Professional Documents
Culture Documents
*arif.cahyadi@gmail.com
How To Cite:
Cahyadi, I. M. A. D., Suryawan, I. G. B., & Sutama, I. N. (2019). Penegakan Hukum terhadap Adanya Aksi Persekusi. Jurnal Analogi Hukum. 1
(2). 218-222. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.1.2.1732.218-222
Abstract-Legal issues against the presence of the action of the persecution in the community growing and
complex, so it needs a regulation which expressly regulate and make the legal umbrella to protect the
community itself for the apparatus law enforcement easy doing the application of penalties against the
existence of the action for the persecution. Until this time the rule of law-related persecution in Indonesia have
not been clearly arranged according to where the large Indonesian Language Dictionary of persecution that is
is arbitrary against a hunt or a number of citizens and being hurt, compounded or the Chief. From the
background of the above, the authors take the title research law enforcement Action Against the existence of
Persecution. Formulation of the problem in this research, namely how the concept of persecution in positive
law and how the law enforcement action against the existence of persecution. The type of research used in the
writing of this thesis is the normative legal research. Normative research type that is based on the rule of law
in order to answer the problems that exist. The concept of persecution in positive law are examined, namely
the Constitution of the Republic of Indonesia year of 1945, the legislation of the Republic of Indonesia Number
39 Year 1999 on human rights and the Criminal law. Law enforcement by the police against the existence of
the rule of law to use the persecution of action contained in the legislation of criminal law.
Abstrak-Permasalahan hukum terhadap adanya aksi persekusi dalam masyarakat semakin berkembang dan
kompleks, sehingga dibutuhkan suatu regulasi yang dengan secara tegas mengatur dan menjadikan payung
hukum untuk melindungi masyarakat itu sendiri agar para aparat penegak hukum mudah melakukan penerapan
sanksi hukum terhadap adanya aksi persekusi tersebut. Sampai saat ini aturan hukum yang terkait dengan
persekusi di Indonesia belum jelas diatur dimana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia persekusi yaitu
merupakan pemburuan sewenang-wenang terhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah atau
ditumpas. Dari latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul penelitian yaitu Penegakan Hukum
Terhadap Adanya Aksi Persekusi. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana konsep persekusi
dalam hukum positif dan Bagaimana penegakan hukum terhadap adanya aksi persekusi. Tipe penelitian yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Tipe penelitian normatif yaitu
berpedoman pada aturan hukum guna menjawab permasalahan yang ada. Konsep persekusi dalam hukum
positif yang dikaji yaitu Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Penegakan hukum oleh pihak kepolisian terhadap adanya aksi persekusi menggunakan aturan hukum yang
terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Indonesia dan kamus hukum yang mengenai dibawahnya. Dari kajian terhadap aturan hukum
hukum pidana. positif ini akan didapatkan konsep persekusi itu
sendiri dan aturan hukum positif yang mana
Dalam hal pengumpulan bahan hukum paling mendekati dengan kategori persekusi
menggunakan studi kepustakaan dan tersebut. Aturan hukum positif yang dikaji yaitu
dokumentasi sedangkan analisis bahan hukum mulai dari Undang-undang Dasar Negara
dilakukan secara sistematis dengan Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-
menggunakan argumentasi hukum secara undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
deduktif dan induktif yang hasil analisisnya 1999 Tentang Hak Asasi Manusia dan Kitab
dituangkan secara deskriptif. Undang-undang Hukum Pidana.
3. Hasil dan Pembahasan Dimulai dari Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
Konsep Persekusi Dalam Hukum Positif peraturan yang paling tinggi dimana persekusi
itu sendiri bila dikaitkan dengan UUD 1945
Berbicara mengenai hukum tidak bisa maka bisa digolongkan kedalam pelanggaran
terlepas dari yang namanya perbuatan hukum hak asasi manusia atau pelanggaran terhadap
karena yang menjadi obyeknya yaitu orang atau hak orang lain karena bertentangan atau
masyarakat secara luas dimana sesuai dengan bertolak belakang dengan yang namanya hak
asas yang dikenal yaitu ubi societas ibi ius yang asasi manusia itu sendiri dan disamping itu juga
mempunyai arti dimana ada masyarakat disitu yang paling mendekati konsep dari persekusi
ada hukum asas tersebut dikemukakan oleh dalam UUD 1945 yaitu mengenai pelanggaran
Marcus Tullius Cicero seorang filsuf, ahli hak asasi manusia dimana aturan hukum
hukum, dan ahli politik kelahiran Roma. mengenai pelanggaran hak asasi manusia
Mengenai perbuatan hukum banyak sekali tersebut termuat dalam pembukaan dan batang
macam perbuatan hukum yang sudah dilakukan tubuh yang tercantum pada alinea I dan alinea
oleh manusia mulai dari ringan hingga yang IV serta dalam batang tubuh tercantum pada
berat salah satunya adalah mengenai aksi pasal 27 sampai dengan 34 dan berdasarkan
persekusi itu sendiri, banyak kalangan amandemen dari UUD 1945 dimana yang
masyarakat khususnya masyarakat yang awam menyangkut mengenai hak asasi manusia
mengenai hukum terkadang salah mengartikan tercantum dalam Bab X A pasal 28 A sampai
persekusi tersebut. dengan 28 J.
Ada masyarakat berpendapat bahwa Dalam kajian menurut Undang-undang
persekusi itu merupakan main hakim sendiri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
ada masyarakat berpendapat persekusi itu tentang Hak Asasi Manusia tidak jauh berbeda
merupakan bagian dari kejahatan kemanusiaan juga dengan yang terdapat didalam UUD 1945
karena melanggar hak asasi manusia ada juga karena mempunyai kemiripan dari segi
masyarakat berpendapat bahwa persekusi penggolongan persekusi tersebut dimana dalam
tersebut bagian dari penganiayaan, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39
pengeroyokan bahkan pembunuhan tetapi itu Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
sah-sah saja karena masyarakat memang mengartikan persekusi itu sebagai pelanggaran
memiliki keleluasaan untuk mengeluarkan hak asasi manusia biasa namun bedanya di
berbagai macam pendapat apapun mengenai Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39
persekusi tersebut karena itu merupakan bagian Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia tentu
dari hak setiap individu. saja terletak di dalam pasalnya dimana dalam
pasal 1 mengenai ketentuan umum lebih
Konsep persekusi bisa diartikan sebagai tepatnya pada nomor 4 dan nomor 5 yakni
suatu kerangka ataupun rancangan dan atau mengenai penyiksaan dan pelanggaran hak
untuk mengetahui konsep dari persekusi itu asasi manusia. Dari aturan hukum yang terdapat
sendiri terhadap aturan hukum positif tersebut dalam Undang-undang Republik Indonesia
yang bisa digolongkan kedalam persekusi itu Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
sendiri. Dalam hal ini aturan hukum positif Manusia ini memiliki gambaran atau konsep
yang dikaji sesuai dengan hierarki peraturan bahwa persekusi tersebut masuk dalam kategori
perundang-undangan yang masih berlaku pelanggaran hak asasi manusia biasa dan
dimana hierarki peraturan perundang-undangan hampir dengan yang terdapat dalam UUD 1945.
tersebut adalah urutan sistematis peraturan
perundang-undangan dari yang tertinggi hingga Selanjutnya menurut aturan hukum dalam
terendah dimana peraturan yang lebih tinggi hukum pidana dimana persekusi diartikan
menjadi sumber dan dasar peraturan-peraturan dalam tindak pidana dengan menyamakan
persekusi itu dengan salah satu bentuk
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
220
Penegakan Hukum terhadap Adanya Aksi Persekusi
kejahatan yang tertuang dalam kitab undang- Dalam rangka penegakan hukum, faktor
undang hukum pidana. Dalam KUHP terdapat manusia sangat terlibat dalam usaha penegakan
beberapa pasal yang digolongkan kedalam hukum tersebut. Penegakan hukum bukan suatu
persekusi yaitu pada pasal 170 KUHP tentang proses logis semata, melainkan sarat dengan
pengeroyokan dan didalam Kitab Undang- keterlibatan manusia di dalamnya. Penegakan
undang Hukum Pidana buku II tentang hukum tidak lagi dapat dipandang sebagai
kejahatan pada Bab XX tentang penganiayaan usaha deduksi yang logis, akan tetapi
mulai dari pasal 351 KUHP sampai dengan merupakan hasil dari pilihan-pilihan (Zaidan,
pasal 358 KUHP. Dari aturan hukum yang 2015).
terdapat dalam KUHP dimana pasal-pasal yang
ada dalam KUHP mengartikan persekusi itu Proses penegakan hukum tidak dapat
sebagai suatu tindak pidana yang masuk dalam dilakukan secara menyeluruh, dalam arti tidak
kategori kejahatan. semua bentuk tindak pidana terhadap pelaku
yang telah memenuhi rumusannya dapat
Dalam aturan hukum positif yang terdapat dilakukan penuntutan di pengadilan. Tidak
diatas bila dikaitkan dengan persekusi itu dapatnya seseorang dilakukan penuntutan
sendiri dimana UUD 1945 mengartikan dibatasi oleh undang-undang itu sendiri,
persekusi itu sebagai bentuk pelanggaran hak misalnya perlu adanya pengaduan lebih dahulu
asasi manusia, Undang-undang Nomor 39 agar suatu tindak pidana dapat diproses (Husin,
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia juga Listianingsih, & Husin, 2016).
mengartikan persekusi sebagai bentuk
pelanggaran hak asasi manusia biasa hanya Hampir diseluruh negara didunia ini, polisi
berbeda ketentuan pasalnya saja, sedangkan bertugas menjaga keamanan ketertiban dan
dalam ketentuan didalam KUHP berbeda lagi penegakan hukum, memerangi kejahatan dan
mengartikan persekusi tersebut dimana penyakit masyarakat. Dalam memproses
persekusi merupakan bagian dari bentuk terjadinya tindak pidana polisi sangat berperan
kejahatan yang dimana erat kaitannya dengan saat melakukan penangkapan, penyelidikan
tindak pidana. maupun penyidikan (Hatta, 2009).
Secara keseluruhan mulai dari UUD 1945, Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang keamanan dalam negeri yang meliputi
Hak Asasi Manusia dan KUHP mengartikan terpeliharanya keamanan dan ketertiban
persekusi itu sangat berbeda dan beragam akan masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,
tetapi dalam hal ini konsep persekusi yang terselenggaranya perlindungan, pengayoman
paling mendekati dengan aturan hukum positif dan pelayanan kepada masyarakat serta
yang sudah dikaji yaitu terdapat dalam hukum terbinanya ketentraman masyarakat dengan
pidana tepatnya pada KUHP dimana dalam menjunjung tinggi hak asasi manusia.
KUHP menyatakan persekusi bagian dari Secara spesifik mengenai penegakan
bentuk kejahatan dalam hal ini yang menjadi hukum oleh pihak kepolisian yang dimana
acuan atau variabelnya yaitu dari pengertian menggunakan KUHP sebagai pemberian sanksi
dan unsur-unsur persekusi itu sendiri, aturan untuk pelaku persekusi itu sendiri. Pasal yang
hukum positif yang mana mendekati dengan dikaji yaitu pasal 170 KUHP tentang
pengertian dan unsur-unsur dari persekusi itu pengeroyokan dan pada Bab XX tentang
sendiri, dalam hal ini ternyata yang paling penganiayaan mulai dari pasal 351 KUHP
mendekati yaitu aturan hukum yang terdapat sampai dengan pasal 358 KUHP tersebut.
dalam KUHP. Maka dalam hal ini konsep Aparat penegak hukum dalam hal ini pihak
persekusi itu adalah bagian dari suatu kejahatan kepolisian memilih menggunakan aturan hukum
dan erat kaitannya dengan tindak pidana. yang terdapat dalam KUHP tidak dengan aturan
hukum lainnya karena hanya aturan hukum
Penegakan Hukum Terhadap Adanya Aksi yang ada didalam KUHP saja yang mengatur
Persekusi mengenai tindak pidana disamping itu juga
mengacu kepada pengertian dari persekusi dan
Penegakan hukum didefinisikan sebagai unsur-unsur persekusi tersebut memenuhi untuk
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai bisa digolongkan kedalam bentuk suatu
yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang kejahatan atau tindak pidana dan mempunyai
mantap dan mengejawantah dalam sikap tindak hubungan dengan unsur dari tindak pidana itu
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir sendiri.
untuk menciptakan, memelihara, dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup 4. Simpulan
(Zaidan, 2015).
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
221
Penegakan Hukum terhadap Adanya Aksi Persekusi