You are on page 1of 15

PELAKSANAAN ELECTRONIC TRAFFICT LAW ENFORCEMENT DI WILAYAH

HUKUM KOTA SEMARANG

Wisnu Perdana , Amri Panahatan Sihotang, Tri Mulyani


Fakultas Hukum Universitas Semarang
wisnu.perdana88@gmail.com

ABSTRAK

Pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang


dilaksanakan oleh Satlantas berdasarkan Perma No. 12 Tahun 206 dengan meliputi 10
tahapan yaitu : Pertama, Pemasangan CCTV; kedua, Perekaman data pelanggar; ketiga,
Identifikasi SRC; keempat, Pengiriman surat; kelima, Penyampaian surat; keenam,
Konfirmasi; ketujuh, Klarifikasi; kedelapan, Pemberian surat tilang dan kode BRIVA;
kesembilan, Pemblokiran STNK; kesepuluh, Pembayaran denda tilang. Adapun kendala
dalam pelaksanaanya meliputi 5 hal : pertama, Sarana kurang maksimal, hal ini dapat
diupayakan pengoperasian CCTV diperluas semaksimal mungkin; kedua, kendaraan
pelanggar sudah diperjual belikan dan tidak segera dibalik nama, hal ini dapat diupayakan
nanti sewaktu pembayaran pajak akan diberitahu jika STNK kendaraan yang dipunyai
pemilik kendaraan yang baru telah diblokir dan dianjurkan untuk segera balik nama; ketiga,
system ETLE di wilayah hukum Kota Semarang masih ditujukan untuk plat nomor H
semarang saja, hal ini dapat diupayakan untuk sistem penganalisaan CCTV dapat diperluas
agar pelanggar di luar Kota bisa ditertibkan; keempat, motor bodong, hal ini belum dapat
diupayakan; kelima, pelanggar tidak konfirmasi kepada petugas dikarenakan masih banyak
masyarakat yang belum tahu tentang tata cara atau alur penyelesaian ETLE, hal diupayakan
dengan sosialisasi.

Kata kunci : pelaksanaan; ETLE; semarang

ABSTRACT

Implementation of Electronic Traffic Law Enforcement in the legal area of Semarang City
was carried out by Satlantas based on Perma No. 12 of 206 covering 10 stages, namely: First,
CCTV Installation; second, recording offenders data; third, SRC identification; Four, Mail
delivery; how long, Submission of a letter; sixth, confirmation; seventh, clarification; eighth,
Provision of speeding tickets and BRIVA code; ninth, Blocking STNK; tenth, Payment of
ticket fines. 5 things: first, the facilities are not optimal, this can be done to improve the
complete CCTV as much as possible; secondly, violating vehicles have been traded and are
not immediately reversed, this can be sought and payment of taxes will be received if the
vehicle registration vehicle owned by the owner of the vehicle has just been blocked and is
supported to immediately return the name; third, the ETLE system in the legal area of
Semarang City is still challenging for the Semarang H only license plate, this can be sought
for CCTV analysis systems to support so that violators outside the City can be disciplined;
Four, bulging motorcycles, this has not yet been attempted; To the extent, violators did not
confirm about the officers, there were still many people who did not know about the
procedures or the flow of ETLE settlement.

Keywords: implementation; ETLE; semarang

1
A. Pendahuluan
Berlaku sopan dalam tindak tanduk dikehidupan sehari-hari telah menjadi budaya orang
timur. Tak terkecuali dalam berlalu lintas, semua masyarakat harus mematuhi etika atau
peraturan berlalulintas. Jika seseorang tidak mengindahkan peraturan lalu lintas atau tidak
sopan dalam berlalu lintas, akan menimbulkan ketidaknyamanan bahkan dapat mencelakakan
pengendara lainnya.1

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan menggantikan undang – undang terdahulu yaitu Undang Undang Nomor 14
Tahun 1992 menyebutkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah salah satu kesatuan sistem
yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana
lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta pengelolaannya.
Sedangkan pelanggaran lalu lintas adalah jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna
jalan sesuai dengan penggolongan dalam undang-undang lalu lintas. 2 Lalu lintas dan
angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung dan integrasi nasional sebagai
bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum.

Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar tidak terkecuali Kota
Semarang adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka
kecelakaan lalu lintas yang selalu meningkat. Keadaan ini merupakan salah satu perwujudan
dari perkembangan teknologi modern. Perkembangan lalu lintas itu sendiri dapat memberi
pengaruh, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif bagi kehidupan masyarakat
sebagaimana diketahui sejumlah kendaraan yang beredar dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Hingga 25 Desember 2018 Tercatat sudah ada 1.005 laporan kecelakaan. Pada
tahun lalu unit laka hanya mencatat 936 kejadian. 3

Hal ini Nampak juga membawa pengaruh terhadap keamanan lalu lintas yang
menimbulkan kecelakaan lalu lintas dan kemacetan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas
disebabkan oleh banyak faktor, tidak sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan
kaki yang kurang hati-hati, kerusakan kendaraan, rancangan kendaraan cacat pengemudi,

1
Danang SB, Budaya Tertib lalu lintas ( Jakarta : PT sarana bangun pustaka, 2011 ), hal. 1
2
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
3
Rival almanaf,. 185 orang meninggal di jalan raya kota semarang terbanyak di mangkang
(https://jateng.tribunnews.com/2018/12/26/185-orang-meninggal-di-jalan-raya-kota-semarang-tahun-
ini-terbanyak-dimangkang/, diakses pada 31 desember 2019 ), 2019.

2
rancangan jalan, dan kurang mematuhi rambu-rambu lalu lintas. 4 Faktor penyebab timbulnya
permasalahan dalam lalu lintas diantaranya adalah manusia sebagai pemakai jalan, jumlah
kendaraan, dan juga kondisi rambu-rambu lalu lintas, merupakan faktor penyebab timbulnya
kecelakann dan pelanggaran lalu lintas. Dalam rangka pembinaan lalu lintas jalan,
sebagaimana tersebut, diperlukan penetapan suatu aturan umum yang bersifat seragam dan
berlaku secara nasional serta mengingat ketentuan lalu lintas yang berlaku secara
internasional. Untuk itu, perlu diatur tentang aturan, tata cara maupun perlengkapan yang
harus dipenuhi ketika berkendara lalu lintas untuk menghindari ketidaknyamanan dan untuk
keselamatan dalam berkendara. Sementara itu untuk menciptakan ketertiban dalam
berkendara, bagi pengendara yang tidak membawa, memakai maupun memiliki perlengkapan
yang harus ada ketika berkendara maka akan dikenakan Pelanggaran Lalu Lintas atau yang
sering disebut dengan Tilang.5

B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana pelaksanaan sistem Elektronic Traffic Law Enforcement di wilayah
hukum Kota Semarang?
B. Apa kendala dalam pelaksanaan Elektronic Traffic Law Enforcement di wilayah
hukum Kota Semarang dan bagaimana upaya mengatasinya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


a. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan Elektronic Traffic Law Enforcement di wilayah
hukum Kota Semarang.
b. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan Elektronic Traffic Law
Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang dan upaya mengatasinya.
b. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya Hukum

4
H.S Djajoesman, Polisi dan Lalu Lintas, ( Jakarta: Dinas Hukum Polri, 1976), hal. 13
5
M. Karjadi, Kejahatan Pelanggaran Dan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, ( Bogor: Politeia,
t.t.), hal 34

3
Administrasi Negara terkait dengan pelaksanaan Sistem Elektronic Traffic Law
Enforcement di Kota Semarang.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi :
1. Pemerintah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pemerintah selaku pembuat kebijakan agar dalam menyusun kebijakan terkait
dengan Elektronic Traffic Law Enforcement kedepannya dapat dijalankan
dengan efektif.
2. Polri
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
Polri selaku pelaksana kebijakan agar dalam melaksanakan tugasnya
memperhatikan prosedur yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan
3. Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
masyarakat selaku objek kebijakan agar dalam beraktivitas sehari hari dijalan
raya untuk menaati peraturan yang berlaku terkait dengan Elektronic Traffic
Law Enforcement.

D. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Tilang dan E-Tilang
Tilang adalah dasar diadakannya E-tilang atau ETLE ini, sering kali ditemui
dijalanan, apabila kita melanggar lalu lintas, kita segera dikejar oleh petugas kepolisian
khususnya polisi lalu lintas, polisi menindak pelanggar dengan memberikan slip warna biru
apabila kita mengakui kesalahan, dan segera membayar denda di BRI setempat, dan bila kita

4
mengelak atau tidak merasa melakukan pelanggaran kita bisa membela diri untuk sidang dan
petugas akan memberikan slip warna merah.berikut alur prosedur tilang slip warna biru : 6
a. Saat polisi melakukan penilangan, salah satu surat akan ditahan oleh kepolisian.
b. Kemudian Pelanggar akan ditawari hendak slip tilang warna merah atau biru.
c. Jika memilih slip biru, kita harus membayar tilang ke Bank BRI sebelum jatuh tempo
dan besaran nominal yang ditentukan.
d. Lalu kita atau perwakilan datang ke pengadilan untuk mengikuti sidang.
e. Kemudian Anda akan diberi denda yang sebenarnya. Jika kesalahan ringan akan lebih
kecil dari denda maksimal.
f. Pelanggar akan mendapatkan surat yang ditahan dan mendapatkan slip pengambilan
kelebihan denda ke bank.
g. Pelanggar menuju ke Bank BRI untuk mengambil kelebihan denda.

2. Tinjauan Tentang Electronic Traffic Law Enforcement

ETLE atau Electronic Traffic Law Enforcement adalah suatu terobosan baru yang di
lakukan oleh kepolisian di dalam meningkatkan kualitas keselamatan, menurunkan tingkat
fatalitas korban kecelakaan, mewujudkan dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban
dan kelancaran dalam berlalu lintas, kemudian juga menjadi bagian di dalam membangun
budaya tertib dan juga merupakan pelayanan yang prima kepada warga masyarakat. Dengan
sistem elektronik dalam penegakan hukum ada beberapa manfaat, diantaranya :
a. Kita semua sadar bahwa terjadinya kemacetan, terjadinya kecelakaan, terjadinya
permasalahan-permasalahan lain di bidang lalu lintas, ini merupakan suatu hambatan,
suatu gangguan, yang social cost nya sangat mahal, dan ini merupakan salah satu solusi
untuk upaya upaya membangun kesadaran, kepekaan dan kepedulian akan keselamatan,
keaman, ketertiban dan lancarnya berlalulintas, karena lalu lintas ini merupakan urat
nadi kehidupan di jalan raya, dimana lalu lintas mendukung upaya-upaya meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.
b. Di dalam sistem elektronik ini juga bisa memberikan perlindungan, pengayoman,
pelayanan, kepada pengguna jalan lainnya yang terngganggu dengan adanya

6
Mrmspeed, Alur Prosedur Tilang Slip Biru (https://rpmsuper.com/alur-prosedur-tilang-slip-
biru/), diakses pada tanggal 31 Desember 2019

5
pelanggaran. Dan ini juga merupakan bagian yang penting untuk mencegah adanya
permasalahan- permasalahan di bidang lalu lintas baik kecelakaan maupun kemacetan.
c. Karena adanya sistem elektronik ini, ada sistem data yang ter record atau tercatat
sehingga bisa di terapkan program untuk catatan perilaku berlalu lintas.

E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah yurudis sosiologis (social legal
approach), suatu penelitian yang bertujuan melihat penerapan dan pengkajian
hubungan aspek hukum dengan aspek non hukum dalam bekerjanya hukum di
masyarakat. Penelitian hukum yang sosiologis mengikuti pola penelitian ilmu0ilmu
sosial khususnya sosiologi sehingga penelitian ini disebut socialegal research.
Penelitian hukum sosiologis atau empiris hendak mengadakan pengukuran terhadap
peraturan perundang-undangan tertentu mengenai efektivitasnya, maka definisi-
definisi ini operasional dapat diambil dari peraturan perundang-undangan tersebut.
Jenis penelitian ini dipergunakan karena dalam penelitian ini akan mengkaji tentang
pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah Hukum Kota Semarang.
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif analitis, adalah
dengan cara penulisan yang akan menggambarkan permasalahan yang didasarkan
pada data-data yang ada, lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil sebuah
kesimpulan. Spesifikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran pelaksanaan
Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah Hukum Kota Semarang.
3. Metode Penentuan Sampel
Penentuan Sampel merupakan proses dalam memilih suatu bagian yang
representatif dari seluruh populasi. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, populasi
adalah seluruh objek atau seluruh unit yang akan diteliti, atau dapat dikatakan
populasi merupakan jumlah manusia yang mempunyai karakteristik sama. 7 Populasi
dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di
wilayah hukum Kota Semarang. Penelitian ini tidak meneliti populasi secara
keseluruhan, oleh karena itu dipilih sampel untuk disajikan respponden dengan cara
teknik secara Non-Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah
7
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Yumetri (Ghalia, Jakarta, 2014)hal
41

6
pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah Hukum Kota Semarang
periode Tahun 2018/2019.

4. Metode Analisis Data


Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan. 8
Dalam hal ini, analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif yaitu data yang
tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung. 9 Dengan demikian maka
setelah data primer dan data sekunder berupa dokumen diperoleh lengkap,
selanjutnya dianalisis dengan peraturan yang berkaitan dengan masalah yan diteliti.
Analisis juga dengan menggunakan sumber-sumber dari para ahli berupapendapat
dan teori yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan Electronic Traffict Law
Enforcement di wilayah Hukum Kota Semarang. Analisis dilakukan secara induktif,
yaitu mencari kebenaran dengan berangkat dari hal-hal yang bersifat umum guna
memperoleh kesimpulan.
F. Pembahasan
1. Pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di Wilayah Hukum Kota
Semarang.
Sistem tilang elektronik atau sekarang disebut ETLE memang masih baru
dilaksanakan di Kota Semarang. Sistem ini mulai diuji coba di Kota Semarang pada
tanggal 3 Desember 2018. System yang dalam pengoperasiannya menggunakan
CCTV milik Dinas Perhubungan Kota Semarang ini menggunakan sistem ANPR atau
Automatic Number Plate Recognition yaitu salah satu metode yang diandalkan untuk
identifikasi kendaraan bermotor di era modern saat ini. ETLE ini ditujukan untuk
mengurangi pungutan liar dari petugas kepolisian dan membantu menertibkan
pengguna jalan raya atau pengendara kendaraan bermotor, dan pusat pengoperasian
dan pemantauan tilang CCTV atau ETLE ini berada di Pos Patwal Simpang Lima
Semarang.
Adapun mekanisme tilang dengan menggunakan sistem ETLE menurut
Pasal 1 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 12 Tahun 2016 adalah
sebagai berikut :
1. Tahap 1 Pemasangan CCTV

8
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Hukum (CV. Pustaka Setia, Bandung, 2000)hal 102
9
Tatang M Amirin. Menyusun Rencana Penelitian (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1995), hal 134

7
CCTV dipasang diberbagai tempat untuk pengendara yang melanggar terekam
CCTV. Pemasangan CCTV di wilayah Hukum Kota Semarang sebanyak 128 Unit
Kamera CCTV, namun dari 128 unit kamera CCTV tersebut yang difungsikan
sebanyak 4 unit karena masih dalam tahap uji coba. Pemasangan 4 unit CCTV
sebagai uji coba tersebut ditempatkan pada:
a. Jalan Pahlawan Simpang Polda.
b. Jalan Ahmad Yani Simpang RRI.
c. Jalan Gajah Mada Simpang Manggala.
d. Jalan Pandanaran Bundaran Tugu muda.
2. Tahap 2 Perekaman Data Pelanggar
Data pelanggar lalu lintas dapat terekam dengan jenis pelanggaran dan plat nomor
pelanggar sesuai dengan alamat yang tercantum di STNK. Jumlah pelanggaran lalu
lintas sebanyak 8.000 pelanggar pada tahun 2018. Jumlah tersebut pada September
2019 meningkat drastis 37,5% yaitu 11.196”10
3. Tahap 3 Identifikasi SRC
Data pelanggar kemudian diidentifikasi melalui SRC ( Smart Regident Center )
yang berada di pos Patwal simpang 5. Hal-hal yang dilakukan pada tahap
identifikasi melalui SRC antara lain :
a. Pelanggar yang terekam kamera selanjutnya diolah petugas dengan melihat plat
nomor kendaraan.
b. Setelah plat nomor kendaraan terlihat maka akan muncul data-data dari
kepemilikan plat nomor tersebut.
c. Selanjutnya petugas akan membuat surat konfirmasi kepada pengendara yang
melakukan pelanggaran.
4. Tahap 4 Pengiriman Surat.
Surat bukti pelanggran yang telah diidentifikasi melalui SRC, kemudian dikirim
oleh pihak kepolisian melalui kantor POS ke alamat terduga pelanggar lalu lintas.
Pada kata terduga di sini dapat dimaknai dimungkinkan kendaraan yang dipakai
saat melakukan pelanggaran sudah beralih kepemilikan, seperti misalnya sudah
diperjual-belikan dan belum balik nama. Peralihan kepemilikan ini bisa jadi dari
pihak pertama ke pihak kedua, atau pihak kedua ke pihak ketiga dan seterusnya.

10
AKBP Yuswanto Ardi, Kasatlantas Polrestabes Semarang, Wawancara (Semarang, 14
Januari 2020)

8
5. Tahap 5 Penyampaian Surat.
Surat konfirmasi dikirim oleh petugas kepolisian melalui POS. Selanjutnya petugas
POS akan menyampaikan surat bukti pelanggar dari kepolisian tersebut kepada
terduga pelanggar sesuai alamat yang tercantum dalam STNK.
6. Tahap 6 Konfirmasi
Setelah menerima surat dari kepolisian, maka terduga pelanggar lalu lintas dapat
melakukan konfirmasi kepada petugas polisi paling lambat 4 hari setelah surat di
terima oleh terduga pelanggar. Layanan konfirmasi surat di wilayah hukum Kota
Semarang melalui :
a. Pos Polisi Simpang lima
b. Layanan aduan WhatsApp 085757572001
c. Layanan SMS 081548024940
7. Tahap 7 Klarifikasi
Jika terduga pelanggar lalu lintas tidak melakukan konfirmasi kepada petugas
kepolisian, maka petugas akan melakukan blokir STNK. Metode konfirmasi di
gunakan agar terduga pelanggar bisa mengklarifikasi siapa yang menjadi subjek
pelanggar termasuk jika kendaraan sudah dijual kepada pihak lain dan belum
melakukan proses balik nama.
8. Tahap 8 Pemberian Surat Tilang dan Kode BRIVA
Setelah melakukan konfirmasi, selanjutnya pelanggar lalu lintas akan diberikan
surat tilang serta kode BRIVA sebagai kode virtual untuk melakukan pembayaran
tilang di bank BRI atau pelanggar bisa hadir dalam persidangan yang di
selenggarakan di Pengadilan Negeri Semarang sesuai tanggal yang tertera dalam
surat tilang.
9. Tahap 9 Pemblokiran STNK
Jika pelanggar lalu lintas tidak melakukan pembayaran sesuai dengan tanggal yang
tertera dalam surat tilang, maka petugas kepolisian secara otomatis akan melakukan
blokir STNK atas nama pemilik. Dengan diblokirnya STNK atas nama pemilik
maka secara otomatis akibat hukumnya STNK tersebut tidak berlaku dan wajib
memperbaharui STNK.
10. Tahap 10 Pembayaran Denda Tilang
Jika pelanggar lalu lintas akan membayar pajak tahunan kendaraan miliknya, maka
pelanggar harus membayar denda tilang terlebih dahulu dan mengisi data diri,

9
nomor kendaraan, nomor HP dan Email. Ini bisa juga untuk jadi acuan apabila
nama dan alamat yang tertera di dalam STNK pemilik kendaraan sebelumnya yang
dijual tidak diketahui pada siapa yang memiliki kendaraannya sekarang. Besaran
pembayaran denda tilang adalah sesuai dengan tingkat kesalahan pelanggar,
misalnya terdapat pelanggar yang melakukan pelanggaran tidak mengenakan helm
maka akan dikenakan denda tilang sebesar Rp. 50.000,00.

2. Kendala Dalam Pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di Wilayah


Hukum Kota Semarang dan Upaya Mengatasi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Baur Tilang Polsek Semarang Barat Bripka
Riyo Sasongko menyampaikan bahwa kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam
melaksanakan ETLE, yaitu : 11
1. Sarana Kurang Maksimal.
Dalam pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum Kota
Semarang terdapat kendala sarana prasarana dalam pelaksanaan kurang maksimal. Dalam
pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang
tercatat mempunyai sebanyak 128 unit CCTV. Namun dari sebanyak 128 unit CCTV
tersebut, hanya 4 yang difungsikan. Maka dari itu dilihat dari sarana dan prasarana yang
kurang maksimal, maka pelaksanaanya juga belum maksimal. Mengingat bahwa luas
wilayah Kota Semarang mencapai 373,7 ha dan dengan jumlah penduduk sebanyak
1,668,578 jiwa, maka tidaklah mungkin dengan 4 unit CCTV mampu menjangkaunya.
Sehubungan dengan kendala pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di
wilayah hukum Kota Semarang berupa sarana dan prasarana yang kurang maksimal,
maka dalam hal ini dapat dilakukan upaya mengatasinya dengan cara memperluas
wilayah pengoperasian dengan menggunakan CCTV diberbagai wilayah yang terpasang,
tidak hanya 4 unit CCTV saja, diusahakan 128 unit CCTV difungsikan secara maksimal.
2. Kendaraan Pelanggar Sudah Berpindah Kepemilikan.
Selain kendala sarana dan prasarana yang kurang maksimal, dalam pelaksanaan
Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang terdapat juga
kendala berupa kendaraan pelanggar yang dikendarai pada saat melakukan pelanggaran,
sudah berpindah kepemilikan atau diperjual-belikan, maka sewaktu dikirimi surat
11
Bripka Riyo Sasongko, Baur Tilang Polsek Semarang Barat, Wawancara (Semarang, 14
Januari 2020)

10
konfirmasi oleh petugas kepolisian sesuai alamat yang tertera dalam STNK tidak
ditemukan. Dan pemilik kendaraan yang baru tidak tahu jika STNK kendaraanya diblokir
oleh petugas.
Sehubungan dengan kendala pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di
wilayah hukum Kota Semarang berupa kendaraan pelanggar sudah berpindah kepemilikan
atau diperjual-belikan, maka dalam hal ini dapat dilakukan upaya mengatasinya dengan
cara memberitahukan kepada pemilik baru bahwa kendaraan atas nama STNK tersebut
telah melakukan pelanggaran lalu lintas. Pemberitahuan ini disampaikan kepada pemilik
baru pada saat melakukan pembayaran pajak tahunan kendaraan bermotor. Hal ini
dibenarkan oleh Sandy Nuswanto sewaktu membayar pajak di samsat Semarang 3 di jalan
Hanoman Raya No. 2 Krapyak, Kec. Semarang Barat, Kota semarang.
3. Kendaraan Pelanggar Belum dibalik Nama.
Selain kendala sarana dan prasarana kurang maksimal, kendaraan sudah berpindah
kepemilikan atau sudah diperjual belikan, terdapat kendala lagi dalam pelaksanaan
Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang yaitu kendaraan
pelanggar belum dibalik nama. Apabila kendaraan pelanggar belum dibalik nama, ini
menyebabkan dalam proses pengiriman surat konfirmasi kepada pelanggar lalu lintas yang
merupakan pemilik kendaraan yang baru tidak tersampaikan, karena pihak petugas
kepolisian akan mengirim surat konfirmasi pelanggaran kepada atas nama STNK.
Sedangkan jangka waktu untuk melakukan konfirmasi maksimal 4 hari setelah surat
dikirim kepada pelanggar. Setelah 4 hari tidak konfirmasi maka akan dilakukan
pemblokiran Artinya bahwa pemilik kendaraan yang baru dalam hal ini tidak mengetahui
bahwa kendaraan yang baru dibelinya tersebut telah diblokir oleh petugas.
Sehubungan dengan kendala pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di
wilayah hukum Kota Semarang berupa kendaraan pelanggar lalu lintas belum dibalik
nama, maka dalam hal ini dapat dilakukan upaya mengatasinya dengan cara mewajibkan
pemilik kendaraan yang baru untuk melakukan balik nama kendaraan bermotor tersebut.
Pemberitahuan dilakukan pada saat pemilik kendaraan yang baru membayar pajak
tahunan kendaraan bermotor. Pemilik kendaraan bermotor yang baru selanjutnya akan
diberitahu untuk melakukan pengisian data diri, nomor kendaraan, nomor HP dan Email,
sebagai pengganti informasi bila pembawa STNK yang baru belum dibalik nama.
4. Kendaraan Bodong

11
Kendala dalam pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum
Kota Semarang selanjutnya adalah kendaraan bodong. Kendaraan bodong adalah
kendaraan yang tidak memiliki dokumen yang sah. Kendaraan bodong ini dapat dikenali
dari plat nomor kendaraannya. Ketika pelanggar melakukan pelanggaran lalu lintas, maka
CCTV dapat merekam plat nomor, selanjutnya akan diidentifikasi melalui SRC. Apabila
tidak bisa diidentifikasi artinya kendaraan tersebut tidak terdaftar, dan kendaraan tersebut
dinyatakan bodong.
Sehubungan dengan kendala dalam pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement
di wilayah hukum Kota Semarang berupa kendaraan bodong atau kendaraan tidak
memiliki kelengkapan dokumen yang sah, maka dalam hal ini dapat dilakukan upaya
mengatasinya dengan cara melakukan operasi razia di jalan raya, seperti halnya Operasi
patuh candi, Operasi lilin dan lain sebagainya. Dalam operasi ini nantinya akan diperiksa
surat-surat kelengklapan dokumen kepemilikan kendaraan bermotor.
5. Pelanggar Tidak Konfirmasi Kepada Petugas.
Kendala pelaksanaan Electronic Traffic Law Enforcement di wilayah hukum Kota
Semarang selanjutnya adalah pelanggar tidak melakukan konfirmasi kepada petugas.
Ketika pelanggar melakukan pelanggaran lalu lintas, sebagian besar pelanggar yang sudah
dikirimi surat konfirmasi, tidak segera konfirmasi dengan petugas, baik memalui SMS
atau WhatsApp, maupun datang langsung ke pos patwal simpang lima. Keterlambatan
konfirmasi para pelanggar dikarenakan, masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui keberadaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah hukum Kota
Semarang. Hal ini dibenarkan oleh keterangan dari salah satu pelanggar lalu lintas Bapak
Mugi Marjoko yang menyatakan bahwa, “awalnya saya kaget dan tidak tahu, saya
mendapat surat dari kantor pos yang isinya dari kepolisian, ternyata surat itu berisi bukti-
bukti pelanggaran yang saya lakukan, spion saya cuma satu yang terpasang, menurut saya
ini lebih baik daripada saya dikejar oleh pak polisi, biasanya minta damai ditempat atau
pungli.”12

G. Penutup
1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

12
Mugi Marjoko, alamat Perum Korpri Sambiroto Asri Barat 1 No.210 RT06/08 Kelurahan
Sambiroto, Wawancara (Semarang, 16 Januari 2020)

12
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah hukum Kota Semarang
dilaksanakan oleh Satlantas berdasarkan Perma No. 12 Tahun 206 dengan meliputi 10
tahapan yaitu : Pertama, Pemasangan CCTV; kedua, Perekaman data pelanggar; ketiga,
Identifikasi SRC; keempat, Pengiriman surat; kelima, Penyampaian surat; keenam,
Konfirmasi; ketujuh, Klarifikasi; kedelapan, Pemberian surat tilang dan kode BRIVA;
kesembilan, Pemblokiran STNK; kesepuluh, Pembayaran denda tilang. Untuk wilayah
hukum Kota Semarang, terdapat kenaikan pelanggaran yaitu pada tahun 2018 sebanyak
8.000 menjadi 11.196 di tahun 2019, yang disebabkan karena perluasan daerah operasi.
2. Kendala dalam pelaksanaan Electronic Traffict Law Enforcement di wilayah hukum Kota
Semarang meliputi 5 hal : pertama, Sarana kurang maksimal, dalam hal ini dapat
diupayakan, pengoperasian CCTV diperluas dari sebelumnya hanya 4 titik, bisa diperluas
sampai semaksimal mungkin; kedua, kendaraan pelanggar sudah diperjual belikan dan
tidak segera dibalik nama, dalam hal ini dapat di upayakan dengan cara nanti sewaktu
pembayaran pajak akan diberitahu jika STNK kendaraan yang dipunyai pemilik
kendaraan yang baru telah diblokir dan dianjurkan untuk segera balik nama; ketiga,
system ETLE di wilayah hukum Kota Semarang masih ditujukan untuk plat nomor H
semarang saja, dalam hal ini dapat diupayakan untuk sistem penganalisaan CCTV dapat
diperluas agar pelanggar diluar Kota Semarang bisa ditertibkan; keempat, motor bodong,
dalam hal ini belum dapat diupayakan; kelima, pelanggar tidak konfirmasi kepada petugas
dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang tata cara atau alur
penyelesaian ETLE.
2. Saran
Sistem ETLE mampu efektif apabila 3 elemen ini diperhatikan, agar system ini benar-
benar berfungsi secara efektif, berikut saran-saran dari penulis :
1. Saran untuk Aparat Kepolisian
Aparat kepolisian sebagai penegak hukum terkhusus pada polisi lalu lintas memiliki
sikap implementor cukup baik, ditandai dengan kesiapan dan komitmen kepolisian
terhadap kebijakan ETLE, serta kesadaran untuk menegakkan hukum secara
professional, modern, dan terpercaya tanpa adanya pemikiran untuk melakukan
kecurangan dengan menawarkan ataupun menerima suap dari pelanggar lalu lintas.
Selain itu pihak aparat kepolisian diharapkan mampu dalam menguasai teknologi dan
komunikasi di era modernisasi ini, karena akan banyak proses penegakan hukum

13
terkhusus penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas yang menggunakan teknologi
komunikasi di era ini.
2. Saran untuk Masyarakat
Masyarakat sebagai komponen penting dalam mematuhi serta tunduk akan peraturan-
peraturan yang ada hendaknya masyarakat tidak lagi melakukan pelanggaran lalu lintas
dan menaati peraturan-perturan lalu lintas dan apabila melanggar lalu lintas harus
bertanggung jawab dan mematuhi segala proses dari sistem ETLE tersebut.
3. Saran untuk Pemerintah
Pemerintah harus memiliki kesadaran untuk meningkatkan kualitas aparat kepolisian
sebagai penegak hukum dengan melakukan pembinaan perbaikan kualiatas sehingga
polisi lalu lintas mampu menjalankan visi nya sendiri yaitu Profesional, Modern, dan
Transparan. Selain itu pemerintah juga harus melakukan sosialisasi yang masif seperti
melakukan sosialisasi lewat media komunikasi publik baik cetak maupun elektronik
contohnya layanan iklan di televisi, media sosial, majalah berita, dan lain sebagainya
agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak paham dengan penyelesaian perkara
pelanggaran lalu lintas melalu sistem ETLE ini sehingga tidak ada kendala dalam
pelaksanaannya, dan pemerintah juga mampu untuk menyediakan sarana atau fasilitas
yang maksimal dalam hal ini server pusat yang sering menjadi kendala..

DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Djajoesman , H.S, Polisi dan Lalu Lintas. Jakarta: Dinas Hukum Polri, 1976.
Hanitijo Soemitro, Ronny. Metode Penelitian Hukum dan Yumetri. Ghalia : Jakarta 2014.
Kahmad, Dadang. Metode Penelitian Hukum. CV. Pustaka Setia : Bandung, 2000.
M Amirin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta,
1995
Moelong. Metodologi Penelitian Hukum. Ghalia Ilmu : Bandung, 2016.
SB, Danang, Budaya Tertib lalu lintas. Jakarta : PT sarana bangun pustaka, 2011.
Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press : Jakarta, 2010.

Undang-Undang :
Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta, 2009.

14
Secretariat Mahkamah Agung RI. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas
Berbasis Elektronik. Jakarta , 2016.

Internet :
Mrmspeed, Alur Prosedur Tilang Slip Biru (https://rpmsuper.com/alur-prosedur-tilang-slip-
biru/)
Muchlisin Riadi, Pungutan liar (https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pungutan-liar-
pungli.html)
https://www.youtube.com/watch?v=s-_LaogiCKM, Brigjen Pol. Dr. chrysnanda DL. Msi

Wawancara :

Briptu Musita, Bamin Tilang Satlantas Polrestabes Semarang Polsek Semarang Barat,
Wawancara (Semarang, 14 Januari 2020)
AKBP Yuswanto Ardi, Kasatlantas Polrestabes Semarang, Wawancara (Semarang, 14
Januari 2020)
Bripka Riyo Sasongko, Baur Tilang Polsek Semarang Barat, Wawancara (Semarang, 14
Januari 2020)
Mugi Marjoko, alamat Perum Korpri Sambiroto Asri Barat 1 No.210 RT06/08 Kelurahan
Sambiroto, Wawancara (Semarang, 16 Januari 2020)

15

You might also like