You are on page 1of 10

MAKALAH

TITRASI IODATOMETRI

Dosen Pembimbing

Disusun Oleh
Rosidana Putri
2048201065

PROGRAM STUDI SI-FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU
JAMBI T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. dalam makalah ini kami membahas Titrasi idodatometri. makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kimia Analisis, kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak, dan juga kepada teman – teman
sekelompok kami yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang dapat
membangun, kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah kami selanjutnya, akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita sekalian.

Jambi 21 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar...............................................................................................................i

Daftar Isi.. ....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................2

C. Tujuan Masalah......................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Iodatometri
B. Azas Iodatometri
C. Prosedur Pembakuan dan penetapan kadar

Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang masalah

Salah satu metode analisis kuantitatif adalah titrasi iodatometri. Titrasi ini merupakan
prosedur penentuan iodida menggunakan metode iodatometri, titrasi dilakukan dalam suasana
asam, peniter yang digunakan adalah kalium iodat dan indikator yang digunakan adalah
kloroform. Titik akhir titrasi ditandai dengan menghilangnya warna ungu pada lapisan
organik. Iodium larut dalam kloroform dan membentuk larutan berwarna ungu. pengoksidasi
kuat dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan menitrasi iod yang dibebaskan
karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan
iodide.           
Reaksi ini lambat dalam larutan netral, namun lebih cepat dalam asam dan dipercepat
oleh UV. Setelah penambahan KI kedalam suatu larutan asam suatu zat pengoksida larutan
tidak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara , karena akan berbentuk
tambahan iod oleh reaksi terlalu diatas. Nitrit tidak boleh ada, karena garam ini akan
direduksi oleh ion iodide  menjadi Nitrogen monoksida , yang kemudian dioksidasi kembali
menjadi nitrit oleh oksigen dari udara. KI haruslah bebas dari iodat , karena kedua zat ini
dalam suasana asam akan bereaksi dengan melepaskan iod.
               Garam kalium iodidat mengoksidasi iodide menjadi iod secara kuantitatif dalam
larutan asam.Reaksi iodat sangat kuat, reaksi ini hanya membutuhkan sedikit sekali kelebihan
ion Hidrogen untuk melengkapi reaksi kekurangan utama iodat sebagai standar primer adalah
BE-nya rendah. Pada proses titrasi ini, digunakan suatu indicator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai dinyatakan dengan perubahan warna, menandakan
telah tercapainya titik akhir titrasi.
b. Rumusan masalah
 Apa itu reaksi iodatometri ?
 Bagaimana azas titrasi iodatometri
 Bagaimana prosedur pembakuan dan penetapan kadar dengan metode Iodatometri ?
c. Tujuan masalah          
 Mengetahui devinisi titrasi iodatometri
 Mengetahui azas titrasi iodatometri
 Mengetahui cara prosedur pembakuan dan penetapan kadar dengan titrasi iodatometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Iodatometri

Iodatometri adalah titrasi yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan


larutan KIO3-. Iodat merupakan oksidator yang lebih kuat daripada iodium, dimana reaksi
oksidasi berlangsung dalam suasana asam dan iod yang terbentuk dapat ditunjukkan dengan
suatu indikator.

Larutan kalium iodat dibuat dengan melarutkan sejumlah tertentu kalium iodat dalam
air secukupnya. Kalium iodat dapat diperoleh dalam keadaan murni dan bersifat stabil
sehingga larutan ini tidak perlu dibakukan kembali. Larutan baku kalium iodat tidak
menggunakan normalitas akan tetapi molaritas karena normalitasnya dapat bermacam-
macam, tergantung reaksinya. Dalam hal ini, maka reduksi kalium iodat menjadi iodida tidak
bisa seragam sebagaimana klaium bromat. Pada reaksi berikut:

IO3- + 6H+ + 6e ⇌ I- + 3H2O (I)

maka 1 mol kalium iodat setara dengan 6 elektron akibatnya valensinya adalah 6 sehingga
0,05 M sama dengan 0,3 N, akan tetapi jika digunakan kelebihan kalium iodat maka yang
terjadi pada reaksi (I) akan terbentuk iodium, sehingga kelebihan iodat dan iodium dapat
ditetapkan secara iodometri. Reduksi iodat menjadi iodium dapat ditulis dengan reaksi
sebagai berikut:

2IO3- + 12H+ +10e → I2 + 6H2O (II)

Pada reaksi (II) ini maka 2 mol iodat setara dengan 10 elektron sehingga valensinya 5
akibatnya larutan 0,05 N setara dengan 0,25 N. Reaksi ini tidak digunakan untuk penetapan
resmi.

Dengan beberapa persyaratan, maka hasil reduksi iodat menjadi iodida dan iodium
(Reaksi I dan II) dapat diubah menjadi I + secara kuantitatif. Pada penggunaannya dalam
titrasi, pengubahan menjadi I+ dilakukan dengan memberikan konsentrasi HCl yang agak
tinggi. Iodium yang mula-mula terbentuk ari kalium iodat mengalami solvalisis dalam pelarut
polar menurut reaksi berikut:

I2 ⇌ I+ + I -
Dengan adanya konsentrasi HCl yang cukup maka kation iodium membentuk
iodomonoklorida yang kemudian terjadi stabilisasi dengan membentuk ion kompleks
menurut reaksi:

I- + HCl ⇌ ICl+ + H+

Cl + HCl ⇌ ICl2- + H+

I+ + 2HCl ⇌ ICl2- + 2H+

Pembentukan iodo monoklorida inilah yang digunakkan dalam penetapan kadar


beberapa zat reduktor. Pada cara ini maka reaksi reduksinya berjalan sebagai berikut:

IO3- + 6H+ + 4e ⇌ I - + 3H2O

Pada reaksi ini maka 1 mol iodat setara dengan 4 elektron sehingga valensinya adalah 4,
akibatnya 0,05 M sama dengan 0,2 N.

Pada penetapan kadar dengan kalium iodat digunakan kloroform atau karbon
tetraklorida untuk menetapkan titik akhirnya. Pada permulaan titrasi ketika terbentuk iodium
maka permukaan kloroform menjadi berwarna, setelah semua zat pereduksi sudah dioksidasi
maka iodat dan iodidanya bereaksi dengan I - sehingga warna dari lapisan kloroform akan
hilang. Disini tidak digunakan larutan kanji, karena pada keasaman yang tinggi tidak
terbentuk warna biru dari kompleks kanji-oidium. Selain pelarut organik, dapat juga
digunakan zat warna tertentu seperti amaranth, brilianth Ponceau dan sebagainya.

B. Azas Iodatometri
- KIO3 oksidator cukup kuat
- Mampu mengoksidasi I- dan I2

C. Prosedur pembakuan dan penetapan kadar


Pembakuan KIO3
Larutan baku KIO3 dibuat langsung
KIO3 (VN) + KI I2 di titrasikan dengan Na2S2O3 baku (bisa dipakai untuk pembakuan
Na2S2O3)
KI (sebagai baku) di titrasi
1. Pembuatan larutan HCL 2N 200 ml

1.      Dipipet teliti larutan HCL 33,16 ml


2.      Dimasukkan kedalam labu tentukur 200 ml yang telah berisi sedikit aquadest
3.      Dicukupkan volumenya sampai tanda batas
4.      Dikocok homogan
5.      Diberi etiket

2. Penetapan Kadar KI
a. Suasana HCl 1 N

KIO3 + 5 KI + 6 HCl → 3 I2 + 6KCl + 3H2O..............(1)

b. Suasana HCl ≥ 4 N

KIO3 + 2 I2 + 6 HCl → 5 ICl + KCl + 3 H2O..............(2)

Titrasi KI:

Suasana HCl ≥ 4N:

HIO3+ 5 HI → 3I2 + 3H2O...........................(a)

HIO3+ 2I2+ 5HCl→ 5 ICl + 3H2O...............(b)

(a) sewaktu titrasi makin coklat (I2)

(b) lanjutan titrasi menghasilkan warna kuning muda: tambahkkan larutan amaranth:

merah → kuning muda ( atau pelarut organik: CHCl3, CCl4 )

3. KIO3 0,05 N. ( FI. Ed III hal 747)

Pembuatan : Timbang saksama 10,700 g kalium iodat P yang telah dikeringkan pada suhu
1000 hingga bobot tetap tetap, larutkan dalam air secukupnya hingga 1000,0 ml

 Untuk pembuatan KIO3 0,1 N 100 ml


Timbang saksama 2,14 gram kalium iodat P yang telah dikeringkan pada suhu 100 0C
hingga bobot tetap, larutkan dalam air secukupnya hingga 100 ml
4. Penetapan Kadar Vitamin C

( Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi hal. 364 )

50 tablet ditimbang dengan teliti, lalu dibubuk dalam lumpang dan diaduk sampai
tercampur homogen. Kemudian sejumlah dari bubuk itu yang kira-kira mengandung 200 mg
vitamin C, ditimbang dengan seksama dan dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan
aqua bidestilata 20 ml dan diaduk hingga rata, selanjutnya disaring dengan corong buchner.
Gelas kimia dan residu dicuci tiga kali 10 ml aquabidestilata. Seluruh filtrat di asamkan
dengan 2 N HCL (± 25 ml). Setelah ditambahkan 10 ml CCl 4 atau CHCl3 akhirnya dititrasi
dengan larutan KIO3 sampai larutan CHCl3 mulai berwarna ungu ( Titik Akhir I) .Kemudian
keasaman dipertinggi 5 N atau lebih lalu dititrasi dilanjutkan hingga lapisan CHCl 3 hilang
warnanya (Titik Akhir 2)

KIO3 + HCl → HIO3 + KCl

Pada penetapan kadar vitamin C dengan iodatometri, digunakan kalium iodat sebagai
peniter. Indikator yang digunakan adalah CCl4 atau CHCl3 untuk menetapkan titik akhirnya.
Pada titik akhir titrasi pertama akan terbentuk warna ungu kemudian keasaman dipertinggi
5N lalu dititrasi kembali hingga lapisan CHCl3 hilang warnanya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Iodatometri adalah titrasi yang dilakukan secara langsung dengan menggunakan KIO3-.

2. Iodat merupakan oksidator yang lebih kuat daripada iodium.

3.Reaksi oksidasi berlangsung dalam suasana asam dan iod yang terbentuk dapat ditunjukkan
dengan suatu indikator

4. Digunakan pelarut organik yang tidak bercampur dengan air (CCl4 atau CHCl3) sebagai
indikator.

5. Selain pelarut organik, dapat juga digunakan zat warna tertentu seperti amaranth, brilianth
Ponceau dan sebagainya.

6. Pada permulaan titrasi ketika terbentuk iodium maka permukaan kloroform menjadi
berwarna, setelah semua zat pereduksi sudah dioksidasi maka iodat dan iodidanya bereaksi
dengan I- sehingga warna dari lapisan kloroform akan hilang.

7. Tidak digunakan larutan kanji, karena pada keasaman yang tinggi tidak terbentuk warna
biru dari kompleks kanji-iodium.

8. Penetapan kadar vitamin C dan KI merupakan contoh titrasi iodatometri


DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I dan Rohman A., 2007, Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka
Pelajar.Yogyakarta

Harmita., 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi. Universitas
Indonesia. Jakarta

You might also like