You are on page 1of 16

MAKALAH

ANALISIS KUANTITATIF

Dosen Pembimbing

Disusun Oleh
Rosidana Putri
2048201065

PROGRAM STUDI SI-FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU
JAMBI T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kimia Analisis tentang “Pengolahan
Data Analisis”.

Makalah ini berisikan tentang tujuan dan manfaat pengolahan data analisis, tahapan analisa
kesalahan yang terdapat didalam analisis faktor – factor yang berpengaruh terhadap analisis,
cara memperkecil kesalahan, ketepatan dan ketelitian, cara menuliskan hasil dan penolakan
hasil analisis, galat/error, akurasi/presisi, angka bermakna dan analisis statistik.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
berguna bagi semua pihak. Sekian dan terima kasih.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar............................................................................... ii

Daftar Isi......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 4

1.2 Tujuan........................................................................................ 4

BAB II ISI

2.1 Pengertian Stoikiometri............................................................ 5

2.2 Konsep Mol dan Molar ........................................................... 6

2.3 Normalitas ............................................................................... 7

2.4 Molaritas.................................................................................. 7

2.5 Bobot Ekivalen......................................................................... 8

2.6 Konsentrasi.............................................................................. 9

2.7 Perhitungan Kadar................................................................... 10

2.8 Pengenceran ............................................................................. 11

2.9 Aturan Pembulatan.................................................................. 12

2.10 Larutan Baku........................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kuantitatif merupakan penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu
sampel. Zat yang ditentukan, sering ditunjukkan sebagai zat yang diinginkan atau analit,
dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar sampel yang dianalisis. Dalam analisis kimia
kuantitatif, banyak sekali dilakukan analisis dengan menggunakan metode analisis kimia.
(Underwood, A. L.1980). Hasil analisis yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk
tujuan tertentu, misalnya pemeriksaan kualitas air minum, analisis forensik bagian tubuh
dalam beberapa kasus kriminal, dan penentuan kualitas suatu produk industri yang akan
diekspor ke luar negeri. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui kualitas dari hasil-hasil
pengukuran dengan mengutamakan jaminan kualitas (quality assurance) terhadap
pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium yang bersangkutan. Ini
dimaksudkan sebagai aturan bahwa suatu laboratorium tersebut mampu dan memiliki data
dengan kualitas yang diperlukan. Analisis kimia sangat menekankan ketelitian dan
keakuratan hasi -hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode standar.
Untuk itu, penting untuk menyatakan kualitas hasil-hasil pengukuran yang diperoleh
sehingga dapat dilihat kesesuaiannya dengan cara mencantu mkan tingkat kepercayaan
pengukuran. Salah satu pengukuran yang bermanfaat diantaranya adalah ketidakpastian
pengukuran (measurement uncertainty).

1.3 Rumusan Masalah

Apa itu metode-metode analisis kuantitatif ?

1.2 Tujuan dan Manfaat

Mahasiswa mampu Mengetahui Dan Mempelajari Metode - Metode Analisis Kuantitatif

4
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Stoikiometri

Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah stoikiometri


(stoichiometry) secara harfiah berarti mengukur unsur-tetapi dari sudut pandang praktis,
stoikiometri meliputi hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan massa rumus,
rumus kimia dan persamaan kimia (Petrucci, 2011).

Stoikiometri ialah cabang kimia yang berhubungan dengan suatu hubungan kuantitatif yang
terdapat antara reaktan dan juga produk dalam reaksi kimia. Reaktan ialah suatu zat yang
berpartisipasi didalam reaksi kimia, dan juga produk ialah suatu zat yang diperoleh sebagai
hasil dari reaksi kimia. Stoikiometri tersebut bergantung pada kenyataan ialah bahwa unsur-
unsur berperilaku dengan cara yang bisa atau dapat diprediksi, dan juga materi yang tidak
dapat diciptakan atau juga dihancurkan.

Oleh Sebab itu, pada saat unsur digabungkan kemudian menghasilkan reaksi kimia, sesuatu
yang dikenal dan juga spesifik yang akan terjadi serta hasil reaksi bisa untuk diprediksi
dengan berdasarkan unsur-unsur dan juga jumlah yang terlibat. Stoikiometri ialah matematika
di balik ilmu kimia.

2.1.1 Jenis Stoikiometri

stoikiometri Reaksi

Stoikiometri tersebut sering digunakan untuk dapat menyeimbangkan


persamaan kimia yang dapat ditemukan pada stoikiometri reaksi. Hal tesebut
menggambarkan bahwa hubungan kuantitatif antara zat disebabkan karena
mereka berpartisipasi dalam reaksi kimia.

Stoikiometri Komposisi

Stoikiometri komposisi ini menjelaskan ialah kuantitatif (massa)


hubungan antara suatu unsur-unsur dalam senyawa. Misalnya ialah,
stoikiometri komposisi tersebut menggambarkan (massa) nitrogen dengan
hidrogen yang bergabung dan menjadi amonia kompleks. yakni 1 mol nitrogen

5
dan juga 3 mol hidrogen dalam tiap-tiap 2 mol amonia. Mol ialah satuan yang
digunakan didalam kimia untuk jumlah zat.

Stoikiometri Gas

Jenis stoikiometri ialah berkaitan dengan suatu reaksi yang melibatkan


gas, yang mana gas berada pada suatu suhu, tekanan dan juga volume yang
dikenal dan juga dapat dianggap gas ideal. Untuk gas, perbandingan volume
idealnya tersebut sama dengan hukum gas ideal, Namun rasio massa reaksi
tunggal tersebut harus dihitung dari massa molekul reaktan serta juga
produk,yang mana massa molekul ialah massa 1(satu) molekul zat.

Gas ideal ialah suatu gas teoretis yang terdiri dari 1(satu) set partikel yang
bergerak acak, tanpa-berinteraksi yang mematuhi suatu hukum gas ideal.
Hukum gas ideal ialah suatu persamaan keadaan gas ideal. Persamaan hukum
gas ideal ialah sebagai berikut :

“PV = nRT, yang mana P ialah tekanan, V ialah volume dan juga T ialah
temperatur absolut, n ialah mol gas dan juga R ialah konstanta gas universal”.

2.1.2 rasio stoikiometri

Sejumlah stoikiometri atau juga rasio reagen (zat yang ditambahkan ke suatu sistem
dalam rangka untuk menciptakan suatu reaksi kimia) ialah jumlah atau juga rasio
yang mana, dengan asumsi ialah bahwa hasil suatu reaksi selesai dengan dasar , antara
lain ialah sebagai berikut:

1. Semua reagen yang dikonsumsi

2. Tidak terdapat defisit reagen

3. Tidak terdapat sisa-sisa residu

4. Reaksi hanya akan terjadi atau tercipta pada rasio stoikiometri

2.2 Konsep Mol dan Molar.

2.2.1 Konsep Mol

Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut dengan mol. Satu mol zat mengandung
partikel yang jumlahnya sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C–12, yaitu 6,02 ×
1023 partikel. Jumlah partikel ini disebut sebagai bilangan Avogadro. Partikel zat dapat
6
berupa atom, molekul, atau ion . Kita tahu bahwa materi terdiri atas partikel yang berbeda.
Partikel tersebut dapat berupa atom, ion atau molekul. Helium terdiri atas atom-atom helium.
H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2 dan I2 merupakan molekul diatomik. Partikel dari air, sulfur
dioksida dan kalsium klorida yang memiliki rumus kimia H2O, SO2 dan CaCl2 adalah ion,
yang memiliki perbandingan tertentu dalam rumus kimianya.

Dalam satuan sistem internasional (SI) satuan untuk atom, ion, dan molekul adalah ”mol”.
Satu mol zat adalah jumlah zat yang mengandung partikel elementer (atom, molekul, dan
ion) sebanyak bilangan Avogadro (L) yaitu 6,02 x 1023 partikel.

Hubungan antara massa unit atom dengan mol yaitu massa satu mol atom sama dengan
massa atom relatif (Ar) atom tersebut dalam gram. Sebagai contoh, besi memiliki massa atom
relatif 55,854 sehingga 1 mol besi memiliki massa 55,854 gram.

Satu mol dari molekul diatomik seperti nitrogen mengandung 6,02 x 1023 molekul nitrogen.
Satu mol dinitrogen tetraoksida N2O4 dan satu mol sukrosa C12H22O11, keduanya sama-
sama mengandung 6,02 x 1023 molekul senyawa. Begitu juga dengan senyawa ion juga
mengandung bilangan Avogadro

Contoh :

Berapa banyak ion fluorida di dalam 1,46 mol aluminium fluorida ?

Jawab:

Satu mol = 6,02 x 1023 partikel, sehingga 1,46 mol aluminium fluorida mengandung 8.7892
x 1023 partikel. Dalam senyawa aluminium fluorida terdapat tiga ion fluorida berdasarkan
persamaan reaksi : AlF3 Al3+ + 3F-

Maka : 1,46 mol AlF3 mengandung 3 x 1,46 mol x 6,02 x 1023 partikel/mol = 26,3676 x
1023 partikel.

a. Massa Satu Mol

Berdasarkan hukum kekekalan massa, atom tidak mengalami perubahan bila atom-
atom itu bergabung (bereaksi) mebentuk senyawa. Massa satu molekul suatu senyawa
ditentukan oleh jumlah massa semua atom penyusun molekul itu, massa ini kemudian
dikenal dengan massa rumus relative (Mr). misalnya massa rumus air, H2O = (21) +
(1 16) = 18. Dalam perhitunan kimia, yang diperlukan adalah sssssuatu satuan jumlah
zat yang menyatakan berapa gram zat yang harus ditimbang agar zat tersebut

7
mengandung partikel yang sama. Satuan yang digunakan adalah mol. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa satuan patokam bakunya juga menggunakan
isotope karbon-12. Dengan demikian satu mol isotope karbon-12 mempunyai massa
12 gram yang sesuai dengan bilangan Avogadro, N yaitu 6,023 atom. Satu mol
oksigen (O2) mengandung N molekul O2 , atau mengandung 2N atom oksigen (O).
jikalau massa atom relative oksigen adalah 16, maka massa rumus molekul relative
oksigen adalah 2 16 = 32. Massa satu mol gas oksigen = 32

b. Volume satu mol gas

Hokum Avogadro menyatakan tiap-tiap gas ideal atau gas yang dianggap sebagai gas
ideal pada suhu dan tekanan tetap, volumenya sama dan mengandung jumlah partikel
yang sama pula. Reaksi-reaksi kimia sering melibatkan molekul dalam fase gas,
dengan demikian hokum Avogadro dapat diterapkan pada reaksi kimia yang
melibatkan senyawa yang berfase gas, dengan catatan bahwa gas-gas itu merupakan
gas ideal atau dianggap gas ideal dan berlaku persamaan PV = nRT. Jikalau pada
kondisi baku yaitu 0 tekanan 7 cm Hg (atau 1 atm), maka volume 1 mol gas adalah
22,41 dm3. Dengan cara yang sama, setiap gas pada kondisi yang sama volumenya
juga sama dan pada keadaan baku setiap satu mol sembarang gas ideal atau dianggap
idel volumenya sama yaitu 22,41 dm3. Cara lain untuk menentukan volume gas itu
adalah dengan menggunakan definisi densitas atau berat jenis atau kerapatan.

2.3 NORMALITAS ( m )

Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya ekuivalen zat terlarut setiap 1 Liter


larutan. Normalitas dapat dituliskan sebagai dengan N adalah normalitas, ek adalah massa
ekuivalen dan Vvolume larutan dalam Liter. Karena dengan g ialah gram zat terlarut dan BE
adalah bobot ekuivalen maka, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data
empirik yang didapatkan

2.4 MOLARITAS ( M )

Molaritas (M) adalah salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan
menyatakan jumlah mol suatu zat per satu liter larutan (1000 mL) . Misalnya 1 liter larutan
mengandung 0,5 mol senyawa X. Maka larutan ini disebut larutan 0,5 molar (0,5 M).

8
Molaritas ini iyalah besaran yang digunakan untuk menyatakan suatu konsentrasi atau
kepekatan pada suatu larutan. Secara matematis molaritas suatu larutan dapat dinyatakan
dengan

Dimana M = molaritas larutan ( mol / L atau M )

n = jumlah mol zat terlarut ( mol )

V = volume larutan (L )

Molaritas dapat juga dapat dirumuskan dengan

2.5 BOBOT EKIVALEN

2.5.1 Asam – Basa.

Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 g) H+.

2.6.2 Redoks.

Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.

2.6.3 Pengendapan atau pembentukkan Kompleks.

Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat
diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol kation univalen, ½ mol
kation divalen, 1/3 mol kation trivalen dan seterusnya.

Bobot ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul disebut
mol. Bobot akuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan

Dimana n adalah jumlah mol ion hydrogen, electron, atau kation ekuivalen yang
diberikan atau diikat oleh zat yang bereaksi itu.

1 ekuivalen asam apa saja bereaksi dengan ekuivalen basa apa saja, 1 ekuivalen zat
pengoksid apa saja bereaksi dengan 1 ekuivalen pereduksi apa saja.Perhitungan
stoikiometrik dapat dilakukan baik menggunakan mol ataupun ekuivalen, apapun
yang digunakan hasilnya haruslah sama.

9
2.6 KONSENTRASI

Konsentrasi digunakan untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif.


Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap satuan larutan atau pelarut.
Dan dinyatakan dalam satuan volume zat terlarut dalam sejumlah volume (berat, mol)
tertentu dari pelarut (Baroroh, 2014)

satuan-satuan dari konsentrasi adalah sebagai berikut:

1. Fraksi Mol

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah
mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

2. Persen Berat

Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

3. Molalitas (m)

Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

4. Molaritas (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

5. Normalitas (N)

Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.

6. Persen massa (%(b/b))

Berat bahan yang terkandung dalam 100g larutan.

7. Persen volume (%(v/v))

Volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.

8. Persen berat per volume %(b/v))

10
Berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan

9. Parts Per Million (ppm)

Menyatakan kandungan suatu senyawa dalam larutan.

2.7 PERHITUNGAN KADAR

Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi.
Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai beraat (gram) tiap satuan
volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah
gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada
cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan
yang disebut dengan cara beratberat atau b/b(Gandjar dan Rohman, 2007).

Untuk mengitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan
rumus-rumus umum berikut:

· Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan menggunakan timbangan analitik) maka
rumus untuk mengitung kadar adalah sebagai berikut:

Kadar (%b/b) =

· Jika sampelnya cair (sampel diambil secarakuantitatif misal dengan menggunakan pipet
volume) maka rumus untuk mengitung kadar adalah sebagai berikut:

Kadar (%b/v) =

BE ( berat ekivalen) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya.

2.8 PENGENCERAN

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara


menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam

11
sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit
(Khopkar, 1990).

Menurut john (2011), rumus yang digunakan pada pengenceran adalah sebagai
berikut:

M1 x V1 = M2 x V2

Dimana :

M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan

V1 = Volume larutan sebelum pelarutan

M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan

V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

2.9 ATURAN PEMBULATAN

Dalam penelitian kuantitatif biasanya berbentuk angka .Kemudian untuk keperluan


perhitungan analisis atau laporan sering dikehendaki data angka dalam bentuk yang lebih
sederhana.Biasanya orang berasumsi bahwa angka dibelakang koma jika lebih atau sama
dengan 5 maka dibulatkan ke atas,penafsiran ini tidak sepenuhnya salah .Maka digunakan
pedoman-pedoman pembulatan angka untuk memperjelas :

Pedoman 1

Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan 4 atau kurang ,maka angka terkanan
dari yang mendahuluinya tidak berubah

Contoh : Rp.79.376.403,96 dibulatkan hingga jutaan rupiah menjadi Rp.75 juta .


Angka yang harus dihilangkan adalah mulai dari 3 ke kanan dan ini merupakan angka
terkiri .Angka terkanan dari yang mendahului 3 adalah 9 ,harus tetap.

Pedoman 2

12
Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan lebih dari 5 atau 5 diikuti oleh angka
bukan nol,maka angka terkanan dari yang mendahuluinya bertambah dengan satu.

Contoh : 9.948 kg ,dibulatkan hingga ribuan akan menjadi 10 ribu kg .

Rp.476,51 dibulatkan hingga satuan rupiah menjadi Rp.500,-

Angka –angka yang harus dihilangkan adalah 51 dengan angkabterkiri 5yang diikuti
angka 1(bukan nol) .Karena itu ,angka 6 yang mendahului angka 5 harus ditambah
dengan satu.

Pedoman 3

Jika angka terkiri dari yang harus dihilangkan hanya angka 5 atau 5 yang diikuti oleh
angka-angka nol belaka ,maka angka terkanan dari yang mendahuluinya tetap jika ia
genap,bertambah satu jika ia ganjil.

Contoh : Bilangan 6,5 atau 6,500 menjadi 6 jika dibulatkan teliti hingga
satuan .Angka yang harus dihilangkan masing-masing 5 dan 500 sedang yang
mendahuluinya adalah genap ,yakni 6.Jadi harus tetap angka 6

Contoh lain : Namun jika angka 7,5 atau 7,50 menjadi 8 jika dibulatkan hingga satuan
.Ini disebabkan angka yang mendahuluin 5 atau 50 merupakan angka ganjil ,yakni
7.Jadi harus ditambah dengan 1.(Sumardjoko.2011)

2.10 LARUTAN BAKU

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan
baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau
kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di
erlenmeyer.

a. Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.

13
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada


suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.

2. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara

3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.

4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa


ekuivalen yang besar.

5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan


langsung.

b. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

2. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan


penimbangan

3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Analisis kuantitatif merupakan penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu sampel.
Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. Dalam analisis kimia kuantitatif, banyak sekali dilakukan
analisis dengan menggunakan metode analisis kimia .Ada beberapa jenis metode antara lain :

1. Stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakannya dari stoikiometri


komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menhitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persaman kimia).

2. Mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya
sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu, sedangkan kemolaran adalah
suatu cara untuk menyatakan konsentrasi (kepekatan) larutan.

3. Normalitas didefinisikan sebagai banyaknya ekuivalen zat terlarut setiap 1 Liter larutan,
dan Formalitas didefinisikan sebagai banyaknya bobot rumus zat terlarut per liter larutan.

Konsentrasi adalah pengukuran jumlah zat terlarut yang larut dalam zat
pelarut.Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatifDalam larutan,
kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya
massa yang terlarut dihitung sebagai beraat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap
satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter.Pembulatan artinya
mengurangi atau menyederhanakan nilai bilangan ke nilai bilangan yang lebih sederhana dan
paling mendekati.Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah

15
diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan
ditempatkan di erlenmeyer

3.2 SARAN

Sebagai penyusun kami sadar bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan-
kesalahan. Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan supaya kedepannya
kami bisa menyusun makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Sumardjoko,Bambang.2011.Metode Statistika.Surakarta:Badan Penerbit FKIP Universitas

Muhammadiyah Surakarta.Hal 22-23

Tim penyusun,. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. STIFA: Makassar. 2013.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007.Kimia Farmasi Analisis.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

16

You might also like