You are on page 1of 15

ANALISIS YURIDIS PENEMBAKAN OLEH POLISI TERHADAP PELAKU YANG

DIDUGA MELAKUKAN TINDAK PIDANA DIKAITKAN DENGAN


ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH

Oleh : Tabah Santoso


Pembimbing 1 : Dr. Erdianto Effendi, S.H., M.Hum
Pembimbing 2 : Dr. Mexsasai Indra, S.H, M.H.
Alamat : Jl. Sentosa, Kelurahan Tangkerang Utara, Pekanbaru
Email : thabs20yondaime@gmail.com - Telepon : +62853 5552 7897

ABSTRACT

Indonesian National Police (INP) is in the Indonesian National Police, which is


responsible directly under the President. The Police carry out policing duties throughout
Indonesia. Article 18 paragraph (1) of Law No. 2 of 2002 on the Indonesian National Police
provides: "public interest Indonesian National Police officers in carrying out its duties and
powers can act according to his own judgment". One form of police discretion is often done in
the field is in a shoot action against the suspect. Entry shoot on sight against the suspect is
situational, ie based on the principle of proportionality in the prevention of violence and
firearms should be applied at the time specified by the state police in dealing with individual
cases, so that individual action is required pula.Asas presumption of innocence (presumption
of innocence) referred to in Article 8 of Law No. 48 Year 2009 on Judicial Power, and also in
the general explanation point 3c Criminal Procedure Code, which reads: "Any person
suspected, arrested, detained, prosecuted, and / or confronted in the face of the trial court shall
be presumed innocent until a court ruling that declared faults and permanent legal power.
In practice, investigators action in arresting set out in Article 18 of the Criminal
Procedure Code is too excessive and often blamed as a violation HAM.maka the objectives of
this study are: First, to determine a violation of the presumption of innocence or not done by
the police in practice fire on suspected perpetrators of criminal acts, Second, to determine the
responsibility of the police officers who violated procedures in fire on suspected perpetrators
of criminal acts. So the author believes that, first it is necessary no specific rules regarding the
use of force by the police, so that an act committed by the police there are clear rules and
there is also a basic standard of how the use of force does not violate the Human Rights.
Second, the police are expected to provide measures sanctions against members of the police
who use firearms are not in accordance with the Regulation No. 1 of 2009, and the police
institution should enforce the principle of transparency, the officers who commit violations
should not be defended, just for the sake of the integrity and reputation of the institution, the
police would have the heart to violate human rights , especially when officials violate the
presumption of innocence.

Keywords: Police Use of Force - Principle of Presumption of Innocence - Human Rights -


Justice

1
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
A. Pendahuluan Dimulai dari proses penyelidikan terhadap
Lahirnya Kitab Undang-Undang adanya dugaan pelanggaran, hingga
Hukum Acara Pidana (KUHAP) Indonesia berakhir yakni dalam proses melaksanakan
dilandasi oleh latar belakang untuk putusan pengadilan tentang pidana atau
menghormati hak asasi manusia sebagai tindakan yang harus dilaksanakan oleh
pengganti Herziene Inlandsche Reglement terdakwa.
(HIR) yang merupakan warisan Hindia Sistem peradilan pidana (criminal
Belanda. Berdasarkan Pasal II Aturan justice system) pada dasarnya terbentuk
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai bagian dari upaya negara untuk
tidak hanya HIR yang ingin diganti, namun melindungi warga masyarakat dari bentuk-
seluruh peraturan perundang-undangan bentuk perilaku sosial yang ditetapkan
yang berlaku pada masa Kolonial Belanda. secara hukum sebagai kejahatan.
Menurut Pasal 2 KUHAP Undang- Disamping itu, sistem tersebut juga
undang ini berlaku untuk melaksanakan tata dibentuk sebagai sarana untuk
cara peradilan dalam lingkungan peradilan melembagakan pengendalian sosial negara.3
umum pada semua tingkat peradilan. Ikhtiar memberikan perlindungan terhadap
Mengenai pasal ini dijelaskan hal-hal masyarakat melalui sistem peradilan pidana
sebagai berikut:1 merupakan rangkaian dari kegiatan
a. Ruang lingkup undang-undang ini instansional kepolisian, kejaksaan,
mengikuti asas-asas yang dianut oleh pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan.
hukum pidana indonesia. Sub sistem peradilan pidana
b. Yang dimaksud peradilan umum Indonesia salah satunya adalah kepolisian.
termasuk pengkhususannya sebagai- Polisi Negara Republik Indonesia (POLRI)
mana tercantum dalam penjelasan adalah Kepolisian Nasional di Indonesia,
Pasal 10 ayat (1) alinea terakhir yang bertanggungjawab langsung di bawah
Undang-Undang Nomor 14 Tahun Presiden. Polri mengemban tugas-tugas
1970. kepolisian di seluruh wilayah Indonesia.
Hukum pidana adalah keseluruhan Kepolisian merupakan salah satu institusi
dari peraturan-peraturan yang menentukan negara yang terdepan penjaga masyarakat.
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk Di dalam Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang
ke dalam tindak pidana, serta menentukan Dasar 1945, peran Polisi saat ini adalah
hukuman apa yang dapat dijatuhkan sebagai pemelihara keamanan dan
terhadap yang melakukannya.2 Sedangkan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) juga
hukum acara pidana adalah hukum pidana sebagai aparat penegak hukum dalam
formil, terkait dengan penegakan hukum masyarakat yang berkaitan dengan hukum
pidana materil. J. M. Van Bemmelen Pidana.4
merumuskan hukum acara pidana. Ilmu Dalam menjalankan tugasnya sebagai
hukum acara pidana mempelajari penegak hukum, polisi melakukan tugas
serangkaian peraturan yang diciptakan oleh penyelidikan dan penyidikan sesuai
negara, dalam hal adanya dugaan tertuang didalam KUHAP Pasal 4 dan Pasal
dilanggarnya undang-undang pidana.
3
Mulyana W. Kusuma, Tegaknya Supremasi
Hukum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung: 2002,
1
P. A. F. Lamintang dan Theo Lamintang, hlm. 3.
4
Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan 0XNKOLV 5 ³3HUDQDQ 3ROUL 0HQDQJDQL
Hukum Pidana dan Yurisprudensi, Sinar Grafika, Demonstrasi Masyarakat dalam Pemilihan Kepala
Jakarta, 2010, hlm. 26. 'DHUDK 6HFDUD /DQJVXQJ GL ,QGRQHVLD´ $UWLNHO 3DGD
2
Zainal Asikin, Pengantar Tata Hukum Jurnal Konstitusi, BKK Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta: 2012, hlm. Riau Kerjasama dengan Mahkamah Konstitusi, Vol.
103. III, No. 2 November 2010, hlm. 126.
2
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
6, dibantu dengan pejabat pegawai negeri Pada praktiknya seringkali muncul
sipil tertentu yang diberi wewenang khusus ketidak konsistenan penafsiran bergantung
oleh undang-undang. Begitu sebagai suatu dari kepentingan pejabat penyelidik atau
instansi, bekerja sesuai dengan peraturan penyidik semata. Kemudian terbukalah
perundang-undangan di dalam sistem peluang ketentuan tersebut untuk
peradilan pidana. disalahgunakan. Sebaiknya KUHAP
Sistem peradilan pidana Indonesia memberikan penjelasan secara lebih
yang berlandaskan Undang-Undang Nomor terperinci mengenai kewenangan penyelidik
8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- dan penyidik dalam rangka mengantisipasi
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), situasi dan kondisi khusus dan
memiliki sepuluh asas salah satunya adalah: perkembangan masyarakat.
5
Asas praduga tidak bersalah (presumption Wewenang yang diberikan kepada
of innocence) disebut dalam Pasal 8 penyidik sedemikian rupa luasnya.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Bersumber atas wewenang yang diberikan
tentang Kekuasaan Kehakiman dan juga undang-undang, penyidik berhak
dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP mengurangi kebebasan dan hak asasi
\DQJ EHUEXQ\L ³6HWLDS RUDQJ \DQJ seseorang, asalkan hal tersebut masih
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, berpijak pada landasan hukum.8
dan/atau dihadapkan di muka sidang Pada praktiknya, tindakan penyidik
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah dalam melakukan penangkapan diatur di
sampai adanya putusan pengadilan yang dalam Pasal 18 KUHAP dirasa terlalu
menyatakan kesalahannya dan memperoleh berlebihan dan sering dituding sebagai
NHNXDWDQ KXNXP WHWDS´ 6 Sebagaimana bentuk pelanggaran HAM. Kasus aktual
undang-undang tersebut telah diperbaharui yang baru saja terjadi adalah penangkapan
dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun sekaligus penembakan pelaku
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. SHQ\DQGHUDDQ ³ERFDK´ 6' GL *UHVLN
Nyatalah bahwasanya setiap orang beberapa waktu yang lalu. Pelaku yang
yang melakukan perbuatan pidana harus diketahui bernama Ahmad Fuad berusia 35
dibuktikan terlebih dahulu di muka sidang Tahun ditembak mati oleh polisi pada saat
pengadilan, dengan menunjukkan bukti- drama pembebasan sandera seorang siswi
bukti terkait dengan perbuatan pidana yang kelas IV SD di Jalan Veteran, Kabupaten
dilakukan. Gresik, Jawa Timur.9
Pada tahapan penyelidikan, di dalam Pihak kepolisian mengklaim,
KUHAP kewenangan penyelidikan ada tindakan yang dilakukan terhadap pelaku
pada pejabat polisi negara sesuai dengan penyanderaan sudah sesuai prosedur dan
Pasal 4 KUHAP, sedangkan kewenangan demi menyelamatkan korban yang berada
penyidikan ada pada pejabat polisi negara dalam bahaya. Wakapolres Gresik, Kompol
dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Alfian Nurrizal mengatakan bahwa
yang syarat kepangkatannya diatur dalam ³WLQGDNDQ SHQHPEDNDQ WHUKDGDS WHUVDQJND
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun karena pelaku berusaha melawan dan
1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- berniat membunuh korbannya, sehingga
Undang Hukum Acara Pidana.7

8
M. Yahya Harahap, Op.cit, hlm. 157.
5 9
Zainal Asikin, Op.cit, hlm. 266.
6
Jur. Andi Hamzah, Op.cit, hlm. 14. http://m.okezone.com/read/2014/12/18/337/1080853
7
Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, /tembak-mati-penyandera-polisi-dinilai-tergesa-
Pembaharuan Hukum Acara Pidana, PT. Citra gesa, diakses, tanggal, 12 Februari 2015. Pukul
Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 35. 10:45 wib.
3
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
terpaksa prosedur penembakan peradilan terhadapnya belum dilaksanakan.
GLODNXNDQ´ 10 Lalu, apakah jika seseorang yang memang
Akhir-akhir ini, kasus terbaru yang diketahui sebagai penjahat boleh ditembak
tak kalah menghebohkan adalah kasus mati sebelum adanya putusan pengadilan?
³EHJDO´ \DQJ PHQMDGL WRSLN XWDPD PHGLD Apakah hal ini tidak bertentangan dengan
massa. Kasus pencurian motor yang asas praduga tidak bersalah?
dibarengi dengan kekerasan atau Hal yang serupa juga seringkali
pemberatan, sebanyak 7 orang di tahun terjadi dalam kasus terorisme, dimana
2015 telah ditembak mati oleh aparat banyak mereka yang diduga sebagai pelaku
kepolisian. Mereka yang telah ditembak teror ditembak mati oleh polisi sebelum
mati berada di berbagai tempat, yakni di adanya proses peradilan yang dapat
Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang dan membuktikan apakah mereka benar
pelabuhan Merak-Bakauheni.11 bersalah atau tidak. Di satu sisi upaya
Pada dasarnya, di dalam Peraturan penegakan hukum yang dilakukan oleh
Kapolri (Perkap) Nomor 1 Tahun 2009 penegak hukum sangat diterima baik oleh
tentang Penggunaan Kekuatan Dalam masyarakat, tidak ada muncul aksi-aksi
Tindakan Kepolisian, Pasal 3 menyebutkan penolakan. Masyarakat menganggap
prinsip-prinsip dalam menggunakan bahwasanya pelaku yang kejam dan
kekuatan dalam melakukan tindakan meresahkan ketenangan dan ketentraman
kepolisian. Di dalamnya menjelaskan enam itu wajib diperlakukan sedemikian, yaitu
poin penting dalam menggunakan kekuatan ditembak mati. Nyawa dibayar nyawa,
dalam melakukan tindakan kepolisian, salah seperti itulah istilahnya.
satunya adalah prinsip proporsionalitas. Tapi bagaimana jika pelakunya
³3URSRUVLRQDOLWDV \DQJ EHUDUWL EDKZD bukan orang tersebut, dan aparat kepolisian
penggunaan kekuatan harus dilaksanakan salah sasaran. Berbeda ceritanya, aparat
secara seimbang antara ancaman yang yang melakukan kesalahan wajib
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon bertanggungjawab secara administratif dan
anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan berikut disertai sanksi pidana. Misalnya
kerugian/korban/penderitaan yang seperti kasus korban salah tembak yang
EHUOHELKDQ´ terjadi di Sumatera Selatan, dituduh
Jika dilihat dari asas proporsionalitas penculik, 3 orang pengemudi jadi korban
tersebut dan keterangan polisi atas salah tembak. Peristiwa itu terjadi di
penembakan terhadap pelaku penyanderaan perbatasan Bayung Lincir, Musi Banyuasin-
Ahmad Fuad dan begal, prosedur Jambi, 7 Oktober 2014.12
penembakan dianggap sudah tepat, karena Salah satu dari tiga orang tersebut
selain pelaku membahayakan dan dapat tertembak di bagian kaki, selebihnya
menimbulkan korban, pelaku juga diamankan oleh kepolisian dan melarikan
melakukan perlawanan terhadap aparat diri ke hutan karena ketakutan. Setelah
kepolisian. Namun dari segi Hak Asasi diintrogasi, ternyata mereka adalah
Manusia (HAM), pelaku belum pemborong di Puskesmas Bayung Lincir,
mendapatkan keadilan karena proses mereka tidak mengindahkan tembakan
peringatan, mereka menganggap itu adalah
10 perampokan disebabkan polisi yang
http://m.okezone.com/read/2014/12/17/340/10
80575/penembakan-penyandera-siswi-sd-sesuai-
bertugas saat itu menggunakan pakaian
prosedur, diakses, tanggal, 12 Februari 2015. Pukul
12
11:00 wib. http://m.merdeka.com/peristiwa/dituduh-
11
http://m.tribunnews.com/metropolitan/2015/0 penculik-3-pengendara-mobil-jadi-korban-salah-
2/27/sudah-ada-7-begal-yang-ditembak-mati, tembak.html, diakses, tanggal, 28 Februari 2015.
diakses, tanggal, 28 Februari 2015. Pukul 21:33 wib. Pukul 23:19 wib.
4
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
preman. Apalagi saat itu mereka juga penelitian lebih lanjut, sehingga penulis
sedang membawa uang sebesar Rp. 30 memberi judul : ³$1$/,6,6 <85,',6
juta.13 PENEMBAKAN OLEH POLISI
Dan berbagai kasus pula yang serupa TERHADAP PELAKU YANG DIDUGA
yakni aparat kepolisian melakukan salah MELAKUKAN TINDAK PIDANA
sasaran, disamping kordinasi dan laporan DIKAITKAN DENGAN ASAS
dari masyarakat yang kurang jelas dan tidak PR$'8*$ 7,'$. %(56$/$+ ´
disertai dengan bukti-bukti yang kuat, serta
kepolisian sendiri yang salah sasaran B. Rumusan Masalah
dituding menjadi kesalahan yang fatal Dari latar belakang diatas, maka
dilakukan oleh aparat kepolisian. Karena penulis menentukan rumusan masalah
selain dapat melukai, tindakan kepolisian sebagai berikut:
bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. 1. Bagaimanakah penembakan yang
Pada tahun 2014 saja, Indonesia dilakukan oleh polisi terhadap pelaku
Police Watch (IPW) menyebutkan terdapat yang diduga melakukan tindak pidana
13 kasus salah tembak yang dilakukan oleh dikaitkan dengan asas praduga tidak
polisi, akibatnya 27 orang menjadi korban. bersalah?
7 orang diantaranya tewas dan 20 orang 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban
lainnya luka-luka.14 aparat kepolisian yang menyalahi
Berangkat dari pokok permasalahan prosedur dalam melakukan penembakan
di atas, dikhawatirkan tindakan polisi terhadap pelaku yang diduga melakukan
sebagai penegak hukum yang seharusnya tindak pidana?
dalam melakukan tugasnya berpedoman
pada Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2
tahun 2002 tentang Kepolisian yang C. Tujuan Penelitian
menyatakan bahwa untuk mewujudkan Berpedoman pada uraian yang
keamanan dalam negeri yang meliputi terdapat dalam rumusan masalah, maka
terpeliharanya keamanan dan ketertiban yang menjadi tujuan dari penelitian ini
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, adalah sebagai berikut:
terselenggaranya perlindungan, 1. Untuk mengetahui termasuk
pengayoman, dan pelayanan kepada pelanggaran asas praduga tidak bersalah
masyarakat, serta terbinanya ketentraman atau tidak yang dilakukan oleh polisi
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dalam praktik melakukan penembakan
asasi manusia tidak akan tercapai, tetapi terhadap pelaku yang diduga melakukan
malah sebaliknya menimbulkan keresahan tindak pidana.
baru terkait asas praduga tidak bersalah dan 2. Untuk mengetahui tanggungjawab dari
kepastian hukum. aparat kepolisian yang menyalahi
Dari uraian di atas inilah yang prosedur dalam melakukan penembakan
membuat ketertarikan penulis untuk lebih terhadap pelaku yang diduga melakukan
mendalami kasus penembakan yang tindak pidana.
dilakukan oleh polisi terhadap pelaku yang
diduga melakukan tindak pidana dikaitkan D. Kerangka Teori
dengan asas praduga tidak bersalah melalui 1. Teori Hukum
Fungsi hukum dalam kelompok
13
Ibid. masyarakat adalah menerapkan mekanisme
14
http://www.rmol.co/read/2014/12/25/184550/ kontrol sosial yang akan membersihkan
ada-13-kasus-salah-tembak-polisi-sepanjang-tahun- masyarakat dari sampah-sampah
2014-, diakses, tanggal, 1 Maret 2015. Pukul 00:07 masyarakat yang tidak dikehendaki,
wib.
5
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
sehingga hukum mempunyai suatu fungsi pidana misalnya, pada kasus terorisme,
untuk mempertahankan eksistensi kasus Petrus pada masa orde baru dan
15
kelompok. yang belum lama ini penembakan
Menurut J. C. T. Simorangkir dan terhadap pelaku penyanderaan siswi
Woerjono Sastropranoto, definisi hukum Sekolah Dasar di Gresik. Jelas berbeda
adalah peraturan-peraturan yang bersifat status mereka yang notabenenya adalah
memaksa, yang menentukan tingkah laku mahasiswa dengan orang yang diduga
manusia dalam lingkungan masyarakat melakukan tindak pidana, namun dari
yang dibuat oleh badan-badan resmi yang keduanya itu merupakan subjek hukum.
berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibatkan 2. Teori Penegakan Hukum
diambilnya tindakan, yaitu dengan Hukum berfungsi sebagai
hukuman tertentu. Sehingga dapat perlindungan kepentingan manusia, agar
disimpulkan bahwasanya hukum itu kepentingan manusia terlindungi, hukum
memiliki unsur-unsur antara lain:16 harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum
a. Pengaturan mengenai tingkah laku dapat berlangsung secara normal dan
manusia dalam pergaulan didalam damai, meskipun begitu terjadi juga
masyarakat, pelanggaran hukum yang tak dapat kita
b. Peraturan itu dibuat oleh badan- pungkiri, sehingga hukum harus
badan resmi yang berwajib, ditegakkan. Melalui penegakan hukum
c. Bersifat memaksa, dan inilah hukum itu menjadi kenyataan. Pada
d. Sanksinya tegas. penegakan hukum ada tiga unsur yang
a. Asas Praduga Tidak Bersalah selalu harus diperhatikan, yaitu: kepastian
Asas praduga tidak bersalah hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan
(presumption of innocent) sesuai di (zweckmassigkeit) dan keadilan
dalam KUHAP adalah setiap orang (gerechtigkeit).19
yang disangka, ditangkap, ditahan, Anggota Polri khususnya sebagai
dituntut dan/atau dihadapkan dimuka penyidik pertama dalam penyelidikan
sidang pengadilan, wajib dianggap perkara-perkara pidana perlu memahami
tidak bersalah sampai adanya putusan arti dan makna hukum dalam rangka
pengadilan yang menyatakan pelaksanaan tugas-tugas yang diembannya.
kesalahannya dan memperoleh Sehingga menegakkan hukum memang
kekuatan hukum yang tetap.17 dengan cara-cara hukum bukan dengan
Terhadap kasus-kasus cara-cara kekerasan melalui dalih
penembakan terhadap mahasiswa pendekatan kekuasaan. Kiranya jelas bahwa
Trisakti dan Universitas Tadulako oleh untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-
aparat keamanan ketika melakukan baiknya penting untuk diketahui oleh
demonstrasi protes terhadap kondisi petugas kepolisian dalam batas-batas
perekonomian negara.18 Terlepas dari manakah dapat melaksanakan tugasnya,
hal itu berbeda pula dengan orang- untuk itu maka persoalan lingkungan kuasa
orang yang diduga melakukan tindak dalam hukum kepolisian perlu
ditonjolkan.20
15
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar
19
Grafika, Jakarta: 2009, hlm. 23. Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum
16
C. S. T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta: 2005, hlm.
Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 1986, 160.
20
hlm. 39. Asri Muhammad Saleh, Menegakkan Hukum
17
Ibid. hlm. 348. atawa Mendirikan Hukum, Bina Mandiri Press,
18
Zainuddin Ali, Op.cit, hlm. 58. Pekanbaru: 2003, hlm. 30.
6
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Berkaitan dengan penegakan hukum orang lain apa yang menjadi haknya
yang dilakukan oleh anggota kepolisian, berdasakan kebebasan kehendak.
hukum tidak bisa secara kaku untuk Kebebasan kehendak itu ada pada setiap
diberlakukan kepada siapapun dan dalam manusia. Hak dan keadilan mempunyai
kondisi apapun, namun dalam kondisi hubungan yang sangat erat. Adanya hak
tertentu petugas penegak hukum dapat mendahului adanya keadilan. Hak yang
melakukan tindakan yang dianggap benar dimiliki setiap manusia melekat pada kodrat
dan sesuai dengan penilainnya sendiri manusia itu sendiri, bukan semata-mata
yang dalam hal ini disebut dengan diskresi. berasal dari luar manusia.24
Jika berbicara tentang hukum, pada Pada akhirnya, dalam memandang
umumnya kita langsung melihat peraturan keadilan maka perlu sebelum adanya
hukum atau peraturan perundang-undangan, putusan yang sah dan memiliki kekuatan
dalam rangka penegakan hukum juga hukum yang tetap (inkracht van gewijsde)
tampak dalam kacamata awam bahwasanya adanya larangan terhadap pelanggaran-
penegak hukum hanya menegakkan pelanggaran hak tersangka yang dilakukan
undang-undang. Apapun yang terjadi, oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini
peraturannya adalah demikian dan harus adalah penyidik polisi. Pada dasarnya
ditaati atau dilaksanakan. Lex dura, sed adanya hak tersangka dapat diketahui dari
tamen scripta (undang-undang itu kejam, dua sisi, pada satu sisi hak tersebut melekat
tetapi memang demikian bunyinya).21 pada diri karena kodrat manusia, sedangkan
pada sisi lain merupakan akibat hubungan
3. Teori Keadilan dengan pihak lain melalui kontrak,
³,XVWLWLD HVW FRQVWDQV HW SUHSHWXD keputusan hukum. Hak karena kodrat
YROXQWDV LXV VXXP FXLTXH WULEXHQGL´ bersifat mutlak, sedangkan hak karena
menurut Ulpianus keadilan adalah kontrak, keputusan hukum bersifat relatif.
kehendak yang ajeg (terpola) dan tetap
memberikan kepada masing-masing E. Metode Penelitian
bagiannya.22 Keadilan dalam cita hukum 1. Jenis Penelitian
yang merupakan pergulatan kemanusiaan Jenis penelitian ini adalah penelitian
berevolusi mengikuti ritme zaman dan hukum normatif, karena dalam
ruang, dari dahulu sampai sekarang tanpa penelitian ini membahas mengenai
henti dan akan terus berlanjut sampai asas-asas hukum, karena bertitik tolak
manusia tidak beraktifitas lagi. Manusia dari bidang tata hukum (tertulis)
sebagai makhluk ciptaan Tuhan terdiri atas tertentu, dengan cara mengadakan
roh dan jasad memiliki daya rasa dan daya identifikasi terlebih dahulu terhadap
pikir yang dua-duanya merupakan daya kaidah-kaidah hukum yang telah
rohani, dimana rasa dapat berfungsi untuk dirumuskan didalam perundang-
25
mengendalikan keputusan-keputusan akal undangan tertentu.
agar berjalan diatas nilai-nilai moral seperti 2. Sumber Data
kebaikan dan keburukan, karena yang Pada penelitian ini sumber datanya
menentukan baik dan buruk adalah rasa.23 adalah data sekunder. Data sekunder ini
Menurut Thomas Aquinas, keadilan meliputi:
adalah kebiasaan untuk memberikan kepada
24
Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi
21
Sudikno Mertokusumo, Op.cit, hlm. 162. Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung: 2006, hlm.
22
Muhamad Erwin, Filsafat Hukum Refleksi 116.
25
Kritis Terhadap Hukum, Rajawali Pers, Jakarta: Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
2011, hlm. 219. Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali
23
Ibid. Pers, Jakarta: 2012, hlm. 15.
7
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan- cara penelitian yang menghasilkan data
bahan hukum yang mengikat terdiri deskriptif analistis dengan membuat
dari: deskripsi berdasarkan data-data yang
a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun ada, yaitu yang dinyatakan oleh
1981 Tentang Kitab Undang- responden secara tertulis maupun lisan
Undang Hukum Acara Pidana. serta tingkah laku yang nyata, diteliti
b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun dan dipelajari sebagai sesuatu yang
2002 Tentang Kepolisian utuh, dan dihubungkan dengan kaidah
Republik Indonesia. atau norma umum berupa peraturan-
c) Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun peraturan dalam hukum acara pidana.
2009 Tentang Penggunaan Hasil penelitian dari data yang diperoleh
Kekuatan dalam Tindakan tersebut, dipelajari serta dibahas sebagai
Kepolisian, dan Perkap yang suatu bahan yang komprehensif dalam
lainnya. rangka pengungkapan bahasan dengan
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan menggunakan metode kualitatif akan
hukum yang memberikan penjelasan menghasilkan data deskriptif analisis.
bahan hukum primer, yaitu yang
dapat berupa hasil-hasil penelitian,
F. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
hasil karya ilmiah dari kalangan
Penembakan Yang Dilakukan Oleh
hukum, dan lainnya.
Polisi Terhadap Pelaku Yang Diduga
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan
Melakukan Tindak Pidana Dikaitkan
hukum yang memberikan petunjuk
Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah
atau penjelasan terhadap bahan
1. Konsep dan Teori Tentang Diskresi
hukum primer dan sekunder, seperti
Menurut Walker diskresi merupakan
kamus dan ensiklopedia.
wewenang yang diberikan hukum untuk
3. Teknik Pengumpulan Data bertindak dalam situasi khusus sesuai
Teknik pengumpulan data untuk hukum
dengan penilaian dan kata hati instansi atau
penelitian hukum normatif digunakan
petugas itu sendiri, sedangkan menurut
metode kajian kepustakaan atau studi
Kenneth Culp Davis dalam bukunya The
dokumenter. Dalam hal ini
Encyclopedia of Police Science
pengumpulan data diambil dari
mendefinisikan diskresi sebagai ³WKH
peraturan-peraturan perundang-
capacity of police officer to select from
undangan maupun peraturan lain serta
among a number of legal ang ilegal courses
dalam literatur-literatur yang memiliki
of action or inaction while performing their
hubungan dengan penembakan yang
GXWLHV ´ Jadi diskresi dapat diartikan
dilakukan oleh polisi terhadap pelaku
sebagai kapasitas petugas polisi untuk
yang diduga melakukan tindak pidana
menentukan tindakan dari sejumlah pilihan
dikaitkan dengan asas praduga tidak
tindakan baik legal maupun ilegal. Dalam
bersalah, kemudian data tersebut beserta
kata-katanya yang lain, Kenneth
makalah dan jurnal akan diambil teori
mengartikan bahwa diskresi sebagai
maupun pernyataan yang terkait, dan
kebijakan yang dilakukan secara selektif
akhirnya semua data tersebut diatas
oleh polisi (police policy about selective
disusun secara sistematis agar
enforcment).26
memudahkan proses analisis.
4. Analisis Data
Metode analisa data yang diterapkan
26
dalam penulisan ini menggunakan Syaefurrahman Al-Banjary, Hitam Putih
metode analisa kualitatif, yakni suatu Polisi Dalam Mengungkap Jaringan Narkoba, Restu
Agung, Jakarta: 2005, hlm. 34.
8
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
2. Landasan Hukum Diskresi Alasan pembenar atau
Pada konteks Kepolisian Indonesia, rechtsvaardingingsgrond ini adalah alasan-
pelaksanaan diskresi didasarkan pada alasan yang membawa akibat bahwa
ketentuan perundang-undangan antara lain sekalipun perbuatan itu telah memenuhi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 unsur rumusan ketentuan pidana, tetapi
Tentang Kepolisian Republik Indonesia, tidak dapat dipidana.28
Pasal 4 antara lain dinyatakan bahwa Demikian pula alasan pembenar
Kepolisian Negara RI bertujuan untuk bersifat menghapuskan sifat melawan
mewujudkan keamanan dalam negeri yang hukum dan perbuatan yang di dalam KUHP
meliputi terpeliharanya keamanan dan dinyatakan sebagai dilarang. Karena sifat
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya melawan hukumnya dihapuskan, maka
hukum, terselenggaranya perlindungan, perbuatan yang semula melawan hukum itu
pengayoman dan pelayanan kepada menjadi dapat dibenarkan, dengan demikian
masyarakat, serta terbinanya masyarakat pelakunya tidak dipidana. Alasan pembenar
dengan menjunjung tinggi hak asasi itu diantaranya adalah:29
manusia. 1. Perbuatan yang merupakan
Tujuan kepolisian tersebut dijabarkan pembelaan darurat (Pasal 49 ayat (1)
dalam tugas dan wewenangnya sebagai KUHP);
aparat penegak hukum dan memelihara 2. Perbuatan untuk melaksanakan
ketertiban yang diatur di dalam Pasal 13 perintah undang-undang (Pasal 50
dan Pasal 14, untuk itu polisi berwenang KUHP);
melakukan penangkapan, penahanan, 3. Perbuatan melaksanakan perintah
penggeledahan dan penyitaan, jabatan dari penguasa yang sah
menghentikan penyidikan dan lain-lain dan (Pasal 51 ayat (1) KUHP).
pada Pasal 16 huruf l polisi mengadakan Alasan pemaaf atau
tindakan lain menurut hukum yang schulduitsluitingsgrond ini menyangkut
bertanggungjawab. Jika dikaitkan dengan pertanggungjawaban seseorang terhadap
KUHAP pada penjelasan Pasal 5 ayat (1) perbuatan pidana yang telah dilakukannya
huruf a angka 4 dan Pasal 7 ayat (1) huruf j, atau criminal responsibility. Alasan pemaaf
maka yang dimaksud tindakan lain menurut ini menghapuskan kesalahan orang yang
hukum yang bertanggung jawab adalah melakukan delik atas dasar beberapa hal.
tindakan yang:27 Alasan pemaaf ini dapat kita jumpai dalam
1) Tidak bertentangan dengan hukum; hal orang melakukan perbuatan dalam
2) Selaras dengan kewajiban hukum keadaan:30
yang mengharuskan dilakukannya 1. Tidak dipertanggungjawabkan
tindakan jabatan; (ontoerekeningsvaatbaar);
3) Tindakan itu harus patut dan masuk 2. Pembelaan terpaksa yang melampaui
akal dan termasuk dalam lingkungan batas (noodweer excess);
jabatannya; 3. Daya paksa (overmacht).
4) Atas pertimbangan yang layak A. Menjalankan Ketentuan Undang-
berdasarkan keadaan yang memaksa; Undang
dan,
5) Menghormati hak asasi manusia.
28
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan
3. Alasan Pembenar dan Alasan Pemaaf Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta: 2012,
hlm. 133.
29
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi,
Rajawali Pers, Jakarta: 2011, hlm. 126.
27 30
Al. Wisnubroto dan G. Widiartana, Loc.cit. Ibid. hlm. 127.
9
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Pasal 50 KUHP menyebutkan kepolisian yang bertujuan untuk mencegah,
bahwa barang siapa yang melakukan menghambat atau menghentikan tindakan
perbuatan untuk melaksanakan undang- pelaku kejahatan atau tersangka yang
undang, tidak dipidana.31 sedang berupaya atau sedang melakukan
Hazewinkel-Suringa tindakan yang bertentangan dengan hukum
menyebutkan bahwa ketentuan Pasal atau mencegah pelaku kejahatan atau
50 ini sebagai dasar pembenar tersangka melarikan diri atau melakukan
berkelebihan (overbodig), karena bagi tindakan yang membahayakan anggota
orang yang menjalankan ketentuan Polri atau masyarakat dan juga untuk
undang-undang dengan sendirinya melindungi diri atau masyarakat dari
tidak melawan hukum.32 ancaman atau perbuatan pelaku kejahatan
B. Menjalankan Perintah Jabatan atau tersangka yang dapat menimbulkan
Pasal 51 ayat (1) KUHP luka parah atau mematikan, juga
menyebutkan bahwa barang siapa melindungi kehormatan kesusilaan atau
melakukan perbuatan untuk harta benda diri sendiri atau masyarakat
melaksanakan perintah jabatan yang dari serangan yang melawan hak dan/atau
diberikan oleh penguasa yang mengancam jiwa manusia.
33
berwenang, tidak dipidana. Jika dikaitkan dengan kasus yang
telah penulis bahas sebelumnya didalam
4. Penembakan Yang Dilakukan Oleh latar belakang, yaitu mengenai
Polisi Terhadap Pelaku Yang Diduga penangkapan sekaligus penembakan pelaku
Melakukan Tindak Pidana Dikaitkan SHQ\DQGHUDDQ ³ERFDK´ 6' GL *UHVLN
Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah beberapa waktu yang lalu. Pelaku yang
Bangsa Indonesia sejak diketahui bernama Ahmad Fuad berusia 35
memproklamirkan negara Republik Tahun ditembak mati oleh polisi pada saat
Indonesia sampai pada satu komitmen drama pembebasan sandera seorang siswi
untuk menjunjung tinggi HAM, baik secara kelas IV SD di Jalan Veteran, Kabupaten
ideologis, filosofis, yuridis, maupun politis. Gresik, Jawa Timur. Pada kasus ini, pelaku
Hal ini tercemin pada setiap sila pancasila belum dapat dikatakan sebagai tersangka
yang mengandung makna hakiki dari HAM tindak pidana, dikarenakan belum adanya
tersebut, demikian pula Undang-Undang putusan pengadilan yang menyatakan
Dasar Tahun 1945. Instrumen hukum ini bahwasanya pelaku penyanderaan sebagai
secara hierarkis menjadi panduan hukum terdakwa tindak pidana dan belum memiliki
lainnya termasuk yang terkait dengan kekuatan hukum yang tetap.
kinerja Polri seperti KUHAP, dan Undang- Asas praduga tidak bersalah melekat
Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang erat sesuai dengan HAM seseorang, dimana
Kepolisian Negara Republik Indonesia.34 hak tersebut adalah hak kodrati yang
Serta peraturan-peraturan kapolri lainnya. dimiliki oleh setiap orang dan telah melekat
Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun sejak seseorang itu dilahirkan, dan tidak
2009 menjelaskan bahwa kebijakan diperbolehkan orang lain untuk merampas
penggunaan kekuatan dalam tindakan hak tersebut, baik itu dari pihak kepolisian
maupun pihak yang berwenang lainnya.
31 Asas praduga tidak bersalah (presumption
Andi Hamzah, Op.cit, hlm. 169.
32
Ibid.
of innocence) disebut dalam Pasal 8
33
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta: 2008, hlm. 161. tentang Kekuasaan Kehakiman dan juga
34
Anton Tabah, Membangun Polri Yang Kuat dalam penjelasan umum butir 3c KUHAP
(Belajar Dari Macan-Macan Asia), Sumbersewu \DQJ EHUEXQ\L ³6HWLDS RUDQJ \DQJ
Lestari, Jakarta: 2002, hlm. 87.
10
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, diri, dan kedua, tersangka melawan petugas
dan/atau dihadapkan di muka sidang ketika hendak ditangkap. Kedua informasi
pengadilan wajib dianggap tidak bersalah dan alasan klasik diatas hanya diperoleh
sampai adanya putusan pengadilan yang secara sepihak dari petugas aparat
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kepolisian, tapi bisakah dipertanyakan lebih
NHNXDWDQ KXNXP WHWDS´ lanjut ketika alasan yang dikemukakan itu
Hal ini jelas dikatakan bahwa adalah dikarenakan tersangka melawan
tindakan pihak kepolisian dalam melakukan petugas; memakai apakah tersangka
penembakan terhadap pelaku penyanderaan melakukan perlawanan? Alangkah tidak
tidak dapat dibenarkan, karena bertentangan adilnya ketika tersangka melakukan
dengan Pasal 3c Peraturan Kapolri Nomor 1 perlawanan hanya dengan tangan kosong,
Tahun 2009, mengenai asas lalu petugas melawan (membela diri)
proporsionalitas, yang berarti bahwa GHQJDQ ³PHPXQWDKNDQ´ WLPDK SDQDV GDUL
penggunaan kekuatan harus dilaksanakan pistolnya.35
secara seimbang antara ancaman yang Di sisi lain dirasa tidak adil,
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon walaupun dengan alasan tersangka
anggota Polri, sehingga tidak menimbulkan melawan petugas, dibalas dengan tembakan
kerugian/ korban/penderitaan yang yang mematikan. Bukankah yang
berlebihan. disarankan, ketika tersangka melawan
Ditinjau dari sudut pandang hukum, petugas adalah dengan melakukan tindakan
bahwasanya tindakan penggunaan kekuatan melumpuhkan? Konsep melumpuhkan
berlebihan yang dilakukan oleh aparat dengan mematikan merupakan suatu hal
kepolisian adalah tindakan praduga buruk yang sangat berbeda. Setelah anggota polri
sangka. Terlebih apabila seperti kasus EHUKDVLO ³PHPEXQXK´ WHUVDQJND ZDODXSXQ
penembakan terhadap 3 orang pengemudi dengan dalih tersangka melawan petugas,
mobil di Sumsel pada Oktober tahun lalu, seringkali komandan kesatuannya dengan
merupakan kasus salah sasaran. Beruntung gagah berani mengekspos melalui media
tidak menimbulkan korban jiwa, hanya cetak, bahwa anak buahnya telah berhasil
melukai kaki. Tetapi kasus-kasus yang lain PHQMDODQNDQ WXJDV ³SHPEXQXKDQ´ /XDU
mengenai salah sasaran, di tahun 2014 saja biasa ketika membunuh dipandang sebagai
terdapat 7 orang yang meninggal dunia. suatu keberhasilan. Lalu dimanakah letak
Lalu dari aspek HAM, tentu tidak salah asas praduga tidak bersalah dalam sistem
apabila perbuatan itu diklaim sebagai peradilan pidana?
tindakan melanggar HAM dan perbuatan Seseorang memiliki hak atas
yang tidak menghormati asas praduga tidak kebebasan, hak hidup dan hak-hak lainnya
bersalah. yang dijamin oleh HAM, lalu bagaimana
apabila aparat kepolisian dalam melakukan
Pertanggungjawaban Aparat Kepolisian tugasnya menggunakan kekuatan sehingga
Yang Menyalahi Prosedur Dalam mengakibatkan luka-luka hingga kematian,
Melakukan Penembakan Terhadap perlu ditanyakan kembali dimana HAM
Pelaku Yang Diduga Melakukan Tindak seseorang itu. Padahal HAM sendiri adalah
Pidana hak kodrati yang dimiliki oleh seseorang
Ada dua alasan klasik yang sering dibawa sejak lahir. Terlebih lagi bagaimana
dijadikan justification atau alasan pembenar apabila seorang aparat kepolisian tersebut
oleh aparat kepolisian setelah menembak ternyata melakukan kesalahan, bukan
mati tersangka ketika akan melakukan seseorang itu yang menjadi tersangkanya.
penangkapan terhadap tersangka. Pertama,
polisi berdalih bahwa tersangka melarikan 35
Ibid. hlm. 177.
11
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Namun seseorang tersebut telah mati, Pertanggungjawaban aparat
bagaimanakah pertanggungjawaban dari kepolisian yang melakukan kesalahan
aparat kepolisian? dalam menjalankan tugas dan fungsi
jabatannya yakni yang melampaui batas
1. Pertanggungjawaban Diskresi wewenangnya,tidak mengindahkan batasan-
Diskresi yang sesuai dengan asas batasan yang telah ditetapkan oleh undang-
kewajiban adalah bentuk ideal dari undang, merugikan orang lain atau pihak-
pelaksanaan diskresi. Sebaliknya, pihak, tidak sesuai dengan kebijaksanaan
penyimpangan dari pelaksanaan diskresi sosial, kriminal dan atau pimpinan,
haruslah dapat dipertanggungjawabkan baik diskriminatif, kasar dan sewenang-wenang
secara pidana, administratif atau hanya serta dilakukan dengan maksud untuk
sekedar pertanggungjawaban etika moral kepentingan diri atau kelompoknya dan bila
sesuai dengan aturan maupun ketentuan tidak ada alasan yang menghapuskan
yang berlaku di institusi kepolisian. pertanggungjawaban. Sehingga setiap
Singkatnya, tanggungjawab anggota kepolisian yang melakukan
pelaksanaan diskresi biasanya terjadi kalau tindakan-tindakan seperti diatas layak untuk
diskresi itu dilakukan tidak sesuai dengan mendapatkan hukuman.
yang seharusnya dilakukan, yakni diskresi Telah juga dijelaskan diawal bab ini,
yang dilakukan melampaui batas bahwa hukuman yang diberikan kepada
wewenangnya (abuse of power);tidak aparat penegak hukum yang menyalahi
mengindahkan batasan-batasan yang telah prosedur (hingga timbul korban) dalam
ditetapkan oleh undang-undang; merugikan melakukan tembakan/penembakan terhadap
orang lain atau pihak-pihak; tidak sesuai pelaku yang diduga melakukan tindak
dengan kebijaksanaan sosial, kriminal dan pidana dapat dijatuhi hukuman berupa
atau pimpinan; diskriminatif, kasar dan tindakan hukum administratif, sanksi etik,
sewenang-wenang serta dilakukan dengan maupun juga sanksi pidana dan perdata.
maksud untuk kepentingan diri atau
kelompoknya; dan bila tidak ada alasan G. Penutup
yang menghapuskan pertanggungjawaban
1. Kesimpulan
itu.36
Terhadap pelanggaran atau a) Bahwa penembakan terhadap pelaku
penyalahgunaan kewenangan diskresi yang diduga melakukan tindak pidana
tersebut pertanggungjawabannya dapat tidak dapat dibenarkan, karena
dilihat dari beberapa segi, diantaranya:37 bertentangan dengan Pasal 3c Peraturan
1. Hukum Administrasi Kapolri Nomor 1 Tahun 2009,
2. Hukum Pidana mengenai asas proporsionalitas, yang
3. Hukum Perdata berarti bahwa penggunaan kekuatan
4. Moral dan Etika harus dilaksanakan secara seimbang
antara ancaman yang dihadapi dan
2. Pertanggungjawaban Aparat Kepolisian tingkat kekuatan atau respon anggota
Yang Menyalahi Prosedur Dalam Polri, sehingga tidak menimbulkan
Melakukan Penembakan Terhadap kerugian/korban/penderitaan yang
Pelaku Yang Diduga Melakukan Tindak berlebihan. Asas praduga tidak bersalah
Pidana (presumption of innocence) disebut
dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor
48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman dan juga dalam penjelasan
36
Syaefurrahman Al-Banjary, Op.cit, hlm. 52. umum butir 3c KUHAP bahwa setiap
37
Ibid.
12
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
orang yang disangka, ditangkap, kiranya ada aturan khusus mengenai
ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan penggunaan kekuatan oleh aparat
di muka sidang pengadilan wajib kepolisian, sehingga tidakan yang
dianggap tidak bersalah sampai adanya dilakukan oleh kepolisian terdapat
putusan pengadilan yang menyatakan aturan yang jelas dan terdapat pula
kesalahannya dan memperoleh kekuatan standar dasar bagaimana penggunaan
hukum tetap. kekuatan yang tidak melanggar Hak
b) Pertanggungjawaban aparat kepolisian Asasi Manusia. Dengan demikian,
terhadap kesalahan dalam menjalankan aparat penegak hukum berada pada
tugas dan fungsi jabatannya yakni posisi yang sama, yakni adil.
melakukan penembakan terhadap b) Terlepas dari pertimbangan diskresi,
pelaku yang diduga melakukan tindak ada konsep HAM yang tidak dapat
pidana (penggunaan kekuatan yang dilupakan sebagai aparat penegak
berlebihan) yang melampaui batas hukum. Tindakan brutal yang terkadang
wewenangnya,tidak mengindahkan dilakukan oleh kepolisian dituding
batasan-batasan yang telah ditetapkan sebagai pelanggaran HAM. Penulis
oleh undang-undang, merugikan orang setuju dengan pendapat Becker
lain atau pihak-pihak, tidak sesuai bahwasanya kecenderungan suatu
dengan kebijaksanaan sosial, kriminal aturan itu ditegakkan apabila
dan atau pimpinan, diskriminatif, kasar dikehendaki, maka penegakan hukum
dan sewenang-wenang serta dilakukan memerlukan penjelasan yang lebih
dengan maksud untuk kepentingan diri banyak lagi. Pertama, penegakan suatu
atau kelompoknya dan bila tidak ada aturan merupakan suatu aksi yang
alasan yang menghapuskan penuh dengan keberanian dan
pertanggungjawaban dapat dijatuhi ketegasan, harus ada pihak yang
hukuman berupa tindakan hukum mengambil inisiatif untuk menghukum
administratif dan sanksi pidana. yang bersalah. Kedua, bahwa
penegakan hukum terjadi apabila pihak
2. Saran
a) Sebagai parat penegak hukum, yang menghendaki agar aturan
kepolisian merupakan suatu institusi ditegakkan menunjukkan kepada umum
yang diberikan kewenangan bahwa pelanggaran aturan sangat
menggunakan kekuatan dalam mengganggu masyarakat. Sehingga
melakukan penegakan hukum, diharapkan kepada kepolisian agar
menjamin keamanan dan ketertiban memberikan tindakan berupa sanksi
masyarakat. Tugas yang begitu luasnya terhadap anggota Polri yang
tentu tidak terlepas dari peraturan menggunakan senjata api tidak sesuai
perundang-undangan yang berlaku saja, dengan Perkap Nomor 1 Tahun 2009,
terlebih lagi, kepolisian sebagai garda dan institusi Polri seharusnya
terdepan yang mengayomi masyarakat memberlakukan prinsip transparansi,
dan langsung terjun di lapangan aparat-aparat yang melakukan
berhadapan dengan pelaku-pelaku pelanggaran seharusnya tidak dibela.
kriminal. Oleh sebab itu, penggunaan Hanya demi keutuhan dan nama baik
kekuatan menurut pertimbangan hati institusi, akankah aparat kepolisian tega
nuraninya sendiri maupun pertimbangan melanggar HAM, terlebih lagi apabila
institusi kepolisian (diskresi) menjadi aparat melanggar asas praduga tidak
sangat penting bagi kepolisian yang bersalah.
sedang bertugas. Namun, penulis
berpandangan bahwasanya perlu H. Daftar Pustaka
13
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
1. Buku Muhammad, Abdulkadir, 2006, Etika
Al-Banjary, Syaefurrahman, 2005, Profesi Hukum, Citra Aditya
Hitam Putih Polisi Dalam Bakti, Bandung.
Mengungkap Jaringan Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Pidana
Narkoba, Restu Agung, Edisi Revisi, Rajawali Pers,
Jakarta. Jakarta: 2011.
Ali, Zainuddin, 2009, Sosiologi Saleh, Asri Muhammad, 2003,
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Menegakkan Hukum atawa
Andi Hamzah, Jur, 2012, Hukum Acara Mendirikan Hukum, Bina
Pidana Indonesia Edisi Mandiri Press, Pekanbaru.
Kedua, Sinar Grafika, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 2012, Faktor-
Asikin, Zainal, 2012, Pengantar Tata Faktor yang Mempengaruhi
Hukum Indonesia, Rajawali Penegakan Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta. Pers, Jakarta.
Erwin, Muhamad, 2011, Filsafat Soesatyo, Bambang, 2012, Republik
Hukum Refleksi Kritis Galau (Presiden Bimbang,
Terhadap Hukum, Rajawali Negara Terancam Gagal),
Pers, Jakarta. Ufuk Press, Jakarta.
Hamzah, Andi, 2010, Asas-Asas Sudarsono, 2007, Kamus Hukum Edisi
Hukum Pidana Edisi Revisi Baru, Rineka Cipta, Jakarta.
2008, Rineka Cipta, Jakarta. Sujata, Antonius, 2000, Reformasi
Kansil, C. S. T., 1986, Pengantar Ilmu dalam Penegakan hukum,
Hukum dan Tata Hukum Djambatan, Jakarta.
Indonesia, Balai Pustaka, 7DEDK $QWRQ ³Polri dan
Jakarta. Penegakan Hukum di
et. al., 2009, Tindak Pidana dalam ,QGRQHVLD´ GDODP .XQDUWR
Undang-Undang Nasional, (editor), Merenungi Kritik
Jala Penerbit, Jakarta. Terhadap Polri, Cipta
Kusuma, Mulyana W., 2002, Tegaknya Manunggal, Jakarta.
Supremasi Hukum, PT Remaja , 1991, Menatap Dengan Mata Hati
Rosdakarya, Bandung. Polisi Indonesia, Gramedia
Lamintang, P. A. F. 1984, Hukum Pustaka Utama, Jakarta.
Penitensier Indonesia, , 2002, Membangun Polri Yang Kuat
Fakultas Hukum Universitas (Belajar Dari Macan-Macan
Katolik Parahyangan, Asia), Sumbersewu Lestari,
Bandung. Jakarta.
dan Theo Lamintang, 2010, Wisnubroto, Al. dan G. Widiartana,
Pembahasan KUHAP 2005, Pembaharuan Hukum
Menurut Ilmu Pengetahuan Acara Pidana, PT. Citra
Hukum Pidana dan Aditya Bakti, Bandung.
Yurisprudensi, Sinar Grafika,
Jakarta. 2. Jurnal / Skripsi
Maramis, Frans, 2012, Hukum Pidana (UGLDQV\DK ³.HNHUDVDQ GDODP
Umum dan Tertulis di Penyidikan dalam Perspektif
Indonesia, Rajawali Pers, +XNXP GDQ .HDGLODQ´ $UWLNHO
Jakarta. Pada Jurnal Ilmu Hukum,
Fakultas Hukum Universitas
Riau, Edisi I, No. 1 Agustus.
14
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
+DUU\ 5RHVOL ³3ROLVL 0DKLU 'DQ dalam Penyelenggaraan Tugas
7XQGXN +XNXP´ $UWLNHO 3DGD Kepolisian Republik Indonesia
Jurnal Polisi Indonesia,
Program Pasca Sarjana Kajian 4. WEBSITE
Ilmu Kepolisian Universitas http://m.okezone.com/read/2014/12/18/
Indonesia Kerjasama dengan 337/1080853/tembak-mati-
Yayasan Obor Indonesia, penyandera-polisi-dinilai-
Edisi I, No. 1 September. tergesa-gesa, diakses, tanggal,
0XNKOLV 5 ³3HUDQDQ 3ROri 12 Februari 2015. Pukul 10:45
Menangani Demonstrasi wib.
Masyarakat dalam Pemilihan http://m.okezone.com/read/2014/12/17/
Kepala Daerah Secara 340/1080575/penembakan-
/DQJVXQJ GL ,QGRQHVLD´ penyandera-siswi-sd-sesuai-
Artikel Pada Jurnal prosedur, diakses, tanggal, 12
Konstitusi, BKK Fakultas Februari 2015. Pukul 11:00
Hukum Universitas Riau wib.
Kerjasama dengan Mahkamah http://m.okezone.com/read/2012/12/28/
Konstitusi, Vol. III, No. 2 339/738590/595-anggota -
November. polri-dipecat-sepanjang-2012
diakses, tanggal, 16 Februari
3. Peraturan Perundang-Undangan 2015. Pukul. 22:26 wib.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 http://m.tribunnews.com/metropolitan/
Tentang Kitab Undang-Undang 2015/02/27/sudah-ada-7-
Hukum Acara Pidana, Lembaran begal-yang-ditembak-
Negara Tahun 1981 Nomor 76, mati,diakses, tanggal, 28
Tambahan Lembaran Negara Februari 2015. Pukul 21:33
Republik Indonesia Nomor 3209. wib.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun http://m.merdeka.com/peristiwa/ditudu
2009 Tentang Kekuasaan h-penculik-3-pengendara-
Kehakiman, Lembaran Negara mobil-jadi-korban-salah-
Tahun 2009 Nomor 157, tembak.html, diakses, tanggal,
Tambahan Lembaran Negara 28 Februari 2015. Pukul 23:19
Republik Indonesia Nomor 5076. wib.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 http://www.rmol.co/read/2014/12/25/1
Tentang Kepolisian Negara 84550/ada-13-kasus-salah-
Republik Indonesia, Lembaran tembak-polisi-sepanjang-
Negara Tahun 2002 Nomor 2, tahun-2014-, diakses, tanggal,
Tambahan Lembaran Negara 1 Maret 2015. Pukul 00:07
Republik Indonesia Nomor 4168. wib.
Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2009
Tentang Penggunaan Kekuatan
Dalam Tindakan Kepolisian
Peraturan Kepala Kepolisian Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2009
Tentang Implementasi Prinsip
dan Standar Hak Asasi Manusia

15
JOM Fakultas Hukum Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015

You might also like