihan Teknik Relaksasi dan reduksi stress.
f. Mempraktikkan teknik relaksasi dan reduksi stress dalam kehidupan sehari-hari

B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN


Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan pada Tindakan Keperawatan
Pasien pada Keluarga
Ansietas SP I P SP I K
 Identifikasi stressor cemas.  Mendiskusikan
 Identifikasi koping masalahy ang dirasakan
maladaptif dan akibatnya. keluarga dalam merawat
 Bantu perluas lapang pasien
persepsi.  Menjelaskan pengertian
 Konfrontasi positif (jika tanda dan gejala ansietas
perlu). Latih teknik sedang yang dialami
relaksasi: nafas dalam. pasien beserta proses
 Membimbing terjadinya.
memasukkan dalam jadwal  Menjelaskan cara-
kegiatan. cara merawat pasien
cemas.

SP II P SP II K

 Validasi masalah dan


 Melatih keluarga
latihan sebelumnya.
mempraktekkan
 Latih koping:
cara merawat pasien
beraktivitas. cemas
 Membimbing memasukkan sedang.
dalam jadwal kegiatan.  Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
pasien cemas sedang.

SP III P SP III K

 Validasi masalah dan


 Membantu keluarga
latihan sebelumnya.
membuat jadual
 Latih koping: olah
aktivitas di rumah
raga. termasuk
 Membimbing memasukkan minum obat
dalam jadwal kegiatan.  Mendiskusikan
sumber rujukan
yang bisa
dijangkau oleh
keluarga
SP I: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal ansietas, dan


membantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas

Fase Orientasi:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya D, panggil saya D, saya perawat


yang akan merawat bapak dan datang kerumah bapak seminggu dua kali, yaitu hari
rabu dan Sabtu jam 10.00 pagi. “Nama bapak siapa, suka dipanggial apa?”
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Oh, jadi bapak merasa tidak nyaman?”,
“Baiklah pak, kita akan berbincang-bincang tentang perasaan yang bapak rasakan.
“Berapa lama kita bincang- bincang? “Bagaimana kalau 20 menit”.”Dimana
tempatnya pak? Bagaimana kalau disini saja?”

Fase Kerja:

“Apa yang bapak rasakan?, “Bagaimana perasaan itu bisa muncul?”. “Apa yang
bapak
lakukan jka perasaan itu cemas itu muncul?”. “Oh, jadi bapak

mondar-mandir dan banyak


bicara jika perasaan cemas dan tidak nyaman itu muncul”.”Ada

peristiwa apa sebelum


ansietas itu muncul? “Atau adakah hal-hal yang bapak pikirkan

sebelumnya?” “Jadi bapak


akan merasa cemas jika ada pekerjaan bapak yang belum bisa

bapak selesaikan. Bisa kita


diskusikan apa yang membuat pekerjaan bapak tidak selesai? Oh,

jadi bapak merasa beban


kerja yang diberikan diluar kesanggupan bapak untuk

menyelesaikannya. . “Apakah
sebelumnya bapak pernah mendapatkan beban kerja yang tinggi

pula? Apakah bapak bisa


menyelesaikan pekerjaan tersebut? Wah, baik sekali, berarti dulu
bapak mampu
menyelesaikan pekerjaan yang banyak. Bagaimana cara bapak menyelesaikan
pekerjaan itu

waktu dulu?”.
Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bincang-bincang?”, “Coba bapak sebutkan
lagi apa yang membuat Bapak cemas?” apa perubahan yang bapak rasakan dengan
kondisi kecemasan,”. “Dua hari lagi saya akan datang untuk mengajarkan latihan
relaksasi, jam 10.00 tempatnya disini ya Pak, Sekarang saya pamit dulu
Assalamualaikum Wr Wb.”

SP 2: Mengontrol Kecemasan Dengan Relaksasi Nafas Dalam


Fase Orientasi:
“Assalamualaikum Pak Ahmad, bagaimana perasaan bapak hari ini?’ Apakah bapak
sudah melatih cara mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan Bapak?’,
“Sesuai janji kita dua hari yang lalu, hari ini saya datang kembali untuk
mendiskusikan tentang latihan relaksasi dengan tehnik tarik napas dalam.” Berapa
lama kita akan berlatih pak? “Bagaimana jika 20 menit?” Dimana kita diskusi?
“Bagaimana jika di halaman samping?”

Fase Kerja:

Pak, kemarin waktu kita diskusi bapak mengatakan bahwa saat cemas rasanya
seluruh badan bapak tegang, baik fikiran maupun fisik, Nah, latihan relaksasi ini
bermanfaat untuk membuat fisik bapak relak atau santai. Dalam latihan ini bapak
harus memusatkan pikiran dan perhatian bapak pada pernapasan, gerakan
mengembang dan mengempisnya otot dada bapak saat bernapas . Bisa kita mulai
pak?” Sekarang bapak silahkan duduk tegap seperti saya. Pertama-tama: bapak
tarik napas perlahan- lahan, dalam hitungan satu, bapak pikirkan bahwa adara
memasuki bagian bawah paru-paru bapak, pada hitungan dua bapak bayangkan
udara mengisi bagian tengah paru-paru bapak
dan pada hitungan tiga bapak bayangkan seluruh paru-paru bapak sudah terisi
dengan udara, setelah itu tahan napas dalam hitungan tiga setelah itu bapak
hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan. Nah,
sekarang bapak lihat saya mempraktekkanya. “Sekarang coba bapak praktekkan!
“Wah, bagus sekali bapak sudah mampu melakukannya. “ Bapak bisa latih kembali
relaksasi nafas dalam.

Fase teminasi:

“bagaimana perasaan bapak setelah latihan tarik napas dalam ini?” Coba bapak
ulangi satu kali lagi”” Bagus sekali.” Setiap kali bapak mulai merasa cemas, bapak
bisa langsung praktekkan cara ini. “Lusa saya akan datang lagi untuk mengajarkan
latihan yang lain yaitu dengan mengendurkan dan mengencangkan seluruh otot
bapak. Seperti biasa pak Jam 10.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall.2006.buku saku diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC

Nanda Internasional.2010.diagnosa keperawatan.Jakarta:EGC

Nursalam.2011.konsep dan penerapan metodologi penelitihan ilmu keperawatan edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika

Prabowo,Eko.2014.buku ajar keperawatan jiwa.Yogyakarta:Nuha Medika

Keliat,budi anna.2010.model praktik keperawatan profesional jiwa.Jakarta:EGC

You might also like