Professional Documents
Culture Documents
Sampel Jurnal Adma Susila
Sampel Jurnal Adma Susila
(Email: rifki.yuditya@yahoo.com)
(Correspending Author)
Abstract
Decency crimes are interpreted as an act that violates courtesy, politeness, order, customs which can
result in the creator being convicted. A Military who commits a crime other than being enforced by the
Criminal Procedure Code also applies the KUHP because the KUHPM is a specialist lex from the
KUHP. The moin prblem in this research is How is the application of Article 281 of the KUHP with
the principle of Lex Specialis Generali Deregate about decency crimes committed by the Military ?,
Can criminal penalties be applied to members of the military who commit decency crimes ?. Type of
normative juridical law research. Basically the Criminal Procedure Code is a legal provision that
regulates a military about which actions constitute a violation or crime or is a prohibition or necessity
and is given a threat in the form of criminal sanctions against violators. The imposition of punishment
for the military that commits a crime is the existence of an additional criminal which is military in
nature. And in that case whether criminal offenses can be applied to members of the military who
commit decency acts. The reasons for the existence of the KUHPM are lex specialis of the KUHP even
though in the KUHP as stipulated in Article 52 concerning the weighting of criminal threats, the
criminal threat stipulated in the KUHP is still felt to not fulfill a sense of justice for TNI members.
Therefore, it needs to be regulated in the KUHPM specifically to regulate specific matters.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara hukum, kalimat tersebut tertuang
didalam bunyi Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Rupeblik Indonesia
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
Tahun 1945. Oleh sebab itu menjadi masyarakat Indonesia yang taat dan baik oleh
peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah, wajib tunduk terhadap Undang-
undang atau peraturann yang berlaku di Negara Republik Indonesia. 1) Pada Negara
hukum, kedaulatan hukum harus ditegakkan dan dijalankan dengan benar dan
baik. Hukum adalah suatu bagian yang sangat penting didalam
mengimplementasikan suatu rangkean kekausaan kelembaggaan, Hukuum juga
harus memiliki tugass unttuk menjamiin adaanya kepastiian huukum didalam
masyarakaat. 0leh krena ituu stiap msyarat mempunyai hak utuk mendapatkan
pembellaan didepann huukum seehingga dpat diartiikan bhwa huukum adaalah
praturan aatau ktentuan-ktentuan tidak trtulis mauupun trtulis yg
dapat mengklasifikasikan atau mngatur khidupan msyarakat daan mnyediakan
sanksi bgi pelaanggarnye. Karena huukum dapat melahirkan suate geejala
unversal, dlam artii bhwa huukum ituu diseluruh bngsa dan Negaraa akaan slalu
aada daan dperlukan. 2 ) Tidak terkecuali Negara Indonesia. Hal ini berarti baik
anggota masyarakat maupuun apaarat plaksana pemerintahan, hrus tunnduk dan
tdak boyeh mnyimpang daari huukum yg brlaku dii Negara Indonesiaa. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan ketertiban, keamanan, dan kesejahteraan
didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang baik.
Setiaap wrga Negaraa mmpunyai derajat yg sama di mata hukuum seperti
yg dirumuskan didalam Pasal 27 Ayat (I) Undang-Undang Dasar Negara Repoblik
Indonesia tahun 1945 yaitu “segala warga Negara Indonesia bersaamaan
kedudukannya atau derajatnya didalam hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
1)
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitiusi, (Jakarta: Sekretariiat Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI,
2010), hal. 5.
2)
Romli Atmasasmiita, Azas-azas Prbandingan Hukumm Pdana, (Jakarta: Yayasan
Lmbaga Bantuan Hukum Indonesia, 1989), haI 39.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
3)
Indonesia, Undang-Udang Dasar Negara Rpublik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat (I).
4)
Moch Kusnardii dan Biintan R Saragiih, Ilmu Negara (Jakarta: Gaya Media Pratama,1993)
hal 91.
5)
Op.cit., pasal 24 ayat (1) dan (2).
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
6)
Moch. Faiisal Sallam, Peradilan Militer Di Indonesia, (Bandung, Mandar Maju, 2004)
hal. 79-80.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
7)
S.R. Siianturi, Hukum Piidana Miiliter Di Indonesia, (Jakarta: Alumnii AHEM-
PETEHAEM, 1985), hal. 21-28.
8)
Tri Andriisman, Azas-Azas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia. (Laampung:
Universiitas Lampuung, 2009), hal. 17.
9)
Bagiir Manaan, Hukum Positiff Indonesia. (Yogyakartan: UII PRESS 2004) hal. 56.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
10)
Sudiikno Mertokusuumo, Mwngenal Hukum: Suuatu Pengantarr, (Yogyakartans:
Liiberty,1999) hal. 144.
11)
Moch Faisal Sallam, Op.Cit., hal. 59.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
hukumannya, karena oknum tersebut telah merusak nama baik atau cirtaa TNI di
mata masyarakat.
Seperti yang diketahui pada sidang yang digelar di PENGADIILAN
MILITER II -09 BANDUNGG Nomor : 127-K/PM.II-09/AD/VIII/ 2017
menyatakaan tuntutan Oditur militer yaitu menjerat Terdakwa telah terrbukti
sacara saah dan mayakinkan brsalah memperbuat tiindak pidanaa : “Baraang
siapaa dngan sangaja daan trbuka malanggar ksusilaan” sbagaimana diiatur dann
deancam dngan piidana menurutt PasaI 281 ke-I KUHP. 0leh karenenya Odiitur
Militeer mohonn ager Trdakwa dejatuhi piidana panjara selame 7 (tujuh) bulaan.
Dikurangkan slama brada dalem tahanan smentara. Menimbang tuntutan oditur
militer serta bukti-bukti yang diajukan oditur militer maka majelis hakim
Memiidana Trdakwa oleeh sebab ituu dngan piidana pnjara selame 4 (empatt)
bulaan daan 20 (dua puyuh) harii manetapkan salama Trdakwa barada dalem
penahanan smentara perlu dikurangkann sluruhnya darii pedana yg dijatuhkaan.
Pemberatan pemidanaan untuk seorang anggota atau prajuriit militeer yg
malakukan tiindak pidanaa adalah adanya pidanaa tambahan yg bersifat
kemiliteran. Dan dalamm kasus tersebut apakah pemberatan pidana dapat
diterapkan kepada anggota militer yang melakukan tindak pidana asusila. Alasan-
alasan mengenai adanya KUHPM merupakan lex specialis dari KUHP wallaupun
diidalam KUHP sbagaimana sudah diaturr diidalem PasaI 52 mengenai
pmberatan ancamen piidana, ancamen pidanaa yg diaturr didalem KUHP trsebut
masiih derasakan belom mamenuhi rase keadiilan bagi anggota TNI. Oleeh
sebaab ituu perluu diaturr diidalem KUHPM sacara khussus untuk mngatur hal-
hel yg bersiffat khussus. Pengertian khusus maksudnya ialah hanya berlaku untuk
Anggota atau Prajurit Militer saja dan didalam keadaan tertentu pula.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan Pasal 281 KUHP dengan adanya asas Lex Specialis
Derogat Legi Generali tentang tindak pidana asusila yang dilakukan oleh
Militer?
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
12)
Muktii Fajarr dan Yuliantoo Achmad, Dualiisme Peneliitian Hukum Normatiff dan
Empiriss, Cetakan ke-1, (Yogyakarte: Pustaka Pelajarr, 2010), hal. 34.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
13)
Soerjoono Soekantoo, Pengantarr Peneliitian Hukum, Cetakan ke-3 (Jakartans:
Uniiversitas Indonesiia, 2010), hal. 143.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
bulaan dann 20 (doa puluh) harii mnetapkan salama Trdakwa brada dalem
penahanan smentara perlu diikurangkan sluruhnya darii pidanna yg dijatuhken.
B. Dakwaan
Bahwa tindakk pidana asusila yg diidakwakan oleeh Odiitur Miliiter
disusun dalem bentuk dakwaann tuunggal mngandung unsure-unssur sbagai
beriikut : Unsurr kesautu : “Barangg siiapa”
Yeng dmaksud dngan baraang siiapa mnurut UU ialah stiap oraang yg
tundukk paada prundang-udangan RI (dalem hall inii PasaI 2,5,7 daan 8 KUHP)
trmasuk juuga dirii sii Pelakuu/Trdakwa sebagai anggota TNI.
Unsurr kadua: “Dngan sngaja daan terbuka melanggar kesusilaan”
Yang dmaksud kata-kata dngan sangaja adalah mrupakan salah satu bntuk
kesalahan darii si Pelaku. Oditur Militer brpendapat, bahwaa prbuatan Trdakwa
Prada Choirul Fatikin trsebut telaah cuukup mamenuhi unsure-unsur tiindak
piidana yg trcantum dalem: PasaI 281 ke -1 KUHP.
C. Tuntutan
Tuntutann piidana (Requisitor) Odituer Miliiter yg diajuken kpada
Majeliis Haakim yg padaa pokokknya Odiitur Miliiter mnyatakan bahhwa:
a. Trdakwa telah terbuktii sacara saah dan myakinkan brsalah malakukan
tindaak pidaana: “Dngan sngaja daan trbuka malanggar ksusilaan”,
sebagaemana diaturr daan diancem dngan piidana mnurut PasaI 281
ka-I KUHP.
b. Oleeh karenannya Odiitur Militeer mohonn ager trdakwa dijatuhii
pidanaa pnjara slama 7 (tujuh) bulann. Dikurangkan slama brada
dalem tahanan sementarra.
c. Menetapkan agar barang buktii yg diajuukan oleeh Odiitur Militter
dalem prsidangan iini brupa suraet-suurat :
1) 1 (satuu) leembar foto HP Oppo.
2) 1 (satu) lembar foto kamarNo.C6 Hotel Pusaka Mulya.
Barang : 1 (satu) buah HP merk Oppo.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
brhubungan dngan naffsu biirahi oraang laiin. Dengan demikian unsur ka duua
“Dngan sngaja daan trbuka Melangger kessusiilaan“ telaah terpenuhii.
Baahwa oleeh kareena smua unsure-unsure daakwaan Oditur Militer
teelah trpenuhi, Majeliis Hakiim brpendapat daakwaan Odiitur Miiliter teelah
trbukti scara sah daan mayakinkan.
Sbelum Majeliis Hakiim mnjatuhkan pidaana ataas diiri Trdakwa dalem
prkara iini perrlu trlebih dahuulu mamperhatikan haal-haal yg maringankan
dann mamberatkan piidananya yaiitu :
Hall-hall yg meriingankan :
a. Trdakwa barterus teerang mangakui ksalahannya sahingga
mamperlancar jaalannya prsidangan.
b. Trdakwa belom prnah diihukum; dan
c. Trdakwa merasa mnyesal daan brjanji tiidak akann meengulangi lagii
atas perbuaatannye.
Hall-haal yg mamberatkan :
a. Prbuatan Trdakwa telah marusak citraa TNI di mata masyaraakat.
b. Prbuatan Trdakwa brtentangan dngan Saptaa Maarga dan Sumpahh
Prajuriit serta 8 wajiib TNI pada butir 3.
c. Terdakwa tidak mau menikahi Saksi-1.
E. Putusan Hakim
Dengan berbagai pertimbangan seperti tersebut di atas, maka Majeliis Hakiim
Pngadilan Miliiter II-09 Bandung mnjatuhkan piidana, sebagaii berikut:
1. Manyatakan Trdakwa trsebut dii atas yaituu : Choirul Fatikin, Prada NRP
3114061860994 trbukti sacara saah dann myakinkan brsalah mlakukan
tindaak piidana : “ Dngan sengaaja daan trbuka mlanggar kesusiilaan“.
2. Memiidana trdakwa oleeh krena iutu dngan piidana pnjara salama 4 (empat)
bulann dan 20 (doa puluuh) harii mnetapkan salama Trdakwa barada dalem
penahanan sementara harus dikuraangkan sluruhnya darii pidanaa yg
dijatuhken.
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
14)
Peneliti, wawancara dengan Budi Prasetyo, selaku Dosen Universitas Tarumanagara,
(Jakarta, 18 Oktober 2018).
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
15)
Peneliti, wawancara dengan Salmon Balubun, selaku Oditur Militer, (Jakarta, 2
November 2018).
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
besar TNI, dan dapat diberi sanksi tegas atau pidana tambahan yaitu
pemberhentian atau dipecat dari Dinas Militer.
3. Lettu Satiman S.H., M.H. selaku Panitera Pengadilan Militer II-0816)
Berdasarkan wawancara penulis dengan Satiman S.H., M.H. selaku
Panitera Pengadilan Militer II-08 yang mewakili Hakim Pengadilan Militer
Jakarta II-08 berpendapat bahwa Azas Lexx Specialiis Derogatt Legii Generalii
sebenarnya dpat tetap dgunakan tetapi hanya ancaman hukumannya saja, karena
pelaku seorang anggota TNI, dan juga hukuman didalam KUHP dan KUHPM
sangat berbeda jadi KUHPM dapat digunakan. Pada dasarnya tindak pidana
asusila merupakan delik aduaan, yang mana ada penuntutan jika ada
pengaduan. Sehingga jika prajurit TNI tertangkap melakukan kejahatan asusila
hal itu didasari dengan adanya pengaduan dari pihak yang dirugikan. Pada
KUHPM tidak diatur mengenai tindak pidana asusila tersebut, maka karena
sebab itulah digunakan Pasal 281 KUHP. Namun pada banyak kasus asusila
yang dilakukan oleh anggota TNI, Oditur militer selaku jaksa penuntut umum
seringkali mendakwakan dengan dua pasal yaitu selain digunakan Pasal 281
KUHP karena melakukan tindak pidana asusila di tempat umum, Oditur juga
menggunakan Pasal 284 KUHP. Oditur mendakwakan Pasal 284 KUHP
dikarenakan subyeknya adalah keluarga besar TNI sehingga harus dipecat. Hal
itu untuk melindungi pihak yang dirugikan.
Satiman S.H., M.H. juga berpendapat bahwa anggota TNI yang
melakukan tindak pidana asusila hukumannya dapat diperberat. Bentuk
pemberatan pidana yang didapat oleh anggota TNI yg mlakukan tiindak piidana
ialah berupaa pemecetan atau pemberhentian darii dinass miliiter jika perbuatan
yang dilakukannya itu melibatkan keluarga besar TNI. Tetapi tujuaan
pmidanaan trsebut jugaa kuraang dpat digunakan dalem pnjatuhan piidana
taambahan pemecaatan darii dinnas miliiter. Pidanaa tambehan trsebut bahkan
16)
Peneliti, wawancara dengan Satiman, selaku Panitera Pengadilan Militer II-08,
(Jakarta, 8 November 2018).
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
17)
Peneliti, wawancara dengan Agus Pambudi, selaku Hakim Pengadilan Negeri, (Jakarta,
21 Desember 2018).
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
G. Analisis
Hukum pidana dapat dibedakan atau dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu hukum pidane matariil dann hukumm piidana formel. Hukumm piidana
materil mmuat peratura-peraturan yg mnetapkan daan mrumuskan prbuatan
prbuatan yg dpat dipiidana, aturran-aturan yg meemuat syaret-syerat guna dpat
mnjatuhkan hukuman pidane daan ktentuan mngenai piidana yg dpat
dijatuhkann. Sedangkan hukuum piidana formill yaitu hukum yg mngatur
mngenai plaksanaan hukum pidanaa materiil yang terdiri dari rangkaian proses
beracara dalem system peradilan pidana yang dimulai dari penyelidikan hingga
putusan pengadilan. Anggota militer atau terdakwa yang bernama Choirul
Fatikin, didakwakan dan diputus dengan Pasal 281 KUHP tentang Tindak
Pidana Asusila, padahal terdakwa adalah seorang anggota militer. Hal tersebut
terlihat bertentangan dengan azas Lex Specialiis Derogaat Legii Generalii.
Azas dengan artii aturaan hukumm yg bersifat khususs mengesampingkan
aturann hukum yg bersifat umume, maka sudah seharusnya diterapkan
sebagaimana mestinya, tidak samar-samar. Hal ini dikarenakan asas merupakan
suatu dasar, nilai, cite-cita atau pikiran ideal yang melalatarbelakangi
terbentuknya norma atau aturan hukum yang jelas atau konkrit dan bersifet
umum atau abstrack.
Dalam kasus yang dianalisis ini penulis merasa azas Lex Specialiis
Derogaat Legii Generalii memang belum dpat dgunakan krena didalam
KUHPM itu sendiri belum mengatur mengenai tindak pidana asusila, walaupun
militer merupakan Lex Specialis atau kekhususan tetapi tetap mengacu pada
induk yaitu KUHP. Kecuali pada tindak pidana khusus yang diatur secara
tersendiri pada KUHPM. Seharusnya dibuatkan aturan baru mengenai tentang
tindak pidana asusila didalam KUHPM supaya membentuk suatu aturann
hukumm yg jelaas. Karena adae bberapa prinsiip yg haruss diiperhatikan
daalam azas Lex specialiis dorrogat legi generaliis:
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
Karena ada baberapa prinsiip yg haruss sangat dperhatikan dalm azas Lex
specialiis derogaat legii generaliis:
a. Ktentuan-ktentuan yg diketahui atau didapeti dalem aturaan hukumm
umumm tetep brlaku, kecualii yg diiatur khususs dalamm aturann
hukuum khussus trsebut.
b. Ktentuan-ktentuan lex specialiis haruss setara dngan ktentuan-
ktentuan lex generaliis (undang-udang dngan undang-udang).
c. Ktentuan-ktentuan lex specialiis haruss ada dan beradaa didalam
lingkungaan hukumm (reziim) yg sama dngan lex generaliis.
Unndang-undang 31 Thn 1997 Tentang Peradilan Militer sebagai
pengganti KUHAP tetap digunakan karena pelaku adalah anggota TNI dan juga
harus diadili dilingkungan Peradilan Militer. Dalam hal ini sebenarnya hanya
ancaman hukumannya saja yang diatur secara Lex Specialis, karena pelaku
merupakan seorang anggota militer, dan didalam KUHP dan KUHPM ancaman
hukumannya sangat berbeda.
2. Pemberatan pidana dapat diterapkan kepada anggota militer yang
melakukan tindak pidana asusila jika melibatkan keluarga besar TNI dan
pemberatan pidana juga dapat diterapkan jika sudah sesuai dengan
Undang-udang yang mngatur tntang 3 (tigaa) dasaar yg mnyebabkan
dperberatnya pidanaa berdasarkan Pasal 52 KUHP.
B. Saran
Menurut penulis saran yang dapat diberikan untuk permasalahan ini
adalah bahwa pemerintah dan badan militer harus mengawasi dengan ketat agar
para anggota militer tidak melanggar norma-norma hukum yang dapat
merugikan dirinya dan badan militer itu sendiri, serta tetap menegakan aturan-
tauran atau peraturan-peraturan yang sudah telah ditetapkan atau diterapkan
oleh pemerintah di dalam KUHPM dan KUHP, dan juga menambah aturan-
aturan yang belum ada di dalam KUHPM terkait dengan pelanggaran asusila
yang di lakukan oleh anggota militer agar asas lex specialis derogat lex
Rifki Yuditya Saputra & Sugandi Ishak
PENERAPAN PASAL 281 KUHP TENTANG
TINDAK PIDANA ASUSILA YANG DILAKUKAN
OLEH MILITER (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN
MILITER NOMOR 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017)
C. Putusan Pengadilan
Indonesia. Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-09/AD/VIII/2017.
D. Wawancara
Peneliti. Wawancara, dengan Bapak Budi Prasetyo, selaku Dosen Universitas
Tarumanagara Pada Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-
09/AD/VIII/2017. (Jakarta, 18 Oktober 2018).
______. Wawancara, dengan Bapak Salmon Balubun, selaku Oditur Militer,
Pada Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-
09/AD/VIII/2017. (Jakarta, 2 November 2018).
______. Wawancara, dengan Bapak Satiman, selaku Panitera Pengadilan
Militer II-08, Pada Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-
09/AD/VIII/2017. (Jakarta, 8 November 2018)
______. Wawancara, dengan Bapak Agus Pambudi, selaku Hakim Pengadilan
Negeri, Pada Putusan Pengadilan Militer Nomor 127-K/PM.II-
09/AD/VIII/2017. (Jakarta, 21 Desember 2018).