You are on page 1of 13

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN TENTANG ABORSI

DI PERKUMPULAN KELUARGA BERENCANA INDONESIA (PKBI)


PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Rita Sopiatun

Abstract: Each day around 55.000 unsafe abortions are estimated to happen, and 95% of which happens in
many developing countries. Based on research, the abortion determinants are, among others, age, marital status,
education, occupation, religion, ethnic group, and residency. Abortion rate in Mataram Municipality is 13.6%,
which is caused by some factors such as contraceptive failure 25.8%, no use of contraceptive 74.2% and reasons
to try to abort pregnancy 33.3%. Previous study revealed that there were 40 clients who visited to the clinic of
Indonesian Parenthood Plan Association (IPPA/PKBI) to consult about unwanted pregnancy. To study factors
that affect pregnant women to decide to abort their pregnancy at PKBI clinic of Nusa Tenggara Barat (NTB)
Province. A descriptive study by a qualitative approach. Data gathering was done through in depth interview
and observation. Study subjects were women that had aborted and were registered as client at PKBI clinic of
NTB Province. Subjects were collected using purposive method. The stage of analysis comprised data reduction,
data presentation, and conclusion or verification. The causes of unwanted pregnancy were contraceptive failure
and no use of contraceptive device, while factors that affected abortion were close birth interval, family’s role,
and number of children, medical reason, economic reason, other people’s role, and service provider’s role. In
addition, the autonomy to make the decision in family was the dominant factor of the husband. The process to
make a decision concerning unwanted pregnancy to abort a pregnancy was easy. Many factors were involved
that ultimately a woman decided to do abortion.

Kata Kunci: Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Aborsi, Proses Pengambilan Keputusan.

LATAR BELAKANG perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Skala


Aborsi adalah upaya-upaya tertentu untuk regional diperkirakan 29 aborsi terjadi untuk 1000
mengakhiri proses kehamilan, biasanya disebut perempuan hamil atau 750.000 perempuan menjalani
abortus buatan. Aborsi disengaja (induced abortion) aborsi per tahun. Sedangkan Angka Kematian Ibu
ialah aborsi karena tindakan sengaja yang dilakukan (AKI) di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup
untuk mengakhiri kehamilan sebelum usia kehamilan dan penyebab kematian ibu ialah perdarahan 28%,
20 minggu. eklampsia 13%, aborsi tidak aman 11%, dan sepsis
Setiap hari terdapat 55.000 kasus aborsi 10%.
tidak aman, 95% terjadi di negara berkembang. Dari Nusa Tenggara Barat ialah salah satu
10 perempuan yang melakukan aborsi tidak aman, propinsi yang terkenal dengan daerah religius.
satu sampai lima perempuan mengalami komplikasi, Kondisi sosial dan budaya khususnya kekerabatan
dalam bentuk infeksi, perdarahan, atau trauma. masyarakat Lombok masih sangat menonjol dan
Sekitar dua juta aborsi terjadi di Indonesia tahun budaya paternalistik dan ideologi patriarki dalam
2000 dan estimasi sebesar 37 aborsi setiap 1000 kehidupan masyarakat di Lombok sangat kuat. Hal
___________________________________________________________________________
Rita Sopiatun: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram

778
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

ini terlihat pada kedudukan ayah (laki-laki) di dalam propinsi NTB: 2) ibu yang telah melakukan aborsi;
rumah tangga sebagai pemegang kendali jalannya 3) status ibu sudah menikah. Jumlah informan yang
kehidupan rumah tangga. didapat sebanyak 7 orang. Instrumen pada penelitian
Sedangkan aborsi di kota Mataram tahun ini adalah peneliti sendiri. Pengumpulan data pada
2002-2003 sebesar 13,6%, karena kegagalan KB penelitian ini bersumber data primer dan data
25,8%, tanpa kontrasepsi 74,2%, dan alasan untuk sekunder. Data primer dikumpulkan berdasarkan
mencoba menggugurkan 33,3%. Berdasarkan asumsi wawancara secara mendalam (indepth interview) dan
di atas, maka rumusan masalah penelitian ini ialah observasi partisipatif yang bersifat pasif.
“faktor apa saja yang mempengaruhi ibu hamil Analisis secara terus menerus pada setiap
memutuskan untuk aborsi, siapa dalam keluarga yang tahap penelitian sampai akhir penelitian. Analisis
paling dominan dalam pengambilan keputusan untuk dilakukan sampai mendapatkan data yang penuh dan
aborsi di klinik PKBI Propinsi Nusa Tenggara jenuh. Adapun tahapan analisis yaitu sebagai berikut:
Barat”. Tujuan penelitian ialah mengetahui faktor- mentranskripkan hasil wawancara mendalam dari
faktor yang mempengaruhi ibu hamil memutuskan perekam, catatan di lapangan, reduksi data, penyajian
untuk aborsi di klinik Perkumpulan Keluarga data, penarikan kesimpulan/verifikasi, menyajikan
Berencana Indonesia (PKBI) Propinsi NTB. data, dan menarik kesimpulan serta verifikasi. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dan valid maka
METODE
pada penelitian ini dilakukan triangulasi terhadap
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
sumber dan metode.
pendekatan deskriptif bertujuan untuk mengetahui
proses pengambilan keputusan kepada ibu-ibu yang HASIL
telah melakukan aborsi. Penelitian ini dilaksanakan Karakteristik Informan
di wilayah kerja klinik PKBI Propinsi Nusa Tenggara Indepth interview dilakukan pada 7 orang
Barat. Subjek penelitian ini adalah ibu yang pernah ibu-ibu yang telah melakukan aborsi, serta tambahan
melakukan aborsi dan terdaftar sebagai klien di informan dari instansi 1 orang konselor, 1 orang
klinik PKBI Propinsi Nusa Tenggara Barat tahun dokter umum yang bekerja di klinik PKBI, 1 orang
2009. Sedangkan cara penggambilan subjek tokoh agama (tuan guru), 1 orang dokter spesialis
penelitian menggunakan teknik purposive sampling. kandungan, 1 orang dari Dinas Kesehatan Propinsi
Penetapan informan bukan ditentukan karena NTB, dan 1 orang dari BKKBN propinsi NTB telah
informan harus representatif terhadap populasi, tetapi ditetapkan sebagai informan, berhasil ditemui dan
informan harus representatif dalam memberikan bersedia untuk diwawancarai serta siap memberikan
informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus dan informasi.
tujuan penelitian.
Pada penelitian ini pemilihan informan
berdasarkan: 1) ibu yang terdaftar di klinik PKBI

779
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Informan Kontrasepsi yang dikembangkan di Indonesia terdiri

Karakteristik Informan Jumlah dari 2 jenis, yaitu kontrasepsi hormonal dan


1. Umur kontrasepsi non-hormonal.
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun 7 Namun tidak semua masyarakat khususnya
c. > 35 tahun
2. Pendidikan perempuan yang telah menikah, berkeluarga dan
a. SD
b. SLTP 1 telah memiliki anak dapat mengakses atau
c. SLTA 5
D III: 0 mendapatkan informasi yang baik tentang keluarga
d. D III/SI
SI : 1
3. Pekerjaan
berencana. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
a. Bekerja (PNS) 1 informan berikut:
b. Tidak bekerja 4
c. Wiraswasta 2
4. Sosial Ekonomi Di samping gagal dalam menggunakan alat
a. Rendah 4
b. Menengah 2 kontrasepsi, juga ditemukan tidak menggunakan
c. Tinggi 1
5. Paritas salah satu alat kontrasepsi dalam tiga bulan terakhir
a. Primi para
b. Multi para 7
sebelum klien mengalami KTD seperti pernyataan
6. Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi informan berikut:
a. Menggunakan alat kontrasepsi
b. Tidak mengunakan alat kontrasepsi 4 “...Saya tidak pakai KB mbak….makanya saya
c. Gagal menggunakan alat kontrasepsi 3
hamil lagi, padahal sudah ada rencana mau
pasang KB, tetapi belum tahu mau memasang
Penyebab Terjadinya Kehamilan Tidak KB dimana mbak, begitu mbak...” (Ny. EY, 27
Diinginkan (KTD) thn).
“...Tidak tau bu...KB apa yang bagus dan yang
Untuk melakukan aborsi, setiap perempuan cocok lagi untuk saya pakai, dulu pakai KB IUD
tapi saya jadi perdarahan…”(Ny. SI, 31 thn).
akan dihadapkan pada pilihan yang sulit yaitu apakah
dia mengikuti dorongan kepentingan mendesak untuk Kejadian KTD disebabkan kurangnya
aborsi atau tunduk dan patuh pada nilai budaya dan pengetahuan klien tentang kontrasepsi, seperti yang
agama yang dianut, tekanan dari keluarga, dan diungkapkan informan berikut:
lingkungan sekitarnya yang cenderung melarang
“...Kalau saya bu sama sekali tidak
dilakukannya aborsi. Di samping hal itu untuk menggunakan KB…cuma hitung-hitung masa
subur saja, saat berhubungan dengan
mengurangi terjadinya KTD dapat pula dicegah
suami…saya juga tidak tahu mbak mau pakai
dengan penggunaan kontrasepsi yang baik. Karena KB apa...”(Ny. SA, 35 thn).
“….Dengan suami saya tidak pernah
kontrasepsi merupakan upaya yang dilakukan untuk
membicarakan tentang KB bu…suami saya juga
mencegah terjadinya kehamilan dengan cara tidak tahu alat kontrasepsi itu apa dan
manfaatnya dia belum tau, saya suka tanya-tanya
mencegah terjadinya pertemuan antara sel telur dan
sama tetangga tentang KB....” (Ny. KP, 25 thn).
sperma. Dari hasil suatu penelitian bahwa sebanyak
Kurangnya pengetahuan tentang jenis
90% pasangan yang tidak memakai metode
kontrasepsi merupakan faktor penting penyebab
kontrasepsi pada saat berhubungan seks mengalami
terjadinya unmet need pelayanan KB. Kurangnya
kehamilan dalam waktu kurang dari 1 tahun.
pengetahuan tentang alat kontrasepsi merupakan

780
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

faktor penyebab unmet need pelayanan KB di “...Saat mengetahui kalau saya positif hamil,
saya langsung diam rasanya kaki ini tidak
negara-negara Sub-Sahara Afrika dan beberapa
menginjak bumi lagi mbak, dan saya langsung
negara lainnya. Agar dapat memutuskan untuk kasi tahu suami dan membicarakan bagaimana
seterusnya dengan kehamilan itu...” (Ny. WS, 25
memanfaatkan layanan KB, pasangan suami istri
thn).
harus mengetahui berbagai jenis alat kontrasepsi “…Saya takut sekali bu…waktu mengetahui
hamil, saya kaget dan binggung rasanya tidak
yang dapat dipilih dan kemana mereka harus pergi
siap sekali untuk hamil lagi….” (Ny. KP, 25
untuk mendapatkan pelayanan KB. thn).

Dari pernyataan informan tersebut dapat


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan
Melakukan Aborsi dilihat bahwa betapa klien mengalami kebingungan
Pada penelitian ini alasan untuk dan berharap dapat membicarakan masalahnya
menghentikan kehamilan sangat beragam, dengan orang-orang terdekat atau orang yang
dikelompokkan menjadi dua besar, yaitu psiko sosial dipercayakannya dan berharap mendapatkan solusi
dan medis. Pengambilan keputusan adalah proses dan jalan keluar yang baik. Pernyataan informan
berlangsung secara dengan mempertimbangkan berikut menjelaskan bahwa sebenarnya mereka tidak
beberapa kemungkinan pemecahan untuk kemudian siap untuk menerima kehamilannya:
memilih tindakan terbaik dari berbagai pilihan dalam “..Rasanya tidak percaya kalau saya positif
hamil, karena waktu itu saya lagi menggunakan
mencapai tujuan tertentu. Dalam bidang kesehatan,
KB...” (Ny. F, 34 thn).
banyak faktor dari dalam dan luar pelayanan “...Yang saya pikirkan, apa kata tetangga kalau
mereka mengetahui kalau saya hamil lagi
kesehatan yang mempengaruhi kemampuan klien
mbak…sementara anak saya masih kecil baru
dalam mengambil keputusan secara sukarela yaitu: 1) berumur 4 bulan…..”(Ny. KP, 25 thn).
faktor individu dan masyarakat; 2) faktor pemberi
Klien tetap menceritakan kehamilannya
pelayanan; 3) faktor kebijakan.
pada suaminya, dan respon suami setelah berdiskusi
dengan istri dapat dilihat dari pernyataan informan
a. Peran keluarga
berikut.
Permasalahan KTD merupakan masalah
“…Ma sebaiknya jangan hamil dulu...adik khan
kompleks dan sulit bagi seorang perempuan untuk
masih kecil, lagian mama juga masih kuliah dan
memutuskan apakah ia ingin meneruskan atau sebentar lagi saya juga sudah masuk
keperguruan tinggi swasta untuk mendapatkan
mengakhiri kehamilannya terutama apabila tidak ada
ijasah SI...” ( Ny.EY, 27 thn).
orang terdekat bersamanya untuk mendukung “….Saya belum ada pekerjaan dik…jadi kakak
sarankan jangan diteruskan dah kehamilannya
keputusannya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
itu takutnya nanti kita tidak ada biaya untuk
informan berikut: merawat anak lagi….” ( Ny. SI, 31 thn).
“...Aduh bu..saat saya tahu kalau hamil lagi, saya
Peran suami dalam proses pengambilan
langsung bingung tidak tahu harus bagaimana
dan kemana harus bercerita sekaligus bisa keputusan untuk melakukan aborsi sangat besar. Hal
menolong saya bu...” (Ny. SA, 35 thn).
ini dipertegas oleh pernyataan konselor berikut:

781
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

”...suami juga sangat berperan didalam ”....Mumpung masih kecil umur kehamilanmu
memberikan keputusan untuk melakukan aborsi, itu sebaiknya kamu gugurkan saja, di Gerung
walaupun diketahui disini istripun berkeinginan ada dukun yang pinter mengobati orang hamil
untuk melakukan pengguguran, namun karena agar tidak jadi hamil.....” ( Ny. MS , 25 thn).
adanya dukungan dari orang-orang terdekat
bahkan dukungan dari suami membuat sang istri Namun ada juga orang tua dari klien yang
menjadi lebih yakin dengan keputusannya itu...”
menyarankan untuk tetap meneruskan kehamilan ini
(Yeyen, 30 thn).
seperti pernyataan informan berikut:
Keluarga sebagai pangkal utama dan paling
”...Cuti aja dulu kuliah biar tidak berat hamil dan
bertanggung jawab membentuk sikap mental pribadi bisa mengurus anak dengan baik, biar anak
kamu tidak suka di titip-titip sama tetangga...”
seseorang. Sebagai kepala keluarga peran atau
(Ny. EY, 27 thn).
dukungan suami sangatlah diharapkan oleh istri. ”...Biar masih dalam pengobatan dokter, tidak
salah kalau kamu teruskan saja kehamilanmu itu
Namun dalam hal ini, dukungan yang diberikan oleh
nak..” (Ny. SA, 35 thn).
suami sangatlah memprihatinkan seperti yang ”...Mau bagaimana lagi, kalau ibu pikir
dipelihara saja kehamilanmu itu, kasian kalau
dituliskan di atas dan masih ada lagi pernyataan
mau digugurkan siapa tahu itu anak membawa
informan yang suami tidak mendukung kehamilan rizki dalam keluarga...” ( Ny. WS, 25 thn).
tersebut seperti:
Dukungan yang diberikan oleh orang-orang
“....Sudahlah bu jangan terlalu binggung dengan
terdekat ada yang sifatnya positif dan ada juga yang
keadaan ini, besok kita bisa kebidan untuk
konsultasikan kehamilan ibu dan siapa tahu ibu dukungan sifatnya negatif. Dengan adanya
bidan bisa membantu ….” ( Ny. MS, 25 thn).
dukungan-dukungan yang sifatnya mendukung dan
“....Bukanya ayah tidak mau merawat kehamilan
ibu, namun ibu sendiri tahu, kalau ibu hamil yang tidak mendukung justru menambah
susah bahkan harus dirawat dirumah sakit, jadi
kebinggungan klien didalam memutuskan apakah
saran ayah jangan hamil lagi, lagian anak-anak
juga sudah besar-besar…..” ( Ny. WS, 25 thn). kehamilannya itu akan dipertahankan atau tidak. Hal
ini dipertegas dengan pernyataan informan berikut.
Sedangkan orang tua saat mendengarkan
”...Waktu itu saya binggung sekali karena suami
kabar kalau anaknya hamil lagi, mengingat umur
dan orang tua saya menyarankan sebaiknya
cucu-cucunya masih kecil dan keadaan ekonomi jangan hamil dulu, benar juga sih mengingat
anak saya yang bungsu masih kecil...” ( Ny, KP,
sangat memprihatinkan, mereka menyarankan
25 thn).
anaknya sebaiknya digugurkan saja kehamilannya, ”...Rasanya memang belum siap untuk hamil
saat ini, lagian anak saya masih menyusui..”
seperti ungkapan informan berikut:
(Ny. KP, 25 thn).
”....Menurut ibu saya sebaiknya jangan hamil
lagi, mengurus anak itu tidaklah mudah, apalagi b. Cukup Anak
suamimu sendiri masih nganggur dirumah tidak
Penelitian ini menunjukkan bahwa alasan
ada pekerjaan....”( Ny. KP, 25 thn).
cukup anak, tidak mudah mengurus anak, menjadi
Hal ini mengidikasikan bahwa orang tua
faktor penyebab klien memutuskan untuk melakukan
informan lebih menganjurkan kepada anaknya untuk
aborsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan beberapa
menggugurkan kehamilannya:
informan sebagai berikut.

782
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

”...Saya sudah tidak ingin punya anak lagi...anak ”....Bagaimana saya bisa meneruskan kehamilan
saya sudah cukup dua saja...anak pertama saya ini mbak, sedangkan anak saya yang bungsu
usianya sudah 14 thn dan anak yang kedua sudah baru berusia 13 bulan....ya kurang lebih 1 thn
kelas 6 SD… ” (Ny. F, 34 thn) gitu mbak..” (Ny. WS, 25 tahun).
”....Anak-anak saya sudah besar mbak dan malu
sama tetangga kalau ketahuan hamil lagi, d. Alasan Medis Klien Memilih Mengakhiri
biasanya tetangga bilang kita masih Kehamilannya
belang.......sekarang anak saya yang nomor satu
sudah berusia 12 tahun dan anak saya yang Beban fisiologis yang dialami perempuan
bungsu berumur 10 thn…..” (Ny. SI, 31 thn) yang sedang hamil adalah perubahan hormonal yang
”....Aduh bu...mengurus anak itu tidah gampang,
terjadi pada proses pertumbuhan janin. Perubahan
capek, apalagi masih bayinya itu...lelah
bu...anak-anak saya sekarang yang pertama baru hormonal, khususnya perubahan hormon progesteron
masuk usia 4 tahun dan yang kedua usianya satu
setengah tahun…..” (Ny. MS, 25 thn). dan hormon estrogen, mengakibatkan perubahan
fisiologis, seperti mual, pusing, tidak ada nafsu
Sebagian informan ingin menghentikan
makan, meningkatnya tekanan darah, dan suhu
kehamilannya karena alasan psikososial yaitu
tubuh. Namun tidak semua proses kehamilan yang
ketidaksiapan meneruskan kehamilan karena tekanan
dihadapi klien itu fisiologis bahkan sudah masuk ke
psikis dan sosial karena merasa sudah cukup anak,
tahap patologis seperti pernyataan informan berikut:
punya anak dua saja, jarak anak terlalu dekat dan
”...kalau saya hamil dan ngidam, wah bisa
kecemasan bila kehamilan diketahui masyarakat sampe kurus kering bu...karena sampai 2-3 bulan
itu makanan tidak bisa masuk, dimuntahkan
karena anak-anak sudah besar. Bahwa indikasi sosial
terus....” ( Ny. F, 34 thn).
adalah proses pengakhiran kehamilan dengan asfek ”...Waktu saya ngidam, sempat masuk rumah
sakit gitu mbak, sampe dipasangkan infus juga,
sosial yang menginginkan jenis kelamin tertentu,
jadi saya rasa kalau hamil lagi pasti sama
tidak ingin menambah anak lagi, sudah merasa cukup dengan yang dulu...” ( Ny. SI, 31 thn).
”...Saya trauma sekali mbak, waktu ngidam dulu
anak dan KTD.
anak pertama dan kedua, rasanya sakit sekali,
muntah-muntah sampai umur hamil 2 bulan, ini
c. Jarak Anak Dekat juga yang membuat saya menjadi pertimbangan
untuk memutuskan memilih mengakhiri
Jarak kehamilan <6 bulan dapat
kehamilan....” ( Ny. KP, 25 thn).
menimbulkan dampak pada ibu yaitu meningkatkan ”....Saya memilih untuk mengakhiri kehamilan
ini karena saya takut nanti terjadi kelainan pada
resiko kematian maternal, perdarahan pada trimester
bayi saya, mengingat saya terkena virus yang
III, perlukaan awal membran, infeksi pada bisa menyebabkan kelainan pada bayi dan saya
juga sudah minum obat dari dokter....obatnya
endometrium pada masa nifas dan anemia. Pada
yaitu Pyrimetamin....” (Ny. SA, 35 thn).
penelitian ini ditemukan alasan klien memilih
Sementara itu, beban psikologis seperti
mengakhiri kehamilannya karena jarak anak yang
emosi-emosi kuat karena pengaruh perubahan
masih sangat dekat dengan kehamilannya. Seperti
hormonal menjadikan calon ibu lebih peka dan
pernyataan informan berikut:
mudah tersinggung,
”....Tidak bisa saya meneruskan kehamilan ini
bu....sedangkan anak saya yang paling kecil baru ”....Anak-anak saya sudah besar mbak dan malu
berusia empat bulan.....” (Ny. KP, 25 thn). sama tetangga kalu ketahuan hamil lagi,

783
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

biasanya tetangga bilang kita masih belang Di samping keluarga ada beberapa informan
(genit)” (Ny. SI,31 thn).
yang menceritakan masalah dengan tetangga yang
”....Maaf sebelumnya, saya memutuskan untuk
menggugurkan kehamilan ini karena saya masih dianggap sudah seperti saudaranya sendiri. Hal ini
dalam penggobatan dokter, saya takut nanti
dapat dilihat dari pernyataan informan berikut:
kalau hamil ini diteruskan bahaya pada bayi
saya, saya di diagnosa terkena Toxo oleh dokter ”....Teman saya kaget juga mendengarkan
spesialis kandungan, sekarang saya sedang khabar kalau saya hamil, dan menyarankan
dalam pengobatan...” ( Ny. SA, 35 thn). kepada saya sebaiknya bicarakan dulu dengan
suami, dan kalau sudah mantap untuk
Masalah aborsi masih menjadi kontroversi menggugurkan, saya bisa dibantu dianterin ke
klinik N yang bisa membantu untuk melakukan
di Indonesia, namun dari segi hukum aborsi karena
aborsi, mumpung umur kehamilannya masih
alasan medis boleh di lakukan. Hal ini dipertegas kecil.....” (Ny. SI, 31 thn).
”...kehamilan karena gagal menggunakan alat
oleh pernyataan informan berikut:
kontrasepsi dan keinginan untuk
”....Telah kita ketahui bersama bahwa menggugurkannya tidak apa-apa, ya namanya
menggugurkan kandungan tanpa ada indikasi juga tidak senggaja, lagian khan ada suami jadi
medis adalah melanggar undang-undang dan ada tidak usah merasa malu...” (Ny. F, 34 thn).
konsekuensi hukumnya, sehingga jauh lebih
bijaksana melakukan pencegahan KTD dan Dukungan dan perhatian sangatlah penting
aborsi agar tidak terjadi.....”
diberikan kepada seorang perempuan yang
e. Faktor Ekonomi mengalami KTD, adanya dukungan tersebut klien
Kondisi sosial ekonomi yang kurang dapat merasa terlindungi dan mendapatkan perhatian. Hal
mengakibatkan seseorang untuk memutuskan apakah ini diungkapkan oleh informan berikut:
seorang yang sedang mengalami kehamilan tidak ”....kalau ada kasus KTD pada ibu yang sudah
bekeluarga dan dia membutuhkan pertolongan
diinginkan akan meneruskan atau memutuskan untuk
selama masih bisa dibantu ya...kita bantulah
mengakhiri kehamilannya. Hal ini dapat dilihat dari mbak......paling tidak kita bantu untuk
mendapatkan pelayanan KB yang baik....” ( NY
pernyataan informan sebagai berikut :
I, 45 thn).
”....Saya lagi kuliah, dan suami saya bulan depan
juga sudah masuk kuliah di universitas swasta, Kontroversi sekitar ajaran pembenaran islam
keluarga saya saat ini dalam keadaan yang tidak
tentang penghentian kehamilan atau aborsi terhadap
siap untuk menambah anak lagi...” ( Ny. EY, 27
thn). janin memerlukan penyikapan yang arif. Hal ini
”....Keluarga saya sekarang masih tinggal di
diperkuat dengan pernyataan informan berikut:
rumah mertua, di sana juga tinggal saudara ipar,
kalau saya hamil lagi bagaimana bu....rumah saja ”....Islam menegaskan bahwa janin dilarang
belum punya” ( Ny. KP, 25 thn). untuk dibunuh jika sudah berbentuk, akan tetapi
”....Pekerjaan suami saya buruh bangunan, bila masih berbentuk darah tidak diharamkan
kadang ada kadang tidak ada yang mengajak dia karena calon janin tidak dimandikan, disholatkan
kerja sebagai buruh dan penghasilannya ya dan dikafani......” (Tgh, 58 thn).
cukup buat makan sehari-hari saja bu.....” ( Ny.
WS, 25 thn). Disamping itu dalam penelitian ini
ditemukan bahwa apabila umur kehamilan kurang
f. Peran Orang Lain Selain Keluarga
dari 2 bulan boleh untuk digugurkan, seperti
ungkapan informan berikut:

784
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

”.....yang saya dengar-dengar selama ini kalau yang ada di masyarakat seperti pemberian pelayanan
umur kehamilan masih di bawah dua bulan
aborsi. Hal ini tergambar dari ungkapan informan
masih boleh kok untuk digugurkan....” (Ny. F,
34 thn). berikut:
”.....Kata ibu saya, kalau umur kehamilan masih
”....Rasa bersalah itu pasti ada ya mbak, namun
kecil kira-kira satu atau dua bulan masih boleh
di sini kita punya niat untuk membantu klien
untuk digugurkan, karena bayinya itu belum
yang benar-benar membutuhkan bantuan dari
bernyawa...” ( Ny. SA, 35 thn).
kami....” (Yeyen, 30 thn).
”....Selama yang saya ketahui dan dengar dari
beberapa orang kalau menggugurkan kehamilan
Pelayanan aborsi di klinik PKBI sudah
masih umur kehamilan di bawah dua bulan,
masih boleh kata orang tua dulu juga mendapatkan persetujuan dan merupakan
begitu.....(Ny, MS, 25 thn).
kesepakatan dari beberapa instansi terkait dan
g. Fasilitas Pelayanan beberapa tenaga ahli kandungan yang ada di
Salah satu yang menyebabkan klien merasa Lombok. Apabila ada kasus KTD pada ibu yang
nyaman selama berada di klinik PKBI adalah sudah menikah dan ingin mengakhiri kehamilannya
lingkungan yang kondusif. Hal ini diperjelas dengan di rujuk ke PKBI. Hal ini tercermin dari ungkapan
pernyataan beberapa informan berikut. informan berikut:
”....Di klinik itu pegawainya ramah-ramah, saya ”....kalau saya menemukan kasus KTD di klinik
ditangani dengan baik dan dikasih tahu juga saya, maka saya akan merujuk ke klinik PKBI
tentang bagaimana proses terjadinya kehamilan ini semua sesuai dengan kesepakatan bersama
pada waktu konseling oleh (konselor)....” (Ny. F, pada waktu sosialisai tentang KTD dan
34 thn). Aborsi...” (dr. H, 45 thn).
”....Biaya di klinik tidak mahal, malah kita bisa ”....Saya sudah mendapatkan pelatihan dari
pakai surat keterangan miskin, kalau saya boleh dokter spesialis kandungan di Rumah Sakit
pakai kartu jamsostek suami saya....” (Ny. SA, Umum Mataram, mengenai Aspirasi Vakum
35 thn). Manual, sehingga saya boleh membantu
”....Tidak seperti di rumah sakit, administrasinya tindakan di Klinik PKBI...” (dr. R, 30 thn).
ribet, mungkin karena banyak pasien kali.....
makanya pelayanan di rumah sakit jadi lama, Sikap ahli kebidanan terhadap aborsi tidak
kalau di spesialis biayanya mahal sekali
homogen, ada yang sangat anti, tidak mau
bu....saya nggak mampu untuk membayarnya,
kalau di klinik PKBI sendiri alhamdulillah bisa melakukannya namun bersedia merujuk ke rekan
kami jangkau....” (Ny. EY, 27 thn).
seprofesinya dan bersedia memberikan layanan
”....Pertama saya takut, seterusnya tidak, karena
ibunya baik dan ramah....” (Ny. WS, 25 thn). aborsi untuk membantu perempuan yang sangat
”....Dekat klinik ada kantor pak polisi, awalnya
membutuhkan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
saya takut tapi sesuai dengan prosedur yang ada,
kita juga diberi konseling, ibu dokternya juga informan berikut :
tidak memaksa kita, semua kembali ke kita yang
”....Pandangan POGI mengenai aborsi memang
hendak memutuskan mau menggugurkan atau
ada, dimana dalam organisasi sudah ditetapkan
tidak kehamilan itu. Dan biaya di klinik tidak
aturan-atauran hukumnya untuk anggota POGI
mahal.....”(Ny. F, 34 thn).
yang berperan dalam masalah aborsi. Tidak ada
batasan dan larangan dalam melakukan hal ini
Sebagai pemberi pelayanan kesehatan,
tetapi harus ada batasan karena terlambat haid
provider harus memberikan pelayanan prima kepada bukan semata-mata kehamilan, adanya haid yang
tidak diketahu, adanya keluar darah, adanya
klien walaupun bertentangan dengan norma-norma
kegagalan KB karena tidak ada KB yang

785
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

sempurna sehingga jika provider ingin Beberapa klien lebih memilih untuk
membantu pelayanan IH bisa saja dilakukan....”
melakukan permintaan di klinik karena biayanya
(dr.Ru SpOG, 40 thn).
tidak mahal, sebagai berikut:
4. Upaya yang Dilakukan Klien untuk
”....Wah kalau saya ke dokter spesialis
melakukan Aborsi
kandungan takut bu....biaya disana mahal sekali,
a. Upaya Mengatasi Sendiri tetangga saya yang melahirkan saja bisa sampai
3-4 juta, apalagi kalau kita mau minta pelayanan
Sebelum datang ke klinik PKBI, sebagian menggugurkan kehamilan mungkin lebih mahal
besar klien mencoba beberapa tindakan yang lagi.....” (Ny. WS, 25 thn).
”....Kalau di dokter obgin biaya terlalu mahal
diyakini bisa membuat keguguran. Hal ini seperti
mbak, saya tidak bisa jangkau, memang sih
yang diungkapkan beberapa informan berikut: pelayanan yang akan diberikan pasti
bagus...cuma bagi saya tetap saja membutuhkan
”....Saya mencoba makan nanas yang masih
biaya untuk berobat ke spesialis
muda, katanya bisa bikin kita mens lagi.....” (Ny.
kandungan....sedangkan di klinik cukup bayar
WS, 25 thn).
Rp. 800,000 .....”(Ny. KP, 25 thn).
”....Saya pernah dengar nama obat yang bisa
”....kalau biaya yang pasti saya tidak tahu ya
menggugurkan kehamilan dan obat itu adanya di bu.....namun dari yang saya dengar-dengar kalau
apotek saja, nama obatnya cytotec, saya coba ke dokter spesialis itu biaya mahal, bisa berjuta-
cari di apotek dan memang benar obatnya dapat
juta kalau mau menggugurkan kehamilan di
kita beli langsung tanpa menggunakan resep dari
sana..... jadi saya takut bu ke dokter spesialis,
dokter dan saya coba masukan 2 biji sesuai
uang saya tidak cukup, inipun saya masih pinjam
dengan informasi yang saya dapatkan dari
sama kakak untuk biaya aborsi di klinik, di
tetangga......”(Ny.SI, 31 thn). klinik saya cuma bayar Rp.600,000 itupun sudah
”....Saya mencoba merebus jahe yang dicampur biaya obatnya juga bu....(Ny. EY, 27 thn).
merica, lalu saya minum sehari bisa sampai 3-4
”....Sebenarnya pingin ke dokter spesialis mbak
gelas, biar perut terasa panas dan akhirnya bisa
hee, laguk dek arak kepeng.....maksudnya pingin
mens lagi.....(Ny.KP, 25 thn).
ke dokter spesialis tapi tidak ada uang, dan juga
”....Bu kalau saya coba loncat-loncat, makan belum tentu bisa ditolong di sana makanya saya
nanas muda, malah suami saya menyuruh saya coba datang ke klinik PKBI yang kata teman
minum air tuak....itu lho bu minuman yang biasa
saya disana kita bisa ditolong asalkan alasan kita
diminum untuk mabuk-mabuk..... katanya cepat
bisa diterima untuk menggugurkan
bikin gugur kehamilan kita, begitu bu....” (Ny.
kehamilan.....” (Ny. F, 34 thn).
MS, 25 thn).
”....Saya masih minum obat dari dokter, obat
Alasan klien lebih memilih klinik sebagai
yang saya minum adalah obat Pyrimetamin, saya
coba datang ke klinik PKBI saja meminta untuk tempat mencari pelayanan untuk kesehatannya
pengakhiri kehamilan.....karena kalau di klinik
disebabkan oleh keadaan keuangan keluarga yang
swasta yang dokter spesialis punya biayanya
besar...” (Ny. SA, 35 thn). tidak mendukung. Karena status sosial ekonomi
”....Sudah mencoba berbagai minum obat dan
keluarga merupakan indikator bagi perempuan atau
jamu baik yang diminum maupun yang
dimasukkan lewat pantat tapi kok tidak keluar- seseorang untuk menentukan sendiri tempat
keluar juga, saya tambah binggung lagi bu harus
pertolongan pelayanan kesehatan sesuai dengan
bagaimana sampai akhirnya saya datang ke
klinik PKBI atas petunjuk dari temannya keadaan ekonominya. Namun hal tersebut tidak
suami.....”(Ny. EY, 27 thn).
berlaku bagi klien yang mengalami KTD ini untuk
b. Pemilihan tempat pelayanan. datang mencari pelayanan aborsi. Seperti pernyataan
informan berikut:

786
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

”....Yang saya dengar kalau pergi ke dukun, ”....Kalau mau menggugurkan kehamilan disini
waktu menggugurkan kehamilan perut kita ada syarat yang harus ibu siapkan seperti tanda
diremas-remas, sampai bayi kita keluar, dan itu tangan persetujuan dari ibu dan suami ibu,
pasti sakit mbak...” (Ny. SI, 31 thn). menunjukkan surat nikah….dan kalau umur
”....Aku takut kedukun, kalau mau kehamilan lebih dari 10 minggu kami tidak bisa
menggugurkan kehamilan, dari yang aku dengar menolong dan kami harus merujuk ke dokter
kalau mau digugurkan dalam perut kita spesialis kandungan bu begitu…..”
dimasukkan alat-alat yang bisa mengeluarkan
bayinya..” (Ny. KP, 25 thn). Setelah klien mendapatkan konseling dari
”....Saya belum tahu cara dukun beranak itu
konselor, klien tidak memerlukan waktu yang lama
menggugurkan kehamilan....namun dari yang
saya dengar ceritanya, kalau dukun beranak itu di dalam memutuskan untuk mengakhiri
mau menggugurkan kehamilan biasanya ada alat
kehamilannya. Hal ini dipertegas oleh pernyataan
yang berbentuk batang kayu yang dimasukkan
ke dalam jalan lahir kita, dan saya takut kedukun informan berikut:
nanti ketahuan pol PP bisa di tangkap....” (Ny.
”....Ibu maaf sebelumnya, tapi saya sangat
MS, 25 thn).
berharap ibu mau membantu saya untuk
”....Dulu ada tetangga saya punya teman, dia
menggugurkan kehamilan ini, saya benar-benar
mencoba menggugurkan kehamilannya sama
tidak bisa meneruskan kehamilan ini tolong ya
dukun, tapi dia meninggal karena perdarahan,
bu..... bilang sama dokternya supaya mau
makanya saya tidak berani kedukun, lebih baik
membantu......saya dengan suami sudah siap
ke dokter saja....”(Ny. KP, 25 thn).
dengan resikonya bu....” (Ny. SI, 31 thn).
”....Sebelum saya datang ke klinik ini, saya
5. Proses Konseling
sudah mencoba berbagai cara bu yang dibilang
Komunikasi interpersonal/konseling dapat menggugurkan, jadi tolong bu bantu saya
untuk bisa dilakukan tindakan disini, resikonya
merupakan elemen penting dalam program KB,
saya akan tanggung sendiri bu....” (Ny. KP, 25
merupakan penjabaran dari dimensi nyata hubungan thn).
”....saya dengan suami sudah sepakat untuk
interpersonal dari kerangka kerja kualitas pelayanan.
mengakhiri kehamilan ini, karena merasa belum
siap untuk hamil lagi, tolonglah bu bantu istri
a. Konseling pra (sebelum) tindakan saya kami sudah siap dengan resiko atas
permintaan kami ini, dan kami sudah siap
Konseling awal di sini konselor bertanya
pertanggung jawabkan dengan yang di atas
seperti menggali kebutuhan dan perasaan klien, berhubung kehamilan saya ini masih kecil bu....”
(Ny. WS, 25 thn).
mempelajari nilai dan rencana masa depan klien,
”....Bu kalau bisa sesegera mungkin saya bisa
memberi informasi tentang; 1) proses kehamilan, 2) dibantu, karena takut nanti umur kehamilan ini
bertambah besar.....” (Ny. F, 34 thn).
cara dan prosedur aborsi, 3) memberikan informasi
”....tolong bu, saya tetap ingin meminta bantuan
kemungkinan efek samping, komplikasi, dan resiko untuk digugurkan saja kehamilan saya ini,
karena saya sudah mantap dari kemarin untuk
aborsi, 4) isu-isu KR (misalnya kontrasepsi, PMS,
menggugurkan kehamilan ini. (Ny.EY, 27 thn).
ISR, HIV/AIDS). Hal ini diungkapkan oleh informan
Sebelum klien memutuskan mengakhiri
berikut:
kehamilannya biasanya minta untuk berdiskusi
”....Proses kehamilan itu tidak mudah bu,
dibutuhkan perjuangan yang kuat agar bisa kembali dengan suaminya, setelah 3 hari kembali
terjadi kehamilan, dari segi agama juga tidak
namun tetap memilih mengakhiri kehamilannya. Hal
diperbolehkan untuk menggugurkan
kehamilan.....” (Yeyen, 30 thn). ini ditegaskan dengan pernyataan informan berikut:

787
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

”....Saya sudah diskusikan kembali dengan ”....saya tanda tangan di surat pernyataan yang
suami dan ibu saya, tapi saya datang lagi dan diberikan oleh bu dokter mbak, bukti kalau saya
keputusan saya tetap memilih untuk digugurkan memang benar mau pakai KB.....” ( Ny. SI, 31
saja kehamilan saya ini bu....jadi tolong ya bu thn).
saya dibantu....”(Ny. MS, 25 thn).
”....Maaf bu...saya sudah mencoba memikirkan Penggunaan salah satu alat kontrasepsi bagi
keputusan saya yang kemarin, namun selama
klien yang telah melakukan aborsi sudah disepakati
tiga hari ini saya sudah memutuskan untuk
diggugurkan saja kehamilan ini, saya takut bersama oleh klien dengan konselor pada awal
malah nanti bayi saya tidak lahir normal......”
konseling. Seperti pernyataan berikut:
(Ny. SA, 35 thn).
”...Setelah saya diskusi dengan suami, saya
Pada proses konseling, klien selalu memutuskan langsung untuk memakai alat
kontrasepsi, setelah tiga hari dilakukan
melibatkan keluarga seperti suami, ibu atau keluarga
pengguguran saya datang lagi ke klinik PKBI
yang datang ke klinik untuk menemani klien. untuk memakai kontrasepsi, saya minta
kontrasepsi suntikan yang 3 bulan...” (Ny.
WS,25 thn).
b. Konseling pasca tindakan aborsi
”....Bu, saya mau pakai KB suntik saja dulu dan
Pasca tindakan aborsi, tindakan yang tidak saya berjanji untuk tetap patuh bila waktu suntik
ulang nanti tiba waktunya......” (Ny. EY, 27 thn).
kalah pentingnya adalah memberikan konseling KB.
”....Setelah saya pikir-pikir di rumah dan
Hal ini tergambar dari ungkapan informan berikut: meminta pertimbangan suami, saya memutuskan
pakai KB IUD saja bu.....” (Ny. MS, 25 thn).
”....saya menjelaskan kembali tentang KB jenis
dan macam alat kontrasepsi, keuntungan dan
d. Perasaan Klien Setelah Aborsi
kerugian dari masing-masing alat kontrasepsi,
dan mengingatkan kembali kepada klien untuk
menggunakan KB...” (Yeyen, 30 thn). Perasaan yang dihadapi oleh masing-masing
klien tentu tidaklah sama setelah dilakukan tindakan
Saat pemberian konseling KB, klien harus
aborsi, tapi pada umumnya klien merasa ada
menerima informasi lengkap tentang metode
kepuasan tersendiri dengan proses tersebut. Hal ini
kontrasepsi. Untuk membantu klien memilih alat
sesuai dengan pernyataan informan berikut:
kontrasepsi apa yang akan digunakan, telah tersedia
”....Saya merasa lega mbak karena sudah dibantu
KIE kit seperti ungkapan konselor berikut: dan dilakukan tindakan sehingga saya keluar
”.....Di meja saya tersedia berbagai alat dan jenis dari masalah yang cukup berat itu.....”(Ny. MS,
kontrasepsi yang akan ditunjukkan ke klien agar 25 thn).
klien bisa memilih kontrasepsi apa yang akan ”....Perasaan saat ini tentu berbeda dengan
dugunakan” (Yeyen, 30 thn). kemarin sebelum tindakan, sekarang saya sudah
tenang tidak ada beban yang bikin pusing
Selain diberikan informed choice, klien juga kepala, walau ada sedikit rasa sedih tapi sudah
lumayan tenang rasanya sekarang.....”(Ny.SI, 31
diberikan informed consent. Hal ini ditegaskan thn).
dengan pernyataan informan berikut: ”....Saya sudah tidak merasa takut lagi, dan
sudah tenang kembali, sebelum mendapatkan
”....saya diberikan surat persetujuan oleh pelayanan saya merasa takut tapi sekarang sudah
bidannya dan saya diminta untuk baik tidak stress seperti kemarin......hanya masih
menandatangani surat tersebut sebagai bukti memikirkan mau pakai KB apa gitu.....biar tidak
kalau saya telah memilih salah satu alat KB.....”( hamil lagi ”(Ny. KP, 25 thn).
Ny. WS, 25 thn).

788
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2011

”....Puas rasanya keluar dari masalah itu penelitian ini aborsi adalah satu jalan untuk keluar
bu....kemarin binggung bercampur takut harus
dari masalah.
bagaimana dengan kehamilan itu soalnya saya
takut sekali kalau sampai hamil lagi.....”(Ny. F,
Saran
34 thn).
”....Yah perasaan saya lega mbak biarpun ada Saran yang dapat disampaikan dari hasil
rasa sedih juga tapi sekarang semua sudah
penelitian ini ialah meningkatkan kualitas konseling
selesai tinggal memikirkan kehidupan
selanjutnya agar tidak terulang lagi kejadian bagi tenaga kesehatan di dalam memberikan
seperti kemarin yaitu kebobolan hee.....”(Ny.
konseling KB. Untuk PKBI sangat diperlukan
SA, 35 thn).
”....Takut mbak kalu ingat-ingat, ya berdoa saja strategi khusus bertahap untuk melakukan advokasi
semoga tuhan memaafkan keputusan saya yang
ke semua pihak dalam penanganan kasus KTD dan
telah menggugurkan kehamilan.....”(Ny.EY, 27
thn). bekerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk
mensosialisasikan masalah kesehatan reproduksi di
Dari beberapa pandangan tentang KTD dan
propinsi NTB. Sedangkan pemberi kebijakan
aborsi pada dasarnya kasus KTD dan aborsi di NTB
diharapkan dapat memandang kasus KTD dan aborsi
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, asalkan
ini tidak semata-mata kesalahan perempuan saja,
diberikan penjelasan-penjelasan dan bukti-bukti
dikaji kembali. Bekerjasama dengan tokoh agama
tentang angka kesakitan dan kematian yang
dan tokoh masyarakat di dalam memberikan
diakibatkan oleh KTD dan aborsi. Dukungan dari
informasi tentang kesehatan reproduksi. Serta
berbagai pihak yang terkait dengan kasus KTD dan
Program KB tidak hanya ditujukan untuk wanita
Aborsi sangatlah diharapkan agar supaya klien
saja, karena faktor suami merupakan hal yang
merasa aman dan nyaman dalam menghadapi
penting untuk menentukan keberhasilan program.
masalahnya.

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN DAN SARAN
Affandi B., Adriaanzs, G. & Fihir, I.M. Paket
Kesimpulan
Pelatihan Klinik Asuhan Pasca Keguguran,
Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan Panduan Penatalaksanaan Klinik dan
Pengorganisasian Pelayanan, JNPK-
bahwa hal yang menyebabkan klien mengalami KTD
KR/POGI, ed.2, Jakarta. 2001.
adalah tidak menggunakan salah satu alat kontrasepsi
BPS, BKKBN, Dep.Kes & ORC Macro. Survey
dan gagal menggunakan alat kontrasepsi. Namun Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-
2003. Calverton, Maryland, USA: ORC
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan klien
Macro. 2003
untuk mengakhiri kehamilannya ialah cukup anak,
Bruce, J. Fundamental element of quality of care: a
ekonomi keluarga, jarak anak terlalu dekat, dan Simple Framework. Stud Fam Plan,
1990;21 (2) : 61 – 69.
alasan kesehatan. Di samping itu pengambilan
Conde-Agudelo, A. & Belizan, J.M. Maternal
keputusan dipengaruhi keluarga atau orang-orang
Morbidity and Mortality Associated with
terdekat seperti suami, orang tua bahkan ada yang Interpregnancy Interval: cross sectional
study. BMJ; 2000. 321: 1255-9.
melibatkan orang lain seperti tetangganya. Pada

789
Sopiatun, Proses Pengambilan Keputusan tentang Aborsi

Cunningham, F.G., MacDonald, P.C. & Gant, N.F. Santelli, J., Rochat, R., Hatfield-Timajchy, K.,
Obstetri Williams, Penerjemah Suyono, J., Gilbert, B.c., Curtis, K., Cabral, R., Hirsch,
dan Hartono, A., Jakarta: EGC. 1995. J.S., Schieve, L. & Other Members of the
Unintended Pregnancy Working Group. The
Departemen Kesehatan. Modul Pelatihan measure and meaning of unintended
Kepemimpinan Wanita Menuju Hidup pregnancy. Perspect Sex Reprod Health,
Sehat, Jakarta: Yayasan Melati, 1995. 2003;35 (2).

Faturochman. Sikap dan Perilaku Seksual Remaja Sedgh, G., Ball, H. Abortion in Indonesia. New
Bali. Laporan Penelitian. Fakultas Psikologi York: Guttmacher Institute:1-6. 2008.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.1990.
Stacey, D. Contraception. terdapat dalam:
Green, L W. & Kreuter, M.W. Health Promotion <http://contraception. about.
Planning an Education and Environmental com/od/contraceptionoverview/g/glossary.
Approach, Mayfield Publishing htm>. (Diakses pada tanggal 10 Desember
Company.1991. 2008). 2008.

Manuaba, I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
Kandungan dan Keluarga Berencana. dan R % D. Bandung: CV Alfabeta. 2008.
Jakarta: EGC. 1998.
WHO. Unsafe abortion. Global and regional
Nojomi, M., Akbaria, A., Moghadam, S.A. Burden of estimates of the incidents of ansafe abortion
Abortion:Induced and Spontaneus. Arch and associated mortality in 2000, 4th.
Iranian Med, 2006; 9(1): 39-45. Geneva: WHO. 2004.

Saluso, J. Pengambilan Keputusan Strategik: Untuk Widyantoro, N., Lestari, H. Penghentian Kehamilan
Organisasi Publik dan Organisasi Non- Tak Diinginkan (KTD) yang aman berbasis
Profit, Cetakan IX. Grasindo, Jakarta.2006. Konseling, Penelitian di 9 kota besar.
Jakarta: Yayasan Kesehatan Perempuan.
2004.

Westoff, C., & Bankole, A. Unmet Need: 1990-94,


DHS Comparative Studies, Number 16.
Columbia, Maryland: Institute for
Resources Development, Macro
Internasional. 1995.

790

You might also like