You are on page 1of 11

JURNAL

EKSISTENSI ASAS LEGALITAS DALAM PENANGGULANGAN

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JENIS BARU

Diajukan Oleh:

Yoga Adhi Putra

NPM : 130511373

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Peradilan Pidana

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2017
EKSISTENSI ASAS LEGALITAS DALAM PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA JENIS BARU
Yoga Adhi Putra
Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Email: yogaadhi15@gmail.com
Abstract
Criminal law policies in Indonesia is closely related to the principle of legality. The principle of
legality is a principle where there are no act that can be sentenced, unless its based on the rules of
criminal law that had existed earlier than the deed itself. The principle of legality becomes a
weakness when the vacancy of law, the principle of legality becomes a disadvantage and cause the
vacuum of law when there is a criminal act that has not been there is a rule in a rule of legislation,
in this case the new types of narcotics that the misuse could escape from the snare of the law
because the existence of the statutory about new types of narcotics in circulation in Indonesia
haven’t been ruled in Indonesia lately. Research purposes, i.e. to find out how the existence of the
principle of legality in the response of the new type of narcotics misuse. This type of research is a
kind of normative legal research. Normative legal research is research conducted/focuses on the
positive form of legal norms and regulations. Legislation that is used with regard to the existence
of the principle of Legality in the response of the new Type of Narcotics Misuse. Research results,
i.e. tackling the misuse of narcotic drugs as a new kind of rules which is the rules haven’t been
specifically being concerned as the new of the principle of legality, which means that when there is
a new type of narcotic drugs it cannot be one of criminal law case because the principle of legality
has not been in this country yet for conducting further action in tackling the issue of new types of
narcotics.

Keyword: Criminal law, the principle of legality, narcotics, vacancy of law, new types of narcotics
1. PENDAHULUAN pendidikan, bahkan dikalangan artis,
Narkotika merupakan zat yang eksekutif, dan pengusaha.1
bermanfaat untuk pengobatan bila Perkembangan narkotika
digunakan sesuai standar yang telah terdapat 251 jenis baru yang tersebar di
ditetapkan, tetapi akan sangat merugikan 70 negara, sedangkan di Indonesia telah
jika digunakan tidak sesuai dengan masuk 24 jenis narkotika baru yang
standar. Penyalahgunaan narkotika di belum diatur dalam penggolongan
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir narkotika Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2)
menjadi masalah serius dan telah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
mencapai keadaan yang memprihatinkan. tentang Narkotika, jenis yang terbaru
Korban penyalahgunaan narkoba telah ditemukan adalah sabu dalam bentuk
meluas hingga melampaui batas-batas kertas prangko.2 Undang-Undang Nomor
strata sosial, umur, dan jenis kelamin. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika tidak
Fakta yang terjadi hampir setiap hari baik hanya mengatur mengenai jenis
melalui media cetak maupun elektronik, narkotika, tetapi juga mengatur mengenai
penyalahgunaan narkotika telah merebak sanksi bagi pengguna maupun pengedar
ke berbagai kalangan tanpa pandang narkotika.
bulu, dari kalangan remaja yang sangat Hukum pidana yang berlaku di
diharapkan menjadi generasi penerus Indonesia berkaitan erat dengan asas
bangsa dalam membangun negara di
masa mendatang hingga orang tua. 1
Moh. Taufik Makaro, 2005, Tindak Pidana
Penyalahgunaan narkotika telah Narkotika, Ghalia: Jakarta, hlm. 1.
menyusup di dalam lingkungan 2
http://news.okezone.com/read/2013/12/21/337/9
15548/24-jenis-narkoba-beredar-di-indonesia,
diakses tanggal 19 September 2016, pukul 20.05
WIB
legalitas, asas legalitas diatur dalam asas legalitas semakin menyurutkan
Pasal 1 ayat (1) KUHP: “Suatu perbuatan kepastian hukum.8 Contoh kasus yang
tidak dapat di pidana, kecuali kemudian terbentur dengan asas legalitas
berdasarkan kekuatan ketentuan terjadi di Indonesia ketika artis Raffi
Perundang-Undangan yang telah ada”. Ahmad tertangkap BNN (Badan
Zainal Abidin Farid, menerjemahkannya Narkotika Nasional) karena kedapatan
sebagai: “Tiada suatu peristiwa dapat mengkonsumsi narkoba dengan
dipidana selain dari kekuatan ketentuan kandungan cathinone, tetapi kemudian
Undang-Undang pidana yang kasus Raffi Ahmad berhenti di tengah
mendahuluinya”.3 Roeslan Saleh, proses pemeriksaan yang sedang berjalan
mengartikan sebagai: “tiada suatu karena jenis narkoba yang digunakan
perbuatan dapat dipidana kecuali atas oleh Raffi Ahmad tidak tercantum dalam
kekuatan aturan pidana dalam golongan narkotika yang ketentuannya
perUndang-Undangan, sebelum ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor
perbuatan dilakukan”.4 P.A.F. Lamintang 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.9
mengartikan rumusan Pasal 1 ayat (1) Kasus Raffi Ahmad adalah
tersebut sebagai: “Tidak ada suatu gambaran asas legalitas merupakan
perbuatan yang dapat dihukum, kecuali kelemahan ketika terjadi kekosongan
berdasarkan ketentuan pidana menurut hukum. Undang-Undang Nomor 35
Undang-Undang yang telah ada lebih Tahun 2009 tentang Narkotika
dahulu daripada perbuatan itu sendiri”.5 diterapkan secara kaku berdasarkan asas
Asas legalitas mengandung 3 legalitas, maka narkotika jenis baru tidak
pengertian, yaitu:6 dapat diancam dengan Undang-Undang
1. Tidak ada perbuatan yang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
dilarang dan diancam dengan Narkotika. Jika berpegang pada asas
pidana kalau hal itu terlebih legalitas, maka Indonesia akan diserbu
dahulu belum dinyatakan dalam narkotika jenis baru yang
suatu aturan Undang-Undang. membahayakan. Hukum bersifat mutlak
2. Menentukan adanya perbuatan dan berkekuatan hukum tetap yang pada
pidana tidak boleh digunakan akhirnya memberi kesimpulan bahwa
analogi. yang tertulis dalam peraturan Perundang-
3. Aturan-aturan hukum pidana Undangan tidak mencakup hal-hal lain
tidak berlaku surut. yang belum tertulis.10
Asas legalitas yang menentukan Keberadaan asas legalitas dalam
bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang hukum pidana, membuka celah bagi
dan diancam pidana jika tidak ditentukan pihak-pihak yang tidak bertanggung
terlebih dahulu dalam Perundang- jawab untuk digunakan melakukan
Undangan.7 Menurut pendapat para ahli tindakan-tindakan diluar batas
kewajaran. Kasus narkoba yang pernah
menjerat Raffi Ahmad, jika mengabaikan
3
H. A. Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana asas legalitas dalam hukum pidana, maka
1, Sinar Grafika: Jakarta, hlm. 130 Raffi Ahmad tetap dapat dijerat sebagai
4
Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana Dan seseorang yang telah melanggar Pasal 1
Pertanggung Jawaban Pidana, Dua Pengertian
angka 1 Undang-Undang Nomor 35
Dasar dalam Hukum Pidana, Aksara Baru:
Jakarta, hlm. 4
5 8
P.AF. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar Hukum Ibid, hlm. 27.
9
Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti: Bandung, http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/139
hlm. 123 998/251-Jenis-Narkoba-Baru-Belum-Ada-dalam-
6
Moeljatno, 2008, Asas-asas Hukum Pidana, UU-Narkotik, diakses pada 11 September 2016
Rineka Cipta: Yogyakarta, hlm. 17 pukul 17.44 WIB
7 10
Ibid, hlm. 18 Moeljatno, Op. Cit, hlm. 30.
Tahun 2009 tentang Narkotika yang yang mendahuluinya.” Roeslan
dalam ketentuannya menyatakan bahwa: Saleh, mengartikan sebagai: “tiada
“Narkotika adalah zat atau obat suatu perbuatan dapat dipidana
yang berasal dari tanaman atau bukan kecuali atas kekuatan aturan pidana
tanaman, baik sintetis maupun dalam perUndang-Undangan,
semisintetis, yang dapat menyebabkan sebelum perbuatan dilakukan”.
penurunan atau perubahan kesadaran, P.A.F. Lamintang mengartikan
hilangnya rasa, mengurangi sampai rumusan Pasal 1 ayat (1) tersebut
sebagai: “Tidak ada suatu perbuatan
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
yang dapat dihukum, kecuali
menimbulkan ketergantungan, yang
berdasarkan ketentuan pidana
dibedakan ke dalam golongan-golongan menurut Undang-Undang yang telah
sebagaimana terlampir dalam Undang- ada lebih dahulu daripada perbuatan
Undang.” itu sendiri” . Lebih lanjut P.A.F.
Cathinone yang digunakan Raffi Lamintang, menerangkan bahwa
Ahmad merupakan zat yang mempunyai terkait dengan rumusan Pasal 1 ayat
efek sama persis seperti yang telah (1) KUHP tersebut, dalam praktek
dijelaskan dalam ketentuan Perundang- akan dijumpai banyak terjemahan,
Undangan, meski belum masuk jenis yang satu dengan lainnya ternyata
narkotika dalam Undang-Undang Nomor sangat berbeda dan yang dalam
35 Tahun 2009 tentang Narkotika. penggunaannya dapat menimbulkan
Berdasarkan persoalan yang telah kesalahpahaman di antara mereka
dipaparkan dirumuskan judul mengenai yang belum benar-benar menguasai
Eksistensi Asas Legalitas Dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, dan
Penanggulangan Penyalahgunaan tanpa disadari oleh para
Narkotika Jenis Baru. penerjemahnya sendiri.
Kesalahan yang
a. Rumusan Masalah tampaknya tidak berarti dalam di
1. Bagaimana eksistensi asas dalam menerjemahkan ketentuan-
legalitas dalam penanggulangan ketentuan pidana dalam Kitab
penyalahgunaan narkotika jenis Undang-Undang Hukum Pidana itu
baru? dalam kenyataannya dapat
2. Bagaimana mengatasi kekakuan mengakibatkan kesalahan-kesalahan
asas legalitas dalam yang fatal dalam penerapannya.
penanggulangan penyalahgunaan Contoh dikemukakan terjemahan
narkotika jenis baru? rumusan ketentuan pidana menurut
b. Tujuan Penelitian Pasal 1 ayat (1) KUHP tersebut di
Untuk mengetahui bagaimana atas yang telah dilakukan oleh Mr.
eksistensi asas legalitas dalam E.M.L. Engelbrecht yang berbunyi:
penanggulangan penyalahgunaan “tiada suatu perbuatan yang boleh
narkotika jenis baru? dihukum, melainkan atas kekuatan
aturan pidana dalam Undang-
2. Tinjauan Pustaka Undang, yang terdahulu dari
a. Tinjauan Umum mengenai Asas perbuatan itu”.
Legalitas
Zainal Abidin Farid, b. Tinjauan Umum mengenai
mengartikan asas legalitas sebagai: Narkotika
“Tiada suatu peristiwa dapat Pengertian Narkotika secara umum
dipidana selain dari kekuatan adalah suatu kelompok zat yang bila
ketentuan Undang-Undang pidana dimasukkan dalam tubuh maka akan
membawa pengaruh terhadap tubuh 1) Menurut Smith Klise dan
pemakai yang bersifat menenangkan, French Clinical Staff
merangsang, menimbulkan mengatakan bahwa narkotika
khayalan.11 Berdasarkan Etimologi adalah zat-zat (obat) yang
narkotika berasal dari kata dapat mengakibatkan
“Narkoties” yang sama artinya ketidaksamaan atau
dengan kata “Narcosis” yang berarti pembiusan dikarenakan zat-
membius. Sifat dari zat tersebut zat bekerja mempengaruhi
terutama berpengaruh terhadap otak susunan saraf sentral.
sehingga menimbulkan perubahan Definisi narkotika sudah
pada perilaku, perasaan, pikiran, termasuk jenis candu dan
persepsi, kesadaran, dan halusinasi turunan-turunan candu
disamping dapat digunakan dalam (morphine, codein, heroin),
pembiusan.12 Definisi dari Biro Bea candu sintetis
dan Cukai Amerika Serikat (meperidine,methadone).13
mengatakan bahwa yang dimaksud 2) Sudarto dalam buku Djoko
dengan narkotika ialah candu, ganja, Prakoso mengatakan bahwa:
cocaine, zat-zat yang bahan Perkataan Narkotika berasal
mentahnya diambil dari benda-benda daribahasa Yunani “Narke”
tersebut yakni morphine, heroin, yang berarti terbius sehingga
codein, hashisch, cocaine serta tidak merasakan apa-apa.
termasuk narkotika sintetis yang Encyclopedia Amerikana
menghasilkan zat-zat, obat-obat yang dapat dijumpai pengertian
tergolong Hallucinogen, Depressant “narcotic” sebagai “a drug
dan Stimulant. that dulls the senses,relieves
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 pain induces sleep an can
Undang-Undang Republik Indonesia produce addiction in
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang varyingdegrees” sedang
Narkotika dapat dilihat pengertian “drug” diartikan sebagai:
dari Narkotika itu sendiri yakni: Chemical agen that is used
“Narkotika adalah zat atau obat yang therapeuthically to trea
berasal dari tanaman atau bukan disease/Morebroadly, a drug
tanaman, baik sintetis maupun maybedelined as any
semisintetis, yang dapat chemical agen attecis living
menyebabkan penurunan atau protoplasm, jadi narkotika
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, merupakan suatu bahan yang
menumbuhkan rasa
mengurangi sampai menghilangkan
menghilangkan rasa nyeri
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
dan sebagainya.14
ketergantungan, yang dibedakan ke Narkotika merupakan zat yang
dalam golongan-golongan dapat menimbulkan pengaruh-
sebagaimana terlampir dalam pengaruh tertentu bagi mereka yang
Undang-Undang ini.” menggunakannya dengan

Pengertian menurut para ahli hukum 13


Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan
tentang narkotika antara lain: Psikotropika dalam Hukum Pidana, Mandar
Maju: Bandung, Hlm. 33
14
Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany dan
11
Muhammad Taufik Makaro, 2005, Tindak Muhksin, 1987, Kejahatan-Kejahatan yang
Pidana Narkotika, Ghalia: Jakarta. Hlm. 21 Merugikan dan Membahayakan Negara. Bina
12
Ibid Aksara: Jakarta, Hlm. 480
memasukkannya ke dalam tubuh. kesadaran, hilangnya rasa,
Pengaruh tubuh tersebut berupa mengurangi sampai
pembiusan, hilangnya rasa sakit, menghilangkan rasa nyeri, dan
rangsangan semangat dan halusinasi dapat menimbulkan
atau khayalan-khayalan. Sifat ketergantungan, yang dibedakan
tersebut diketahui dan ditemui dalam ke dalam golongan-golongan
dunia medis bertujuan untuk sebagaimana terlampir dalam
dimanfaatkan bagi pengobatan dan Undang-Undang. Menurut
kepentingan manusia, seperti penulis, dengan adanya Undang
dibidang pembedahan untuk Undang Nomor 35 Tahun 2009
menghilangkan rasa sakit.15 tentang Narkotika menjamin
kepastian hukum ketika seseorang
c. Asas Legalitas Dalam Aturan terjerat kasus narkotika. Asas
Hukum Positif yang berkaitan legalitas jika dikaitkan dengan
dengan Penanggulangan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Penyalahgunaan Narkotika Jenis 2009 Tentang Narkotika
Baru memberikan kepastian hukum
1) Kitab Undang-Undang Hukum ketika seseorang mengedarkan,
Pidana Pasal 1 ayat 1 perihal menggunakan, atau membuat
suatu perbuatan tidak dapat di narkotika, namun hal ini hanya
pidana, kecuali berdasarkan terbatas pada jenis narkotika yang
kekuatan ketentuan Perundang- terdapat dalam Undang-Undang
Undangan yang telah ada. Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Menurut penulis, seseorang dapat Narkotika, ketika ada seseorang
dijerat dengan ketentuan pidana yang menggunakan narkotika
apabila perbuatan pidana yang jenis baru atau narkotika yang
dilakukan seseorang tersebut telah jenisnya belum terdapat dalam
diatur secara jelas dan rinci dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
suatu peraturan Perundang- 2009 Tentang Narkotika maka
Undangan. Adanya asas legalitas orang tersebut tidak bisa dijerat
menjadi sebuah kelemahan ketika secara hukum karena tidak ada
ada suatu tindak pidana yang landasan atau dasar untuk
belum terdapat aturannya, dalam menghukum para penyalahguna
hal ini narkotika jenis baru yang narkotika jenis baru, sesuai
para penyalahgunanya bisa lepas dengan asas legalitas yang
dari jerat hukum karena belum menyatakan suatu perbuatan tidak
adanya aturan yang mengatur dapat di pidana, kecuali
mengenai narkotika jenis baru. berdasarkan kekuatan ketentuan
2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun Perundang-Undangan yang telah
2009 Tentang Narkotika, Pasal 1 ada.
Angka 1 perihal pengertian 3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
Narkotika. Narkotika adalah zat 2009 Tentang Kesehatan, Pasal
atau obat yang berasal dari 102 ayat (1) perihal penggunaan
tanaman atau bukan tanaman, sediaan farmasi. Penggunaan
baik sintetis maupun semisintetis, sediaan farmasi yang berupa
yang dapat menyebabkan narkotika hanya dapat dilakukan
penurunan atau perubahan berdasarkan resep dokter atau
dokter gigi dan dilarang untuk
disalahgunakan. Menurut penulis,
15
Soedjono. D, 1987, Hukum Narkotika dengan adanya Undang-Undang
Indonesia, Alumni: Bandung, Hlm. 3
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang merupakan bagian tidak
Kesehatan menjelaskan bahwa terpisahkan dari Peraturan menteri
narkotika bukanlah obat-obatan ini. Menurut penulis, dengan
yang dapat dikonsumsi secara adanya Peraturan Menteri
umum, melainkan harus Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014
menggunakan resep dari dokter Tentang Perubahan Penggolongan
dan tidak bisa disalahgunakan Narkotika membuat
4) Peraturan Pemerintah Nomor 40 penggolongan narkotika menjadi
Tahun 2013 tentang Pelaksanaan semakin lengkap meskipun belum
Undang-Undang Nomor 35 Tahun semua mencakup jenis narkotika
2009 Tentang Narkotika, Pasal 1 yang baru. Terdapat aturan baru
Angka 1 perihal pengertian yang mencantumkan jenis
Narkotika. Narkotika adalah zat narkotika yang baru kedalam
atau obat yang berasal dari Peraturan Menteri Kesehatan
tanaman atau bukan tanaman, Republik Indonesia Nomor 2
baik sintetis maupun semisintetis, Tahun 2017 Tentang Perubahan
yang dapat menyebabkan Penggolongan Narkotika. Pada
penurunan atau perubahan Pasal 2 menyatakan Pada saat
kesadaran, hilangnya rasa, Peraturan Menteri ini mulai
mengurangi sampai berlaku, Peraturan Menteri
menghilangkan rasa nyeri, dan Kesehatan Nomor 13 Tahun 2014
dapat menimbulkan tentang Perubahan Penggolongan
ketergantungan. Menurut penulis, Narkotika, dicabut dan dinyatakan
dengan adanya Peraturan tidak berlaku.
Pemerintah Nomor 40 Tahun
2013 tentang Pelaksanaan 3. METODE PENELITIAN
Undang-Undang Nomor 35 Tahun a. Jenis penelitian
2009 Tentang Narkotika membuat Jenis penelitian hukum merupakan
jelas pelaksanaan aturan tentang jenis penelitian normatif. Fokus
penyalahgunaan narkotika yang penelitian ini berdasarkan pada
tidak bisa digunakan secara bebas peraturan perundang-undangan
dilingkup masyarakat, namun mengenai eksistensi asas legalitas
ketika terdapat narkotika jenis dalam penanggulangan
baru peraturan pelaksana ini penyalahgunaan narkotika jenis baru.
seakan tidak bisa diterapkan
karena tidak adanya aturan yang b. Sumber Data
bisa pelaksana mengenai Dalam penelitian hukum normatif
narkotika jenis baru. data berupa data sekunder, terdiri
5) Peraturan Menteri Kesehatan atas:
Nomor 13 Tahun 2014 Tentang 1) Bahan hukum primer berupa
Perubahan Penggolongan peraturan perundang-undangan
Narkotika, Pasal 1 perihal yang berkaitan dengan eksistensi
Pengubahan daftar Narkotika. asas legalitas dalam
Mengubah Daftar Narkotika penanggulangan penyalahgunaan
Golongan I dalam Lampiran I narkotika jenis baru, sebagai
Undang-Undang Nomor 35 Tahun berikut:
2009 tentang Narkotika dengan a) Kitab Undang-Undang
menambahkan jenis Narkotika Hukum Pidana Pasal 1 ayat 1
Golongan I menjadi sebagaimana perihal suatu perbuatan tidak
tercantum dalam lampiran yang dapat di pidana, kecuali
berdasarkan kekuatan primer yang dilakukan dengan
ketentuan perUndang- deskripsi hukum positif, sistematisasi
Undangan yang telah ada. hukum positif, analisis hukum
b) Undang-Undang Nomor 35 positif, interpretasi hukum positif
Tahun 2009 Tentang dan menilai hukum positif.
Narkotika, Pasal 1 Angka 1
perihal pengertian Narkotika. e. Proses berpikir
c) Undang-Undang Nomor 36 Proses berpikir yang digunakan
Tahun 2009 Tentang adalah deduktif, yaitu bertolak dari
Kesehatan, Pasal 102 ayat proposisi umum yang kebenarannya
(1) perihal penggunaan telah diketahui dan berakhir pada
sediaan farmasi. suatu kesimpulan yang bersifat
d) Peraturan Pemerintah Nomor khusus. Dalam hal ini yang umum
40 Tahun 2013 tentang berupa peraturan perundang-
Pelaksanaan Undang- undangan mengenai eksistensi asas
Undang Nomor 35 Tahun legalitas dalam penanggulangan
2009 Tentang Narkotika, penyalahgunaan narkotika jenis baru.
Pasal 1 Angka 1 perihal Khususnya berupa hasil penelitian
pengertian Narkotika. mengenai eksistensi asas legalitas
e) Peraturan Menteri Kesehatan dalam penanggulangan
Nomor 13 Tahun 2014 penyalahgunaan narkotika jenis
Tentang Perubahan baru..
Penggolongan Narkotika.
2) Bahan Hukum Sekunder, berupa 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
fakta hukum, putusan Berdasarkan hasil wawancara
pengadilan, doktrin, asas-asas Penulis dengan para narasumber yang
hukum, dan pendapat hukum bersangkutan, BNN (Badan Narkotika
dalam literatur, jurnal, hasil Nasional) Provinsi DIY memaparkan
penelitian, dokumen, surat kabar, Bahwa penerapan Asas legalitas telah
internet dan majalah ilmiah. berjalan sesuai dengan aturan hukum
c. Cara Pengumpulan Data yang berlaku, Asas Legalitas dapat
Untuk memperoleh data primer, diterapkan dengan terdapatnya
dilakukan dengan Studi kepustakaan pelanggaran pidana dalam kaitannya
dan Wawancara yaitu mengadakan dengan Narkotika yang telah ditetapkan
tanya jawab secara lisan dengan dalam Undang – Undang Narkotika,
Nugroho S.H selaku pegawai di namun asas legalitas telah diterapkan
BNN (Badan Narkotika Nasional) dalam pengguna narkotika jenis baru,
Provinsi DIY, Muhammad Baginda yaitu dengan membebaskan para
Rajoko Harahap S.H M.H selaku pengguna narkotika jenis baru yang tidak
Hakim Pengadilan Negeri Sleman, diatur dalam Undang-Undang.
Daniel Kristanto Sitorus, S.H selaku Sedangkan Hakim Pengadilan Negeri
Jaksa di Kejaksaan Negeri Sleman, Sleman mengungkapkan bahwa
AKP Endang Dini Munazat S.H penerapan asas legalitas dalam
selaku anggota Dit Resnarkoba penyelesaian perkara narkotika jenis baru
Kepolisian Daerah DIY menyebabkan tidak terjeratnya bagi
pengguna narkotika jenis baru. Berkaitan
d. Analisis data dengan tidak ada dasar hukum yang kuat,
Analisis data yang digunakan dalam dengan adanya asas legalitas
penelitian adalah analisis data secara menimbulkan kekakuan hukum sehingga
kualitatif terhadap bahan hukum tidak dapat mengatasi persoalan yang
berkembang di dalam masyarakat. Jaksa kekosongan hukum yang ada dalam
Kejaksaan Negeri Sleman menambahkan perkembangan zaman. Pembaharuan
bahwa asas legalitas memiliki eksistensi hukum berfungsi sebagai pembentuk
yang sangat kuat artinya bahwa asas harmonisasi dan sinkronisasi bagi asas
legalitas tidak dapat disimpangi oleh legalitas. Harmonisasi dan sinkronisasi
alasan apapun sehingga dalam kaitanya yang dimaksud berkaitan dengan
dengan asas legalitas dalam penyelesaian apabila terdapatnya pembaharuan
perkara narkotika jenis baru tidak dapat hukum, aturan hukum jelas dan dapat
berperan banyak dikarenakan adanya diterapkan serta memiliki kesesuaian
kekakuan dalam asas legalitas dalam dengan asas legalitas. Pembaharuan
perkembangan permasalaham hukum hukum khususnya bagi pembaharuan
yang ada di dalam masyarakat. Dit hukum narkotika jenis baru sangat
Resnarkoba Kepolisian Daerah DIY berfungsi untuk mengatasi kekakuan
beranggapan bahwa asas legalitas dalam asas legalitas yang tidak dapat
penerapannya bagi pengguna narkotika dikecualikan dengan alasan apapun.
jenis baru yang tidak terdapat dalam
Undang-Undang menyebabkan 6. REFRENSI
terdapatnya kekosongan hukum dalam
memberikan sanksi pidana dikarenakan BUKU:
memberikan kekakuan hukum dalam
perkembangan yang terjadi di dalam Djoko Prakoso, Bambang Riyadi Lany
masyarakat yaitu dengan adanya dan Muhksin, 1987, Kejahatan-Kejahatan
narkotika jenis baru. yang Merugikan dan Membahayakan
Negara. Bina Aksara: Jakarta
5. KESIMPULAN
1. Asas legalitas menimbulkan kepastian H. A. Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum
hukum dalam hal seseorang tidak Pidana 1, Sinar Grafika: Jakarta
dapat dipidana apabila tidak terdapat
aturan hukumnnya, sebaliknya apabila Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan
telah ada aturan hukumnya maka Psikotropika dalam Hukum Pidana,
seseorang dapat dikenakan sanksi Mandar Maju: Bandung
pidana sesuai aturan yang berlaku.
Berkaitan dengan asas legalitas dalam Moeljatno, 2008, Asas-asas Hukum
kaitanya dengan penanggulangan Pidana, Rineka Cipta: Yogyakarta
penyalahgunaan narkotika jenis baru,
asas legalitas tidak dapat dikecualikan
Moh. Taufik Makaro, 2005, Tindak
berkaitan belum adanya aturan hukum
Pidana Narkotika, Ghalia: Jakarta
yang mengatur narkotika jenis baru.
Asas legalitas memiliki kekakuan
dalam penegakan hukum khususnya Muhammad Taufik Makaro, 2005,
dalam mengatasi persoalan narkotika Tindak Pidana Narkotika, Ghalia: Jakarta
jenis baru yang tidak dapat disimpangi.
2. Berkaitan dalam mengatasi kekakuan P.AF. Lamintang, 1997, Dasar-Dasar
asas legalitas dalam penanggulangan Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya
penyalahgunaan narkotika jenis baru, Bakti: Bandung,
perlu diketahui bahwa asas legalitas
tidak dapat dikecualikan dengan alasan Roeslan Saleh, 1983, Perbuatan Pidana
apapun. Asas legalitas yang bersifat Dan Pertanggung Jawaban Pidana, Dua
kaku dapat diatasi dengan cara Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana,
pembaharuan hukum dalam kaitanya Aksara Baru: Jakarta
Soedjono. D, 1987, Hukum Narkotika
Indonesia, Alumni: Bandung

PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009


Tentang Narkotika

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun


2013 Tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2009 Tentang Narkotika

Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2014
Tentang Perubahan Penggolongan
Narkotika Undang-Undang
Hukum Pidana

INTERNET

http://news.okezone.com/read/2013/12/2
1/337/915548/24-jenis-narkoba-beredar-
di-indonesia, diakses tanggal 19
September 2016, pukul 20.05 WIB

http://wartakota.tribunnews.com/detil/ber
ita/139998/251-Jenis-Narkoba-Baru-
Belum-Ada-dalam-UU-Narkotik, diakses
pada 11 September 2016 pukul 17.44
WIB

You might also like