You are on page 1of 14
BABV RETORIKA DAN ILMU LAIN Dikatakan bahwa mula-mula kehadiran retorika bertujuan untuk memperstasi atau upaya untuk meyakinkan penutur akan kebenaran an dari topik tutur yag dikemukakan, Walaupun retorika telah berdiri sebagai suatu ilmu yang terpisah dengan ilmu lain, seperti ilmu sosial dan kemanusiaan, tetapi retorika masih merupakan salah satu kegiatan yang fungsional dalam kehidupan manusia, Pada bab ini akan dibahas mengenai hubungan retorika dengan ilmu- ilmu lainnya, diantaranya retorika dengan logika, retorika dengan tata bahasa, retorika dengan sastra, retorika dengan filsafat, dan retorika dengan ilmu pengetahuan lainnya. A. Retorika dan Logika Retorika sangat memerlukan kelogisan dan menyarankan agar penutur menggunakan kelogisan dan kejernihan akal dalam menata dan memilih bahasa untuk menyampaikan pesan. Logika yang berprinsip menuntut orang mampu membedakan alasan yang benar dan yang tidak benar. Antara retorika dan logika ada kesejajaran dan saling mendukung, Karena retorika yang berpijak pada bertutur sangat memerlukan bantuan logika dalam penuturan informasi. Logika dan bahasa inggris, yang berdasarkan atas pola budaya Anglo- Saxon, bersifat linier, yaitu suatu paragraf bahasa Inggris yang baik diawali dengan satu pernyataan umum yang menyangkut seluruh isi paragraf itu dengan kemudian pemyataan umum itu dikembangkan dengan serangkaian ilustrasi. 56 Dipindai dengan CarnScanner Paragraf berbahasa Ingeris yang baik juga dapat berupa rangkaian yang sebaliknya; paragraf itu dimulai dengan serangkaian contoh dan kemudian diakhiri dengan pernyataan umun yang menyimpulkannya, Pola manapun yang dipakai tidak men di masalah, yang penting inlah adanya arus pikiran yang berjalan_ menurut garis lurus sejak dimulainya pernyataan pertama_ sampai pernyataan yang terakhir. Dengan demikian, satu paragraf dalam bahasa Inggris yang tersusun dengan baik tidak akan pernah menyimpang. Tidak ada pikiran yang tidak termasuk dalam paragraf, dan tidak ada pula kalimat penunjang yang tidak mendukung kalimat topik. Jenis konstruksi paragraf lainnya terdapat pada tulisan-tulisan dari budaya Arab dan Parsi. Jika penulis- penulis dari Inggris suka menggunakan pikiran secara berurutan menurut garis lurus, penulis-penulis Arab dan Parsi cenderung menulis paragraf dengan pola yang bersifat paralel dengan menggunakan kata-kata penghubung, tetapi dalam frekuensi yang cukup tinggi. Dalam budaya Inggris, kematangan gaya tulisan sering dinilai dari derajat subordinasi, bukan dari tingginya derajat koordinasi, Karena itu gaya penulis- penulis Arab dan Parsi dengan penekanan koordinasi itu terasa janggal dan kurang matang bagi penulis-penulis yang berlatar belakang budaya Inggris. Sebaliknya, penulis-penulis Asia senang menggunakan pendekatan tidak langsung. Dalam tulisan semacam ini, topiknya dilihat dari berbagai segi. Topiknya sendiri tidak pemah dianalisis secara langsung. Tulisan semacam inipun bagi orang-orang berlatar belakang budaya Inggris akan tersa anch dan samar makna yang dikehendakinya. 57 Dipindai dengan CarnScanner Retorika bahasa Spanyol juga berbeda dengan retorika bahasa Inggris. Scmentara kaidah retorika budaya Inggris mensyaratkan sctiap kalimat dalam satu paragraf berkaitan langsung dengan ide pokok, tulisan-tulisan dalam sistem retorika bahasa Spanyol penuh dengan penyimpangan-penyimpangan yang tidak perlu. Meskipun paragraf dalam bahasa Spanyol itu mungkin diawalidan diakhiri dengan topik yang sama, penulisnya sering menyimpang ke masalah yang tidak ada hubungan langsung dengan topiknya, Karena itu, retorika bahasa Spanyol tidak mengikuti kaidah keutuhan dalam sistem retorika bahasa_ Inggris. Singkatnya, walaupun seseorang telah menguasai benar tatabahasa bahasa Inggris, belum tentu ia dapat menulis atau membaca tulisan yang berlatar budaya Inggris jika ia belum menguasai sistem retorika dan logika budaya Inggris. Retorika sangat memerlukan kelogisan dan menyarankan agar penutur menggunakan kelogisan dan kejemihan akal dalam menata dan memilih bahasa, sedangkan logika yang berprinsip dan metode menuntut orang untuk mampu membedakan mana alas an yang benar dan-aman alas an yang tidak benar. Antara retorika dan logika adalah dua ilmu yang sejajar dan saling mendukung karena retotika yang berpijak pada bertutur sangat memerlukan bantuan retorika dalam penututan dirinya. B. Retorika dan Tata Bahasa Dalam perkembangan bahasa dan studi tutur muncul anggapan bahwa retorika adalah bagian dari tata bahasa Karena saat itu tata bahasa dipandang sebagai perangkat terindah yang mengajarkan bagaimana berbahasa yang baik. 58 Dipindai dengan CarnScanner Retorika kehilangan fungsi dan posisi yang wajar. Retorika bukanlah agian dari tata bahasa, Karena keduanya memiliki prinsip dan fungsi yang berbeda. Namun, perbedaan ita bukan berarti tidak ada hubungan antara retorika dan tata bahasa. Sebaiknya seorang penutur menguasai kaidah-kaidah bahasa untuk kemudian digunakan dalam berbicara. Retorika yang menuntun hal-hal yang tidak sepadan dengan tata bahasa, sebaiknya dalam mengajarkan tata bahasa diambil dari kalimat-kalimat yang retoris. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, dipergunakan oleh dan mengidentifikasi_ diri masyarakat untuk bekerja sama, berinteral Kridalaksana dalam Aslinda dan Syafyahya (2007: 1). Manusia dengan segala rutinitas dan aktivitasnya, tidak pernah terlepas dari bahasa, karena bahasa merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan. Dengan bahasa, manusia dapat mengomunikasikan apa yang dipikirkan dan dapat pula mengekspresikan sikap dan perasaanya Arsjad (1991: 11). Hal itu adalah salah satu yang membedakan antara manusia dengan makhluk yang lainnya. Orang berbahasa karena adanya suatu rangsangan dari lingkungannya yang harus segera direspon melalui bahasa, Hal itu menunjukkan bahwa bahasa merupakan sistem lambang yang digunakan untuk berinteraksi di dalam masyarakat. Hakikat dan Fungsi Bahasa menurut Reching Koen (Aslinda dan Syafyahya, 2007: 2) memiliki empat sifat yaitu mengganti, individual, " kooperatif, dan sebagai alat komunikasi. a) Mengganti Bahasa dapat menggantikan suatu peristiwa yang seharusnya dilakukan oleh individu kelompok. 59 Dipindai dengan CarnScanner b) Individual seorang individu/ kelompok dapat meminta individu/ kelompok lain untuk melakukan suatu pekerjaan. Bahasa yang diveapkan oleh seorang individu kepada individu lain bersifat individual, ©) Kooperatif ketika sebuah bahasa telah dilahirkan dalam kalimat yang didengar oleh individu lain untuk melakukan pekerjaan yang diminta, maka Kesediaan seorang individu dalam melakukan pekerjaan itu karena adanya unsure kooperatif antar individu. d) Alat Komunikasi Bahasa merupakan alat komunikasi.Fungsi bahasa adalah alasan- alasan seseorang berbicara. Menurut Mar’at (2005: 19) ada dua macam fungsi bahasa yaitu: 1) fungsi bahasa yang bersifat personal, yaitu penggunaan bahasa untuk memecahkan persoalan, mengambil keputusan, berpikir, mengingat, dan sebagainya. 2) fungsi bahasa yang bersifat interpersonal, yaitu yang menunjukkan adanya suatu pesan atau keinginan penutur. Bahasa tidak dapat terlepas dari aktivitas sosial. Oleh karena itu, Halliday dalam Santoso (2003: 20-21) mengemukakan ada tiga fungsi sehubungan dengan Penggunaan bahasa di dalam proses sosial di suatu masyarakat. Ketiga fungsi tersebut adalah: 60 Dipindai dengan CarnScanner FERS” a, Ideasional yang termasuk di dalam fungsi ini adalah fungsi eksperiensial dan logikal. Fungsi ideasional: eksperiensial merupakan penggunaan bahasa untuk merefleksikan realitas pengalaman pembicaranya; personal. b. Fungsi interpersonal menggambarkan hubungna sosial antar_ partisipan. Interaksi sosial se i apa yang sedang berjalan: memberi atau meminta informasi atau memberi atau meminta barang atau jasa; tekstual. cc. Fungsi tekstual tergambar melalui makna simbol yang merealisasikan kedua makna sebelumnya: ideasional dan interpersonal Pada dasamya berbicara dan berbahasa tidak membentuk wujud yang berbeda. Keduanya merupakan perbuatan menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang terepresentasikan melalui penerjemahan sistem simbol yang bermakna. Hal itu, menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam percakapan karena bahasa merupakan kombinasi kata yang diatur secara sistematis sebagai alat komunikasi Wibowo (2003: 3). Menurut Arsjad (1991:17) ada beberapa faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan yang harus dikuasai untuk menunjang efektivitas pembicaraan. 1. Faktor Kebahasaan a, ketepatan ucapan (lafaz) b. penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai (intonasi) «. pilihan kata (diksi) d. ketepatan sasaran pembicaraan (kalimat Efektif) 61 Dipindai dengan CarnScanner 2. Faktor Nonkebahasaan a. sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku b. pandangan harus diluruskan kepada lawan bicara c. kesediaan menghargai pendapat orang lain d. gerak-gerik dan mimik yang tepat . kenyaringan suara yang sangat menentukan f. kelancaran g. relevansi/penalaran Di dalam perkuliahan, tidak banyak yang memiliki keterampilan berbahasa maupun beretorika dengan baik dan efektif. Banyak orang yang berdalih bahwa dalam berbicara sudah cukup bila pendengarnya dapat mengerti apa yang dimaksudkannya, Namun mereka belum dapat memastikan kadar kemengertian pembicaraannya. Menurut Supratman (1982: 20) seorang pembicara yang baik, scharusnya menyadari adanya beberapa kemungkinan yang terjadi seperti pendengamya mengerutkan dahi sebagai tanda bahwa pembicaraannya menyulitkan pendengar dan kurang komunikatif, serta pendengarnya itu gelisah, tidak sabar, dan ingin pembicaraannya segera diakhiri. Pembicara sebaiknya menyadari bahwa pembicaraannya itu. mengesankan atau tak berbekas, Pembicara sebaiknya memiliki kadar daya tarik, kadar daya mengasyikkan, dan kadar kesan yang tinggi. Jadi, terampil berbicara bukan hanya banyak bicara, bukan hanya fasth dan jancar. Terampil berbicara tidak hanya disimak dari validitas secara kuantitatif, tetapi juga harus dapat disimak melalui kadar kualitatifnya. Berbicara yang efektif 62 Dipindai dengan CarnScanner seyogyanya menyenangkan, memiliki daya tarik, mengasyikkan, ,mengesankan, menecapai tujuan secara jelas serta mengundang rasa simpatik pendengar. Untuk dapat berbicara yang efektif, diperlukan ilmu retorika. Metode yang harus diikuti oleh pembicara agar mendapatkan hasil retorika yang berkualitas, tentulah dengan memahami faktor kebahasaan dan non kebahasaan, Ada beberapa kiat yang disampaikan oleh Supratman (1982:35) yang dapat dijadikan acuan sebagai indikator keberhasilan berbicara. 1) Lafal dan volume suara a) Tidak menggunakan pengaruh lafal asing b) Tiap fonem diucapkan dengan jelas c) Suaranya segar dan menarik serta simpatik d) Gagasan mudah ditangkap 2) Intonasi (tekanan, jeda, dan tempo) a) Penggunaan tekanan, pemberhentian dan tempo dilakukan secara tepat dan menarik sesuai dengan situasi dan kebutuhan pembicaraan. b) Komunikasi menyenangkan dan mudah ditanggap. 3) Perbendaharaan kata: Kata-kata digunakan secara tepat, cermat, serta bervariasiy schingga apa yang dikemukakan cukup menarik dan mudah dipahami, 4) Daya imajinasi pendengar cukup berkembang. Unsur gagasan dituturkan dengan urutan yang logis dan menarik serta bervariasi 5) Pemahaman isi pembicaraan 63 Dipindai dengan CarnScanner FPR SE Kelancaran pembicaraannya menunjukkan bahwa ia yakin dengan yang dikemukakan, vari ii pembicaraan orisinal dan kreatif, dan pendengar merasa senang mendapatkan hal-hal yang baru yang dikemukakannya 6) Kelancaran Kelancaran pembicaraannya dapat membuat pendengar yakin dengan yang, dikemukakannya 7) Sikap berbicara Sikap berbicara maksudnya, baru berbicara setelah ia mengikuti dengan seksama pembicaraan pendengar, la berpretensi mengemukakan pendapat yang saling menguntungkan dan hati-hati bila akan menyanggah pendapat orang. 8) Pretensi Ia hanya berbicara mengenai hal-hal yang bermanfaat bagi pendengar, dan Ta menghargai dan jujur bila menggunakan pendapat (mengutip) orang lain. C. Retorika dan Sastra Dahulu antara retorika dan sastra merupakan ilmu yang padu, maksudnya sastra merupakan bagian dari retorika Karena pada saat itu retorika sangat mementingkan kaedah sastra dan retorika sama-sama mempersoalkan tentang penggunaan bahasa secara efektif dan efisien, tetapi keindahan bahasa sastra untuk menjelaskan makna dan menuntun Keberhasilan satrawan dalam membuat 6a Dipindai dengan CarnScanner karya kreatif. Sebaliknya retorika bertujuan untuk menentukan keberhasilan retoris dalam mempengaruhi audien (pendengar) D. Retorika dan Filsafat Retorika memerlukan ilmu lain diungkapkan pertama kali oleh Aristoteles pada abad ke IV sebelum masehi, Dia mengatakan seorang penutur yang ingin sukses harus mengetahui dan memiliki pengetahuan umum yang luas agar dapat memilih ulasan yang baik serta sehingga bisa menempatkanya pada posisi yang tepat. Aristoteles mengemukakan bahwa retorika tidak bisa lepas dari filsafat, karena ilmu ini mengajarkan kebenaran serta bimbingan orang bertindak dan mengambil keputusan berdasarkan kebenaran. Jadi filsafat ini merupakan ilmu kebenaran yang memperkuat kehadiran retorika. Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya? Demikianlah pertanyaan pertama yang kita hadapi tatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni: a) Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa Arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa Yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’ = cinta, suka (loving), dan ‘sophia’ = pengetahuan, hikmah(wisdom). Jadi ‘philosophia” berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut ‘philosopher’, dalam bahasa Arabnya “failasuf”.Pecinta pengetahuan 65 Dipindai dengan CarnScanner ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuanhidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan. b) Scgi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti berfilsafat, Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Pengertian filsafat yang dapat ditangkap adalah, “Kegiatan/hasil pemikiran yang menyelidiki makna dibalik sebuah kenyataar/teori yang telah ada untuk disusun dalam sebuah sistem. Pengetahuan yang sistematis“retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika, Immanuel Kant mengartikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang didalamnya tercakup masalah epistemologi yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui, Masalah etika yang menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan, Masalah ketuhanan yang menjawab persoalan harapan kitadan masalah manusia. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia yang dalam perkembangan berikutnya dikenal dalam bahasa lain Philosophie German, Belanda, dan Perancis), Philosophy (Inggris), dan Falsafah (Arab). Dipindai dengan CarnScanner Philosophia berasal dari kataPhiliendan Shopos yang berarti mencintai dan bijaksana schingga pengertiannya adalah cinta akan hal-hal yang bersifat bijaksana.Philos dan Shopia yang berarti kawan dan kebijaksanaan sehingga pengertiannya adalah cinta akan kebijaksanaan dan berusaha untuk memiliki. Para filsuf memberi batasan pada pengertian filsafat dan pada umumnya berbeda satu sama lain. Tiap-tiap filsuf memiliki rumusan atau batasan tersendiri tentang filsafat. Perbedaan tersebut tampak bervariasi, kadang-kadang menyangkut masalah yang esential. Karena ilmu-ilmu lain muncul setelah filsafat lahir. Sedangkan batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara Etimologi dan Terminologi. 5. Retorika dan Ilmu Pengetahuan Lainaya Dalam beretorika orang memerlukan pengetahuan umum untuk memperjelas argumennya. Sedangkan ilmu-ilmu apapun (termasuk logika, tata bahasa, sastra dan sebagainya) harus disampaikan dengan beretorika. Mula-mula retorika bertujuan untuk mempersuasi atau upaya untuk meyakinkan penutur akan kebenaran gagasan dari topik. Ciri penanda sebuah ilmu dapat dilihat dari tujuan dan fungsinya, Tujuan ilmu adalah gambaran sesuatu yang dituju sedangkan fungsi sebuah ilmu adalah memegang peranan dalam memcapai peranan itu. Tujuan dan fungsi retorika menopang kehadirannyasebagai suatu ilmu tersendiri. Walau retorika telah berdiri sebagai ilmu yang terpisah dengan ilmu lain namun retorik tidak dapat menyangkal keterkaitannya dengan ilmu lain seperti ilmu Sosial dan kemanusiaan. 67 Dipindai dengan CarnScanner Retorika Sebagai sebuah ilmu tentunya mempunyai bidang garapan dan metode. a) b) Pokok masalah yang menjadi garapan retorika adalah manusia dan kegiatan bertuturnya. Ini meliputi pandangan retorik terhadap manusia sebagai pesona (utur, tentang kegiatan bertutur, terhadap bahasa, terhadap topik tutur, tentang tutur. Metode retorik, ciri yang menandai sebuah ilmu adalah metode yang dikembangkan. Retorika memiliki metode bahkan kadang-kadang retorika tampak sebagai metode. Di bawah ini diuraikan satu persatu pokok masalah dalam retorika,dan metode retorika. 1) Pandangan retorika terhadap manusia sebagai pesona tutur. Manusia mempunyai instink tutur, daya jiwa yang memungkinkan manusia menguasai bahasa untuk bertutur dengan jalan mempelajarinya. Kaitannya dengan retorika di sini bahwa retorika mengemban tugas membina dazn meningkatkan © mutu —penyampaian —_aspek-aspek kemungkinan yang ada agar lebih sempurna. 2) Pandangan retorika terhadap kegiatan bertutur. Kegiatan bertutur merupakan ujud salah satu dari tingkah laku manusia, seperti tindakan, medan tempat atau situasi, pelaku pelaksana atau pendorong, sarana tindak, tujuan Dipindai dengan CarnScanner arah dari keseluruhan tindakan yaitu segala sesuatu yang merangsang terjadinya tindakan. x Pandangan retorik terhadap bahasa, Retorika dapat memberikan bimbingan tentang bagaimana memanfaatkan bahasa dalam kegiatan bertutur. 4 Pandangan retorika terhadap tutur. Tutur adalah bentuk bahasa yang mengemban simpulan gagasan dari topik tutur yang dipilih. 5 Metode retorik. Citi yang menandai sebuah ilmu adalah metode yang dikembangkan. F. Pendalaman Materi 1. Benarkah retorika berhubungan dengan logika, tata bahasa, sastra, filsafat, dan ilmu pengetahuan lainnya? Jelaskan hubungan tersebut! 2. Setiap mahasiswa ditugasi mencari suatu naskah pidato. Naskah pidato dibaca dan dianalisis oleh mahasiswa. Setelah itu, ungkapkan pendapat tentang adanya hubungan naskah pidato tersebut dengan logika, tata bahasa dan filsafat. Caranya, kutip bagianbagian yang menyatakan hubungan tersebut. Jika ada bagian yang tidak sesuai dengan setiap bidang ( logika, tata bahasa dan filsafat) tetap dikutip dan kalau salah perbaiki. 69 Dipindai dengan CarnScanner

You might also like