You are on page 1of 85

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE

JOB ORDER COSTING


(Studi Kasus Triple Combo, Bogor)

Oleh
ADE PUTRI MULFI
H24104022

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ABSTRACT
ADE PUTRI MULFI. H24104022. Analisys Cost Of Good Manufactured With Job
Order Costing Method ( A Case Study Of Triple Combo, Bogor). Under the guidance
of ALI MUTASOWIFIN.
Triple Combo is one of the subsidiaries of Hotel Salak The Heritage are
producing food cakes typical Dutch state and the typical traditional Indonesian food.
Combo Triple Production costs consist of the cost of direct materials, direct labor costs,
and factory overhead costs. Triple Combo in activity are faced with the possibility of a
gap between the cost of production which has been calculated by the cost of production
actually happened.
In every production company made 65% of the production order and 35%
produced for supply to the outlet and cafe Triple Combo. This study focuses on the
production-order because the company generated revenues of 65% was contributed by
the sales order.
The purpose of this study was (1) Know the comparison between the methods
used Triple combo with Job Order Costing method in calculating the production cost of
each booking. (2) Knowing the differences that occur between the price of production is
calculated by the method of Job Order Costing with Cost of production is determined by
the company. (3) Knowing the differences that occur between the selling price set by
Triple Combo ideal selling price based Job Order Costing method. (4) Analyze the
difference between the profit / loss recognized on the profit / loss occurred.
This research was conducted in the Triple Combo is currently located at Jalan
Bogor Pangrango number 25. This study took a sample 3 types of cakes produced are
Klappertart, Macaroni and Fruit tarlet schotel. The type of data used are primary data
and secondary data consisting of qualitative and quantitative data. Primary data was
sourced from interviews conducted on Coordinating company executives and chefs,
while secondary data sourced from the literature along with other literature that supports
the writing of this study. The data processing method is qualitatively and quantitatively.
The research was conducted by calculating the cost of production with job order
costing method for actual costs because the company had only calculate direct materials
without counting the cost of direct labor and manufacturing overhead, and analyze the
differences that occur between the standard cost by the company with the costs realized
with different t test analysis.
Cost of production based on the order in Triple Combo obtained 2.021 and t t
count table for 1655 with a significant level (α) used was 0.05 and the degrees of
freedom (df) 142. The results of the t test showed t count greater than t table, then H0 is
rejected, so the cost of goods manufactured by the company with the cost of production,
according to calculations by the method of Job Order Costing significant differences
occurred. Selling price to order at Triple Combo obtained 2.019 and t t count table for
1655 with a significant level (α) used was 0.05 and the degrees of freedom (df) 142.
The results of the t test showed t count greater than t table, then H0 is rejected,
so the cost of production on average by the company with the cost of production on
average, according to calculations by the method of Job Order Costing significant
differences occurred.
Earnings are based on revenue from the sale of the orders in the Triple Combo
count obtained t 4.284 and t table for 1655 with a significant level (α) used was 0.05 and
the degrees of freedom (df) 142. The results of the t test showed t count greater than t
table, then H0 is rejected, so the cost of goods manufactured by the company with the
cost of production, according to calculations by the method of Job Order Costing
significant differences occurred.
RINGKASAN
ADE PUTRI MULFI. H24104022.Analisis Harga Pokok Produksi Dengan
Metode Job Order Costing (studi kasus Triple Combo, Bogor). Di bawah
bimbingan ALI MUTASOWIFIN.

Triple Combo merupakan salah satu anak perusahaan dari Hotel Salak The
Heritage yang memproduksi makanan kue-kue khas negara Belanda dan makanan
khas tradisional Indonesia. Biaya produksi Triple Combo terdiri dari biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Triple
Combo dalam aktivitasnya dihadapkan pada kemungkinan terjadinya perbedaan
antara biaya produksi yang telah dihitung dengan biaya produksi yang sebenarnya
terjadi.
Dalam setiap produksinya perusahaan melakukan 65% produksi
berdasarkan pesanan dan 35% diproduksi untuk menyuplai ke outlet dan cafe
Triple Combo. Penelitian ini menitikberatkan pada produksi yang berdasarkan
pesanan karena pendapatan yang dihasilkan perusahaan 65% adalah kontribusi
dari penjualan berdasarkan pesanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui perbandingan antara
metode yang digunakan Triple combo dengan metode Job Order Costing dalam
menghitung biaya produksi tiap pemesanan. (2) Mengetahui perbedaan yang
terjadi antara Harga pokok produksi yang dihitung dengan metode Job Order
Costing dengan Harga pokok produksi yang ditentukan oleh perusahaan. (3)
Mengetahui perbedaan yang terjadi antara harga jual yang ditetapkan Triple
Combo dengan harga jual ideal berdasarkan metode Job Order Costing .(4)
Menganalisis perbedaan antara laba/ rugi yang diakui dengan laba /rugi yang
terjadi.
Penelitian ini dilaksanakan di Triple Combo yang saat ini berlokasi di
Jalan Pangrango nomor 25 Bogor. Penelitian ini mengambil contoh 3 jenis kue
yang diproduksi yaitu Klappertart, Macaroni schotel dan Fruit tarlet. Jenis data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang terdiri dari data
kualitatif dan kuantitatif. Data primer bersumber dari hasil wawancara yang
dilakukan terhadap koordiantor pelaksana perusahaan dan juru masak, sedangkan
data sekunder bersumber dari studi pustaka beserta literatur lainnya yang
mendukung penulisan penelitian ini. Metode pengolahan data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan perhitungan harga pokok
produksi dengan metode job order costing untuk mendapatkan biaya yang aktual
karena sebelumnya perusahaan hanya menghitung bahan baku langsung tanpa
menghitung biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, serta menganalisis
perbedaan yang terjadi antara biaya standar menurut perusahaan dengan biaya
yang terealisasi dengan analisis uji t beda .
Harga pokok produksi berdasarkan pesanan di Triple Combo diperoleh t
hitung 2,021 dan t tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan
adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung
lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak, sehingga harga pokok produksi menurut
perusahaan dengan harga pokok produksi menurut perhitungan dengan metode
Job Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.
Harga jual berdasarkan pesanan di Triple Combo diperoleh t hitung 2,019 dan
t tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan
derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t
tabel, maka H0 ditolak, sehingga harga pokok produksi rata-rata menurut
perusahaan dengan harga pokok produksi rata-rata menurut perhitungan dengan
metode Job Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.
Laba yang berdasarkan pendapatan dari penjualan dengan pesanan di Triple
Combo diperoleh t hitung 4,284 dan t tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan
(α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t
menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak, sehingga harga
pokok produksi menurut perusahaan dengan harga pokok produksi menurut
perhitungan dengan metode Job Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE
JOB ORDER COSTING
(STUDI KASUS TRIPLE COMBO, BOGOR)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ADE PUTRI MULFI

H24104022

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul : Analisis Harga Pokok Produksi Dengan Metode Job Order
Costing (studi kasus Triple Combo, Bogor)
Nama : Ade Putri Mulfi

NRP : H24104022

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ali Mutasowifin, S.E., M.Ak.


NIP 196609042005011002

Mengetahui:
Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc


NIP 196101231986011002

Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP

Ade Putri Mulfi dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Desember 1988. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Keluarga Bapak Muhilfan Nasution dan
Ibu Selfia Salim.

Penulis memulai pendidikannya ketika berusia 5 tahun di Taman Kanak-Kanak


(TK) Setya Jakarta Timur, kemudian di Sekolah Dasar (SD) Negeri Malaka Jaya 05 Pagi
Jakarta Timur dan setelah itu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8
Bogor dan pada tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5, Kota
Bogor.

Penulis melanjutkan ke bangku kuliah dan diterima di Program Diploma


Universitas Indonesia pada Program Akuntansi Keuangan dan lulus pada tahun 2009.
Penulis pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan selama tiga (3) bulan sebagai
Auditor di KAP Yansen Pasaribu berlokasi di Jakarta. Setelah lulus pada Program
Diploma, penulis diterima bekerja di PT. Koperasi Telkomsel selama 3 bulan, lalu
bekerja di RS PMI Bogor selama 1 tahun 8 Bulan, lalu berlanjut di Triple Combo Hotel
Salak selama 6 bulan dan saat ini penulis bekerja di PT Prodia Widyahusada. Selanjutnya
mengikuti pendidikan Strata 1 pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada tahun 2010.

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dan Nabi
Muhammad SAW atas segala rahmat dan karunia-Nya, hingga dapat menyelesaikan skripsi
berjudul “ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB
ORDER COSTING (STUDI KASUS TRIPLE COMBO, BOGOR)” sebagai salah satu
syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen
Manajemen, FEM IPB.

Dengan segala keterbatasan dalam hal pengetahuan, kepustakaan, wawasan,


pengalaman, maupun kemampuan, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih
banyak kekurangan, maka mengharapkan kritik, ataupun saran yang membangun sebagai
bekal untuk penyempurnaan dikemudian hari.

Penulis mengucapkan terima kasih dan syukur Alhamdulillah, semoga Allah SWT
selalu menuntun, memberikan hidayah-Nya dan kasih sayang-Nya kepada kita semua,
Amin.

Akhirul kata, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bogor, Febuari 2013

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Akuntansi Biaya ......................................................................6
2.1.1 Peranan Akuntansi Biaya .............................................................7
2.1.2 Konsep Dasar Biaya ...................................................................8
2.1.3 Pengertian Biaya ........................................................................8
2.1.4 Klasifikasi Biaya ..........................................................................9
2.2. Tahapan Produksi Dan Arus Biaya Manufaktur ................................ 11
2.3. Sistem Pengumpulan Biaya ..............................................................11
2.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi ..................................................13
2.5. Biaya Standar dan Biaya Aktual .........................................................15
2.6 Konsep Biaya Standar .........................................................................15
2.6.1. Pengertian biaya standar............................................................15
2.6.2. Tujuan penetapan biaya standar ................................................15
2.7. Job Order Costing System .................................................................16
2.7.1. Penerapan Job Order Costing System .....................................18
2.7.2 Manfaat Job order costing system..............................................18
2.8. Konsep pengendalian ........................................................................20
2.9. Uji T Beda ...........................................................................................21
2.10. Penelitian terdahulu .............................................................................21

ix
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ..........................................................24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................26
3.4 Pengolahan dan Analisis Data ............................................................27
3.4.1 Penentuan baiya standar perusahaan dengan metode JOC ..... 27
3.4.2 Metode analisis data .............................................................. 28
3.4.3 Uji hipotesis............................................................................ 28
3.4.4. Analisis Deskriptif ..................................................................30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan .............................................................31
4.2 Bahan Baku Utama Yang Digunakan Dalam Proses Produksi Triple
Combo (Klappertart,macaroni schotel dan Fruit Tartlet) ....................32
4.3 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi .......................................35
4.3.1 Menurut Metode Perhitungan Perusahaan .................................36
4.3.2 Metode perhitungan dengan Job Order Costing ........................36
4.4 Analisa perhitungan menurut perusahaan dan menurut perhitungan
dengan metode Job Order Costing .....................................................40
4.5 Uji Hipotesis .......................................................................................41
4.5.1 Uji Hipotesis Harga Pokok Produksi .........................................42
4.5.2 Uji Hipotesis Harga Jual ............................................................42
4.5.3 Uji Hipotesis laba .......................................................................43
4.6 Implikasi Manajerial ...........................................................................43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan..........................................................................................44
Saran ...................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47
LAMPIRAN ..................................................................................................... ....48

x
DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok


Barang Makanan Kota Bogor 2009-2011 ............................................... 2
2. Contoh Job cost Sheet ........................................................................... 17
3. Contoh perhitungan harga pokok produksi menurut Perusahaan. ........ 36
4. Biaya bahan baku Klappertart .............................................................. 37
5. Biaya bahan baku Macaroni schotel...................................................... 37
6. Biaya bahan baku Fruit Tarlet ............................................................... 38
7. Contoh Lembar kerja biaya dengan metode JOC.................................. 40

xi
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik Laju pertumbuhan kumulatif makanan,minuman


dan tembakau .......................................................................................... 1
2. Proses produksi .................................................................................... 11
3. Alur produksi Job Order Costing ......................................................... 12
4. Alur produksi Process Costing .............................................................. 13
5. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Wawancara ............................................................................. 47


2. Struktur Organisasi Triple Combo .......................................................... 48
3. Daftar Harga Bahan Baku ........................................................................ 49
4. Perhitungan HPP dengan Job order costing ............................................ 55
5. Hasil Uji Perbedaan rata-rata Harga Pokok Produksi ................................ 65
6. Hasil Uji Perbedaan rata-rata Harga Jual ................................................... 66
7. Hasil Uji Perbedaan rata-rata Laba .......................................................... 67

xiii
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2011 industri makanan dan minuman kembali bersinar dengan
mengalami peningkatan sekitar 9,34% pada kuartal kedua. Asosiasi Pengusaha
Bakery Indonesia (APEBI) mengungkapkan angka penjualan roti dan kue pada
tahun 2011 sebesar Rp 5,6 triliun-Rp 5,72 triliun dan akan meningkat sekitar 15%
di tahun 2012 mencapai sekitar Rp 6,44 triliun-Rp 6,58 triliun. Kenaikan tersebut
karena daya beli masyarakat yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional. (www.m.iyaa.com)
Hal senada yang disampaikan oleh Kementerian Perindustrian bahwa
pertumbuhan industri makanan, minuman dan tembakau di tahun 2011 cenderung
mengalami kenaikan. Namun terjadi sedikit penurunan pada kuartal I(satu) dan
II(dua) di tahun 2012, Kementrian Perindustrian memperkirakan industri
makanan, minuman dan tembakau akan meningkat kembali di kuartal III dan
kuartal IV. Seperti digambarkan pada Gambar 1 berikut ini :

Keterangan:

** angka sangat sementara

Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan kumulatif makanan,minuman dan tembakau


(sumber : www.kemenperin.go.id, 2012)
2

Pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil dan daya beli masyarakat yang
cukup baik membuat konsumsi makanan dan minuman di Indonesia mengalami
peningkatan yang tajam. Peningkatan ini juga terlihat di Kota Bogor, seperti
ditunjukkan oleh data pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok
Barang Makanan Kota Bogor 2009-2011
Kelompok barang makanan 2009 2010 2011

37.370 38.789 42.227


1. Padi-padian
1.762 1.857 3.247
2. Umbi-umbian
17.376 15.297 24.420
3. Ikan/cumi/kerang
18.630 10.988 23.591
4. Daging
26.874 15.581 26.541
5. Telur dan susu
15.776 14.397 23.826
6. Sayur-sayuran
11.184 9.817 9.569
7. Kacang-kacangan
12.903 5.552 18.298
8. Buah-buahan
87.691 46.024 92.341
9. Makanan/minuman jadi non alkohol
33.382 25.420 34.518
10 Tembakau dan sirih

262.948 183.722 298.578


Jumlah
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2012
Seperti terlihat pada Tabel 1 di atas, pengeluaran per kapita pada tahun
2009 hingga tahun 2011 yang tertinggi adalah pengeluaran untuk makanan atau
minuman non alkohol yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Perkembangan
yang pesat ini dalam industri makanan harus disertai dengan kemampuan
manajemen dalam pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan untuk
operasional perusahaan. Oleh karena itu manajemen membutuhkan informasi
yang dapat dipercaya dan diandalkan, agar mampu mengukur dan mengevaluasi
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang telah dijalankan dalam organisasinya.
Perusahaan juga harus mampu mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya.
Namun demikian, banyak perusahaan belum mampu menerapkan praktik
manajemen yang baik, misalnya dalam penetapan harga jual dan harga pokok
produksinya. Salah satunya adalah Triple Combo, sebuah produsen kue dan roti
3

terkemuka di Kota Bogor. Dalam setiap produksinya perusahaan melakukan 65%


produksi berdasarkan pesanan dan 35% diproduksi untuk menyuplai ke outlet dan
cafe Triple Combo. Penelitian ini menitikberatkan pada produksi yang
berdasarkan pesanan karena pendapatan yang dihasilkan perusahaan 65% adalah
kontribusi dari penjualan berdasarkan pesanan. Oleh karena itu metode
pengumpulan biaya yang lebih tepat digunakan adalah dengan metode Job order
Costing.
Dalam praktik perhitungan harga pokok produksinya, Triple Combo
menghitung biaya bahan baku dan bahan baku pembantu yang dijadikan dasar
perhitungan harga pokok produksinya, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik belum diperhitungkan dalam harga pokok produksinya.
Oleh karena itu, Triple Combo kurang tepat dalam penetapan harga jual setiap
produknya. Pengakuan laba juga tidak sesuai dengan laba aktual karena harga
pokok produksi yang menjadi dasar perhitungan laba, tidak mangakui biaya-biaya
produksi keseluruhan yang telah berkontribusi langsung terhadap pendapatan.
Adapun perusahaan yang penulis teliti merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang produksi dan penjualan kue-kue (pastry) dengan produk antara
lain Klappertart, Macaroni Schutel, dan Fruit tartlet. Perhitungan biaya dalam
penetapan harga produksi terhadap tiga produk dinilai belum tepat, dimana ketiga
produk tersebut berkontribusi 40% terhadap pendapatan. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Harga Pokok
Produksi Dengan Metode Job Order Costing (studi kasus Triple Combo,
Bogor).

1.2.Perumusan Masalah

Tujuan suatu perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan untuk


merealisasikannya diperlukan penekanan biaya produksi yang optimal, oleh
karena itu diperlukan suatu metode akuntansi yang dapat menghasilkan informasi
akuntansi dengan keandalan yang sangat baik, khususnya akuntansi biaya. Pada
Triple Combo penetapan harga yang dilakukan masih terlalu sederhana sehingga
hasilnya kurang akurat dan akan mempengaruhi harga jual dan laba yang diakui
oleh peusahaan. Berdasarkan uraian masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
4

1) Metode apakah yang digunakan Triple Combo dalam menghitung biaya


produksi atas setiap pemesanan?
2) Bagaimana perbedaan antara Harga pokok produksi dengan metode Job
Order Costing dengan Harga pokok produksi pada Triple Combo?
3) Bagaimana perbedaan antara harga jual yang ditetapkan oleh Triple Combo
dengan harga jual ideal berdasarkan HPP metode Job Order Costing?
4) Bagaimana perbedaan antara laba/ rugi yang diakui dengan laba atau rugi
yang terjadi?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini


adalah :

1) Menganalisis perbandingan antara metode yang digunakan Triple combo


dengan metode Job Order Costing dalam menghitung biaya produksi tiap
pemesanan.
2) Menganalisis perbedaan yang terjadi antara Harga pokok produksi yang
dihitung dengan metode Job Order Costing dengan Harga pokok produksi
yang ditentukan oleh perusahaan.
3) Menganalisis perbedaan yang terjadi antara harga jual yang ditetapkan Triple
Combo dengan harga jual ideal berdasarkan metode Job Order Costing.
4) Menganalisis perbedaan antara laba/ rugi yang diakui dengan laba /rugi yang
terjadi.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa


pihak:

1) Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi


sistem perhitungan biaya produksi yang tepat, sehingga dapat memiliki
informasi biaya yang akurat sebagai dasar untuk mengevaluasi profitabilitas
produk, efisiensi operasi dan untuk membuat keputusan yang tepat.
2) Bagi pihak akademis, penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan
penunjang untuk dikembangkan dalam penelitian selanjutnya.
5

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menganalisa bagaimana proses produksi pada Triple


Combo serta menelaah perhitungan biaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Penelitian ini berfokus pada harga pokok produksi, harga jual dan laba yang
diakui perusahaan terhadap tiga produk unggulan yaitu Klappertart, Macaroni
Schutel, dan Fruit Tartlet yang diproduksi berdasarkan pesanan pada bulan Juni
2012.
6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Akuntansi Biaya


Menurut Mulyadi (2005), biaya merupakan pengorbanan sumber
ekonomi yang sudah terjadi atau yang mungkin akan terjadi untuk tujuan tertentu
dan dihitung dalam satuan uang. Pengorbanan sumber ekonomi untuk tujuan
tertentu disebut dengan istilah harga pokok . Istilah harga pokok juga digunakan
untuk menunjukkan pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku
menjadi suatu produk barang jadi. Untuk membedakan antara biaya dan beban
ialah dimana biaya belum berkontribusi langsung terhadap pendapatan sedangkan
beban diakui saat barang terjual dan sudah berkontribusi lansung terhadap
pendapatan.
Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti
penjualan dan pembelian bahan, dan memproses data dalam transaksi tersebut
menjadi informasi yang berguna bagi manajemen, tenaga penjual, penyelia
produksi.

Akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan memiliki tujuan yang


berbeda. Akuntansi manajemen mengukur, menganalisis dan melaporkan
informasi keuangan dan non keuangan yang membantu manajer dalam
pengambilan keputusan guna mencapai tujuan organisasi. Akuntansi keuangan
berfokus pada pelaporan kepada pihak eksternal yang disusun berdasarkan prinsip
PABU (Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum).

Menurut Carter dan Usry (2006), Akuntansi biaya menyediakan informasi


yang dibutuhkan akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Di masa lalu,
akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai cara perhitungan atas nilai
persediaan yang dilaporkan di neraca dan nilai harga pokok penjualan yang
dilaporkan di di laporan laba rugi. Pandangan ini membatasi cakupan manajemen
untuk pengambilan keputusan menjadi sekedar data biaya produk guna memenuhi
aturan pelaporan eksternal.
7

Akuntansi biaya modern memiliki perspektif bahwa mengumpulkan


informasi tentang biaya merupakan fungsi keputusan manajemen yang sedang
dibuat.

2.1.1. Peranan Akuntansi Biaya

Secara umum tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan


informasiyang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaannya.

Menurut Carter dan Usry (2006), tujuan dari akuntansi biaya adalah :
a) Perencanaan biaya (Anggaran)
Perencanaan merupakan suatu usaha untuk merumuskan tujuan-tujuan dan
menyusun program operasi yang lengkap untuk pencapaian, termasuk pula
proses penentuan strategi yang disusun untuk jangka panjang dan jangka
pendek. Peranan anggaran memberikan dampak positif atas sikap dan
kinerja manajer. Karena dengan adanya anggaran dapat menetapkan cita-
cita, menginformasikan apa yang harus dilakukan, memotivasi kerja,
evaluasi kerja dan memeberikan gambaran kapan tindakan korektif perlu
dilakukan.
b) Pengendalian biaya
Untuk membantu pengendalian biaya, akuntan dapat menggunakan jumlah
biaya yang telah ditetapkan sebelumnya atau biaya standar. Biaya standar
juga dapat dijadikan dasar untuk anggaran dan laporan biaya.
c) Penetapan biaya
Selain permintaan dan penawaran, biaya memegang peran dalam
penetapan harga karena dalan penetuan harga dari suatu produk barang
atau jasa perlu diperhatikan biaya yang digunakan untuk produksi barang
atau jasa tersebut. Akuntan biaya dapat memperhitungkan besar biaya
tersebut.
d) Penentuan laba
Akuntansi biaya digunakan untuk menghitung biaya output yang dijual
dalam suatu periode, biaya-biaya tersebut ditandingkan dengan pendapatan
untuk menghitung laba.
8

2.1.2 Konsep Dasar Biaya


Langkah awal yang penting dalam memperlajari Akuntansi Biaya adalah
dengan memahami pengertian biaya itu sendiri. Selain itu, Akuntan manajemen
secara terus menerus menghadapi keputusan terkait dengan alokasi sumber daya
seperti misalnya akan membeli mesin cetakan roti atau mempekerjakan karyawan
baru. Pendekatan biaya manfaat (cost benefit approach) seharusnya digunakan
untuk membuat keputusan tersebut. Sumber daya hanya boleh dikeluarkan jika
diperkirakan akan mampu mencapai tujuan perusahaan dengan lebih baik. Biaya
dan manfaat yang diharapkan itu mungkin tidak mudah dihitung.

2.1.3 Pengertian Biaya

Para akuntan mendefinisikan biaya (cost) sebagai sumber daya yang di


mana tidak satupun dari biaya- biaya tersebut dilaporkan dikorbankan untuk
mencapai tujuan tertentu. Biaya aktual (actual cost) adalah yang terjadi (biaya
historis), yang dibedakan dari biaya yang dianggarkan (bugdeted cost) yang
merupakan biaya yang diprediksi. Istilah biaya lebih spesifik lagi bila
deskripsinya dimodifikasi menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi,
biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk,
biaya periode, biaya bersama (joint cost ), biaya estimasi, biaya standar, biaya
tertanam ( sunk cost) atau biaya tunai.

Seringkali istilah biaya digunakan dalam pengertian yang sama dengan


beban, untuk itu perlu ditegaskan perbedaan antara biaya dan beban. Carter
(2006), mendefinisikan beban sebagai : “Outflow of good or service, which is
matched with revenue or determine income”.

Setiap beban merupakan biaya, tetapi tidak setiap biaya adalah beban.
Karena setiap penbelian aktiva adalah biaya maka belum menjadi beban jika biaya
belum berkontibusi terhadap pendapatan, jika biaya sudah berkontribusi terhadap
pendapatan maka biaya terebut dibukukan sebagai beban pada laporan laba rugi.
Setiap biaya dicatat dan diakumulasikan saat manajemen membebankan biaya ke
persediaan, menyiapkan laporan, merencanakan dan mengendalikan biaya,
membuat perencanaa dan keputusan strategis dalam laporan keuangan eksternal.
9

2.1.4 Klasifikasi Biaya

Beberapa biaya jumlah totalnya bervariasi secara langsung terhdap


perubahan dalam aktivitas, sedangkan biaya yang lain tidak terpengaruh.
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data
biaya. Menurut Carter dan Usry ( 2006 ) klasifikasi yang paling umum digunakan
berdasarkan pada hubungan biaya dengan berikut ini :
a) Produk ( Satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa)
b) Volume produksi
1. Departemen, proses, pusat biaya, atau sub divisi lain dari manufaktur
2. Periode akuntansi
3. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.
Setiap manajemen akan membuat suatu klasifikasi yang berbeda, tergantung
tujuan yang akan dicapai oleh manajemen yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi (2005), Biaya digolongkan sebagai berikut;
a) Berdasarkan Objek Pengeluaran.
Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu
berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya
pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut biaya telepon.
b) Berdasarkan Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi
dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
2. Biaya Pemasaran, adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya
sampel dan lain-lain.
3. Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian
akuntansi, gaji personalia.
10

c) Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan,


yaitu:
1. Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab
satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya
dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung.
2. Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk,
biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik.
d) Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan,
biaya dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak
dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat
kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi.
2. Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur
biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan.
4. Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu
dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
e) Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu;
1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang
akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu
terjadi.
11

2.2. Tahapan Produksi Dan Arus Biaya Manufaktur

Dalam perusahaan manufaktur, tahapan dalam produksi secara garis besar


terdiri dari bahan baku yang belum masuk dalam proses produksi (raw material),
barang dalam proses (work in process), dan barang jadi ( finished good ). Ketiga
tahapam dalam proses produksi tersebut menggunakan sumber daya perusahaan
yang tersedia. Elemen-elemen dari biaya manufaktur yang terdiri dari direct
materials, direct labor, factory overhead digunakan dalam proses produksi seperti
yang ditunjukan pada Gambar 2. Untuk itu diperlukan perhitungan untuk
mengukur biaya yang digunakan pada ketiga proses produksi tersebut.

Direct
Material Finished
Work in Good
Direct Process
Labor
Factory
Overhead
Cost of
Good Sold

Gambar 2. Proses produksi ( Sumber : nagy dan van derbeck 1996 )


Menurut sistem akuntansi biaya, terdapat 3 katergori umum dari persediaan yaitu :
a) Persediaan Bahan Baku
Merupakan bahan baku langsung dalam persediaan dan akan dignakan dalam
proses produksi.
b) Persediaan Barang Dalam Proses
Merupakan barang yang sudah dalam tahap produksi, namun belum
seluruhnya selesai.
c) Persediaan Barang Jadi
Barang atau produk yang sudah selesai dalm proses produksi namun belum
terjual.
2.3. Sistem Pengumpulan Biaya
Manajer perusahaan bertugas untuk membuat kebijakan yang tepat bagi
perusahaan. Oleh karena itu manajer membutuhkan informasi yang akurat yang
dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat keputusan. Biaya atas suatu
12

hal seperti produk , mesin, proses atau jasa tertentu yang disebut cost pool,yaitu
kelompok item biaya merupakan salah satu informasi yang sangat dibutuhkan
oleh manajer.untuk menghitung biaya atas produk, perusahaan harus
menggunakan sistem perhitungan biaya atau costing system yang tepat. Hilton,
Maher dan Selto (2003) mendefinisikan product costing system sebagai berikut :
“A product costing system, which accumulates the cost of production
process and assign them to the product or service that constitutethe
organization’s output”.
Menurut Horngren, (2010) dalam mengitung biaya atas sebuah objek
biaya, pada umumnya, ada dua tahap yang harus dilalui yaitu cost acumulation
dan cost assignment. Akumulasi biaya adalah proses mengumpulkan data biaya
dan menggunakan sistem akuntansi, sedangkan cost assignment atau penentuan
biaya, merupakan proses yang meliputi :
1. Menelusuri akumulasi biaya ang memiliki hubungan langsung kepada objek
biaya.
2. Mengalokasikan akumulasi biaya yang memiliki hubungan tidak langsung
dengan obyek biaya.
Secara umum, sistem pembiayaan terdiri dari job order costing dan
process costing. Alternatif sistem perhitungan biaya ini dapat digunakan
perusahaan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari perusahaan.
a) Pembiayaan berdasarkan pesanan (Job Order Costing )
Job order costing merupakan sistem perhitungan biaya yang memperlakukan
tiap pekerjaan atau pesanan sebagai sebuah output dan mengalokasikan biayanya
ke masing-masing pesanan sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Seperti
yang ditunjukan pada Gambar 3 berikut ini:
Job 100

Direct Material
Finished
Job 101 COGS
Direct Labor
Goods
FOH
Job 102

Gambar 3. Alur produksi Job Order Costing (sumber: Hilton,Maher, dan Selto.
2003)
13

Hal serupa diungkapkan oleh Supriyono (2000), metode harga pokok pesanan
adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan
untuk setiap pesanan atau kontrak.
b) Pembiayaan berdasarkan proses (Process costing)
Process costing memperlakukan semua nit produksi pada periode tertentu
sebagai output yang akan dihitung biayanya dan tidak memisahkan dan
melakukan pencatatan biaya untuk tiap unit yang diproduksi tersebut. Sistem
perhitungan biaya ini dapat digunakan perusahaan untuk perusahaan yang
melakukan produksi massal. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.

Process A

Direct Material
Finished
Direct Labor Process B COGS
Goods
FOH

Process C

Gambar 4. Alur produksi dan Process Costing (sumber: Hilton,Maher, dan Selto.
2003)

2.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk


memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam
memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, dimana
perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat beberapa metode
perhitungan harga pokok yaitu metode full costing, metode variable costing, dan
ABC System. Perbedaan pokok diantara metode full costing dan variable costing
adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap.
Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya overhead pabrik tetap ini akan
mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian
laporan rugi-laba.
14

Menurut Mulyadi (1999), metode penentuan harga pokok produksi adalah


cara untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi.
Perbedaan unsur biaya dalam pendekatan full costing, variabel costing, dan ABC
System dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok
produksi , yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan
demikian harga pokok produksi dengan full costing terdiri dari unsur harga
pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langusung, biaya
overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan
biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
b) Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel kedalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langung dan biaya overhead pabrik variabel
c) Activity Based Costing System (ABC System)
Metode perhitungan harga pokok produksi yang ditujukan untuk menyajikan
informasi harga pokok produksi yang cermat bagi kepentingan manajemen,
dengan digunakan untuk menghasilkan produk. Jika full costing dan variabel
costing menitikberatkan penentuan harga pokok produksi hanya pada
faseproduksi saja, ABC System menitikberatkan pada penentuan harga pokok
produksi disemua fase pembuatan produk, sejak fase desain dan
pengembangan produk sampai dengan penyerahan produk ke konsumen.
Perbedaan penggunaan metode ABC System disebabkan oleh pengalokasian
biaya overhead pabrik ke setiap produk berdasarkan 3 pemicu biaya yaitu
unit, jam mesin, dan jam tenaga kerja langsung, sedangkan untuk full
costing dan variabel costing hanya memakai unit untuk produksi sebagai
pemicu biaya. ABC System ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang
telah menggunakan teknologi maju dalam pembuatan produknya guna
menghadapi persaingan global.
15

2.5. Biaya Standar dan Biaya Aktual

Menurut Hammer dan Usry (1999) pengertian biaya standar adalah


biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu-satuan produk atau untuk
membiayai proses produksi tertentu dibawah asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.”
Menurut Mulyadi (2000), Biaya aktual atau biaya historis , informasi
biaya dikumpulkan pada saat biaya terjadi, tetapi penyajian hasilnya ditunda
sampai semua operasi produksi untuk periode akuntansi tersebut telah
setelah dilakukan, atau dalam bisnis jasa, semua jasa untuk periode tersebut
telah diselesaikan.
Dengan adanya biaya standar dan yang menjadi nilai acuan bagi
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya maka perusahaan dapat
mengontrol perbedaan yang terjadi pada biaya aktual atau yang disebut
dengan varian untuk mengukur kefektifitasan operasional perusahaan.

2.6. Konsep Biaya Standar

Biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk


memproduksi sejumlah produk selama periode tertentu di masa yang akan datang.
Serta sebagai tolak ukur pengendalian biaya.

2.6.1. Pengertian Biaya Standar

Secara umum standar diartikan sebagai suatu kesatuan pengukuran yang


ditetapkan sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan. Standar adalah
suatu ukuran kuantitas yang harus dicapai sehubungan dengan adanya operasi atau
kegiatan tertentu Harga pokok yang seharusnya adalah harga pokok yang
digunakan sebagai pedoman untuk menilai harga pokok yang sesungguhnya yang
paling efisien.

2.6.2 Tujuan Penetapan Biaya Standar

Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa


biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sistem biaya
standar menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar
16

memungkinkan manajemen melaksanakan pengelolaan mereka dengan “prinsip


kelainan” (Exception principle). Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap
keadaan yang meyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi
dengan alat yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan. Mulyadi
(2006)
Biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya
standar memberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari
keputusan atas biaya dan laba. Biaya standar digunakan untuk :
a) Menetapkan anggaran
b) Mengendalikan biaya dengan cara memotivasi karyawan dan mengukur
efisiensi operasi.
c) Menyederhanakan prosedur perhitungan biaya dan mempercepat laporan
keuangan.
d) Membebankan persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
e) Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.

2.7. Job Order Costing System

Job order costing system merupakan sistem kalkulasi biaya berdasarkan


pesanan dimana biaya yang dikumpulkan akan dibebankan ke unit produksi.
Kunci dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah biaya suatu pekerjaan
berbeda dari pekerjaan lainnya, dan harus tetap ditelusuri secara terpisah.

a) Pengertian Job Order Costing System


Yaitu metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan
yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Metode ini paling tepat
diterapkan bila jenis bahan dan cara pelaksanaannya berbeda. Dengan
demikian setiap produk biasanya dibuat menurut spesifikasi pesanan
pembeli, sedangkan harga yang ditawarkan erat kaitannya dengan biaya yang
ditaksir.
b) Karakteristik Sistem Harga Pokok Pesanan
1. Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan sehingga bentuk barang atau
produk tergantung pemesan. Produksi terputus-putus, tergantung ada tidaknya
pesanan yang diterima
17

2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan, total


biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai. Biaya per unit adalah
dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan.
3. Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu biaya
4. produksi ( job order cost sheet ) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya
yang memuat informasi umum seperti nama pemesan, jumlah dipesan,
tanggal pesanan, dn sebagainya, informasi biaya seperti biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
5. Setelah pesanan selesai dikerjakan biasanya produk selesai langsung
diserahkan.
Supaya sistem ini dapat berjalan dengan baik, setiap pekerjaan harus dapat
diidentifikasikan secara fisik dan dipisahkan biayanya. Setiap pesanan atau
pesanan kelompok (bacht) diberikan nomor tersendiri. Dalam job order costing
masing-masing pesanan dibuatkan satu kartu pesanan yang dinamakan dengan Job
order cost sheet, yang berisikan, nama pemesan, kualifikasi dan jumlah produk
yang dipesan, waktu, jumlah biaya yang diperhitungkan dan harga jual yang
ditetapkan. Seperti Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Contoh Job Cost Sheet
PT X No Pesanan :
Pemesan : Tgl pesanan :
Nama Barang : Tgl pengerjaan :
Spesifikasi : Tgl selesai :
Jumlah : Tgl pengiriman :
Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik
tgl jam Tarif jml tgl Jam tarif Jml tgl jam tarif jml

x x x
Biaya Bahan Baku Rp xx Harga jual Rp xx
Biaya TKL xx HPP xx
Biaya overhead xx Laba Kotor xx
Biaya produksi Rp xx
Sumber : Nurbani, Ani. 2007
18

Harga pokok pesanan adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk
yang dibuat berdasarkan pesanan. Apabila suatu pesanan diterima segera
dikeluarkan perintah untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-
masing pesanan. Untuk mempermudah perhitungan biaya produksi tiap-tiap
pesanan maka masing-masing produk yang dikerjakan diberi nomor identitas.

2.7.1 Penerapan Sistem Job Order Costing

Terdapat tujuh langkah untuk membebankan biaya ke sebuah pekerjaan :


Langkah 1 : mengidentifikasikan job atau order yang akan dijadikan obyek
biaya.
Langkah 2 : mengidentifikasikan biaya langsung dari job atau .
Langkah 3 : memilih dasar pengalokasian biaya untuk mengalokasikan biaya
tidak langsung kepada setiap job atau order.
Langkah 4 : mengidentifikasikan biaya-biaya tidak langsungdan berasosiasi
dengan tiap dasar pengalokasian biaya.
Langkah 5 : menghitung rate per unit untuk tiap dasar alokasi biaya yang akan
digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya tidak langsung
kepada job atau order.
Langkah 6 : menghitung biaya biaya tidak langsung yang dialokasikan kepada
setiap job
Langkah 7 : menghitung biaya total dari tiap job atau order dengan
menambahkan semua biaya langsung dan tidak
langsungdikenakan kepada setiap job atau order.
2.7.2 Manfaat Job order costing system
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi
harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk :
a) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan
b) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
c) Memantau realisasi biaya produksi
d) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan
e) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dalam proses yang
disajikan dalam neraca. Jadi, dalam penentuan perhitungan harga pokok
19

secara pesanan, perusahaan perlu memperhatikan penggunaan sumber


daya untuk masing-masing pesanan.
Dalam kalkulasi biaya Job Order, setiap Job atau pesanan adalah suatu
satuan akuntansi yang dibebankan biaya bahan, upah dan biaya overhead dengan
menggunakan nomor-nomor order, biaya untuk pesanan yang dikerjakan untuk
pelanggan tertentu dicatat dalam suatu kartu yang disebut kartu biaya Job Order
(Job Order Cost Sheet) kartu induknya disusun untuk mengumpulkan semua
biaya bahan, upah, dan biaya overhead yang dibebankan khusus pada pesanan
yang bersangkutan. Pesanan yang diselenggarakan atas dasar spesifikasi khusus
dari pelanggan memungkinkan penjabaran laba atau rugi untuk setiap pemesanan.
Bilamana pesanan itu menyangkut produksi suatu jumlah persediaan barang,
maka kalkulasi Job Order memungkinkan dijabarkannya biaya satuan
untukkeperluan kalkulasi biaya atau harga pokok persediaan. Penentuan harga
pokok dan pengendalian biaya, mengemukakan syarat-syarat penggunaan metode
harga pokok pesanan, yaitu :
a) Bahwa masing-masing pesanan pekerjaan atau produk dapat dipisahkan
identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan
secara individual
b) Bahwa biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu biaya
produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi
langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, sedangkan
biaya produksi tidak langsung terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
c) Bahwa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dibebankan atau
diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan yang bersangkutan,
sedangkan biaya produksi tidak langsung (overhead) dibebankan pada
pesanan tertentu atas dasar tarif yang ditentukan dimuka (Predetermined
rate).
d) Bahwa harga pokok tiap – tiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
e) Bahwa harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah
biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan.
20

2.8 Konsep Pengendalian

Pengendalian dibutuhkan dalam setiap pekerjaan untuk mengevaluasi


kegiatan yang telah dilakukan agar sesuai dengan yang direncanakan semula.
Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya
telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya
(Hansen dan Mowen, 2006). Biaya produksi harus dapat dikendalikan agar tidak
terjadi pemborosan. Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang dapat
mengendalikan biaya produksi agar berjalan secara efisien. Tanggung jawab atas
pengendalian biaya sebaiknya diberikan kepada individu-individu tertentu yang
bertanggung jawab untuk menganggarkan biaya yang berada dibawah kendali
mereka. Setiap tanggung jawab manajer sebaiknya dibatasi pada biaya dan
pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut, dan kinerja secara
umum diukur dengan membandingkana antara biaya dan pendapatan aktual
terhadap anggaran.
Untuk membantu mengendalikan biaya, akuntan biaya dapat menggunakan
jumlah biaya yang telah ditetapkan sebelumnya yang disebut biaya standar. Biaya
standar juga dapat dijadikan dasar untuk anggaran dan laporan biaya.
Pengendalian biaya dipandang sebagai usaha manajemen untuk mencapai
sasaran biaya dalam kegiatan tertentu. Pengendalian biaya dapat dilakukan dengan
berbagai cara, misalnya melalui program-program pengurangan biaya,
perencanaan biaya, dan perhatian yang terus menerus terhadapa pengambilan
keputusan biaya dalam kaitannya dengan pengeluaran biaya.
Selain itu pengendalian biaya dapat dilakukan dengan membandingkan
antara biaya yang di standarkan dengan biaya sesungguhnya. Pengendalian
memerlukan standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolak ukur pengendalian.
Biaya yang menjadi tolak ukur disebut biaya standar.
Dalam pengendalian biaya dengan menggunakan biaya standar akan
menimbulkan selisih biaya dari biaya sesungguhnya. Selisih yang akan timbul
antara lain adalah selisih menguntungkan dan selisih biaya merugikan, dan tidak
ada selisih.
21

2.9. Uji T-beda

Uji beda t-test digunakan untuk menguji hipotesa komparatif (uji


perbedaan), digunakan untuk sample kecil dan varian populasi tidak diketahui,
merupakan salah satu teknik statistik parametrik dan membedakan rata- rata
kelompok. Uji beda t-test dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan
antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua
sampel.
Uji t-test merupakan prosedur pengujian parametrik rata-rata dua
kelompok data. Berikut ini jenis uji t-test yang dapat digunakan sesuai dengan
data yang akan diolah.
a) Uji Satu Sampel (One sample t-test)
Digunakan untuk satu sample untuk menguji apakah suatu nilai tertentu (yang
diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan
rata-rata sebuah sampel. Nilai yang dimaksud pada umumnya adalah nilai
parameter untuk mengukur suatu populasi
b) Uji sampel berpasangan (Paired sample t-test)
Digunakan untuk membandingkan rata- rata dari suatu sampel yang
berpasangan (paired). Sampel berpasangan adalah sebuah kelompok sampel
dengan subyek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran
yang berbeda.
c) Uji sampel tidak berhubungan (Independent sample t-test)
Digunakan untuk membandingkan dua kelompok rata- rata dari dua sampel
yang berbeda (independent). Prinsipnya ingin mengetahui apakah ada
perbedaan rata-rata antara dua populasi, dengan membandingkan dua rata-rata
sampelnya.

2.10 Penelitian Terdahulu

Khsesariani (2011) dalam penelitiannya menganalisis varians digunakan


untuk menghitung varians yang terjadi antara biaya standar dan biaya aktual dari
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead di UKM
Wingko Babat Cap Kapal Terbang. Dari hasil analisis varians diketahui bahwa
kelapa memiliki varians unfavorable. Bahan baku gula jawa yang memiliki
22

varians favorable. Hasil analisis varians untuk tenaga kerja langsung


menunjukkan bahwa tarif memiliki varians favorable. Berdasarkan pengujian
hipotesis yang dilakukan dengan uji t, disimpulkan bahwa varians untuk bahan
baku langsung yang masih dalam batas pengendalian yaitu kelapa, gula pasir,
tepung ketan, mentega, dan gula jawa. Sedangkan varians bahan baku yang diluar
batas pengendalian yaitu nangka dan durian. Uji hipotesis pada varians tenaga
kerja langsung terhadap tarif tenaga kerja langsung masih dalam batas
pengendalian manajemen, sedangkan varians terhadap efisiensi tenaga kerja
langsung diluar batas pengendalian manajemen. Varians yang terjadi pada
overhead tetap dan overhead variabel tidak dilakukan uji menggunakan t test
karena data dihitung selama satu bulan selama bulan Desember 2010.
Dewi Kasita Rachmayanti (2011) dalam penelitiannya menganalisis harga
pokok produksi dengan metode full costing di UKM Galaksi. UKM Galaksi
menerapkan perhitungan harga pokok produksi masih sangat sederhana. Elemen
biaya yang dihitung dengan menggunakan metode perusahaan meliputi biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
(biaya lain-lain). Perbedaan utama antara metode perhitungan Perusahaan dengan
metode Full costing terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Perbedaan
nilai yang dihasilkan disebabkan oleh metode yang digunakan oleh perusahaan
tidak membebankan biaya overhead pabrik secara tepat, sehingga biaya produksi
yang dihitung perusahaan kurang akurat. Kesalahan dalam perhitungan harga
pokok produksi dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan
menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Perhitungan harga pokok produksi
menjadi salah satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan.

Diane (2003), dalam penelitiannya menganalisis peranan Job Order


Costing dalam menetapkan harga pokok produksi. Dari hasil analisisnya dapat
disimpulkan harus ada pemisahan biaya menjadi biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung. Khusus pada penetapan taksiran overhead pabrik,
perusahaan menetapkan berdasarkanpada biaya yang dibebankan langsung pada
pesanan yang dibuat, dilihat dari perhitungan tahun buku sebelumnya. Penentuan
harga pokok dilakukan saat pesanan tersebut selesai.harga pokok per item produk
23

dihitung dengan membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan
tertentu dengan jumlah produk yang dipesan.

Hendra Setiawan, Tarida Marlin S. Manurung dan Yunita (2010) dalam


penelitiannya menganalisis evaluasi penerapan Metode Job Order Costing dalam
penentuan harga pokok produksi. Dari hasil analisisnya dapat disimpulkan dengan
menhitung harga pokok secaa benar akan berdampak pada harga jual, seperti hasil
dari evaluasinya bahwa dengan menggunakan metode jam kerja langsung maka
harga pokok produksi dapat lebih rendah sehingga perusahaan dapat
menghasilkan laba yang lebih maksimal.
24

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Penelitian

Kinerja perusahaan ditentukan oleh bagaimana perusahaan


mampumenerapkan fungsi pengendalian yang baik atas aktivitas perusahaan.
Biayaproduksi yang timbul dari proses produksi juga harus
dilakukanpengendalian yang baik agar tidak terdapat varians dan dapat berjalan
secaraefisien.
Triple Combo merupakan salah satu anak perusahaan dari Hotel Salak The
Heritage yang memproduksi makanan kue-kue khas negara Belanda juga
makanan khas tradisional Indonesia . Biaya produksi Triple Combo terdiri dari
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerjalangsung, dan biaya overhead
pabrik. Triple Combo dalam aktivitasnya dihadapkan pada kemungkinan
terjadinyaperbedaan antara biaya produksi yang telah ditetapkan dengan
biayaproduksi yang sebenarnya terjadi
Biaya yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan menggunakan
perhitungan yang tidak menyeluruh melainkan berdasarkan perkiraan biaya yang
digunakan dari setiap produknya tanpa memperhitungkan biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu penulis ingin melakukan
penelitian biaya aktual dengan metode Job Order Costing . Hal ini dapat
mempermudah dalam mengendalikan biaya dan dapat mengoptimalkan laba yang
ingin didapat.
Penelitian ini juga mengkaji tentang varians yang terjadi antara biaya yang
diakuiperusahaan dengan biaya yang sebenarnya terjadi, harga jual yang
ditetapkan perusahaan dengan harga jual ideal berdasarkan HPP metode Job
Order Costing serta mengkaji perbedaan laba yang diakui dengan laba yang
terjadi . Alat analisis yang digunakan yait uji independent sample (t-test). Analisis
varians dilakukan untuk mengetahui deskripsi perbedaan rata-rata yang terjadi
apakah hasilnya signifikan atau tidak signifikan. Setelah dilakukan analisis, dari
hasil analisis tersebut dapat memberikan saran dan rekomendasi kepada
25

perusahaan untuk perbaikan manajemen perusahaan. Penjelasan selengkapnya


dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran


26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian berlokasi di Jalan Pangrango


nomor 25 Bogor. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat wisata kuliner
yang strategis dan terkenal di Bogor dan sekitarnya.Waktu penelitian dimulai
dari bulan Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012. Waktu tersebut digunakan
untuk memperoleh data-data yang relevan dari perusahaan yang kemudian diolah
dan dievaluasi hasilnya

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan penulisan ini dibutuhkan data yang tepat dan


lengkapyang dapat mendukung penelitan dan menjadi dasar permasalahan.
Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah studi kasus,
karena penelitian ini dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada suatu
masalah atau kasus tertentu yang terdapat di dalam suatu perusahaan dan
berusaha akan memberikan rekomndasi terbaik untuk memecahkan masalah-
masalah yang timbul dalam kasus.
Data yang ada dalam penulisanskripsi ini diperoleh dengan teknik-teknik sebagai
berikut :
a) Penelitian lapangan ( Field Research )
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara penelitian langsung ke
lapangan. Adapun teknik penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan ( observation )
Yaitu mengadakan peninjauan secara langsung ke tempat lokasi penelitian,
tujuannya adalah melihat langsung semua kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam pelaksanaan sehubungan dengan objek penelitia..
2. Wawancara ( interview)
Yaitu mengadakan waancara langsung kepada pimpinan perusahaan yang
berwenang untuk memperoleh informasi dan penjelasan tentang kegiatan
perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian.
b) Data sekunder diperoleh dari data perusahaan berupa data historis Triple
Combo, studi literatur, karya ilmiah, serta referensi lain yang relevan dengan
penelitian ini.
27

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah didapat dari penelitian akan diuji dengan


menggunakanmetode pengumpulan harga pokok produksi Job Order Costing .
Hal ini dilakukan untukmenelusuri objek biaya langsung dan tidak langsung serta
mengetahui biayaoverhead pabrik dari perusahaan tersebut. Data yang diperoleh
kemudian dirincidan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil
perhitungankemudian dianalisis untuk melihat perbandingannya kemudian
dijadikan dasarpenetapan harga pokok produksi yang paling efektif dan efisien
bagi perusahaan.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadianalisis
kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan padaperhitungan
harga pokok produksi dengan metode yang telah dilakukanperusahaan dengan
perhitungan harga pokok produksi dengan metode Job Order Costing , analisis
kualitatif dengan perbandingan data dengan uji t-test dan analisis deskriptif

3.4.1 Penentuan Biaya Perusahaan Dengan Metode Job Order Costing


Langkah awal dalam penelitian ini, peneliti melakukan perhitungan
terhadap biaya langsung dan biaya tidak langsung menggunakan job cost sheet
setiap job order untuk penentuan biaya perusahaan dengan metode Job Order
Costing .Menurut Horngren, Datar dan Foster (2006) perhitungan biaya langsung
dan biaya tidak langsung sebagai berikut:

a) Menghitung biaya bahan baku


iaya bahan baku kuantitas material yang digunakan biaya unit material
b) Menghitung biaya tenaga kerja langsung (Biaya TKL)
biayatenaga kerja l
arif aktual ...................................... (1)
jam kerja perhari

iaya aktual tarif aktual lama jam kerja ................................... (2)


c) Menghitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan
untuk mengalokasi biaya tidak langsung ke Job.
biaya overhead manufaktur aktual
arif H manufaktur aktual ............... (3)
total kuantitas aktual dr dasar alokasi biaya
28

3.4.2 Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Job
Order Costing untuk mendapatkan perhitungan biaya produksi yang aktual
dengan menghitung biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku dan biaya
overhead pabrik. Setelah ditemukan biaya aktual, selanjutnya dilakukan
pengolahan data menggunakan t-test. Analisis t-test digunakan untuk mengetahui
perbedaan biaya produksi yang sebenarnya terjadi dengan biaya produksi menurut
perusahaan. Analisis t-test memperlihatkan perbedaan yang terjadi antara standar
biaya produksi dengan realisasi biaya produksi.
Setelah mendapatkan perhitungan harga pokok produksi menurut Job
Order Costing , akan dilakukan penentuan harga jual ideal dengan margin sesuai
yang diharapkan oleh manajemen yaitu 30% dari harga pokok produksi, serta
akan dibaandingkan dengan harga jual yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Dari harga jual yang telah ditentukan perusahaan akan didapat laba yang
diakui oleh perusahaan yang merupakan selisih antara harga jual perusahaan
dengan harga pokok produksi Triple Combo. Nilai rata-rata laba atau rugi akan
dibandingkan dengan laba yang terjadi yaitu selisih antara harga jual Triple
Combo dengan harga pokok produksi menurut metode Job Order Costing .
Pengolahan data menggunakan alat bantu piranti lunak dari komputer
yaitu MicrosoftExcel 2010. Data yang telah diolah selanjutkan akan dilakukan
pengujian dengan uji t atau disebut sebagai t-test menggunakan SPSS 15.0.

3.4.3 Uji Hipotesis

Uji t (t-test) dilakukan untuk mengukur varians yang terjadiantara biaya


standar yang seharusnya terjadi dengan realisasinyaapakah masih dalam batas
pengendalian. Uji t (t-test) menggunakanalat bantu berupa piranti lunak Statistical
Packages for the SocialSciences SPSS 15.0 beserta analisis deskriptif . Uji t (t-
test) bertujuan untuk membandingkan apakah kedua data (variabel)tersebut sama
atau berbeda. Langkah-langkah dalam melakukan ujit (t-test) yaitu:
29

1. Pengujian dua arah


Buatlah H0 dan H1 dalam uraian kalimat.

Ho μ1 = μ2 (Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap HPP dan harga jual
menurut perusahaan dengan menurut metode JOB ORDER
COSTING )

Hi μ1 = μ2 (ada perbedaan yang signifikan terhadap HPP dan harga jual menurut
perusahaan dengan menurut metode JOB ORDER COSTING )
2. Mencari t hitung.
Rumus :
x1 − x2
.......................................................................................................................... (4)
=
S 1 +
1
1
1

2 S²1 -S²2
S=
1+ 2
............................................................................................................................... (5)

dimana :
x1= Rataan nilai biaya standar
x2= Rataan nilai biaya aktual (realisasi)
n1= Jumlah laporan biaya standar
n2= Jumlah laporan biaya aktual (realisasi)
x1= Biaya standar
x2= Biaya aktual (realisasi)
S1= Simpangan baku x1 (biaya standar)
S2= Simpangan baku x2 (biaya aktual)
entukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) kemudian dicarit tabel dengan
ketentuan
df = n – 2 araf nyata yang digunakan yaitu α = 5 %
4. Tentukan kriteria pengujian.
Jika t hitung < t tabel maka H0diterima dan H1 ditolak.
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
5. Bandingkan antara t hitung dengan t tabel dan gambar posisinya.
6. Buatlah kesimpulan dan saran.
30

3.4.4 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif memberikan uraian atau menjelaskantentang penyebab


terjadinya perbedaan antara metode menurut perusahaan dengan metode Job
Order Costing . Selain itu, analisis deskriptifmemberikan penjelasan tentang
tindakan korektif yang harusdilakukan untuk memperbaiki metode
yangdigunakan untuk menghindariterjadinya perbedaan yang di masa yang akan
datang.
31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Berawal dari berdirinya sebuah cafe di Hotel Salak yang namanya Den
Haag Café yang menjual kue-kue khas Belanda antara lain Indische Pastei (Pastel
Tutup), Macaroni Schotel (Macaroni Panggang), Klappertaart, Hollandsche
Kroketten, Spekkoek, Ontbijtkoek, Pannenkoeken, Oliebollen, Bitterballen &
Poffertjes. Setelah beberapa bulan berjalan, terlihat ketiga penganan paling
diminati pelanggan adalah Indische Pastei (Pastel Tutup), Macaroni Schotel
(Macaroni Panggang), Klappertaart, kemudian dicarikanlah nama dari gabungan
ketiga penganan tersebut untuk lebih dipopulerkan dan tercetuslah nama Triple
Combo yang mulai dipergunakan pada awal bulan Juli 2007
Dalam memperkenalkan Triple Combo, dilakukan terobosan
pemasarannya melalui apa yang dikenal dengan nama “Pengasong” dan untuk
meningkatkan derajat pengasong, mereka tidak disebut pengasong tetapi Micro
Enterpreneur (ME). Mereka dibekali rompi serta topi yang bertuliskan Triple
Combo lengkap dengan nama-nama produknya serta 3 lapis keranjang tenteng
untuk mengisi ketiga macam penganan tadi.
Dari para ME tersebut, produk Triple Combo mulai dikenal oleh
masyarakat dan berkembang cukup pesat sehingga yang pada awalnya tempat
produksinya gabung dengan dapur Hotel Salak, tetapi karena sudah tidak
memadai lagi maka mulai pertengahan tahun 2008, Hotel Salak menyewa sebuah
rumah di Jalan Pangrango 8 untuk dijadikan tempat produksi sekaligus gerai
untuk menjual.
Untuk memberikan pilihan pada para pelanggan, hingga kini telah tercipta
lebih dari 10 macam rasa Klappertart sebagai produk yang paling unggul.
Aneka rasa Klappertart tersebut yaitu : Original, Strawberry, Blueberry,
Coklat, Pandan, Tape (3 macam tape), Keju, Triple Cheese (3 macam keju),
Cookie n Cream, Fruits n Nuts, Tutti Frutti, Ogura, Mint, Green Tea, Low
Calorie, Klappertart Cake dengan Tape Singkong, Klappertaart Panggang dan
Klappertart Combo.
32

Karena Klappertart yang paling diminati oleh pelanggan, maka rumah


tempat produksi maupun gerai penjualan tersebut dinamakan Klappertart Huize
atau Rumah Klappertart.
Selain citarasa yang baik, satu keunggulan dari Klappertartnya Triple
Combo adalah Halal yang mana Triple Combo telah mengantongi Sertifikat Halal
yang dikeluarkan oleh MUI karena hampir semua Klappertart yang ada di
Indonesia menggunakan rum (alcohol) karena penganan ini awal terkenalnya di
Manado yang mayoritas masyarakatnya Nasrani.
Kini Triple Combo telah dikenal dibeberapa kota besar di Indonesia dan
Klappertart Huize telah menjadi salah satu tujuan orang yang melakukan wisata
kuliner di Bogor.
Melihat perkembangan dunia kuliner di Bogor yang dapat dikatakan
sebagai surga kuliner (Culinary Paradise) kedua setelah Bandung, maka pada
awal tahun 2007, Hotel Salak The Heritage berkeinginan untuk menambah
semarak dunia kuliner di Bogor dengan membuat produk oleh-oleh yang
bernuansa Belanda sesuai dengan sejarah Hotel Salak yang merupakan warisan
atau peninggalan masa penjajahan Belanda dan dapat diterima oleh lidah
masyarakat Indonesia.
Struktur organisasi dari Triple Combo dibuat sederhana agar dapat lebih
mudah dalam memberikan koordinasi yang dikepalai oleh Koordinator lapangan
yang mengelola proses produksi dan sistem pelayanan. Pengawasan dilakukan
oleh manajemen PT. Anugerah Jaya Agung (Hotel salak The Heritage). Saat ini
Triple Combo memiliki 4 orang karyawan tetap, 7 orang karyawan kontrak dan 25
karyawan harian. Adapun struktur organisasi di Triple Combo seperti yang
terlampir di Lampiran 2.

4.2 Bahan Baku Utama Yang Digunakan Dalam Proses Produksi Triple
Combo (Klappertart,Macaroni Schotel dan Fruit Tartlet)
Proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah
kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada.
Klappertart, Macaroni Schotel dan Fruit Tartlet diproduksi oleh Triple Combo
berdasarkan pesanan dan berdasarkan ketersedian produk di outlet-outlet Triple
Combo.
33

1. Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan Klappertart terdiri dari :


a) Kelapa muda
Kelapa muda merupakan bahan utama dalam pengolahan Klappertart. Kelapa
muda dibeli setiap hari dengan tujuan agar kualitas dan kesegaran kelapa
selalu terjamin. Pemilik menetapkan standar sendiri untuk kelapa yang akan
digunakan dalam proses produksi Klappertart yaitu kelapa yang masih muda
dan teksturnya sangat lembut.
b) Susu cair
Klappertart, Macaroni Schotel dan pastel tutup ketiga produk tersebut
menggunakan bahan baku susu cair yang sudah di sterilisasi agar tidak ada
fermentasi. Pencampuran kelapa dan susu dangat diperhatikan karena jika
salah satu dari bahan tersebut kurang segar maka akan menyebabkan rasa yang
masam dan tidak tahan lama terhadap ketiga produk makanan tersebut.
c) Tepung Custard dan Maizena
Tepung custard dan tepung maizena dicampur dengan bahan lain untuk
menyatukan adonan Klappertart. Tepung Custard dan Maizena dikirim oleh
penyuplai yang sudah memenuhi standard yang ditentukan Triple Combo
setelah dibandingkan dengan penyuplai dengan merek lain. Tepung Custard
dan Maizena dikirim 10 kg setiap 2 (dua) hari agar dapat menghemat biaya
penyimpanan bahan baku.
d) Margarine
Margarine yang digunakan harus sesuai dalam proses produksi yaitu aromanya
segar, tidak berjamur, warnanya kuning muda atau pucat hingga kuning tua,
dan teksturnya lembut., tidak pucat, dan tidak ada rasa. Margarin dibeli di toko
grosir khusus bahan-bahan kue yang dekat dengan lokasi produksi
e) Gula Pasir
Kriteria gula pasir yang digunakan dalam proses pembuatan wingko yaitu gula
pasir lokal yang berwarna putih dan bersih agar tidak mempengaruhi warna
produk jadi.
f) Telur
Dalam pembuatan Klappertart telur yang digunakan hanya bagian putih nya
saja, maka sebelum pencampuran adonan putih telur dipisahkan dengan
34

kuning telurnya. Kuning telur akan digunakan untuk membuat kue bolu atau
lapis Surabaya. Sedangkan dalam pengolahan Macaroni Schotel, telur
langsung dicampurkan kedalam adonan.
2. Bahan baku utama yang digunakan dalam pengolahan Macaroni Schotel
terdiri dari:
a) Macaroni
Macaroni merupakan bahan utama dalam pengolahan Macaroni Schotel.
Kriteria dari macaroni yang digunakan adalah yang ukurannya kecil hingga
sedang, warna tidak pucat, tidak dalam keadaan lembab dan tidak
berbau.Macaroni dibeli di toko bahan-bahan kue yang terdekat dengan lokasi
produksi.
b) Corned beef
Corned beef digunakan untuk dicampurkan ke dalam adonan Macaroni
Schotel. Corned beef yang diguakan adalah corned beef dalam kemasan
kaleng yang dibeli di toko grosir bahan-bahan kue terdekat dari lokasi, harga
dan kualitasnya sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
c) Keju
Keju digunakan sebagai topping dari Macaroni schotel dengan yang memliki
protein yang tinggi dan kualitas nomor 1(satu). Kualitas keju yang baik
merupakan hal yang penting karena menciptakan rasa yang khas dan
penampilan yang baik untuk produk Macaroni schotel. Keju disuplai oleh
pembekal yang langsung diantar ke Triple combo setiap 1(satu) minggu sekali,
untuk menjaga kualitas keju dan tidak terlalu lama tersimpan di gudang
penyimpanan bahan baku.
d) Susu cair
Macaroni Schotel menggunakan bahan baku susu UHT (Ultra High
Temperature) yang dikirim oleh pembekal tetap dari Jakarta. Pengiriman dua
kali dalam seminggu. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kualitas dari susu
tersebut dan tidak terlalu lama tersimpan di gudang penyimpanan bahan baku.
.
35

3. Bahan baku utama yang digunakan dalam pengolahan Fruit tarlet terdiri dari:
a) Buah Kaleng
Buah yang digunakan sebagai toping dari Fruit Tartlet adalah buah kaleng
dengan berbagai macam buah di dalamnya. Buah kaleng dibeli di toko aneka
macam bahan kue yang berlokasi di jalan Gedong Sawah Bogor.
b) Telur
Dalam fruit tarlet telur yang digunakan seluruhnya dalam pembuatan adonan
utama dari fruit tarlet.
c) Margarine
Margarine yang digunakan harus sesuai dalam proses produksi yaitu aromanya
segar, tidak berjamur, warnanya kuning muda atau pucat hingga kuning tua,
dan teksturnya lembut., tidak pucat, dan tidak ada rasa. Margarin dibeli di toko
grosir khusus bahan-bahan kue yang dekat dengan lokasi produksi
d) Tepung terigu
Tepung terigu dalam pembuatan adonan fruit tarlet merupakan bahan baku
yang digunakan paling banyak dari bahan baku yang lain. Kualitas dari tepung
terigu pun di perhatikan karena akan mempengaruhi hasil akhir dari adonan
tersebut.
Harga bahan baku dapat sewaktu-waktu berubah karena ada penyesuaian
harga pasar dan permintaan yang terjadi di pasar. Namun, perusahaan memiliki
acuan harga yang merupakan harga pasar rata-rata untuk menentukan harga
pokok. Harga pasar rata-rata menurut perusahaan terlampir di Lampiran 3.

4.3 Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi

Penentuan harga pokok produksi menurut perusahaan dan menurut metode


Job Order Costing terhadap data pesanan bulan Juni sebanyak 72 pesanan dimana
pesanan tersebut terdapat produk Klappertart, Macaroni Schotel dan Fruit tarlet.
Dalam menentukan biaya yang dialokasikan pada setiap faktor-faktor produksi.
36

4.3.1 Menurut Metode Perhitungan Perusahaan

Berikut ini perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan. Dalam


menghitung harga pokok produksinya perusahaan hanya menghitung biaya bahan
baku dan bahan baku pembantu seperti Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Contoh perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan
Pemesan : Apri Wulandari Tgl pesanan : 3-Jun
Nama Barang 1. Klappertart Tgl pengiriman : 4-Jun
: 2. Mac.schotel
3. Fruit Tartlet
Spesifikasi medium
Jumlah : 60 pcs/
produk

Nama produk Bahan baku & bahan baku pembantu


bahan Alumuniumc
Plastik Sendok Jumlah
baku up
(Rp) (Rp) (Rp)
(Rp) (Rp)
Klappertart 2.314 100 100 385 173.940
Mac.Schotel 2.474 100 100 385 183.540
Fruit Tartlet 2.550 100 100 385 188.100
Total 545.580
Harga Jual 990.000
Laba menurut perusahaan 444.420
Sumber : Data produk pesanan Bulan Juni 2012 (data olahan 2012)
4.3.2 Metode perhitungan dengan Job Order Costing

Berikut ini metode perhitungan dengan menggunakan Job Order Costing.


Dalam perhitungannya metode ini menghitung biaya bahan baku & bahan baku
pembantu, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.
a) Biaya Bahan Baku dan bahan baku pembantu.
Terdapat biaya bahan baku dan biaya bahan baku pembantu yang dialokasikan
untuk pentuan harga pokok produksi Klappertart, Macaroni Schotel dan Fruit
Tartlet.
1. Klappertart
Dalam pembuatan Klappertart dengan ukuran 1(satu) resep akan menjadi 10
buah Klappertart yang dikemas dengan alucup ukuran 60mm x 60 mm atau
medium bahan baku yang dibutuhkan seperti dijelaskan pada Tabel 4 berikut
ini:
37

Tabel 4. Biaya bahan baku Klappertart


NO. KETERANGAN SATUAN HARGA(Rp)
Bahan Baku Langsung
1 Kelapa muda 300 gr 8.100
2 Tepung Terigu 50 gr 350
3 Maizena 20 gr 150
4 Tepung custard 50 gr 2.700
5 Blue band margarine 120 gr 2.040
6 Gula Pasir 100 gr 1.100
7 Susu UHT 800 ml 8.500
8 Kismis 20 gr 200
Total biaya bahan baku 23.140
Biaya per item (10 buah) 2.314
Sumber : Daftar harga bahan baku bulan Juni 2012 (data olahan 2012)
2. Macaroni Schotel
Dalam pembuatan Macaroni Schotel dengan ukuran 1(satu) resep akan
menjadi 10 buah Macaroni Schotel yang dikemas dengan alucup ukuran
60mm x 60 mm atau medium , bahan baku yang dibutuhkan seperti
dijelaskan pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Biaya bahan baku Macaroni Schotel
NO. KETERANGAN SATUAN HARGA(Rp)
Bahan Baku Langsung

1 Macaroni 200 gr 2060

2 Corned beef 150 gr 7169

3 Susu UHT Indo milk 380 mL 4161

4 Tepung mustard 5 gr 150

700
5 Blue band margarine 25 gr

6 Keju Parut 250 gr 10000

7 Bawang bombay 25 gr 500


Total biaya bahan baku 24.740
Biaya per item (10 buah) 2.474
Sumber : Daftar harga bahan baku bulan Juni 2012 (data olahan 2012)
38

3. Fruit Tarlet
Dalam pembuatan Fruit tartlet dengan ukuran 1(satu) resep akan menjadi 10
buah Fruit tartlet bahan baku yang dibutuhkan seperti dijelaskan pada Tabel 6
berikut ini:
Tabel 6. Biaya bahan baku Fruit Tarlet
NO. KETERANGAN SATUAN HARGA(Rp)
Bahan Baku Langsung

1 Margarin 400 gr 4150

4000
2 Icing sugar 300 gr

3 Telur 3 butir 3600

4 Tepung terigu 1 kg 6000

5 Apricot 100 gr 2800

6 Strawberry 5 buah 1400

7 Tepung vla 100 gr 3550

Total biaya bahan baku 25.500


Biaya per item (10 buah) 2.550
Sumber : Daftar harga bahan baku bulan Juni 2012 (data olahan 2012)
4. Biaya bahan baku pembantu
Selain bahan baku langsung terdapat pula bahan baku pembantu dalam
mengemas produk jadi agar memiliki nilai jual. Bahan baku pembantu yang
digunakan yaitu plastik kemasan dengan harga Rp.100,00 per buah, alucup
dengan harga Rp.385,00 per buah dengan ukuran 60mm x 60mm serta sendok
plastik dengan harga Rp.100,00 per buah.
b) Biaya tenaga kerja langsung
Dalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung ditentukan tarif tenaga kerja
langsung per jam dengan perhitungan sebagai berikut:
Tarif Tenaga kerja langsung : Upah 1 hari / 8 jam kerja
= Rp 36.000 / 8 jam
= Rp 4.500 / jam
Untuk perhitungan biaya tenaga kerja langsung ditentukan dari waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi produk pesanan.
39

c) Biaya overhead pabrik


Dalam perhitungan biaya overhead pabrik antara lain biaya listrik, air,
telepon dan gas dihitung dengan cara penentuan besar tarif biaya listrik, air,
telepon dan gas. Tarif untuk biaya overhead pabrik diperhitungkan sebagai
berikut :
1. Biaya air = total biaya air bulan Juni / total produksi
= Rp1.386.400 / 11.742 buah
= Rp 118 / buah
2. Biaya listrik = total biaya listrik bulan Juni / total produksi
= Rp6.250.500 / 11.742 buah
= Rp 532 / buah
3. Biaya telepon = total biaya telepon bulan Juni / total produksi
= Rp1.692.000 / 11.742 buah
= Rp 144 / buah
4. Biaya gas = total biaya gas bulan Juni / total produksi
= Rp1.227.000 / 11.742 buah
= Rp 104 / buah
c. Penentuan Margin Laba
Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Keuangan Hotel Salak The
Heritage yang merupakan induk perusahaan dari Triple Combo, sesungguhnya
perusahaan mengharapkan margin 30% dari harga pokok produksi dari setiap
pemesanan. Berikut salah satu contoh perhitungan dengan metode Job Order
Costing. Perhitungan untuk masing pemesanan selengkapnya terlampir di
Lampiran 4.
Dalam perhtungan denga metode Job Order Costing faktor produksi seperti biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Seperti yang
terlihat pada Tabel 7 berikut ini :
40

Tabel 7. Contoh Lembar kerja biaya dengan metode JOB ORDER COSTING
Pemesan : Apri Wulanbdari Tgl 03-Jun No pemesanan : 5
Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 04-Jun
2. mac.schotel
3. Fruit Tartlet
Spesifikasi : medium
Jumlah : 60 pcs/ produk

nama produk Bahan baku & bahan baku pembantu BTKL BOP
bahan Plastik(Rp) Sendok(Rp) Alucup(Rp) jumlah(Rp) Jam tarif(Rp) Jumlah air(Rp) listrik(Rp) Telpon(Rp) gas(Rp) Jumlah(Rp)
Baku(Rp) Pekerja Jumlah(Rp)
Klappertart 2.314 100 100 385 173.940 18.000 7.084 31.939 8.647 6.270 53.941
2 4500 2
Mac.Schotel 2.474 100 100 385 183.540 - 7.084 31.939 8.647 6.270 53.941
Fruit tartlet 2.550 100 100 385 188.100 2 4500 2 18.000 7.084 31.939 8.647 6.270 53.941
Total 545.580 36.000 161.822
Biaya Bahan Baku Rp545.580 Harga jual Rp990.000
Biaya TKL Rp36.000
xx Biaya kirim Rp60.000
Biaya overhead Rp161.822 HPP Rp824.402
Biaya Box isi 6 Rp21.000

Biaya produksi Rp764.402 Laba Rp165.598


Sumber : Data pesanan produk bulan Juni 2012 (data olahan 2012)
4.4. Analisa perhitungan menurut perusahaan dan menurut perhitungan
dengan metode Job Order Costing
Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan total biaya untuk
memproduksi pesanan Klappertart 60 buah dengan biaya bahan baku dan bahan
baku pembantu sebesar Rp 2.314 per produk, Macaroni Schotel 60 buah dengan
biaya bahan baku dan bahan baku pembantu sebesar Rp 2.474 per produk dan
fruit tarlet 60 buah dengan biaya bahan baku dan bahan baku pembantu sebesar
Rp 2.550 per produk dan total biaya untuk pekerjaan atau pesanan tersevut
sebesar Rp.545.580 dengan harga jual untuk pesanan tersebut sebesar Rp.990.000
dan mengakui laba sebesar Rp.444.420 Sedangkan, berdasarkan perhitungan
dengan metode Job Order Costing total biaya untuk memproduksi pesanan
Klappertart 60 buah, Macaroni Schotel 60 buah dan fruit tarlet 60 buah sebesar Rp
764.402 dan ditambah dengan biaya kirim sebesar Rp 60.000. Dengan Harga
Pokok Produksi per unit untuk Klappertart sebesar Rp 3.948, Macaroni Schotel
Rp.4.108 dan Fruit tarlet sebesar Rp 4.334. Harga jual untuk pesanan tersebut
yang ditentukan perusahaan yaitu sebesar Rp 990.000 dan laba yang sebenarnya
terjadi sebesar Rp 165.598 dari pekerjaan pesanan tersebut. Berarti margin laba
yang terjadi adalah 22% dari harga pokok produksi, margin laba 30% yang
41

diharapkan belum terpenuhi. Dari perhitungan yang diakui perusahaan dengan


menurut metode Job Order Costing margin yang terjadi sebesar terdapat
perbedaan dalam pengakuan biaya dan laba perusahaan.. Perbedaan ini dapat
menjelaskan permasalahan manajemen perusahaan dalam penentuan biaya dan
laba perusahaan. Permasalahan yang selama ini terjadi manajemen menganggap
bahwa biaya dari setiap bahan baku terlalu mahal sehingga laba yang sebenarnya
terjadi tidak sesuai dengan perhitungan menurut perusahaan. Langkah yang sudah
dilakukan manajemen untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
mengganti produk yang selama ini digunakan dengan produk lain yang harganya
lebih murah. Dampak yang muncul dari keputusan ini adalah kualitas dari setiap
produk yang dipesan menjadi menurun.

4.5. Uji hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan yaitu menggunakan uji t (t-test) dengan


bantuan SPSS 15 for Windows. Uji t ini dilakukan untuk menganalisis perbedaan
yang terjadi antara Harga pokok produksi menurut perusahaan dengan harga
pokok produksi menurut metode Job Order Costing signifikan atau tidak
signifikan dan untuk menganalisis perbedaan yang terjadi antara harga jual
standar dengan harga jual aktual signifikan atau tidak signifikan. Pengujian ini
dilakukan untuk menindaklanjuti fungsi manajemen di Triple Combo sebagai
pengendalian dan pengawasan terhadap komponen-komponen biaya produksi.
Hasil dari uji t terhadap komponen-komponen biaya produksi dijelaskan sebagai
berikut.

4.5.1. Uji Hipotesis Harga Pokok Produksi

Sebelum mengambil keputusan uji hipotesis, terlebih dahulu lihat hasil dari
evene’s test untuk melihat homogenitas varians. Untuk uji hipotesis homogenitas
varians :
H0 δ12 = δ12 (varians di populasi yang sama)
H1 δ12 ≠ δ12 (varians di populasi yang tidak sama)
Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,068. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H0 diterima ( varians di populasi sama).
42

Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di populasi sama (Equal


variance assumed)
Hasil dari uji t seperti yang terlampir di Lampiran 5, untuk harga pokok
produksi berdasarkan pesanan di Triple Combo diperoleh t hitung 2,021 dan t
tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan
derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t
tabel, maka H0 ditolak, sehingga harga pokok produksi menurut perusahaan
dengan harga pokok produksi menurut perhitungan dengan metode Job Order
Costing terjadi perbedaan yang signifikan.

4.5.2 Uji Hipotesis Harga Jual

Sebelum mengambil keputusan uji hipotesis, terlebih dahulu lihat hasil


dari evene’s test untuk melihat homogenitas varians. Untuk uji hipotesis
homogenitas varians :
H0 δ12 = δ12 (varians di populasi yang sama)
H1 δ12 ≠ δ12 (varians di populasi yang tidak sama)
Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,083. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H0 diterima (varians di populasi sama).
Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di populasi sama (Equal
variance assumed)
Hasil dari uji t seperti yang terlampir di Lampiran 6, untuk harga jual
berdasarkan pesanan di Triple Combo diperoleh t hitung 2,019 dan t tabel sebesar
1.655 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat
kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel,
maka H0 ditolak, sehingga harga pokok produksi rata-rata menurut perusahaan
dengan harga pokok produksi rata-rata menurut perhitungan dengan metode Job
Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.
4.5.3 Uji Hipotesis Laba
Sebelum mengambil keputusan uji hipotesis, terlebih dahulu lihat hasil
dari evene’s test untuk melihat homogenitas varians. Untuk uji hipotesis
homogenitas varians :
43

H0 δ12 = δ12 (varians di populasi yang sama)


H1 δ12 ≠ δ12 (varians di populasi yang tidak sama)
Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,52. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H0 diterima (varians di populasi sama).
Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di populasi sama (Equal
variance assumed)
Hasil dari uji t seperti yang terlampir di Lampiran 7, untuk laba yang
berdasarkan pendapatan dari penjualan dengan pesanan di Triple Combo
diperoleh t hitung 4,284 dan t tabel sebesar 1.655 dengan taraf signifikan (α) yang
digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t
menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak, sehingga harga
pokok produksi menurut perusahaan dengan harga pokok produksi menurut
perhitungan dengan metode Job Order Costing terjadi perbedaan yang signifikan.

4.6. Implikasi Manajerial

Berdasarkan analisis t-test diperoleh bahwa varians yang terjadi


dikategorikan terdapat perbedaan yang signifikan dan tidak signifikan. Jika
perbedaan yang terjadi tidak signifikan, perusahaan harus tetap melakukan
pengawasan dalam proses produksi mulai dari awal hingga akhir produksi.
Apalagi terhadap perbedaan yang signifikan, perusahaan harus melakukan
perbaikan dalam perhitungan harga pokok produksi sehingga harga jual dan laba
yang diakui sesuai dengan laba aktual.
Dalam menjalankan bisnisnya perusahaan harus mampu menerapkan metode
pembiayaan yang tepat, agar lebih mudah dalam pengawasan biaya produksi dan
tepat dalam penentuan harga jual produknya. Serta perusahaan akan lebih mudah
dalam pengambilan keputusan dalam pembiayaan. Jika metode penetapan biaya
kurang tepat, akan mempengaruhi harga pokok produksi, harga jual dan laba
perusahaan dan akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
44

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Triple Combo


terhadap harga pokok produksi yang diakui perusahaan dengan harga yang
sebenarnya terjadi dengan metode Job Order Costing , maka kesimpulan yang
dapat diambil adalah sebagai berikut:

a) Sebagai salah satu contoh pesanan untuk klappertart, macaroni schotel, fruit
tarlet masing-masing 60 unit dengan harga jual sebesar Rp.990.000 dan
mengakui biaya produksi sebesar Rp 545.580 dan laba yang diakui sebesar
Rp.444.420. Sedangkan, berdasarkan perhitungan dengan metode Job Order
Costing total biaya untuk memproduksi pesanan Klappertart 60 buah,
Macaroni schotel 60 buah dan Fruit tarlet 60 buah sebesar Rp 764.402
dengan harga jual yang ditentukan perusahaan yaitu sebesar Rp 990.000 dan
laba yang sebenarnya terjadi sebesar Rp. 165.598 . Berarti margin laba yang
terjadi adalah 22% dari harga pokok produksi, margin laba 30% yang
diharapkan belum terpenuhi. Dari perhitungan yang diakui perusahaan
dengan menurut metode Job Order Costing terdapat perbedaan dalam
pengakuan biaya dan penetapan harga jual. Perbedaan ini dapat menjelaskan
permasalahan manajemen perusahaan dalam penentuan biaya dan laba
perusahaan.

b) Pengujian hipotesis perbedaan harga pokok produksi menurut perusahaan


dengan menurut perhitungan dengan metode JOC. Dengan hasil analisis uji
homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,068. Nilai ini lebih besar dari nilai α =
0,05. Berarti H0 diterima ( varians di populasi sama). Dengan demikian,
digunakan t untuk asumsi varians di popilasi sama (Equal variance assumed).
Hasil dari uji t untuk harga pokok produksi berdasarkan pesanan di Triple
Combo diperoleh t hitung 2,021 dan t tabel sebesar 1.655 dengan taraf
signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan (df) 142. uji
t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka H0 ditolak. Sehingga
rata-rata harga pokok produksi menurut perusahaan dengan rata-rata harga
45

pokok produksi menurut perhitungan dengan metode JOC ada perbedaan


yang signifikan.

c) Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,083. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H0 diterima( varians di populasi sama).
Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di popilasi sama (Equal
variance assumed). Hasil dari uji t untuk harga pokok produksi berdasarkan
pesanan di Triple Combo diperoleh t hitung 2,019 dan t tabel sebesar 1.655
dengan taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan derajat kebebasan
(df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar dari t tabel, maka
H0 ditolak. Sehingga rata-rata harga jual menurut perusahaan dengan rata-rata
harga jual ideal menurut perhitungan dengan metode JOC terjadi perbedaan
yang signifikan

d) Dari hasil analisis uji homogenitas terlihat bahwa nilai p = 0,522. Nilai ini
lebih besar dari nilai α = 0,05. erarti H0 diterima( varians di populasi sama).
Dengan demikian, digunakan t untuk asumsi varians di popilasi sama (Equal
variance assumed).Hasil dari uji t untuk laba berdasarkan pendapatan dari
penjualan dengan pesanan di Triple Combo diperoleh t 4,284 dan t tabel
sebesar 1.655 dengan taraf signifikan (α) yang digunakan adalah 0,05 dan
derajat kebebasan (df) 142. Hasil dari uji t menunjukkan t hitung lebih besar
dari t tabel, maka H0 ditolak. Sehingga rata-rata laba menurut perusahaan
dengan rata-rata laba ideal menurut perhitungan dengan metode JOC terjadi
perbedaan yang signifikan.

2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:


a) Perbedaan yang terjadi dinilai signifikan, hal ini harus menjadi perhatian
khusus dari manajemen, koordinator pelaksana serta koordinator pemasaran
terutama dalam penentuan faktor-faktor produksi yang menjadi dasar
perhitungan penentuan harga pokok produksi dan penentuan presentase
margin yang diharapkan perusahaan. Tindakan yang harus diambil adalah
dengan melakukan koreksi perhitungan harga pokok produksi dengan
menghitung biaya bahan baku dan pembantu, biaya tenaga kerja langsung dan
46

biaya overhead pabrik. Hal ini bertujuan agar perbedaan yang terjadi antara
standar yang seharusnya dengan realisasi yang terjadi tidak terlalu besar dan
manajemen dapat mengantisipasi kemungkinan yang terjadi karena akan
mempengaruhi harga jual produknya dan laba yang akan didapatkan sesuai
dengan nilai yang menjadi target manajemen.
b) Perusahaan harus menggunakan komposisi bahan baku langsung yang sesuai
dengan takaran yang telah distandarkan serta karena akan mempengaruhi
hasil jadi produk yang diproduksi.
c) Perusahaan menggunakan kartu waktu agar dapat mempermudah dalam
menghitung jam kerja karyawan untuk sebuah pekerjaan atau pesanan yang
dikerjakan.
d) Standar yang ditetapkan oleh perusahaan yang berkaitan dengan harga
sebaiknya dilakukan penyesuaian karena adanya faktor musim, ketersediaan
bahan baku, dan inflasi. Selain itu harus ada penetapan harga jual minimum
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian potongan harga untuk
pelanggan.
47

DAFTAR PUSTAKA

Carter, W.K., danUsry,M. 2006. Cost Accounting 14th e.Mason, Ohio : Thomson.
Hansen & Mowen. 2001. Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat.
Henry Simamora.2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat, Jakarta.
Hilto., Maher., Selto.2003.Cost Management Strategies for Decision Making.

Horngren, C. T., Srikant M. Datar, George Foster. 2010. Akuntansi Biaya;


Penekanan Manajerial Edisi Sebelas. Desi Adhariani, penerjemah. Jakarta:
Indeks. Terjemahan dari: Cost Accounting; A Managerial Emphasis Eleventh
Edition
Iyaa.2012. Nippon Indosari Targetkan Penjualan Tumbuh 30% pada 2013
(www.m.iyaa.com/finance/berita/industri)[artikel].[diunduh 28 februari 2013) ]
Junaidi. 2010. Titik presentasi distribusi t (df=1-200).
(www.junaidichaniago.wordpress.com)

Kemenperin. 2013. Data laju pertumbuhan industri tahun 2011-2012.


(www.kemenperin.go.id) [5 Februari 2013]

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga,Jakarta.

Ksheshariani,W. 2011. Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya


Produksi (Studi Kasus Ukm Wingko Babat Cap Kapal Terbang Semarang).
[skripsi].Institut Pertanian Bogor, Bogor
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. STIE YKPN.
Mulyadi. 2006. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. STIE YKPN.
Neraca.2013. Industri Makanan Dan Minuman Tumbuh Di Atas Target.
http://neraca.com/ Industri Makanan Dan Minuman Tumbuh Di Atas
Target[artikel] [4 februari 2013]
Nurbani, A. 2007 Perhitungan biaya produksi dengan menggunakan sistem Job order
costing pada perusahaan Garmen (studi kasus pada PT SBC, Depok) [skripsi].
Universitas Indonesia, Depok
Pujiastuti, D. 2003. Peranan Job Order Costing Method Dalam Menetapkan Harga
Pokok Produksi ( Studi Kasus ptdt PT. Harost Ismi, Bandung) [skrpsi].
Universitas Widyatama, Bandung
Rachmayanti, D.K. 2011. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Sepatu Dengan
Metode Full Costing ( Studi kasus UKM Galaksi Kampung Kabandungan
Ciapus,Bogor) [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Setyawan,H. Manurung,T.M. dan Yunita. 2010. Evaluasi Penerapan Metode Job order
costing dalam penentuan Harga Pokok Produksi (Studi kasus PT.Organ Jaya)
[jurnal]. STIE Kesatuan Bogor, Bogor
Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya, Buku 1, Edisi Dua, Yogyakarta
48

LAMPIRAN
49

Lampiran 1. Kuesioner wawancara

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA


ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE
JOB ORDER COSTING
(Studi Kasus: Triple Combo, Bogor)
Dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar
sarjana,saya Ade Putri Mulfi (H24104022), mahasiswa Program Ekstensi Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak
untuk melakukan wawancara guna penelitian saya. Saya melakukan wawancara
ini sebagai data primer dalam penelitian saya yang berjudul Analisis Harga Pokok
Produksi Dengan Metode Job Order Costing (Studi Kasus: Triple Combo,
Bogor).
A. Sumber Informasi
1. Direktur Keuangan Triple Combo, Bogor.
2. Bagian Produksi atau Juru Masak Triple Combo, Bogor.
a) Bagaimana sejarah dan perkembangan Triple Combo?
b) Apa visi dan misi Triple Combo?
c) Bagaimana struktur organisasi Triple Combo ?
2. Konsep Biaya Standar
a) Apa saja komposisi dalam pembuatan Klappertart, Macaroni Schotel, dan
fruit tartlet?
b) Apakah bahan baku yang digunakan diperoleh dengan cara membeli semua
dari pemasok atau ada yang diproduksi sendiri?
c) Bagaimana caranya agar memperoleh (membeli) bahan baku dengan harga
yang wajar?
d) Apakah dasar dalam menentukan tarif upah yang akan dibayarkan kepada
tenaga kerja?
e) Berapa lama waktu standar yang diperlukan untuk memproduksi
Klappertart, Macaroni Schotel, dan fruit tartlet?
f) Apakah dasar dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik?
Berapa target laba yang diharapkan oleh perusahaan?
50

Lampiran 2. Struktur Organisasi Triple Combo

Coordinator
Dwi Irfan

R/D Chef Coor.Marketing


Haris Yahizkiel Usman

HRD Daily Purchasing Supervisor Accounting Prod. Asst Cost/QC TC SPC Markt.officer
Worker Mulyadi Riska Ade Putri Sanudin Herlia Kwardian.W Dita, Lutfi

Driver Waiter Op.Support Security TC Snack box TC SPC


DailyWorker DailyWorker DailyWorker DailyWorker DailyWorker DailyWorker
51

Lampiran 3. Daftar Harga Bahan Baku

NO. ITEM HARGA SATUAN SUPPLIER

1 ABC kecap asin 620ml 7.250 Dus (isi 12)


2 ABC kecap manis refill 11.252 600 ml
3 ABC sambal 73.500 6 kg
4 Abc Tomat 58.300 6 kg
5 Abon 410.000 6 kg
6 Agar2 Matahari plain 7gr 17.500 (12x2x1 deus)
7 Agar2 star plain 19.500 7 gr
8 Alania chocolate 276.000 dus (isi 240 sc)
9 Anchor bakers mix blending 500.000 15 kg
10 Anchor cooking cream 61.000 1 lt
11 Anggur 45.000
12 Apricot 14.000 500 gr
13 B. bombay 10.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
14 B.daun 10.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
15 B.merah 16.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
16 B.putih 16.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
17 Baker Bonus 35.000 500 gr
18 Baking powder 3.000 pack
19 Bakso 12.500 1 pack
20 Bensdorp (dutchedcocoa) 91.000 1kg
21 Biji pala bubuk 8.650 37 gr
22 biker mix 500.000 15 kg
23 Bimoli 5 lt 62.500 isi 4
24 Boneless dada 48.000 kg
25 Brownies amanda 24.000 Dus
26 Buntut 80.000 kg TAS
27 Butter croissant 1.600 pcs The Cake House
28 Carlo 11.900 / 500gr
29 Cerry tanpa tangkai 30.000 1 kg
30 Cheese favourite 1.015.000 Karton (isi 8x2kg) Dairyfood Internusa
52

Lanjutan lampiran 3

31 Choco cashew 36.000 1 Kg


32 Choco chips chcolate 11.450 3 kg
33 Choco chips White 14.000 250gr
34 Cip cornet 193.000 lusin
35 Coklat pasta 500gr 55.000
36 Cooking Cream 61.000 1 ltr
37 Cornet Pronas 340gr 189.000 / 0.5 lusin Le Viennois
38 Curry powder 8.800 50 gr
39 Croisant 30gr 2.000 Le Viennois
40 Cuspy 494.900 1 dus = 10 kg CV.Dua Sekawan
41 Daging giling 50.000 kg
42 Dairygold dark compound block 340.000 Karton (isi 12x2kg) Dairyfood Internusa
43 Danish chocolate 30gr 1.600 200 pcs Le Viennois
44 Danish raisin 30gr 1.950 400 pcs Le Viennois
45 Daun pisang 10.000
46 Delmonte ext hot 10gr 86.000 21 x 1 dus
47 Delmonte fruit cocktail 26.500 825 gr
48 Delmonte Peach 25.000 kaleng
49 Delmonte tomat pasta 9.700 170gr
50 Delmonte whole kernel corn 10.000
51 Diva bolu kukus putih 15.900
52 Diva ess banana spesial 22.000
53 Diva ess tutti frutti 21.000 30 ml
54 D'ND f/mlk pln 11.790
55 Emping 8.500 250gr
56 Es batu 12.000 Kg EVER Ice
57 Es Krim 69.090 / 5 ltr PT. Campina Ice Cream Industry
58 Farmhouse smoked beef 22.000 225 gr
59 Fermipan 32.500 500gr
60 Forvita 159.000 15 kg
61 Fresh Milk 10.505 ltr PT.Sukanda Jaya
62 Frisian flag manis putih 9.000
63 Fruit Cocktail meily 13.500 565 gr
53

Lanjutan lampiran 3

64 Garam 250 gr 19.500 (410x1 bal)


65 Gula ILP 500.000 Bal (50kg)
66 Gula halus 500gr 110.500 dus (isi 16)
67 Han crema instant 257.000 dus (isi 12)
68 Happy Salad oil 35.690 / liter
69 Jagung 7.500 kg
70 kacang Tanah 10.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
71 Kacang Almond Bbk 45.000 /500gr
72 Kacang almond Iris 37.000 / 500gr
73 Kacang Bogor 11.000 / kg
74 Kacang Hijau-golden farm 24.400 1 kg
75 Kacang kenari kupas 60.000 1 kg
76 Kara nata de coco 7.700 1kg
77 Kacang ijo kupas 17.000 1 kg
78 Kecap bango 620 ml 18.200 Dus (isi 12)
79 Keju Prochiz 104.000 2 kg
80 Kelapa muda 27.000 Kg Zafa coconut
81 Kemiri 8.200 250 gr
82 Kenari kupas 80.000 Kg Toko mekar jaya
83 Kentang 6.500 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
84 Ketan 8.300 ltr
85 Ketan 8.500 bgks
86 Ketan hitam cap gunung 4.750 250 gr yoeks
87 Kismis 230.000 10 kg
88 Kismis (11.35kg) 340.500 dus
89 Koepoe2 bumbu spekoek 4.850 (12x6x1dus)
90 koepoe2 biji pala bubuk 37gr 8.650 12*6*1dus
91 Krupuk Udng Finna 12.500 250gr
92 Lada bubuk halus 1 kg 92.000
93 Lagie cok chip 1/2bulat 3kg 11.450
94 Lapis Pepe 1.300 Pcs Toko Nuning/Empang
95 Lemper ayam 1.800 pcs Order dari luar (mas Dwi)
96 lasagna sanremo 18.000 26lmbr
97 Macaroni Sedani 128.000 per karton/10kg
54

Lanjutan lampiran 3

98 Madu alam sumbawa 38.500 1 ltr


99 Maggie ayam block isi 50 16.000 30x1 dus
100 Mandarin orange 7.500 klng kecil
101 Masako kaldu ayam 7.000
102 Masako kaldu sapi 7.000
103 Mayonaise 85.500 4x1dus
104 Mero Lepatta tropicana blueberry 5 kg 61.000
105 Mero Lepatta tropicana straw 5 kg 61.000
106 Meses 5 kg 164.500 dus (isi 2)
107 Mini butter croissant 1.450 30gr
108 Mini sultana croissant 1.700 30gr
109 Minyak Majuan 193.000 18 liter
110 Mothers Choice 204.000 15 kg
111 Multi napkin 10 3.290
112 Mushroom 425 gr 9.500 (12x2x1 dus)
113 Mustard 245 18.000 (12x2x1dus)
114 Nasi Uduk 3.500 bgks
115 Nutrijell 10gr 12.100 dus (isi 12)
116 Nutrijell anggur 15 gr 31.700 (12x12x1 dus)
117 Nutrijel lychee 15gr 31.700 dus/12
118 Nutrijel jambu 15gr 31.700 12*12*1dus
119 Nutrijell orange 15gr 31.700 (12x12x1 dus)
120 Nutrijel melon 15gr 31.700 dus/12
121 Oregano 20 gr 6.500 (50x1kg)
122 Palmsuiker Pigo 250gr 51.500 (12x4x1 dus) Toko Yoeks
123 Parsley 11.248
124 Pasta mangga 4.500
125 Pasta Melon 4.700 (12x6x1dus)
126 Pasta nanas cap koepoe2 4.700 (12x6x1dus)
127 Pasta pandan 32.000 250 gr
128 Pasta pisang ambon 4.700 (12x6x1dus)
129 Pasta strawberry 4.700 (12x6x1dus)
130 Pasta Toffieco Vanilla 16.000 100gr
131 Peach Halves 30.000 825gr
55

Lanjutan lampiran 3

133 Pro chiz cheddar 2 kg 104.000 (8x1 dus)


134 Pronas cornet 340 gr 195.000 dus (isi 12)
139 Sambal ABC 10 gr 86.500 dus (isi 21)
140 Sania refill 23.800 2 ltr
141 Santan Cocomas1lt 262.000 (12 x 1 Dus)
142 Sari roti tawar 7.500 370 gr
143 Selai Pindekas 1/2 kg 12.000 (20x2x1dus)
144 Serabi 1.300 pcs
145 Slai Strawbery 61.000 5 kg
146 Shindongbang maizena 180.000 25 kg
147 Smoked beef 22.000 225 gr
148 Sossis 33.000 kg
149 soun Biru 250 gr 4.000 (20x5x1 dus)
150 Soun biru 500gr 7.750 dus (isi 50)
151 Spikel warna 12.500 250 gr
152 Strawberry 14.990 dus
153 Sukade green apple 12.500 (4x110x1 dus)
154 Susu kental manis putih 6.800 385 gr
155 Susu murni 4.500 ltr Pak RT
156 Susu murni 6.000 ltr Ibu Lisa
157 Tahu Cina 35.000 20 pcs
158 Talas 8.000 kg
159 Tape 5.000 kg
160 Tatakan coklat 2.900
161 Telor ayam 19.200 kg
162 Tepung roti kasar putih 500 gr (bread Crumb) 17.500
163 Tepung almond 95.000 1 kg
164 Tepung beras rose 5.850 /500gr
165 Tepung Gula Kenari 500 gr 109.000 (20x1 dus)
166 Tepung Gula Tebu 500gr 118.500 (20 x 1 dus)
167 Tepung hunkwe cap Boenga Hitam 13.500 (20x5x1 bgks)
168 Tepung ketan 6.000
169 Tepung ketan rose 5.850 /500gr
170 Tepung Maizena 175.500 25kg
56

Lanjutan lampiran 3

171 Tepung Roti Kasar mix brdcamp 16.000 / kg


172 Tepung roti kasar putih 1 kg 16.500
173 Tepung Tani 11.000 1 kg
174 Terigu cakra 157.000 25 kg
175 Terigu segitiga 145.200 /25kg
176 Toffieco mocca super 5.500 500 gr
177 Toffieco Pandan pasta 5.500 500 gr
178 Toffieco Vanil a pasta 16.000 100 gr
179 Topping ice 33.500 ltr
180 Tulip choco crème 19.000 (2.5kgx2)
181 Tulip chocolate compound 1 kg 34.300 kg
182 Tulip Décor dark Chocilate Compound 37.000 1 kg
183 Tulip white compound 1 kg 51.000 1 kg
184 Tuna Wilmond 180gr 10.500 dus (12x4xdus)
185 Toping Pride 366.000 dus/10
186 Ubi 4.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
187 Ultra milk coklat 11.500
188 Ultra milk low fat plain 12.850
189 Vanil a Crystal 2.750 / pack
190 Wijen putih
191 Wilmond Mandarin Orange 312 gr 9.000 (12x2x1 dus)
192 Wilmond Tuna 185 gr 10.500 (12x4x1 dus)
193 Wortel 6.000 Kg UD. Berkah Jaya (Pak Imron)
194 Wortel Super 8.500
195 Zimuffin vanil a 22.500 1 kg yoeks
57

Lampiran 4. Perhitungan HPP dengan Job order costing (job cost sheet)
No pemesanan : 1

Pemesan : Mba Tika Tgl pesanan : 31-Mei


Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 01-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 36 pcs
Bahan baku BTKL BOP
Jumlah
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja
2.314 100 100 385 104.364 1 4500 2 9.000 4.251 19.164 5.188 3.762 32.364
Total 104.364 9.000 32.364
Biaya Bahan Baku 104.364 Harga jual 288.000
Biaya TKL 9.000
Biaya kirim 60.000
xx
Biaya overhead 32.364 HPP 209.928
Biaya Box isi 6 4.200
Biaya produksi 149.928 Laba 78.072

No pemesanan : 2

Pemesan : Ibu Susan Tgl pesanan : 31-Mei


Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 01-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 30 pcs
Bahan baku BTKL BOP
Jumlah
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja
2.314 100 100 385 86.970 2 4500 2 18.000 3.542 15.970 4.324 3.135 26.970
Total 86.970 18.000 26.970
Biaya Bahan Baku 86.970 Harga jual 240.000
Biaya TKL 18.000 Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 26.970 HPP 195.440

57
Biaya Box isi 6 3.500
Biaya produksi 135.440 Laba 44.560
58

Lanjutan lampiran 4

No pemesanan : 3

Pemesan : Pak Salim Tgl pesanan : 31-Mei


Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 01-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 70 pcs
Bahan baku BTKL BOP
Jumlah
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja
2.314 100 100 385 202.930 2 4500 2 18.000 8.265 37.262 10.089 7.315 62.931
Total 202.930 18.000 62.931
Biaya Bahan Baku 202.930 Harga jual 462.000
Biaya TKL 18.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 62.931 HPP 352.261

Biaya Box isi 6 8.400

Biaya produksi 292.261 Laba 109.739

PERTAMINA PUSAT No pemesanan : 4


JAKARTA

Pemesan : Pak Salim Tgl pesanan : 03-Jun


Nama Barang : 1. klappert art Tgl pengiriman : 04-Jun
2.mac.schot el

Spesifikasi : medium
Jumlah : 1. 60pcs
2.100pcs
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 173.940 2 4500 2 18.000 7.084 31.939 8.647 6.270 53.941
2.474 100 100 385 305.900 - 11.807 53.232 14.412 10.450 89.901
Total 479.840 18.000 143.842
Biaya Bahan Baku 479.840 Harga jual 1.056.000
Biaya TKL 18.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 143.842 HPP 720.582
Biaya Box isi 6 18.900
Biaya produksi 660.582 Laba 335.418

58
59

Lanjutan lampiran 4

Pemesan : Apri Wulanbdari Tgl pesanan : 03-Jun No pemesanan : 5


Nama Barang : 1. klappert art Tgl pengiriman : 04-Jun
2. mac.schot el
3. Fruit T art let
Spesifikasi : medium
Jumlah : 60 pcs/ produk

nama produk Bahan baku & bahan baku pembantu BTKL BOP
bahan Plastik(Rp) Sendok(Rp) Alucup(Rp) jumlah(Rp) Jam tarif(Rp) Jumlah air(Rp) listrik(Rp) Telpon(Rp) gas(Rp)
Baku(Rp) Pekerja Jumlah(Rp)
Klappertart 2.314 100 100 385 173.940 18.000 7.084 31.939 8.647 6.270
2 4500 2
Mac.Schotel 2.474 100 100 385 183.540 - 7.084 31.939 8.647 6.270
Fruit tartlet 2.550 100 100 385 188.100 2 4500 2 18.000 7.084 31.939 8.647 6.270
Total 545.580 36.000
Biaya Bahan Baku Rp545.580 Harga jual Rp990.000
Biaya TKL Rp36.000
xx Biaya kirim Rp60.000
Biaya overhead Rp161.822 HPP Rp824.402
Biaya Box isi 6 Rp21.000

Biaya produksi Rp764.402 Laba Rp165.598 22%

No pemesanan : 6

Pemesan : Ibu Indra Tgl pesanan 03-Jun


Nama Barang : 1. klappertart 2. mac.schotel Tgl pengiriman : 04-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : Masing-masing 50
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 144.950 1 4500 2 9.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
2.474 100 100 385 152.950 1 4500 2 9.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
2.550 100 100 385 156.750 2 4500 2 18.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
Total 454.650 36.000 134.852
Biaya Bahan Baku 454.650 Harga jual 825.000
Biaya TKL 36.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 134.852 HPP 703.002
Biaya Box isi 6 17.500
Biaya produksi 643.002 Laba 121.998

59
60

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 7

Pemesan : Tgl pesanan : 03-Jun


Ibu Nita

Nama Barang : 1. klappert art Tgl pengiriman04-Jun


:
2. Risol wggl
Spesifikasi : medium
Jumlah : 1. 25 pcs 2.
25 pcs

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jml Pekerja Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
2.314 100 100 385 72.475 0,5 4500 2 4.500 2.952 13.308 3.603 2.612 22.475
2.000 100 100 385 64.625 2 4500 2 18.000 2.952 13.308 3.603 2.612 22.475
Total 137.100 22.500 44.951
Biaya Bahan Baku 137.100 Harga Jual 247.500
Biaya TKL 22.500 60.000
xx Biaya kirim
Biaya overhead 44.951 HPP 270.851
Biaya Box isi 6 6.300
Biaya produksi 210.851 Laba (23.351)

No pemesanan : 8

Pemesan : Bidakara Tgl pesanan : 04-Jun


Nama Barang : Macaroni Tgl pengiriman : 05-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 220 P cs

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jml Pekerja Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
2.474 100 100 385 672.980 4 4500 4 72.000 25.976 117.110 31.707 22.989 197.783
Total 672.980 72.000 197.783
Biaya Bahan Baku 672.980 Biaya kirim 60.000
Biaya TKL 72.000 HPP 1.028.663
xx
Biaya overhead 197.783 Harga jual 506.000
Biaya Box isi 6 25.900

60
Biaya produksi 968.663 Laba (522.663)
61

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 9

Pemesan : Tgl pesanan : 04-Jun


Pak Legiman

Nama Barang : P ast el t ut up Tgl pengiriman : 05-Jun


Spesifikasi : medium
Jumlah : 55

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jml Pekerja Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
2.314 100 100 385 159.445 2 4500 2 18.000 6.494 29.278 7.927 5.747 49.446
Total 159.445 18.000 49.446
Biaya Bahan Baku 159.445 Biaya kirim 60.000
Biaya TKL 18.000 HPP 293.891
xx
Biaya overhead 49.446 Harga jual 220.000
Biaya Box isi 6 7.000
Biaya produksi 233.891 Laba (73.891)

No pemesanan : 10

Pemesan : Tgl pesanan : 05-Jun


Ibu Shelly

Nama Barang : 1. klappert art Tgl pengiriman : 06-Jun


2. Nagasari
3. Macaroni
4. T eh Kot ak
Spesifikasi : medium
Jumlah : 171 pcs masing2

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jml Pekerja Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
2.314 100 100 385 495.729 2 4500 5 45.000 20.190 91.027 24.645 17.869 153.731
1.500 100 100 385 356.535 2 4500 5 45.000 20.190 91.027 24.645 17.869 153.731
2.474 100 100 385 523.089 2 4500 3 27.000 20.190 91.027 24.645 17.869 153.731
2.500 427.500 - -
Total 1.802.853 72.000 461.193
Biaya Bahan Baku 1.802.853 Biaya kirim 60.000
Biaya TKL 72.000 HPP 2.475.846
xx
Biaya overhead 461.193 Harga jual 2.565.000
Biaya Box isi 6 79.800
Biaya produksi 2.415.846 Laba 89.154

61
62

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 11

Pemesan : Tgl pesanan 05-Jun


Pak salim :
Nama Barang : 1. klappertart 2. mac.schotel Tgl pengiriman : 06-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 135 Klapet
25 Macaroni
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 391.365 2 4500 2 18.000 15.940 71.863 19.457 14.107 121.367
2.474 100 100 385 76.475 2 4500 2 18.000 2.952 13.308 3.603 2.612 22.475
Total 467.840 36.000 143.842
Biaya Bahan Baku 467.840 Harga jual 1.056.000
Biaya TKL 36.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 143.842 HPP 726.582
Biaya Box isi 6 18.900
Biaya produksi 666.582 Laba 329.418

No pemesanan : 12

Pemesan : Tgl pesanan 05-Jun


Pak Legiman :
Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 06-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 165 Klapet

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 478.335 2 4500 2 18.000 19.482 87.833 23.780 17.242 148.337
Total 478.335 18.000 148.337
Biaya Bahan Baku 478.335 Harga jual 660.000
Biaya TKL 18.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 148.337 HPP 724.272
Biaya Box isi 6 19.600
Biaya produksi 664.272 Laba (64.272)

62
63

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 13

Pemesan : Tgl pesanan 05-Jun


Ibu Fani :
Nama Barang : 1. klappertart Tgl pengiriman : 06-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 65 Klapet

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 188.435 2 4500 2 18.000 7.675 34.601 9.368 6.792 58.436
Total 188.435 18.000 58.436
Biaya Bahan Baku 188.435 Harga jual 325.000
Biaya TKL 18.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 58.436 HPP 332.571
Biaya Box isi 6 7.700
Biaya produksi 272.571 Laba (7.571)

No pemesanan : 14

Pemesan : Tgl pesanan 06-Jun


Ila Karsila :
Nama Barang : 1. klappertart 2. Bika Ambon 3. Sosis Tgl pengiriman : 07-Jun
Solo
Spesifikasi : medium
Jumlah : masing2 50
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 144.950 2 4500 1 9.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
1.350 100 100 385 96.750 2 4500 1 9.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
2.100 100 100 385 134.250 2 4500 2 18.000 5.904 26.616 7.206 5.225 44.951
Total 375.950 36.000 134.852
Biaya Bahan Baku 375.950 Harga jual 550.000
Biaya TKL 36.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 134.852 HPP 613.102
Biaya Box isi 6 6.300
Biaya produksi 553.102 Laba (63.102)

63
64

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 15

Pemesan : Tgl pesanan 06-Jun


Pak Salim :
Nama Barang : 1. klappertart 2. mac.schotel Tgl pengiriman : 07-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 70 Klaper
35 Macaroni
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 202.930 1 4500 3 13.500 8.265 37.262 10.089 7.315 62.931
2.474 100 100 385 107.065 1 4500 3 13.500 4.133 18.631 5.044 3.657 31.465
Total 309.995 27.000 94.396
Biaya Bahan Baku 309.995 Harga jual 693.000
Biaya TKL 27.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 94.396 HPP 503.991
Biaya Box isi 6 12.600
Biaya produksi 443.991 Laba 189.009

No pemesanan : 16

Pemesan : Tgl pesanan 06-Jun


Bidakara :
Nama Barang : Fruit tarlet Tgl pengiriman : 07-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 220
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.550 100 100 385 689.700 3 4500 2 27.000 25.976 117.110 31.707 22.989 197.783
Total 689.700 27.000 197.783
Biaya Bahan Baku 689.700 Harga jual 805.000
Biaya TKL 27.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 197.783 HPP 1.000.383
Biaya Box isi 6 25.900
Biaya produksi 940.383 Laba (195.383)

64
65

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 17

Pemesan : Tgl pesanan 06-Jun


Pak Legiman :
Nama Barang : Pastel tutup Tgl pengiriman : 07-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 30
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.300 100 100 385 86.550 1 4500 1 4.500 3.542 15.970 4.324 3.135 26.970
Total 86.550 4.500 26.970
Biaya Bahan Baku 86.550 Harga jual 120.000
Biaya TKL 4.500
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 26.970 HPP 181.520
Biaya Box isi 6 3.500
Biaya produksi 121.520 Laba (61.520)

No pemesanan : 18

Pemesan : Tgl pesanan 07-Jun


Ibu Septi :
Nama Barang : Arem2 Tgl pengiriman : 08-Jun
Lapis Surabaya
aqua
Spesifikasi : medium
Jumlah : 40 pcs
masing2
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
1.800 100 100 385 95.400 2 4500 2 18.000 4.723 21.293 5.765 4.180 35.960
2.225 100 100 385 112.400 2 4500 2 18.000 4.723 21.293 5.765 4.180 35.960
500 100 100 385 43.400 2 4500 2 18.000 4.723 21.293 5.765 4.180 35.960
Total 95.400 18.000 35.960
Biaya Bahan Baku 95.400 Harga jual 440.000
Biaya TKL 18.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 35.960 HPP 223.360
Biaya Box isi 6 14.000
Biaya produksi 163.360 Laba 216.640

65
66

Lanjutan lampiran 4
No pemesanan : 19

Pemesan : Tgl pesanan : 07-Jun


Ibu Nita
Nama Barang : 1. klappert art Tgl pengiriman : 08-Jun
2. mac.schot el
3. Fruit T art let
Spesifikasi : medium
Jumlah : 15 pcs masing-
masing
Bahan baku BTKL BOP
Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.314 100 100 385 43.485 1 4500 2 9.000 1.771 7.985 2.162 1.567 13.485
2.550 100 100 385 47.025 1 4500 2 9.000 1.771 7.985 2.162 1.567 13.485
2.000 100 100 385 38.775 1 4500 1 4.500 1.771 7.985 2.162 1.567 13.485
Total 129.285 22.500 40.456
Biaya Bahan Baku 129.285 Harga jual 214.500
Biaya TKL 22.500
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 40.456 HPP 257.841
Biaya Box isi 6 5.600
Biaya produksi 197.841 Laba (43.341)

No pemesanan : 20

Pemesan : Tgl pesanan : 07-Jun


Bidakara
Nama Barang : Fruit t arlet Tgl pengiriman : 08-Jun
Spesifikasi : medium
Jumlah : 300

Bahan baku BTKL BOP


Food cost Plastik Sendok Alucup jumlah Jam tarif Jumlah air listrik Telpon gas Jumlah
Pekerja Jumlah
2.550 100 100 385 940.500 4 4500 4 72.000 35.422 159.696 43.237 31.349 269.704
Total 940.500 72.000 269.704
Biaya Bahan Baku 940.500 Harga jual 690.000
Biaya TKL 72.000
xx Biaya kirim 60.000
Biaya overhead 269.704 HPP 1.377.204
Biaya Box isi 6 35.000
Biaya produksi 1.317.204 Laba (687.204)

66
67

Lampiran 5. Hasil Uji Perbedaan rata-rata Harga Pokok Produksi

T-
Test

Group Statistics

Std. Error
Metode N Mean Std. Deviation Mean
HPP JOC 72 611.367,5833 705.372,18749 83.128,90951
TC 72 408.071,2778 480.524,41095 56.630,34492

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Upper Lower
HPP Equal variances assumed 3,384 0,068 2,021 142 0,045 203.296,30556 100.585,34466 4.458,09042 402.134,52069
Equal variances not
2,021 125,222 0,045 203.296,30556 100.585,34466 4.228,87025 402.363,74086
assumed

67
68

Lampiran 6. Hasil Uji Perbedaan rata-rata


Harga Jual
T-Test

Group Statistics
Std. Error
Metode N Mean Std. Deviation Mean
Hargajual JOC 72 876.389,0278 922.136,66543 108.674,84822
TC 72 606.579,1667 660.037,20252 77.786,13029

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
Sig. 95% Confidence Interval of
(2- Mean Std. Error the Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Upper Lower
Hargajual Equal
variances 3,044 0,083 2,019 142 0,045 269.809,86111 133.644,69574 5.619,55732 534.000,16490
assumed
Equal
variances not 2,019 128,625 0,046 269.809,86111 133.644,69574 5.383,25819 534.236,46404
assumed

68
69

Lampiran 7. Hasil Uji Perbedaan rata-rata Laba

T-
Test

Group Statistics
Std. Error
Metode N Mean Std. Deviation Mean
laba TC 72 198.507,8889 297.556,94834 35.067,42266
JOC 72 -4.788,4167 271.347,39254 31.978,59689

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
Sig. 95% Confidence Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Upper Lower
laba Equal variances
0,413 0,522 4,284 142 0,000 203.296,30556 47.458,98009 109.478,87197 297.113,73914
assumed
Equal variances
4,284 140,810 0,000 203.296,30556 47.458,98009 109.472,05533 297.120,55578
not assumed

69
70

You might also like