You are on page 1of 4

LAPORAN SINGKAT

RAPAT PARIPURNA DPR RI KE - 3 MASA PERSIDANGAN I


TAHUN SIDANG 2022 - 2023

Tahun Sidang : 2022-2023


Masa Persidangan :1
Rapat ke- :3
Jenis Rapat : Rapat Paripurna
Sifat Rapat : Terbuka
Hari/Tanggal : Selasa, 30 Agustus 2022
Waktu : 10.00 WIB s.d. Selesai
Tempat : Ruang Sidang Paripurna
Acara : Tanggapan Pemerintah terhadap Pemandangan Umum Fraksi-fraksi
atas RUU tentang APBN TA 2023 beserta Nota Keuangannya
Ketua Rapat : Lodewijk F. Paulus (Wakil Ketua DPR RI Bidang Korpolkam)
Hadir : Fisik (48 orang), Virtual (190 orang), dan Izin (78 orang). Total : 316 dari
575 anggota DPR RI

I. PENDAHULUAN
Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dilaksanakan
dalam rangka menanggapi saran, masukan, dan pandangan serta dukungan mengenai
Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) Tahun Anggaran 2023, beserta Nota Keuangannya yang telah disampaikan oleh
semua Fraksi DPR-RI pada Rapat Paripurna tanggal 23 Agustus lalu.
RAPBN 2023 dirancang dengan semangat optimisme namun tetap waspada.
Optimisme dilandasi oleh pemulihan ekonomi hingga triwulan kedua yang tumbuh 5,44%,
pertumbuhan ini termasuk tertinggi diantara negara G20 dan ASEAN. Hal ini bersamaan
dengan inflasi Indonesia yang masih berada di tingkat moderat 4,94% pada bulan Juli 2022.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung oleh permintaan domestik konsumsi yang
kencang, sementara ekspor tetap tumbuh tinggi sebab harga dan permintaan komoditas
yang kuat. Walaupun kinerja pertumbuhan dan inflasi hingga semester-I 2022 memberikan
landasan optimisme tetap pemerintah mewaspadai adanya inflasi, kenaikan suku bunga,
pengetatan likuiditas, pelemahan ekonomi, dan ketegangan geopolitik yang mulai melanda
Eropa, AS, dan RRT. Kondisi ini menimbulkan efek negatif ke seluruh dunia, seperti krisis
pangan dan energi, melemahnya nilai tukar, dan kenaikan suku bunga yang dapat
mengancam ekonomi Indonesia dalam bentuk tekanan harga (inflasi), pelemahan
permintaan, dan pertumbuhan ekonomi.
APBN 2023 diharapkan kembali menjadi shock absorber bagi masyarakat, ekonomi, dan
negara. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk mengembalikan defisit APBN dibawah
3% PDB agar dapat menyeimbangkan fungsi APBN sebagai instrumen pelindung juga
pengaman ekonomi masyarakat dan menjadi konsolidasi fiskal sehingga pelaksanaannya
disiplin dan konsisten. Hal ini dianggap menjadi strategi untuk keberlangsungan APBN.

II. KESIMPULAN/KEPUTUSAN:
Pemerintah akan melakukan koordinasi bauran kebijakan fiskal dan moneter bersama
dengan sektor keuangan untuk membenahi scarring effect akibat pandemi juga mendorong
reformasi struktural demi memperkuat pondasi ekonomi dan meningkatkan produktivitas.
Selain itu, permintaan domestik dari segi konsumsi dan investasi harus dijaga momentum
pemulihannya, serta pemerataan pertumbuhan antarpulau, antardaerah, antarsektor juga
harus terus diupayakan. Sejalan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerintah akan menjaga inflasi di dalam negeri agar tetap terkendali di tengah
meningkatnya inflasi global terutama pada komoditas energi dan bahan pangan.
Perlindungan APBN dalam bentuk subsidi dan bantuan sosial diharapkan tepat sasaran,
yaitu bagi mereka yang benar-benar rentan dan membutuhkan. Dalam rangka menghadapi
gejolak dan tekanan eksternal yang ada, diharapkan masyarakat mampu memanfaatkan
instrumen kebijakan fiskal dan moneter secara sinergis, tepat ukuran, dan waktu agar terjaga
kredibilitas, kesinambungan, serta keefektivitasannya dari ketidakpastian global dan
ancaman inflasi yang nyata.
Penerimaan perpajakan diharapkan tetap optimal untuk mendukung konsolidasi fiskal
dengan prospek perekonomian domestik yang semakin membaik dan efektivitas
implementasi UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Selain menjadi sumber utama
penerimaan negara, perpajakan juga bisa menjadi insentif untuk mendorong pertumbuhan
dan investasi. Dari sisi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak), pemerintah setuju dengan
pendapat bahwa target PNBP harus didukung oleh berbagai kebijakan strategis diantaranya
pengelolaan PNBP terus diupayakan termasuk perbaikan pemanfaatan SDA menggunakan
peningkatan nilai tambah di tengah fluktuasi harga komoditas. Upaya peningkatan inovasi
dan kualitas layanan Kementerian dan BLU juga diprioritaskan dengan adanya perbaikan
regulasi, administrasi, serta sinergi antar-lembaga.
Pemerintah sependapat untuk merancang APBN 2023 dengan lebih efisien, produktif,
dan menghasilkan multiplier effect terhadap perekonomian untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Oleh karenanya, kebijakan belanja RAPBN tahun 2023 diarahkan
untuk: (1) meningkatkan kualitas belanja yang lebih efisien, efektif, dan produktif (spending
better); (2) meningkatkan kualitas SDM; (3) melanjutkan pembangunan infrastruktur prioritas;
(4) melanjutkan reformasi birokrasi; (5) mendukung pelaksanaan revitalisasi industri; dan (6)
mengembangkan ekonomi hijau (green economy).
Pemerintah sependapat dengan pandangan fraksi Partai Gerindra, PKB, dan Partai
Demokrat terkait kebijakan anggaran pendidikan dalam RAPBN tahun 2023 difokuskan pada:
(1) Peningkatan akses seluruh jenjang pendidikan dengan perluasan wajib belajar dan
bantuan pendidikan, seperti beasiswa afirmasi, Program Indonesia Pintar (PIP), dan Kartu
Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, (2) Peningkatan kualitas sarana prasarana untuk menunjang
kegiatan pendidikan, terutama di daerah 3T, yaitu Tertinggal, Terdepan, dan Terluar melalui
Transfer ke Daerah (TKD), (3) Penguatan link and match dengan pasar tenaga kerja, melalui
pembentukan teaching factory dan science techno park, (4) Pemerataan kualitas pendidikan
dengan cara simplikasi kurikulum, penguatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), program
Guru Penggerak, dan transformasi tata kelola guru, (5) Penguatan kualitas layanan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui optimalisasi APBD.
Pada anggaran kesehatan, pemerintah mengapresiasi pandangan fraksi Partai Gerindra
tentang fokus untuk mengatasi masalah stunting di Indonesia. Pada tahun 2018 tingkat
stunting berada di angka 30,8% dan membuahkan hasil yang cukup baik dengan terjadinya
penurunan menjadi 24,4% di tahun 2021. Menanggapi pandangan fraksi Partai Gerindra dan
PKS, pemerintah tetap fokus pada program perlindungan sosial yang sudah ada dalam
membantu masyarakat miskin dan rentan. Dalam menghadapi pasca Pandemi Covid-19,
pemerintah menganggarkan RAPBN 2023 untuk perlindungan sosial sebesar Rp479,1 triliun
agar tidak terjadi ketimpangan dan tingkat kemiskinan mengalami penurunan.
Pada tahun 2022, terjadi kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan gap antara
harga BBM dengan harga yang ditetapkan pemerintah semakin besar. Tentunya beban
subsidi dan kompensasi menjadi melonjak. Jumlah subsidi dan kompensasi akan habis dan
melampaui besaran yang disetujui, yaitu sebesar Rp698 triliun akan menjadi tambahan
belanja RAPBN 2023. Ternyata jumlah rumah tangga miskin dan tidak mampu hanya
menikmati 5% subsidi Solar dan 20% subsidi Pertalite. Hal tersebut mengindikasikan kalau
subsidi belum tepat sasaran. Pemerintah melakukan upaya-upaya untuk mencapai
keseimbangan, yaitu: (1) Melindungi masyarakat miskin dan rentan, (2) Menjaga proses
pemulihan ekonomi, dan (3) Melakukan langkah-langkah penyehatan APBN.
Alokasi Transfer ke Daerah sebesar Rp811,7 triliun pada RAPBN TA 2023 dapat mampu
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendorong pengelolaan TKD lebih baik
karena adanya kenaikan alokasi dari tahun 2022 ke 2023, diperlukan sinergi yang kuat
antara Pemerintah Pusat dan daerah. Anggaran TKD sangat penting karena dapat
mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah sehingga terjadinya
pemerataan dan berkeadilan.
Pandangan dari fraksi PDIP, PKB, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Demokrat, PKS,
PAN, dan PPP diapresiasi pemerintah dengan terus mengembangkan skema pembiayaan
anggaran dengan masih adanya risiko ketidakpastian yang tinggi akibat lonjakan inflasi dan
harga komoditas pada kondisi perekonomian tahun 2023. Adanya kecenderungan inflasi naik
dan suku bunga meningkat sehingga pengelolaan utang dan pembiayaan perlu diawasi.
Target defisit APBN 2023 juga harus di bawah 3% dari PDB sehingga pemerintah terus
mengupayakan diversifikasi instrumen pembiayaan agar efisien, aman, dan stabilitas
instrumen obligasi negara secara berkelanjutan.
Pemberian PMN kepada BUMN dan investasi pemerintah dilakukan secara selektif yang
mendapatkan BLU dengan memperhatikan sektor pariwisata, mendorong ekspor, UMKM dan
sektor pangan, serta ekonomi hijau. Sementara untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)
dilakukan dengan perhitungan yang seksama, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Pemerintah mengembangkan skema pendanaan yang berasal dari APBN dan
sumber lain, seperti kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha Milik Negara dan
kontribusi swasta.

III. PENUTUP
Hampir semua negara di dunia dihadapkan pada kenaikan harga pangan dan energi.
Pemerintah melakukan upaya untuk menjadikan APBN sebagai shock absorber. Target
perlindungan sosial dan subsidi harus tepat sasaran bagi masyarakat paling rentan dan
tidak mampu. Dengan menambahkan jumlah bantuan sosial sebesar Rp24,17 triliun dibagi
menjadi tiga jenis, yang pertama senilai Rp12,4 triliun berupa bantuan langsung tunai (BLT)
kepada 20,65 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), yang kedua sebesar Rp9,6 triliun
untuk bantuan subsidi upah bagi 16 juta pekerja dengan gaji maksimum Rp3,5 juta per
bulan, dan yang ketiga sebesar Rp2,17 triliun untuk perlindungan sosial, penciptaan
lapangan kerja, dan pemberian subsidi sektor transportasi.

You might also like