Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN Intra Spesifik
LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN Intra Spesifik
ACARA 2
Disusun oleh :
NAMA : AMALIA
NIM : F1072141007
KELOMPOK : 5
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di alam bebas tumbuhan tidak bersaing satu sama lain dengan cara fisik seperti binatang,
tetapi menggunakan pengaruh terhadap lingkungan tempat hidup. Akar suatu tumbuhan dapat
lebih kuat dari yang laindalam pengambilan unsur pada ruang atau tempat tumbuh yang
sama. Persaingan tumbuh ini merupakan suatu cara bagaimana tumbuhan tersbut berjuang
untuk memperoleh kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya dan untuk bertahan hidup.
Apabila pertumbuhan salah satu tumbuhan tersebut baik maka tumbuhan tersebut
memenangkan persaingan tersebut.
Teori ekologi menjelaskan bahwa ketergantungan, keterkaitan antar makhluk hidup
dengan interaksi antar lingkungan fisik merupakan kunci harmonisasi kehidupan di dalam
suatu ekosistem. Didalamya mengandung pengetian beragam tipe interaksi dan salah
diantaranya adalah kompetisi atau persaingan. Dampak dari peristiwa kompetisi adalaah
makhluk hidup tetap eksis dalam mempertahankan hidup atau menderita dan akhirnya tidak
mampu bertahan melanjutkan siklus hidup. Hal inilah yang akan diamati untuk melihat
kenyataan bahwa individu tanaman yang bersaing tetap tumbuh dengan baik atau mengalami
kemunduran.
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific
competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific
competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan
pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.
Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan
diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan
nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang
mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh
persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter
batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ada sehingga dilakukannya praktikum ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap pertumbuhan
tinggi tanaman jagung?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman jagung?
3. Apa yang dimaksud dengan persaingan antara jenis yang sama dan antar jenis
yang berbeda?
4. Bagaimana grafik perbandingan tinggi tanaman dan jumlah daun ?
5. Bagaimana hasil perolehan apabila dianalisis menggunakann perhitungan RAL ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh jarak
tanaman (kerapatan tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan
yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu
sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis
tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan
ruang tumbuh (Nurma, 2014).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan
menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis
yang berbeda (Ewusie, 2000).
Kompetensi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan
yang sama (Ewusie, 2000).
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada tanaman jagung petani sering
menambahkan pupuk organik karena pengaruhnya terhadap tanaman nampak lebih cepat
dibanding dengan pengaruk pupuk organik. Selain itu, pupuk anorganik mengandung unsur –
unsur dalam jumlah atau presentase yang tinggi. presentase kandungan unsur hara anorganik
relatif tiinggi sehingga petani cenderung menggunakan pupuk ini. Namun pupuk anorganik
menimbulkan dampak yang kurang baik misalnya tanah menjadi rusak, pencemaran air dan
udara serra keseimbangan hara terganggu sehingga lahan pertanian menjadi kritis (Indriani,
2001).
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies
yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam,
tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup
dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan
organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure
hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya. Harper(1961) , menyatakan bahwa persaingan antar jenis digunakan untuk
menggambarkan adanya persaingan antara individu-individu tanaman yang sejenis (Dedi ,
1989)
Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme
yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang
sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu
yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi
antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik (Djufri,
2012).
· Persaingan aktivitas
Kershan(1973), mengemukakan bahwa persaingan antar jenis yang terdiri atas fase sedling
sangat menentukan jumlah tanaman yang dapat hidup sampai tingkat dewasa (Dede Setiadi,
1989).
Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi
terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat
hara, sinar matahari, dan lain – lain Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi
dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada
hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang
berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).
Persaingan intraspesifik intra spesifik pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Jenis tanaman : Sifat-sifat biologi tanaman, system perakaran, bentuk pertumbuhan
dan fisiologi tumbuhan. Misal sistem perakaran tanaman ilalang yang menyebar luas
menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar
seperti daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tibggi sehingga menimbulkan
persaingan dalam memperebutkan air.
b. Kepadatan tumbuhan : jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan
menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang
tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
d. Waktu: adalah lamanya tanaman sejenis hidup bersama. Peruode 25-30% pertama
dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang
disebabkan oleh persaingan (Wijiyanti, 2008).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu Pelaksanaan
Praktikum ini dilakukan pada Rabu tanggal 23 November 2016 di lapangan terbuka
Laboratorium pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura Pontianak.
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan tinggi tanaman Jagung dengan perlakuan yang berbeda
selama 4 minggu
Rata-
21 16,87 15,07 14,37
rata
Perlakuan
Minggu ke- Total Rata-rata
1 biji 2 biji 4 biji 6 biji
1 3 2 2 2 9 2
2 4 3 2 2 11 3
3 5 4 3 3 15 4
4 5 4 4 3 16 4
Total 17 13 11 10 51
Rata-rata 4 3 3 3
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Persaingan Antara Tanaman Jenis (Intra Spesifik) yang
bertujuan untuk mempelajari pengaruh jarak tanam (kerapatan tanaman) terhadap laju
pertumbuhan tinggi tanaman. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini
yaitu biji jagung, pot, tanah dan pasir. Jumlah pot yang digunakan sebanyak 4 buah dengan
jumlah biji jagung yang ditanami berbeda – beda setiap pot nya. Pada pot 1 digunakan
sebagai kontrol yang hanya ditanami 1 biji jagung, pada pot 2 ditanami 2 biji jagung, pada
pot 3 ditanami 4 biji jagung dan pada pot ke 4 ditanami 6 biji jagung. Percobaan ini dilakukan
selama 4 bulan dimana dalam waktu 4 bulan dilakukan pengematan terhadap tinggi tanaman
setiap hari.
Menurut Ewusie, 1990, persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies
yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang
berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih
awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi
antar jenis yang berbeda .
Hubungan intraspesifik adalah hubungan antara individu yang satu dengan yang lain
dalam satu populasi. Kompetisi intraspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan
oleh dua spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain. Persaingan terjadi bila
kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan
tidak menydiakan kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak
menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat
negatif atau menghambat pertumbuhan individu – individu yang terlibat Hubungan
intraspesifik itu antara lain:
Amensalisme, hubungan yang merugikan yang lain tapi diri sendiri tidak dapat apa-
apa.
Persaingan terjadi ketika organisme baik dari spesies yang sama maupun dari spesies
yang berbeda menggunakan sumber daya alam. Di dalam menggunakan sumber daya alam,
tiap-tiap organisme yang bersaing akan memperebutkan sesuatu yang diperlukan untuk hidup
dan pertumbuhannya. Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), persaingan yang dilakukan
organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan ruang (tempat), makanan, unsure
hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen dispersal, atau faktor-faktor ekologi lainnya
sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan
pertumbuhannya
Penyebab utama kompetisi adalah sumber daya diantara tanaman dari spesies yang sama.
Akibat dari kompetisi ini terlihat pada perbedaan tinggi batang, jumlah daun, dan diameter
lateral akar. Akibat dari kompetisi ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter
maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah. Tidak seperti tanaman yang berbeda
spesies, tanaman yang sama spesiesnya memiliki kebutuhan yang sama antara yang satu
dengan yang lain .
Persaingan intra spesifik pada tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu:
b. Kepadatan tumbuhan : jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan
menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang
tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman.
Adapun hasil pengamatan yang didapat selama 4 minggu percobaan yaitu, pada pot 1
yaitu kontrol (1 biji) diperoleh total tinggi tanaman sebesar 84 cm dengan rata – rata 21 dan
memiliki total jumlah daun sebesar 17 dengan rata – rata sebesar 4. Pada pot 2 ( 2biji) total
tinggi tanaman sebesar 67,5 cm dengan rata – rata 16,87 dan total jumlah daun sebesar 13
dengan rata – rata sebesar 3. pada pot 3 ( 4 biji) total tinggi tanaman yang didapat sebesar
60,3 cm dengan rata – rata 15,07 dan untuk jumlah total daun diperoleh 11 dengan rata – rata
sebesar 3. dan untuk pot 4 ( 6biji) diperoleh total tinggi tanaman 57,5 cm dengan rata – rata
sebesar 14,37 dan total jumlah daun 10 dengan rata – rata sebesar 3.
Berdasarkan data yang diperoleh dan dapat juga dilihat dari grafik tanaman bahwa
semakin banyak jumlah biji dalam pot maka semakin rendah tinggi tanaman dan jumlah daun
yang didapat. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh jarak tanaman (kerapatan
tanaman) terhadap laju pertumbuhan tinggi tanaman. Sesuai literatur yang diungkapkan oleh
Ewusie,1990, yaitu persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan
menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis
yang berbeda. Dalam hal ini yaitu percobaan dengan sesama jenis yaitu tanaman jagung
dengan perlakuan yang berbeda yaitu jarak antar tanaman dimana jarak tanaman yang lebih
luas atau renggang menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi dibanding jarak
tanaman yang lebih padat.
Begitu juga pada pertumbuhan jumlah daun, adanya perbedaan total jumlah tanaman dan
total jumlah daun dari masing – masing pot disebabkan karena adanya persaingan yang
terdapat dalam masing – masing pot. Semakin banyak jumlah biji yang terdapat dalam pot
maka persaingan antara tanaman untuk mendapat nutrisi antar tanaman yang terdapat didalam
pot semakin tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama
(intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda
(interspesific competition).
2. Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan
pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang
berbeda.
3. Persaingan yang dilakukan organisme-organisme dapat memperebutkan kebutuhan
ruang (tempat), makanan, unsure hara, air, sinar, udara, agen penyerbukan, agen
dispersal, atau factor-faktor ekologi lainnya sebagai sumber daya yang dibutuhkan
oleh tiap-tiap organisme untuk hidup dan pertumbuhannya.
4. Penyebab utama kompetisi adalah sumber daya diantara tanaman dari spesies yang
sama yang mengakibatkan pada perbedaan tinggi batang, jumlah daun, dan
diameter lateral akar.
5. Faktor penyebab adanya persaingan yakni yaitu jenis tanaman , kepadatan tanaman
, penyebaran tanaman dan waktu.
6. Jarak tanaman yang lebih luas atau renggang menghasilkan pertumbuhan tanaman
yang lebih tinggi dibanding jarak tanaman yang lebih padat.
7. Semakin banyak jumlah biji yang terdapat dalam pot maka persaingan antara
tanaman untuk mendapat nutrisi antar tanaman yang terdapat didalam pot semakin
tinggi sehingga menghasilkan daun yang lebih banyak.
B. Saran
Saran untuk para praktikan agar lebih tertib lagi dalam melakukan praktium.
DAFTAR PUSTAKA
Dari data yang telah didapatkan diatas kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap). Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
dibawah ini :
N = 16
C = (269,8)2/16 = 4.532,65
SSY = ((10)2 + (17)2 + (25)2 + (32)2 + (8,3)2 + (16)2 + (20)2 + (24)2 + (7,9)2 + (12)2 +
(19,7)2+(20,7)2+(6,5)2+(12,5)2 + (18)2+(21)2) C
= 5.325,38 4.532,65
= 792,73
= (18.554,59 / 4) 4.532,65
= 105,97
Tabel ANOVA
Source Df SS MS F test
Total 15 792,73
Ftabel pada α = 5% (0,05) pada df treatment = 3 dan df error = 13 adalah 3,41 .
Maka F kalkulasi < F tabel , kesimpulan nya bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman dari 4
perlakuan.
Dari data yang telah didapatkan diatas kemudian dilakukan perhitungan dengan
menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap). Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
dibawah ini :
N = 16
Overall mean = 51
C = (51)2/16 = 162,56
SSY = ((3)2 + (4)2 + (5)2 + (5)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2 + (3)2 + (4)2 + (2)2 + (2)2
+ (3)2 + (3)2) C
= 179 – 162,56
= 16,44
SST = ((17)2+(13)2+(11)2+(10)2)/4-C
= 679 / 4 162,56
= 169,75 162,56
=7,19
= 16,44 – 7,19
= 9,25
Hasil perhitungan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabel ANOVA untuk
mendapatkan Ftest agar dapat dibandingkan dengan Ftabel. Hasil perhitungan didapat
ditunjukkan pada tabel ANOVA yaitu sebagai berikut :
Source Df SS MS F test
Total 15 16,44
Maka F kalkulasi > F tabel , kesimpulan nya bahwa adanya perbedaan jumlah daun dari 4
perlakuan.