Miftakhul Aziz (API)

You might also like

You are on page 1of 5

UJIAN TENGAH (MID) SEMESTER GENAP

APLIKASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM VI

NAMA : MIFTAKHUL AZIZ_04.17.4593_D/KP/VI

1. Soal Satu
a. Jelaskan dalil tentang proses penciptaan manusia dalam Al-Quran atau hadis nabi
SAW?
JAWABAN : Dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian, kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim),” bunyi surah Al-Mu’minun Ayat 12-13.
Dari Abi Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud r.a., ia berkata, Rasulullah saw. yang
dialah orang yang jujur dan terpercaya pernah bercerita kepada kami. “Sesungguhnya
setiap kali dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari
(berupa nutfah/sperma), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) selama waktu
itu juga, kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama waktu itu pula,
kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat
empat perkara yang telah ditentukan yaitu : rezekinya, ajal, amal perbuatan, dan
sengsara atau bahagianya.

b. Apa saja hikmah yang bisa diambil dari proses penciptaan manusia yang sudah
dijelaskan?
JAWABAN : kita sebagai manusia wajib bersukur karena kita mahluk yang
diciptakan paling sempurna dari semua mahluk allah dan harus senantiasa menyukuri
apa yang suda diberikan kepada kita dan senantiasa menaati perintah allah dan
menjauhi segala laranganya.

c. Jelaskan hubungan seseorang perawat muslim dituntut untuk memahami realitas


proses penciptaan manusia dalam al-Qu’ran dan hadis nabi SAW dengan anda
sebagai tenaga medis keperawatan?
JAWABAN : Perawat bisa mempelajari ilmu tentang prenatal atau periode awal
manusia sebelum dilahirkan adalah periode awal perkembangan manusia yang
dimulai sejak konsepsi yakni ketika ovum dibuai oleh sel sperma sampai menjadi
janin dan akhir sampek waktu kelahiran seorang individu. kemudian perawat juga
bisa sebagai educator yaitu mengedukasi tentang makanan dan vitamin yang
dibutuhkan oleh ibu yang sedang hamil dan menyusui menyarankan untuk teratur
memeriksakan kondisi kandunganya dan bayinya kedokter agar tetap mengetahui
perkembangannya. dan perawat juga bisa sebagai konselor bagi ibu hamil yang
mengalami masalah di kehamilanya yang masih awal.

2. Soal Dua
a. Apa yang anda pahami tentang transplantasi organ tubuh?
JAWABAN : Transplantasi organ (naqlu al a’dha) adalah pemindahan organ tubuh
dari satu manusia kepada manusia lain, seperti pemindahan tangan, ginjal, dan
jantung. Transplantasi merupakan pemindahan sebuah organ atau lebih dari seorang
manusia pada saat dia hidup, atau setelah mati kepada manusia lain (Zallum, Hukmu
asy Syar’I fil istinsaakh hal. 9)

b. Jelaskan dalil yang membolehkan dan yang melarang transplantasi organ tubuh? jika
boleh sebutkan syarat-syarat boleh melakukan transplantasi organ tubuh?
JAWABAN : Organ yang disumbangkan bukan organ vital yang jika disumbangkan
akan menimbulkan bahaya (dhoror) bagi donor. Termasuk organ vital misalnya:
jantung,paru-paru, hati, kedua ginjal, dsb. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-
organtersebut akan mengakibatkan kematian pihak penyumbang, yang berarti dia
telahmembunuh dirinya sendiri. Padahal seseorang tidak dibolehkan membunuh
dirinya sendiri atau meminta dengan sukarela kepada orang lain untuk membunuh
dirinya. Allah SWT berfirman : "Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian.
Sesungguhnya Allah maha penyayang terhadap kalian" (QS. An Nisaa' : 29)
syarat-syarat :
1. Transplantasi organ tubuh dari donor yang masih hidup
2. Transplantasi organ tubuh dari donor yang telah meninggal
3. Transplantasi organ tubuh dalam keadaan darurat

c. Apa hukum donor organ tubuh keorang yang beda agama dalam fiqih islam?
JAWABAN : hukumnya boleh karena untuk membantu seseorang untuk hidupnya
apabila kita tidak membantu maka orang itu bisa meninggal jika kita membantunya
bisa menolong hidupnya orang tersebut.
3. Soal Tiga
a. Bagaimana islam mengatur perawata kepada pasien bed rest?
JAWABAN : kita sebagai tenaga kesehatan kita wajib membantu pasien kita untuk
memenuhi kebutuhannya seperti membantu pasien untuk pindah posis yang disukai
oleh pasien tersebut.

b. Tuliskan doa ketika mendampingi pasien atau orang sakit?


JAWABAN : ‫ف َأ ْنتَ ال َّشافِي اَل َشافِ َي إاَّل َأ ْنتَ ِشفَا ًء اَل يُغَا ِد ُر َس ْق ًما‬ َ ‫ب ْالبَْأ‬
ِ ‫س ا ْش‬ ِ ‫اس َأ ْذ ِه‬
ِ َّ‫اللَّهُ َّم َربَّ الن‬
“Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta
syifā’an lā yughādiru saqaman”.

c. Bagaimana tatacara islam mendampingi pasien yang sakaratul maut?


JAWABAN :
1. Menidurmiringkan orang tersebut ke sisi badan sebelah kanan untuk
menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Bila hal ini dirasa susah maka
menelentangkannya dengan posisi kepala sedikit diangkat sehingga wajahnya
menghadap ke kiblat. Demikian pula kedua ujung kakinya juga disunahkan
untuk dihadapkan ke arah kiblat.
2. Disunahkan mengajari (men-talqin) orang yang sedang sekarat kalimat syahadat
yakni lâ ilâha illallâh dengan cara yang halus dan tidak memaksanya untuk ikut
menirukan ucapan syahadat tersebut. Cukuplah mentalqin dengan mengulang-
ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha illallâh di telinganya tanpa menyuruh
untuk mengucapkannya. Bedasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh
Imam Muslim Artinya: “Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian
dengan kalimat lâ ilâha illallâh.”  
3. Disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat.
Berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban:Artinya:
“Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”
4. Orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-tanda
kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah. Dalam
keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh
bayangan dosa dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan
untuk membayangkan bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua
dosa-dosanya.   Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim Allah berfirman: Artinya: “Aku bersama prasangka
hamba-Ku kepadaku.”

d. Jika pasien adalah nonmuslim yang sedang sakaratul maut, apakah boleh
ditalqinkan? JAWABAN : tidak boleh

4. Soal Empat
a. Jelaskan fiqih thaharah (bersuci) pada pasien atau orang sakit?
JAWABAN : Thaharah secara bahasa berarti bersih dan membebaskan diri dari
kotoran dan najis. Sedangkan pengertian thaharah secara istilah (syara’) adalah
menghilangkan hukum hadats untuk menunaikan shalat atau (ibadah) yang selainnya
yang disyaratkan di dalamnya untuk bersuci dengan air atau pengganti air, yaitu
tayammum. Jadi, pengertian thaharah atau bersuci adalah mengangkat kotoran dan
najis yang dapat mencegah sahnya shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di
badan, maupun yang ada pada pakaian, atau tempat ibadah seorang muslim.

b. Sebutkan dali yang berkaitan dengan fiqih thaharah pada pasien?


JAWABAN : “Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”. (Qs. Al Maidah: 6).

c. tayammum dengan debu yang baik (thayyiban), jelaskan maksud debu yang baik itu
dalam tayammum?
JAWABAN : maksud debu yang abaik adalah debu yang tidak menganduk unsur
najis dan tidak bauk sehingga boleh digunakan untuk tayamum bisa mendapatkan
dengan menempelkan telapak tangan di benda atau dinding rumah yang sekiranya
ada debu yang bisa digunakan untuk tayamum.

5. Soal Lima
a. Jelaskan fiqih shalat pada pasien atau orang sakit?
JAWABAN : Shalat lima waktu merupakan fardhu’ain yaitu sesuatu kewajiban
yang harus dikerjakan apabila ditinggalkan mendapat dosa, shalat yang harus
dikerjakan setiap orang muslim baik laki-laki maupun perempuan karena suatu
kewajiban setiap orang muslim maka harus dilakukan dan tidak boleh
ditinggalkan walaupun dalam keadaan sakit. meskipun dalam keadaan sakit wajib
melakukan shalat lima waktu bisa dilakukan dengan duduk apabila tidak mampu
bisa dengan berbaring atau menggunakan isyara.

b. Sebutkan dalil yang berkaitan dengan fiqih shalat pada pasien?


JAWABAN : “Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau
Shallallahu’alaihi wa sallam menjawab : Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak
mampu, maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah” (HR al-
Bukhari no. 1117).

c. Jelaskan hubungan seseorang perawat muslim dituntut untuk memehami fiqih


shalat pada pasien dengan anda sebagai tenaga medis keperawatan?
JAWABAN : kita sebagai seorang perawat harus bisa memahami tentang tatacara
shalat bagi orang yang tidak bisa melakukan shalat secara berdiri sehingga kita
sebagai perawat muslim wajib membantu pasien untuk menjalankan shalatnya
meskipun dalam keadaan sakit bisa dengan berbaring atau menggunakan isarat
untuk menjalankan kewajiban untuk shalat lima waktu.

You might also like