Professional Documents
Culture Documents
Masuk: 16 Oktober 2020, Revisi masuk: 10 Januari 2021, Diterima: 28 Januari 2021
ABSTRACT
In shrimp farming, pond water quality is a very important factor to be considered by
farmers. Some water quality parameters that need to be considered include temperature,
salinity, pH, and pond water level. Manual or conventional pond water quality reading systems
make handling slow even though shrimp are sensitive animals to changes in water quality.
Therefore, in this study a system that can monitor pond water quality is developed using
ESP32. ESP32 is a microcontroller successor to the ESP8266 which already has a dual core
processor. However, even though you already have a dual core processor, only one core will be
used by default. Therefore, the Real Time Operating System (RTOS) is used in the system to
maximize the processor it has. Testing is done by sending data every minute and calculating
data loss that occurs in the system being created. Tests were carried out 5 times with a
distance of 10 meters, 20 meters, 25 meters, 30 meters and 35 meters between the nodes. The
results of the data loss testing that occurred at a distance of 10 meters was 0.0%, at a distance
of 20 meters 0.0%, at a distance of 25 meters 0.0%, at a distance of 30 meters 0.4%, and at a
distance of 35 meters 38.3%.
Keywords: Data Loss, Esp Mesh, Real Time Operating System, RTOS.
INTISARI
Dalam pembudidayaan udang, kualitas air tambak merupakan faktor yang sangat penting
untuk diperhatikan oleh petambak. Beberapa parameter kualitas air yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah suhu, salinitas, pH, dan ketinggian air tambak. Sistem pembacaan kualitas
air tambak secara manual atau konvensional membuat penanganan menjadi lambat padahal
udang merupakan hewan yang sensitif terhadap perubahan kualitas air. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini dibuatlah sebuah sistem yang dapat memonitoring kualitas air tambak dengan
menggunakan ESP32. ESP32 merupakan mikrokontroller penerus ESP8266 yang sudah
memiliki dual core prosesor. Akan tetapi, walaupun sudah memiliki prosesor dual core, hanya
satu core yang akan digunakan secara default. Oleh karena itu, dalam sistem yang dibuat
digunakanlah Real Time Operating System (RTOS) untuk memaksimalkan prosesor yang
dimiliki. Pengujian dilakukan dengan cara mengirim data setiap menit dan menghitung data loss
yang terjadi pada sistem yang dibuat. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan jarak 10
meter, 20 meter, 25 meter, 30 meter, dan 35 meter antar node. Hasil dari pengujan yang
dilakukan data loss yang terjadi pada jarak 10 meter adalah 0,0%, pada jarak 20 meter 0,0%,
pada jarak 25 meter 0,0%, pada jarak 30 meter 0,4%, dan pada jarak 35 meter 38,3%.
Kata-kata kunci: Data Loss, Esp Mesh, Real Time Operating System, RTOS.
10
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
11
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
12
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
adanya RTOS, embedded system developer yang memiliki prioritas yang lebih tinggi.
menggunakan primitive interrupt untuk Pada keadaan ini task dapat pula berpindah
menjalankan proses multitasking. Akan ke suspended state atau blocked state
tetapi, terdapat beberapa kelemahan pada apabila melakukan hal berikut:
sistem interrupt konvensional, terutama - Meminta resource yang tidak tersedia di
dalam penjadwalan task yang diberikan dalam sistem.
kepada embedded system (Jatmiko, 2004). - Meminta menunggu event tertentu
RTOS mengeksekusi program-program muncul.
dalam sebuah pola yang teratur. RTOS tidak - Meminta delay.
seperti sistem operasi yang pada umumnya b. Ready State
digunakan pada komputer. Sistem operasi Sebuah task akan berada pada ready
pada komputer akan bekerja sesaat ketika state setelah task tersebut dibuat. Ready
power masuk ke komputer, kemudian state adalah keadaan dimana sebuah task
program komputer dijalankan. Sedangkan siap untuk dieksekusi, task tersebut akan
pada RTOS, sistem operasi ini dijalankan menunggu task lain yang memiliki prioritas
oleh sebuah program otomatis. Program sama atau lebih tinggi yang sedang
tersebut merupakan sebuah kernel. dieksekusi pada running state. Pada
Ketika sistem dinyalakan, maka kernel keadaan ini task dapat berpindah ke running
akan menyala terlebih dahulu kemudian state atau suspended state.
menyalakan Real Time Operating Sistem. c. Blocked state
Tugas utama dari RTOS adalah mengatur Task akan berada pada blocked state
sumber daya yang ada meliputi prosesor, apabila task tersebut sedang menunggu
memori/register, serta hak akses menuju event lain terjadi. Event tersebut meliputi
dua sumber daya terebut. Selain itu, RTOS temporal event atau external event.
bertugas melakukan komunikasi dan Temporal event adalah delay yang diminta
sinkronisasi. Selain berjalan menggunakan oleh task itu sendiri. Task akan di-unblock
kernel RTOS dapat terdiri dari kombinasi dijalankan kembali setelah periode delay
beberapa module kernel, file system, habis. Sedangkan external event berupa
networking protocol stack, dan komponen queue atau semaphore event. Real time
lain. system membutuhkan keadaan ini karena
Kernel RTOS terdiri dari kernel object. jika state ini tidak ada maka task dengan
Kernel object adalah blok-blok yang prioritas rendah tidak memiliki kesempatan
digunakan untuk membangun real time untuk dieksekusi atau dikenal dengan
embedded system. RTOS kernel object starvation.
tersebut yaitu: d. Suspended State
1. Task Suspended state adalah keadaan
Task merupakan thread dari suatu dimana sebuah task ditunda eksekusinya
proses yang akan dieksekusi oleh prosesor. untuk waktu yang tidak ditentukan.
Task bersifat konkuren dan independen Penundaan tersebut dapat terjadi ketika task
terhadap task lain. Desain proses untuk real menunggu resources untuk dikosongkan
time application yaitu dengan membagi terlebih dahulu. Task akan berada di
pekerjaan yang akan di kerjakan menjadi keadaan ini apabila dipanggil fungsi
beberapa task (Chandane, 2016). Setiap vTaskSuspend(), dan akan keluar dari
task diberikan prioritas. Setiap task biasanya keadaan ini ketika dipanggil
merupakan infinite loop dan terdiri dari 4 vTaskResume().
keadaan yaitu: 2. Semaphore
a. Running State Semaphore merupakan objek berbentuk
Running state merupakan keadaan token yang nilainya dapat ditambah dan
dimana Task sedang berjalan atau dikurangi oleh task untuk keperluan
dieksekusi. Ketika berada pada keadaan ini sinkronisasi ataupun mutual exclusion.
suatu task memanfaatkan prosesor dan Mutual exclusion adalah kondisi dimana
sumber daya lain seperti register dan terdapat sumber daya yang tidak dapat
memori. Jumlah task yang dapat berada dipakai bersama dalam waktu yang
dalam keadaan ini sesuai dengan jumlah bersamaan. Jadi, mutual exclusion terjadi
prosesor yang dimiliki oleh komputer atau ketika hanya ada satu proses yang boleh
mikrokontroller. Ketika berada pada menggunakan sumber daya, dan proses lain
keadaan running state, task dapat kembali yang ingin menggunakan sumber daya
ke ready state apabila muncul task baru tersebut harus menunggu hingga sumber
13
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
daya tadi dilepaskan atau tidak ada proses dideskripsikan dalam million instruction per
yang menggunakan sumber daya tersebut. second (MIPS). Performa tersebut dapat
Semaphore digunakan sebagai penanda dipengaruhi oleh hardware ataupun software
bahwa task yang mengakuisisinya memiliki yang digunakan.
hak penuh untuk menjalankan operasi Selain mengukur MIPS, performa sistem
tertentu dan juga menggunakan recources juga dapat diukur dengan menggunakan
yang ada. Akuisisi semaphore dibatasi oleh throughput. Throughput adalaha rata-rata
waktu dalam periode tertentu. Semaphore sebuah sistem dapat menjalankan keluaran
dapat diibaratkan sebagai kunci duplikat dari masukan yang diterima. Definisi lainnya
rumah yang dipegang oleh kepala keluarga. adalah bersaran yang menunjukkan ukuran
Anggota keluarga lain dapat meminjam data yang dapat dialirkan berdasarkan
kunci duplikat tersebut. Akan tetapi, kunci satuan waktu. Performa RTOS juga dapat
duplikat tersebut tersedia dalam jumlah diukur dengan menampilkan timestamp
terbatas sehingga tidak bisa dipinjam oleh ketika sistem dijalankan sampai sistem
sekaligus secara bersamaan (Jatmiko, selesai menjalankan tugasnya (Jatmiko,
2004): 2004).
Message Queues, merupakan struktur 1. Routing
data yang digunakan untuk sinkronisasi, Routing merupakan suatu protokol yang
mutual exclusion, dan pertukaran data digunakan untuk mendapatkan rute dari
dengan mengantarkan pesan antar task. suatu jaringan ke jaringan yang lain. Agar
Keunggulan dari Real Time Operating router dapat mengetahui bagaimana
System yaitu: meneruskan paket-paket yang dikirim ke
Dapat berjalan pada perangkat keras alamat yang dituju dengan menggunakan
dengan sumber daya yang terbatas. jalur terbaik, router menggunakan peta
Memiliki tingkat modularitas yang tinggi. routing atau routing table.
Dapat dikembangkan dan digunakan a. Static routing, adalah salah satu jenis
ulang. routing yang dimana pembuatan dan
Memiliki beberapa fitur yang pembaharuan routing table dilakukan
terdokumentasi lengkap secara manual. Static routing tidak akan
Memiliki sistem pengaturan interrupt mengubah informasi yang ada pada table
untuk proses-proses penting. routing secara otomatis, sehingga admin
Konfigurasi kernel dapat diatur secara harus mengubahnya secara manual
detail oleh developer. apabila topologi jaringan berubah.
RTOS memiliki sejumlah karakteristik Beberapa kelebihan dari static routing
diantaranya reliability, predictable, yaitu:
performance, compactness, dan scalability. Pemeliharaan bandwidth jaringan,
1. Reliability karena pembaharuan informasi router
Reliability adalah keandalan atau membutuhkan broadcast tersur
konsistensi sistem dalam menjalankan menerus.
tugasnya. Embedded system biasanya Keamanan jaringan, karena static
dibuat untuk bekerja dalam waktu yang lama routing hanya mengandung informasi
tanpa adanya intervensi manusia. Maka dari yang telah dimasukkan secara manual.
itu embedded system harus bersifat reliable. Sedangkan kekurangan dari static
2. Predictability routing yaitu:
RTOS menjamin setiap real time system Tidak adanya toleransi kesalahan, jika
dapat mengoperasikan tugasnya dalam suatu router down maka static routing
waktu yang sudah ditentukan. Jadi perilaku tidak akan memperbaharui informasi
RTOS itu sendiri dapat diprediksi atau dan tidak akan menginformasikan ke
dengan kata lain system call pada RTOS router yang lainnya
akan muncul dalam rentang waktu yang Pengembangan jaringan, jika suatu
diketahui. jaringan ditambah atau dipindahkan
3. Performance maka harus diperbaharui oleh
Pada umumnya embedded system harus administrator.
dapat beroperasi dalam waktu yang cepat. b. Dynamic routing, adalah jenis routing
Jumlah proses yang harus dikerjakan srta yang dimana pembuatan jalur dilakukan
waktu antar proses yang singkat secara otomatis oleh router itu sendiri
memberikan dampak pada kebutuhan CPU sesuai dengan konfigurasi yang dibuat.
yang cepat. Performa dari prosesor dapat Jika ada perubahan topologi antar
14
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
jaringan, router secara otomatis akan dengan access point. Selain itu, jaringan ini
membuat routing baru. Kelebihan dari rentan terjadi overloading dikarenakan
dynamic routing adalah: jumlah station yang dapat terhubung ke
Cocok untuk area yang luas. access point terbatas. Gambar 5
Hanya mengenalkan alamat yang menampilkan arsitektur jaringan WiFi
terhubung langsung dengan routernya. tradisional.
Bila terjadi penambahan suatu jaringan
maka tidak perlu semua router
dikonfigurasi, hanya router yang
berkaitan saja.
Router berbagi informasi secara
otomatis.
Routing table dibuat secara dinamik.
Tidak memerlukan campur tangan
administrator.
Sedangkan kelemahan dynamic routing
yaitu:
Gambar 5. Arsitektur jaringan WiFi
Beban kerja router menjadi lebih berat.
tradisional
Kecepatan pengenalan dan
kelengkapan routing table terbilang lama
Esp Mesh adalah sebuah protokol
karena router mem-broadcast ke semua
jaringan pada protokol WiFi. Esp Mesh
router lainnya sampai ada yang cocok
memungkinkan banyak perangkat atau node
sehingga setelah konfigurasi harus
tersebar di area yang luas untuk saling
menunggu beberapa saat agar setiap
terhubung di suatu jaringan WLAN (Wireless
router mendapatkan semua alamat yang
Local Area Network). Esp Mesh dapat
ada.
melakukan self-organizing dan self-healing,
2. Esp Mesh
artinya jaringan ini dapat dibuat dan
Topologi mesh merupakan suatu bentuk
maintenance secara mandiri.
dari topologi jaringan yang menghubungkan
Esp Mesh berbeda dengan jaringan WiFi
antara satu node dengan node lainnya
tradisional dimana setiap node tidak perlu
didalam jaringan tersebut. Hubungan antar
untuk terhubung langsung ke node pusat.
node ini akan membentuk sebuah rangkaian
Sebagai gantinya, node diizinkan untuk
yang menyerupai jaring. Perbedaan utama
terhubung dengan node tetangganya. Setiap
pada topologi mesh dan topologi star adalah
node saling bertanggung jawab untuk
pada topologi mesh memiliki kemampuan
menyampaikan transmisi data satu sama
untuk self-organizing dan self-configuration
lain. Hal ini memungkinkan jaringan Esp
(Liu, 2017).
Mesh untuk memiliki jangkauan yang lebih
Topologi ini tidak membutuhkan
luas karena node masih dapat melakukan
dedicated link (perantara), setiap node akan
interkonektivitas tanpa perlu berada dalam
saling berhubungan satu sama lainnya
jangkauan node pusat. Jaringan ini juga
sehingga pada waktu yang sama akan
tidak rentan terhadap overloading karena
terbentuk komunikasi langsung.
jumlah node yang diizinkan pada jaringan
Dikarenakan komunikasinya terhubung
tidak lagi dibatasi oleh node pusat (Access
secara langsung, maka apabila ada satu
Point). Gambar 6 menampilkan arsitektur
node yang mati, maka tidak akan
jaringan Esp Mesh.
berpengaruh pada node yang lainnya.
Pada arsitektur jaringan WiFi tradisional
menggunakan point to multipoint dimana
terdapat sebuah node pusat yang dikenal
dengan Access Point (AP) yang terhubung
langsung ke semua node (station) yang ada
pada jaringan. Access point bertanggung
jawab sebagai penengah dan meneruskan
transmisi data antar station. Pada arsitektur
tradisional ini memiliki kekurangan dimana
area jangkauan yang kurang luas karena
setiap station harus terhubung langsung Gambar 6. Arsitektur jaringan Esp Mesh
15
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
PEMBAHASAN
Pada bagian ini disajikan hasil pengujian Data yang Diterima Thingsboard
kinerja sistem monitoring kualitas air tambak 140
udang menggunakan real time operating
system. Pengujian dilakukan selama 5 kali 120
yaitu dengan jarak node sebesar 10 meter, 100
20 meter, 25 meter, 30 meter, dan 35 meter
untuk mengetahui jarak paling optimal yang 80
dapat dijangkau oleh ESP32. Ketika 60
penguijan, baterai 18650 hanya mampu
40
bertahan selama 3 jam. Setiap node
mengirim data tiap menit sehingga dalam 20
waktu 2 jam setiap node mengirim 120 data.
0
Adapun jumlah data yang berhasil sampai 10 meter 20 meter 25 meter 30 meter 35 meter
ke Thingsboard dapat dilihat pada Tabel 1.
Node A Node B Node C Node D
Tabel 1. Jumlah data yang sampai ke
Thingsboard Gambar 7. Grafik data yang diterima oleh
Jarak Antar Node Node Node Node Thingsboard
Node A B C D
10 meter 120 120 120 120 Berdasarkan Gambar 7, pada pengujian
20 meter 120 120 120 120 dengan jarak antar sensor 30 meter,
25 meter 120 120 120 120 terdapat 1 data dari node A dan juga 1 data
30 meter 119 119 120 120 dari node B yang hilang atau tidak sampai
35 meter 42 74 60 120 ke server Thingsboard. Kedua data tersebut
menghilang pada saat pengiriman dari node
Berdasarkan Tabel 1, ketika jarak antar B ke node D. Ketika pengujian dengan jarak
node yang digunakan sebesar 10 meter dari antar sensor 35 meter, pada pengiriman
480 data yang dikirim jumlah yang sampai data dari node A ke node B, terdapat 41
ke server Thingsboard adalah 480 data, data yang hilang. Pada pengiriman data dari
dimana data dari node A sebanyak 120 node B ke node D, terdapat 83 data yang
data, node B 120 data, node C 120 data, hilang dimana terdiri dari 37 data dari node
dan node D 120 data. Ketika jarak antar A dan 46 data dari node B itu sendiri.
node yang digunakan sebesar 20 Meter, Sedangkan pada pengiriman data dari node
dari 480 data yang dikirim jumlah yang C ke node D terdapat 60 data yang hilang.
sampai ke server Thingsboard sebanyak Pada jarak ini sudah tidak baik untuk
480 data, dimana data dari node A digunakan karena jumlah dataloss yang
sebanyak 120 data, node B 120 data, node terjadi cukup banyak. Hal ini dikarenakan
C 120 data, dan node D 120 data. Ketika koneksi setiap node pada jarak ini sering
jarak antar node yang digunakan sebesar 25 terputus sehingga memperbesar
meter, dari 480 data yang dikirim data yang kemungkinan terjadinya dataloss.
sampai ke Thingsboard sebanyak 480 data, Berdasarkan Gambar 7, semakin besar
dimana data dari node A sebanyak 120 jarak antar node maka data yang diterima
data, node B 120 data, node C 120 data, cenderung semakin berkurang. Hal ini
dan node D 120 data. Ketika jarak antar terjadi karena semakin jauh jarak antar node
node yang digunakan sebesar 30 meter, maka sinyal yang ditangkap setiap node
dari 478 data yang dikirim data yang sampai akan semakin lemah. Ada beberapa faktor
ke Thingsboard sebanyak 478 data, dimana yang dapat mempengaruhi pengiriman data,
data dari node A sebanyak 119 data, node B diantaranya:
119 data, node C 120 data, dan node D 120 1. Jarak. Jarak antara pemancar WiFi
data. Ketika jarak antar node yang dalam hal ini access point dengan
digunakan sebesar 35 meter, dari 480 data penerima (station) sangat menentukan
yang dikirim data yang sampai ke kualitasnya. Semakin dekat jaraknya
Thingsboard sebanyak 296 data, dimana maka kekuatan sinyal yang diterima oleh
data dari node A sebanyak 42 data, node B station akan semakin kuat, dan
74 data, node C 60 data, dan node D 120 sebaliknya jika keduanya berada pada
data. jarak yang berjauhan maka sinyal akan
semakin melemah.
16
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
17
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
18
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
19