You are on page 1of 15

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN 4

“ALLELOPATI “

Disusun Oleh

Nama : Marsiana Ade Elpina

Nim : F1072141037

Kelompok : 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2015
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi antarpopulasi, yakni terjadi antara populasi yang satu dengan


populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam
komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah alelopati. Allelopathy
merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang
dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut
(juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat
yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai
anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi
antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi
persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara
populasi kambing dengan populasi sapi di padang rumput.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem tumpang sari yaitu pada
pohon-pohon yang ada. Pohon-pohon yang terdapat pada areal hutan yang akan
digunakan sebagai tanaman utama, dapat mengeluarkan zat-zat penghambat tumbuh
yang dikenal dengan allelopathy. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum
adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam
organic dan asam lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai
penghambat. Pengaruh buruk dari allelopathy berupa gangguan atau hambatan pada
perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ),
penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein,
aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Hambatan allelopathy dapat pula berbentuk
pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman,
gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman .

Alelopati berasal dari bahasa Yunani, allelon yang berarti “satu sama lain”
dan pathos yang berarti “menderita”. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena
alam dimana suatu organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa
biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan organisme lain di sekitarnya. Sebagian alelopati
terjadi pada tumbuhan dan dapat mengakibatkan tumbuhan di sekitar penghasil
alelopati tidak dapat tumbuh atau mati, contoh tanaman alelopati adalah Ekaliptus
(Eucalyptus spp.). Hal ini dilakukan untuk memenangkan kompetisi nutrisi dengan
tanaman lain yang berbeda jenis/spesies. Oleh karena itu, alelopati dapat
diaplikasikan sebagai pembasmi gulma sehingga mengurangi penggunaan herbisida
sintetik yang berbahaya bagi lingkungan. Contoh alelopati di dalam ekosistem
perairan adalah beberapa dinoflagelata dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang
merugikan fitoplankton, ikan, dan binatang laut lainnya.

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan


metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.
Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora
dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari
tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan,
pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi
akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar.

Untuk melihat lebih lanjut dan langsung mengamati perngaruh allelopati dari
akar alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia mangium), dan bawang
putih terhadap perkecambahan jenis tumbuhan lain, maka dilakukan suatu percobaan.
Dimana dari jenis akar alang-alang (Imperata cylindrica) dan akasia (Acacia
mangium), dan bawang putih akan dibuatkan suatu ekstrak yang kemudian
didalamnya akan dimasukkan beberapa jenis biji tanaman. Dan dalam percobaan ini
jenis biji yang akan digunakan yaitu biji Kacang Hijau.

B. Masalah

1. Bagainanakah cara kerja dalam praktikum allelopati dengan


menggunakan tiga bahan yang berbeda ?

2. Manakah yang memiliki sifat senyawa kimia allelopati positif dan


allelopati negatif pada ketiga ekstrak yang berbeda yaitu akar ilalang,
bawang putih dan daun akasia
3. Bagaimana perhitungan data dengan menggunakan RAL dan RAL
Faktorial pada hasil pengamatan ?

C. Tujuan

Mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang


hijau.

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu


tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang
semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal
sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan
sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Biji menyerap air dari
lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau
uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio
membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik. Kehadiran air di dalam sel
mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat
menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat ( Salissbury, 1992).

Tumbuhan juga dapat bersaing antara sesamanya dengan secara interaksi


biokimia, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke sekitarnya
dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tunbuhan lainnya. Interaksi antara
gulma dan pertanaman antara lain menyebabkan gangguan perkecambahan biji,
kecambah jadi abnormal, pertumbuhan memanjang akar terhambat, perubahan
susunan sel-sel akar dan lain sebagainya. Persaingan yang timbul akibat
dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut allelophaty, senyawa-
senyawa kimia yang mempunyai potensi allelophaty dapat ditemukan di setiap organ
tumbuhan, antara lain terdapat pada: daun, batang, akar, rhizoma, buah, biji dan umbi
serta bagian-bagian tumbuhan yang membusuk. Umumnya senyawa yang dikeluarkan
adalah dari golongan fenol. Species gulma yang diketahui mengeluarkan senyawa-
senyawa beracun adalah alang-alang (Imperata cylindrica), teki (Cyperus rotundus),
Agropyron intermedium, Salvia lencophyella, Cynodon dactylon, Cyperus esculentus
dan lainnya. Sehingga gulma merupakan persaingna lami yang kuat dengan daya
kecambah yang tinggi dan lahan tahan terhadap gangguan tanah, pertumbuhan cepat,
daya regenerasi kuat (gulma tahunan), tidak peka terhadap sinar matahari yang
kurang akibat penaungan tumbuhan lain, tingkat absorpsi dan penggunaan unsur hara
dan air yang besar, dan daya penyesuaian terhadap iklim yang luas. Gulma yang
menimbulkan persaingan berat terhadap tanaman adalah yang memiliki tajuk dan
perakaran yang luas dan banyak, pertumbuhan yang cepat, waktu berkecambah dan
pemunculan yang lebih awal dari tanaman, kerapatan yang cepat meninggi dan
berjalur fotosintesis C4 (Petelay, 2003).

Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan
tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang
sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha
mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman
kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa
ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat
di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri
barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki
hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah
apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya
yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya,
air dan hara.”

(Anshory, 1984)

Tumbuhan dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan


metabolit sekunder di bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji.
Fungsi dari senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun
beberapa senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora
dan patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari
tanaman lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan,
pertumbuhan, serta perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi
akibat paparan senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan
perkecambahan biji, perpanjangan koleoptil, radikula, tunas, dan akar“ (Sukman
1991).

Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan,


baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau
bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah
dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila
terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan yang berupa penghambatan
pertumbuhan atau penurunan hasil (Soerjani, 2001).

Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis
yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa
yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena
timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan (Odum, 1998).

Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi


antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang
teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati.
Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii,
Imperata silindrica, Musa spp, dan Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya,
Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati dapa menghambat
penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh
tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar
tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar,
menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel
tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim ( Annisa, 2010).

Alelopati kebanyakan berada dalam jaringan tanaman, seperti daun,


akar,aroma, bunga, buah maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman.
Beberapa contoh zat kimia yang dapat bertindak sebagai alelopati adalah gas-gas
beracun. Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara
makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia. Zat-
zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh tumbuhan
penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara lain melalui
serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun atau batang
oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan, dan
eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah (Kurnia, 2004).
BAB 3

METODOLOGI

A. Waktu dan tempat

Waktu : 5 November 2016

Pukul : 12.30 – 15.00 WIB

Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN Pontianak.

B. Alat dan bahan

 Bahan : akar ilalang, umbi bawang putih, daun akasia serta biji kacang
hijau

 Alat : cawan petri, kertas saring whatman, akuades, corong


penyaring, blender, mortar dan alu, kertas merang, pisau/gunting,
penggaris/benang meteran dan labu ukur.

D. Cara kerja

1. Pilih biji kacang hijau yang baik

2. Siapkan 4 cawan petridish yang telah diberi kertas merang

3. Buatlah ekstrak akar ilalang, akasia, dan bawang putih sebagai berikut:

 Haluskan bagiian tumbuhan diatas dengan blender, mortar,


dan alu, atau digunting halus

 Buat ekstrak atau hasil rendaman bagian tumbuhan tersebut


dengan akuades dengan perbandingan sebgaai berikut:

a. Bagian tumbuhan dan air (1:7)

b. bagian tumbuhan dan air (1:14)


c. bagian tumbuhan dn air ( 1:21)

biarkan selama 24 jam, lalu saring dengan


menggunakan alat penyaring

Ini adalh larutan ekstrak yang akan digunakan sebagai


perlakuan

4. Letakkan masing-,masing 10 biji kacang hijau kedalam petridish

5. Lakukan perlakuan pada kacang hijao sebagai berikut

A. petridish dengan kacang hijau + 5 ml akuades

B. petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak akar ilalang

 ekstrak perbandingan 1 ( 1:7)

 ekstrak perbandingan II ( 1: 14)

 ekstrak perbandingan III ( 1:21)

 Ulangi hal yang sama dengan menggunakan ekstrak


akasia dan bawang putih

C. petridish dengan kacang hijau + 5ml eksterak akasia

D. petridish dengan kacang hijau + 5 ml ekstrak bawang putih

buatlah ulangan 3 kali

6. Amai perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari selama 10 hari dan


amati pertumbuhan kecambah nya dengan mengukur panjang
kecambah

7. Tentukan persen perkecambahan

8. Bandingkan hasil pengamatan saudara dengan menggunakan RAL dan


RAL faktorial.
BAB 4

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Tinggi tanaman kacang hijau pada ekstrak akar ilalang

HARI KE- ( RATA-RATA)


PERLAKUAN ULANGA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RATA-RATA
N
KONTROL 1 0 1,3 1,5 2 2,4 3 3,5 4 4,5 5,2 2,74
(AQUADES) 2 0 1,1 1,7 2,1 2,2 3,2 3,7 4,1 4,6 5,1 2,78
3 0 1,2 1,3 2,3 2,4 3,4 3,5 4 4,3 5 2,74
ALANG- 1 0 2 2,2 2,3 2,4 3,1 3,4 3,6 4 5,1 2,81
ALANG 2 0 2,3 2,4 2,4 2,6 3 3,3 3,7 4,2 5,3 2,92
(1:7)
3 0 2,1 2,6 2,7 2,7 3,1 3,2 3,3 3,7 4,2 2,76
ALANG- 1 0 1,2 1,3 1,6 2,3 2,5 3 3,4 3,5 4,5 2,33
ALANG 2 0 1,4 1,7 1,8 2 2,4 2,9 3 3,7 4,2 2,31
(1:14)
3 0 1,5 2 2,5 2,5 2,6 3,1 3,5 3,6 4,1 2,54
ALANG- 1 0 1 1,1 1,3 1,4 1,7 2,4 2,7 3 3,6 1,82
ALANG 2 0 1 1,4 1,6 1,8 2 2,3 2,5 3,1 3,8 1,95
(1:21)
3 0 0,9 1 1,5 2 2,6 2,7 2,9 3 3,3 1,99

Tabel 2. Tinggi tanaman kacang hijau pada ekstrak bawang putih

PERLAKUA HARI KE- ( RATA-RATA) RATA-


ULANGAN
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RATA
1 0 0,2 0,5 1,1 2 2,1 2,2 2,5 2,7 3,0 1,60
KONTROL
2 0 0,1 0,4 1,0 1 1,3 1,5 1,8 2,0 2,4 1,16
(AQUADES)
3 0 0,1 0,1 0,4 1 1,2 1,6 1,9 2,1 2,6 1,10
1 0 0,1 0,1 0,7 1 2,0 2,1 2,4 2,5 2,8 1,42
BAWANG
2 0 0,0 0,1 0,8 1 1,1 1,3 1,6 1,9 2,2 0,98
PUTIH (1:7 )
3 0 0,0 0,1 0,5 1 1,3 1,8 2,1 2,2 2,7 1,17
BAWANG 1 0 0,1 0,2 0,7 1 1,8 2,0 2,2 2,5 2,7 1,36
PUTIH 2 0 0,1 0,2 0,8 1 1,1 1,3 1,7 1,9 2,3 1,05
(1:14 ) 3 0 0,0 0,1 0,6 1 1,4 1,6 1,9 2,3 2,9 1,22
BAWANG 1 0 0,2 0,2 0,7 1 1,9 2,1 2,4 2,8 3,2 1,48
PUTIH 2 0 0,1 0,3 0,8 2 1,7 1,9 2,1 2,3 2,8 1,36
( 1:21 ) 3 0 0,2 0,3 0,9 2 1,8 2,0 1,2 1,5 1,9 1,14

HARI KE- ( RATA-RATA)


PERLAKUAN ULANGA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 RATA-
N RATA
KONTROL 1 0 0,7 1,2 2,5 3,1 5 5,6 7,1 8,8 9,2 4,32
(AQUADES) 2 0 0 0,1 0,5 0,7 0,9 1,4 1,9 2,2 2,7 1,04
3 0 0,8 1,5 2,1 3,3 5,2 6,5 7,6 9,4 10,7 4,71
AKASIA 1 0 0 0 0,3 0,9 1,1 1,3 1,7 2 2,2 0,95
(1:7 ) 2 0 0,5 0,9 1,4 2,7 3,4 4,1 5 5,6 6,2 2,98
3 0 0,2 0,6 1,3 2,5 3 3,3 4,5 4,8 5,3 2,55
AKASIA 1 0 0 0 0 0,4 0,7 1,2 1,8 2,6 3,3 1
( 1:14 ) 2 0 0,6 0,8 1,6 2 2,7 3,1 3,7 4,7 5,1 2,43
3 0 0,4 0,7 1,6 2,2 3,1 4 4,9 6 6,8 2,97
AKASIA 1 0 0,4 0,6 1,3 1,9 2,6 3,2 4 5,2 5,9 2,51
( 1:21 ) 2 0 0,3 0,5 1 1,7 2,3 3 3,6 4,8 5,4 2,26
3 0 0,2 0,9 1,5 3,4 5 5,2 5,5 5,9 6,4 3,4
Tabel 3. Tinggi tanaman kacang hijau pada ekstrak daun akasia

Tabel 4. Tabel rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada setiap perlakuan

PERLAKU ULANG KONSENTRASI TOT


AN AN KONTR (1:7 (1:1 (1:2 AL
OL ) 4) 1)
AKAR 1 2,74 2,8 2,33 1,82 9,7
ALANG- 1
ALANG 2 2,78 2,9 2,31 1,95 9,96
2
3 2,74 2,7 2,54 1,99 10,03
6
   
TOTAL 8,26 8,4 7,18 5,76
9
KONSENTRASI
PERLAKUAN ULANGA KONTROL (1:7) (1:14 (1:21) TOTAL
N )
UMBI 1 1,6 1,42 1,36 1,48 5,86
BAWANG 2 1,16 0,98 1,05 1,36 4,55
PUTIH 3 1,1 1,17 1,22 1,14 4,63
   
TOTAL 3,86 3,57 3,63 3,98

KONSENTRASI
PERLAKU ULANG KONTR (1: (1:1 (1:2 TOTA
AN AN OL 7) 4) 1) L
DAUN 1 4,32 0,9 1 2,51 8,78
AKASIA 5
2 1,04 2,9 2,43 2,26 8,71
8
3 4,71 2,5 2,97 3,4 13,63
5
   
TOTAL 10,07 6,4 6,4 8,17
8

B. Pembahasan

Pada percobaan kali ini membahas tentang senyawa kimia allelopati.


Tujuannya adalah mempelajari pengaruh allelopati terhadap perkecambahan kacang
hijau. Dalam praktikum ini kita akan melihat apakah pengaruh dari ekstrak akar
alang-alang, daun akasia, dan bawang putih akan memberikan dampak positif atau
negative terhadap pertumbuhan kacang hijau. Pada praktikum ini ekstrak yang
digunakan yaitu daun akasia, akar ilalang dan umbi bawang putih dan akuades
dengan perbandingan konsentrasi 1:7, 1:14, 1:21, dan kontrol.
Allelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu organisme
memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa biomolekul (disebut alelokimia) ke
lingkungan dan senyawa tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
organisme lain di sekitarnya.

Cara kerja dari percobaan praktikum ini adalah terbagi menjadi 2 tahap yaitu
pembuatan ekstraks dan pengamatan pertumbuhan biji kacang hijau.Tahap pertama
yaitu pada pembuatan ekstraks ; Disiapkan alat dan bahan dimana pada bahan utama
menggunakan akar ilalang, daun akasia, dan umbi bawang putih . Dari ketiga bahan
yang ada di haluskan dengan cara di blender sampai benar-benar hancur, kemudian
dari masing-masing ekstraks di campur dengan akuades dengan masing-masing
perbandingan 1:7, 1:14, dan 1:21 pada masing-masing ekstraks, selanjutnya ekstraks
dimasukan kedalam labu ukur yang ukurannya disesuaikan dengan volume ekstraks
ditutup dengan menggunakan kertas alumunium foil lalu diikat dengan menggunakan
gelang karet pada mulut labu ukur disimpan pada tempat dengan suhu ruang lalu
dibiarkan selama 24 jam . Setelah itu dilakukan penyaringan dengan mengunakan
kertas saring yang telah dialasi pada corong saring . Selanjutnya disiapkan 4 buah
petridish yang telah dialasi dengan kertas merang . Diletakan masing-masing 10 biji
kacang hijau pada setiap petridish namun sebelumnya dipilih kacang hijau yang
mempunyai kualitas yang baik. Petridish yang pertama adalah control dengan
perlakuan hanya menggunakan akuades saja sebanyak 5 ml dilakukan ulangan
sebanyak 3 kali. Petridish yang kedua adalah untuk perlakuan 5 ml ekstraks ilalang
dengan perbandingan 1:7, 1:14 dan 1:21 dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Petridish
yang ketiga adalah untuk perlakuan 5 ml ekstraks daun akasia dengan perbandingan
1:7, 1:14 dan 1:21 dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Petridish yang keempat adalah
untuk perlakuan 5 ml ekstraks umbi bawang putih dengan perbandingan 1:7, 1:14
dan 1:21 dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Selanjutnya diamati perkecambahan biji-
biji kacang hijau tersebut selama 10 hari dengan mengukur panjang setiap kecambah
dan dimasukan ke dalam tabel pengamatan.

Dari hasil pengamatan yang telah disediakan dalam tabel pengamatan

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Alelopati didefinisikan sebagai suatu fenomena alam dimana suatu


organisme memproduksi dan mengeluarkan suatu senyawa
biomolekul (disebut alelokimia) ke lingkungan dan senyawa
tersebut memengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme
lain di sekitarnya.

2. Rata-rata tinggi tanaman pada media ekstrak bawang putih, ekstrak


akasia dan ekstrak ilalang pada perlakuan control yaitu 25cm, pada
konsentrasi 1:7 yaitu cm, pada konsentrasi 1:14 yaitu cm dan
pada konsentrasi 1:21 yaitu cm.

3. semakin besar konsentrasi yang diberikan, maka semakin besar


pengaruh pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terlihat dari
rendahnya tingkat kesuburan tanaman, yang ditunjukan dengan
rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang.

4. Senyawa alelokimia yang terkandung pada bawang putih, akasia


dan ilalang terbukti dapat bekerja menggangu proses fotosintesis
dan pembelahan sel, yang menyebabkan terganggunya segala
aktivitas metabolisme berupa penghambatan penyerapan hara,
pembelahan sel-sel akar, pertumbuhan tanaman, respirasi, sintesis
protein, menurunkan daya permeabilitas membran sel dan
menghambat aktivitas enzim dalam tanaman kacang hijau.

5. pada tanaman kontrol, tanaman tumbuh normal, baik morfologi


daun, panjang akar dan batang

6. Hasi pengamatan tersebut ketika diuji dengan menggunakan table


ANOVA Rancangan Acak Lengkap Faktorial karena
menggunakan 3 faktor.

7. Ftest konsentrasi < F tab maka tidak mempunyai cukup bukti


untuk menolak Ho (tidak ada Pengaruh pertumbuhan kecambah
dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda) yang berarti
bahwa tidak terdapat perbedaan pertumbuhn tinggi kecambah
kacang hijau pada pemberian konsentrasi alelopati yang berbeda.

8. Ftest ekstrak < F tab maka tidak mempunyai cukup bukti untuk
menolak Ho (tidak ada Pengaruh pertumbuhan kecambah dengan
menggunakan ekstrak yang berbeda) yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi kecambah kacang hijau
pada pemberian ekstrak alelopati yang berbeda

B. Saran

Untuk praktikum kali ini sudah cukup baik, tetapi pengamatan sebaiknya
dilakukan dengan teliti, melihat perubahan yang terjadi disetiap pengamatan,
sehingga data yang didapat adalah data yang valid.

DAFTAR PUSTAKA

Anshory, I. 1984. Biologi Umum. Bandung : Genesa Exact.

Annisa.2010.Allelopati.(Online).(http://io.ppi.jepang.org/download.php?file=files/
inovasi diakses tanggal 27 November 2016).

Kurnia. Awira. 2004. Jurnal Ekolologi Tumbuhan : Analisis Faktor- faktor


Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan di Kebun Raya
Eka Karya Bali. Volume 1 Nomor 1. Bali : Department of Biology Education
Saraswati Tabanan.

Odum . 1998 . ekologi tumbuhan . Jogjakarta: rineka cipta .

Petelay, Febian. 2003. Pengaruh Allelopathy Acacia mangium wild terhadap


Perkecambahan Benih Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) dan Jagung (Zea
mays).(Online).(http://www.geocities.com/irwantoshut/allelopathy_acacia.doc
. diakses pada tanggal 27 November 2016).

Salissbury .1992. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: UNS Tim.

Soejani . 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri


Malang.

Sukman, Y. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: Rajawali Pers.

You might also like