You are on page 1of 11

UPAYA PERLINDUNGAN HAK-HAK TERSANGKA/TERDAKWA

MELALUI MEKANISME PRAPERADILAN DI KOTA


GORONTALO*

Dian Ekawaty Ismail** dan Yowan Tamu***

Abstract
Building justice through judicature institution always contends with consequence
which sacrifices the suspected as being object of investigation. There is a guarantee called
“presumption of innocence”, but the guarantee is not representative enough, there must be
still a guarantee that the position of the suspected is quiet strong, not only as object, but also,
as possible as being subject, and law officers effort to find fair decisions. With the existing of
prejudge, in hope, Criminal affairs will run well which is suitable with the current regulation.
Arresting, jailing etc can not be accomplished at haphazard. The whole is to manifest law
protection of human rights in order not to be violated. Besides it, the existence of prejudge in
hope, is able to help and gives the protection of law to the basic rights of the accused as an
effort to protect the one from forced trial by investigators and public prosecutors. Therefore,
automatically the rights of the accused can also be protected. The execution of prejudge as
managed within KUH Pidana is influenced by several factors such as: first, prejudge as the
law protection of human rights. Second: prejudge as the instrument to control the investigator
and prosecutor, Besides the factor as explained above, there are also barriers in the execution
of prejudge. The hindering factor of prejudge execution consists, such as; First the prejudge
practice is still rare. second, the basic difference of judge’s decision of sentence, third, limited
time for inspection of prejudge affairs.

Kata Kunci: perlindungan, hak-hak tersangka, praperadilan.

A. Pendahuluan dengan peraturan hukum itu sendiri.


Sebagai konsekwensi dari negara Kalau sampai terjadi hal-hal yang bersifat
hukum, masyarakat diharuskan taat pada pemaksaan terhadap pelaksanaan hukum,
hukum. Dengan kata lain pemerintah harus maka hal tersebut tidak dibenarkan oleh
bisa melindungi kepentingan masyarakat hukum. Misalnya dalam suatu kehidupan
atau memberikan jaminan pelayanan jangan sehari hari terjadi suatu kasus pembunuhan
sampai terjadi hal-hal yang bertentangan sudah pasti pemerintah akan berusaha

*
Laporan Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Negeri Gorontalo.
**
Dosen Hukum Pidana Universitas Negeri Gorontalo. Aktifis Hak Asasi Manusia di Provinsi Gorontalo. (Jalan
Lumba-lumba No. 92, Kelurahan Ipilo, Kecamatan Kota Timur, Gorontalo 96112)
***
Dosen Hukum Islam Universitas Negeri Gorontalo. Pejuang Hak-Hak Perempuan. (e-mail: ytamu@yahoo.
co.id)
82 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, Halaman 81 - 92

mencari siapa pelaku sebenarnya peristiwa. diduga melakukan tindak pidana merupakan
Dalam merealisasikan hukum di hal yang mutlak untuk diperlukan.
masyarakat tersebut tentunya diperlukan Hal ini didasarkan pada asas yang
suatu proses yang tidak main-main. berlaku dalam hukum kita yakni asas
Membangun dan merealisaikan hukum praduga tak bersalah atau yang biasa
dalam kehidupan masyarakat sudah pasti dikenal dengan presumtion of innocence.
akan dihadapkan pada berbagai tantangan, Hukum Acara Pidana telah mengatu tentang
baik yang disebabkan oleh faktor internal hak-hak dan kewajiban penegak hukum
maupun eksternal masyarakat itu sendiri. menangani dan memeriksa perkara pidana,
Pembenahan lembaga peradilan dan termasuk di dalamnya mengatur tentang
lembaga penegak hukum lainnya, seperti bagaimana memperlakukan setiap orang
kepolisian, kejaksaan, PPNS merupakan sama kedudukannya dalam hukum.
suatu proses yang membutuhkan perencanaan Menurut Andi Hamzah, fakta yang
yang terarah dan terpadu, realistis dan terjadi sekarang ini penahanan dapat
sekaligus mencerminkan prioritas dan dimintakan upaya hukum yang lain yaitu
aspirasi kebutuhan masyarakat. Pembenahan banding atau kasasi. Di dalam KUHAP
kelembagaan peradilan ditujukan untuk memang tidak diatur tentang upaya hukum
mewujudkan lembaga pengadilan yang banding atau kasasi terhadap sah atau
mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa tidaknya penangkapan atau penahanan,
dan pihak manapun, tidak memihak apabila sudah mendapat penetapan dari hakim
(imparsial), transparan, kompeten, memiliki praperadilan. Namun kenyataan di lapangan
akuntabilitas, partisipatif, cepat, dan mudah di dalam yurisprudensi diperbolehkan.
diakses. Pada dasarnya proses hukum acara
Pada dasarnya dalam hukum negara pidana telah kita kenal sebelumnya dalam
Indonesia terutama dalam Kitab Undang- HIR dan RBG. Kemudian dengan keluarnya
Undang Hukum Acara Pidana, kewenangan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981
pemerintah untuk mencari dan memeriksa tentang Kitab Undang-Undang Hukum
pelaku tindak pidana dibatasi oleh sikap Acara Pidana lebih menyempurnakan
untuk tidak sewenang-wenang menangkap segalanya antara lain mengenai diaturnya
memeriksa dan menghukum seseorang suatu lembaga praperadilan.
tanpa pembuktian dan prosedur yang Maksud dan tujuan dari dibentuknya
jelas. Seseorang yang diduga keras telah lembaga praperadilan itu adalah hanya
melakukan suatu tindak pidana harus semata mata untuk melindungi hak-hak
diperlakukan juga seperti layaknya sebagai tersangka dalam tingkat pemeriksaan
manusia. Perlindungan terhadap hak asasi pendahuluan yang dilakukan oleh penyidik.
setiap orang termasuk orang yang sudah Hal ini ada diatur dalam Pasal 1 butir 10

Andi Hamzah, 1987, Pengantar Hukum Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.
1
Dian dan Yowan, Upaya Perlindungan Hak-hak Tersangka/terdakwa 83

KUHAP sebagai berikut : aturan hukum yang berlaku. Penangkapan,


Praperadilan adalah wewenang penahanan, penggeledahan, penyitaan, penyi­
pengadilan negeri untuk memeriksa dan dikan, penuntutan, penghentian penyidikan
memutus menurut cara yang diatur dalam atau penuntutan dan sebagainya tidak bisa
Undang-Undang ini tentang: Pertama, dilakukan dengan semena-mena. Semua itu
Sah atau tidaknya suatu penagkapan dan dilaksanakan untuk mewujudkan perlindung­
penahanan atas permintaan tersangka. an hukum terhadap hak-hak asasi manusia
Kedua, Sah atau tidaknya penghentian agar jangan sampai terjadi perkosaan hak.
penyidikan atau penghentian penuntutan Adanya jaminan dan perlindungan
atas permintaan demi tegaknya hukum dan terhadap Hak Asasi Manusia dalam peraturan
keadilan. Ketiga, Permintaan ganti kerugian hukum acara pidana mempunyai arti yang
atau rehabilitasi oleh tersangka. sangat penting sekali. Sebagian besar dalam
Menurut Mohamad Anwar, prapera- rangkaian proses dari hukum acara pidana
dilan dari sudut etimologi terdiri dari dua menjurus kepada pembatasan-pembatasan
kata, “pra” yang berarti sebelum. “Peradi- hak-hak asasi manusia seperti penangkapan,
lan” sendiri dapat dimaknai sebagai proses penahanan, penyitaan, penggeledahan dan
pemeriksaan tersangka, saksi, barang bukti, penghukuman yang pada hakekatnya adalah
penuntut umum atau Penasehat hukum, yang pembatasan hak-hak asasi manusia.
kemudian oleh majelis Pengadilan Nege­ Dengan adanya lembaga praperadilan
ri memutus perkara dengan menjatuhkan maka sangat diharapkan dapat membantu dan
pidana atau membebaskan terdakwa dari se- memberikan perlindungan hukum terhadap
gala tuntutan hukum. hak-hak asasi tersangka sebagai upaya
Tujuan diadakan lembaga Praperadilan untuk melindungi diri dari upaya paksa oleh
dalam dunia penegakan hukum di negara penyidik dan jaksa sebagai penuntut umum.
kita adalah untuk memantapkan pengawasan Dengan demikian secara otomatis hak-hak
(control) terhadap praktik pemeriksaan tersangka/terdakwa dapat dilindungi pula.
pidana khususnya pada tingkat penyidikan Titik berat perhatian pemeriksaan
dan penuntutan. Lebih jauh lagi yakni dalam praperadilan dimulai untuk menentukan
rangka menghargai hak asasi dari seseorang apakah petugas telah melaksanakan secara
yang telah disangka melakukan suatu sah atau tidak sah, tindakan penyidikan atau
pelanggaran atau kejahatan hukum. tindakan penuntutan atas permintaan demi
Dengan adanya praperadilan ini di- tegaknya hukum dan keadilan. Selanjutnya
harapkan perkara pidana akan berjalan permintaan tentang ganti kerugian atau
de­ngan sebaik-baiknya sesuai dengan per- rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya.

2
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.
3
Mohamad Anwar, 1989, Praperadilan di Indonesia, Ind. Hill. Co., Jakarta, hlm. 25.
4
Purnomo, 1993, Pokok-Pokok Tata Cara Peradilan Pidana Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1981, Liberty, Yogyakarta, hlm. 34.
84 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, Halaman 81 - 92

Pengaturan tentang praperadilan yang a. Untuk mengetahui sejauhmana lembaga


begitu jelas dalam KUHAP kadang dalam praperadilan telah memberikan
praktiknya di lapangan tidak sesuai dengan perlindungan hukum terhadap hak-hak
yang diharapkan. Hal ini didasarkan pada asasi manusia khususnya tersangka;
kejadian-kejadian yang dapat kita lihat, b. Untuk mencari solusi atau penyelesaian
dengar dan saksikan secara langsung baik yang baik upaya perlindungan hak-hak
melalui media masa atau media elektronik. tersangka/terdakwa melalui mekanisme
Dalam kenyataan sehari-hari ternyata praperadilan.
masih terjadi penyimpangan- penyimpangan
yang tidak sesuai dengan yang diatur oleh D. Metode Penelitian
Undang-Undang, bahkan kadangkala banyak Penelitian mengenai upaya perlindung­
pencari keadilan tidak dapat memanfaatkan an hak-hak tersangka/terdakwa melalui
keberadaan lembaga ini, ketika terjadi mekanisme praperadilan di Kotamadya Go-
perkosaan hak-hak asasi sebagai manusia. rontalo, merupakan penelitian yang bersifat
Munculnya situasi demikian, maka penulis yuridis normatif, yaitu penelitian hukum
tertarik untuk mengkaji hal tersebut. yang bertujuan mencari kaedah, norma atau
das sollen. Jenis data yang diperoleh dari pe-
B. Rumusan Masalah nelitian kepustakaan ini adalah data sekun-
Keberadaan lembaga Praperadilan der berupa kaedah atau norma yang meliputi
merupakan suatu hal yang sangat di perlukan asas-asas hukum, sistematika hukum, per-
bagi mereka yang mencari keadilan apabila bandingan hukum dan sejarah hukum.
telah terjadi hal hal yang tidak sesuai dengan Bahan atau materi dalam penelitian
yang diatur dalam Undang-Undang terutama ini diperoleh dari bahan-bahan pustaka
mengenai prosedur pemeriksaan, penyitaan, melalui perpustakaan, dokumen-dokumen,
penahanan dan lain sebagainya, dalam jurnal hukum, bahan internet, peraturan
penelitian ini peneliti merumuskan masalah perundang-undangan dan artikel/tulisan lain
pokok sebagai berikut: yang berhubungan dengan permasalahan
a. Apakah lembaga praperadilan telah yang dapat diperoleh dari bahan hukum
memberikan perlindungan hukum berupa: Pertama, bahan hukum primer.
terhadap hak-hak asasi manusia Kedua, bahan hukum sekunder. Ketiga,
khususnya tersangka? bahan hukum tertier.
b. Bagaimana upaya perlindungan hak-hak Sarana yang digunakan untuk mengum-
tersangka/terdakwa melalui mekanisme pulkan data sekunder adalah studi dokumen
praperadilan? yaitu dengan cara mempelajari data melalui
buku, laporan hasil penelitian, seminar, yang
C. Tujuan Penelitian berkenaan dengan permasalahan, kemudian
Sementara itu yang menjadi tujuan dari dikaji untuk digunakan dalam menjawab
penelitian ini adalah sebagai berikut: permasalahan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.


5
Dian dan Yowan, Upaya Perlindungan Hak-hak Tersangka/terdakwa 85

Untuk mengumpulkan data yang dibu­ dokumen, dan data primer yang didapat
tuhkan dari lapangan dilakukan dengan melalui dan pedoman wawancara. Data
menggunakan pedoman wawancara. tersebut kemudian diklasifikasi dan dicatat
Pedoman wawancara dalam penelitian ini secara sistematis dan konsisten untuk
merupakan kombinasi antara pedoman memudahkan analisisnya.
wawancara yang terstruktur yaitu pedoman Data yang dipergunakan dalam
wawancara yang disusun secara rinci, dan penelitian ini adalah analisis deskriptif,
pedoman wawancara tidak terstruktur yaitu sehingga dapat diperoleh gambaran yang
pedoman wawancara yang hanya memuat menyeluruh mengenai kaedah-kaedah yang
garis besar wawancara. berkaitan dengan materi permasalahannya.
Subyek penelitian diambil datanya/ Dalam penelitian hukum normatif yang
informasinya dalam penelitian ini adalah: mempergunakan data sekunder, penelitiannya
Pertama, Narasumber yang terdiri dari Kasat pada umumnya bersifat deskriptif serta
Polresta Gorontalo yang menangani kasus- analisisnya bersifat kualitatif. 
kasus pidana dan Ketua Asosiasi Advokat
Indonesia di Provinsi Gorontalo. Kedua, E. Hasil Penelitian
Responden yang terdiri dari masing-masing Dalam pembahasan ini, penulis men­
polisi yang pernah diajukan dalam perkara coba menguraikan hasil penelitian yang
praperadilan di bagian wilayah Polresta diperoleh yakni sebagai berikut:
Gorontalo, 3 orang advokat, 3 orang
terdakwa/tersangka yang pernah mengajukan 1. Perlindungan Hukum terhadap Hak
praperadilan. Asasi Tersangka/Terdakwa
Lokasi dalam penelitian ini adalah Keberadaan lembaga praperadilan yang
berada di Kota Gorontalo yakni di lahir bersamaan dengan kelahiran KUHAP
Pengadilan Negeri Gorontalo. Penentuan sebenarnya mempunyai maksud memberikan
lokasi ini didasarkan pada pertimbangan perlindungan terhadap hak-hak asasi atau
atau alasan bahwa lokasi subyek dan obyek harkat dan martabat manusia terutama bagi
penelitian lebih mudah dijangkau. Selain pencari keadilan. Dari hasil penelusuran
itu pemilihan lokasi penelitian ini dalam peneliti, para pencari keadilan terutama
rangka memberikan sumbangsih pemikiran yang pernah mengajukan permohonan
kepada Pengadilan Negeri Gorontalo untuk praperadilan merasakan dan menilai bahwa
meningkatkan kualitas putusan hakim dalam keberadaan lembaga praperadilan belum
rangka penegakan hukum. berfungsi sebagaimana dicita-citakan
Sebelum data dianalisis diadakan oleh KUHAP. Hal ini dibuktikan dengan
terlebih dahulu pengorganisasian terhadap mengamati dan mempelajari secara seksama
data sekunder yang didapat melalui studi antara lain atas laporan permohonan

Maria Sumardjono, 2001, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah Panduan Dasar, Cetakan Ketiga,
6

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. hlm. 10.


86 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, Halaman 81 - 92

pemeriksaan praperadilan yang diajukan/ Pada praktiknya praperadilan yang bertujuan


dimohonkan oleh Husen Herman kepada antara lain untuk melindungi hak asasi
Pengadilan Gorontalo akibat penganiayaan tersangka sering kali di bypass atau dengan
dan terdaftar sebagai perkara gugatan Nomor kata lain langsung masuk pada pemeriksaan
4/Praperadilan/2007/PN.Gto tertanggal 22 dengan penyidangan pokok perkara, sehingga
Mei 2007. menyebabkan permohonan praperadilan
Perkara yang dimohonkan praperadilan gugur dengan sendirinya. Praktik demikian
oleh Husen Herman bermula dari bertujuan untuk menjaga jangan sampai
penganiyayaan yang dilakukan oleh NN permohonan praperadilan akan dikabulkan
(nama disamarkan) kepada pemohon. oleh hakim yang memeriksa perkara.
Dari hasil penyidikan, penyidik atas nama Biasanya praktik ini dilakukan apabila sudah
MT (nama disamarkan) untuk sementara melibatkan pejabat penting penegak hukum.
melakukan penahanan kepada pelaku. Dari hasil penelitian yang didapatkan
Tapi entah dengan alasan apa kemudian ternyata praktik ini masih sering dilakukan
penyidik melepaskan pelaku tersebut. di lingkungan Pengadilan Negeri Gorontalo.
Akibat dilepaskan dari tahanan pelaku Sehingga menyebabkan permohonan
melakukan penganiyayaan kembali kepada pemeriksaan praperadilan yang diajukan
pemohon. Kelalaian dari penyidik sebagai oleh pemohon banyak yang dieliminir atau
alasan utama dari pemohon mengajukan ditiadakan. Pada akhirnya permohonan
permohonan praperadilan terhadap penyidik praperadilan pun dinyatakan gugur dengan
ke Pengadilan Negeri Gorontalo. sendirinya. Hampir semua perkara yang
Menurut Kasat Reskrim Polresta diajukan permohonan praperadilan kepada
Gorontalo, kejadian ini bukan merupakan Pengadilan Negeri Gorontalo, ketika proses
kesengajaan dari penyidik tapi semata-mata persidangan sementara jalan, tiba-tiba hakim
karena faktor penyidik adalah manusia menghentikan pemeriksaan praperadilan
biasa yang masih ada kekurangannya juga. dengan alasan bahwa pemeriksaan sudah
Oleh karenanya beliau meminta maaf atas mulai masuk pada pokok perkara. Dengan
kelalaian yang dilakukan oleh bawahannya, demikian permohonan pemeriksaan
dan berjanji akan memproses hal itu. praperadilan dinyatakan gugur.
Menurut Ketua Pengadilan Negeri
2. Upaya Perlindungan Hak-Hak Asasi Gorontalo10, hal ini tidak dapat dipersalahkan
Melalui Praperadilan kepada hakim yang memeriksa permohonan
Lembaga praperadilan ternyata belum praperadilan. Pada dasarnya hakim hanya
efektif sebagai alat control bagi penyidik. menjalankan peraturan atau ketentuan yang
ada sesuai dengan KUHAP.

7
Data yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Gorontalo
8
Hasil wawancara dengan salah satu pemohon praperadilan pada tanggal 4 Juni 2007.
9
Hasil wawancara dengan Kasat Reskrim Polresta Gorontalo, pada tanggal 7 Juni 2007.
10
Hasil wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Gorontalo pada tanggal 9 Juni 2007.
Dian dan Yowan, Upaya Perlindungan Hak-hak Tersangka/terdakwa 87

Demikian juga praktik di lapangan ya paksa adalah suatu tindakan yang akan
ditemui bahwa pengajuan permohonan mengurangi hak dari tersangka/terdakwa,
pemeriksaan praperadilan ditentukan juga sehingga perlu dilakukan suatu pengawasan
oleh beberapa faktor, baik faktor pendukung terhadap pelaksanaannya.
maupun faktor penghambat. Untuk itu Menurut Ketua Ikatan Penasehat
peneliti akan menguraikan di bawah ini Hukum Indonesia (IPHI), Herson Abas, S.H.,
faktor pendukung dan faktor penghambat pada dasarnya tujuan dari diaturnya lembaga
tersebut. Praperadilan dalam KUHAP adalah sangat
baik. Tapi kenyataan di lapangan masih sulit
3. Faktor Pendukung Praperadilan diwujudkan. Sehingga para pencari keadilan
Dari hasil penelitian yang diperoleh di harus berfikir lagi atau mempertimbangkan
lapangan, yang menjadi faktor pendukung lagi langkah mau mengajukan Praperadilan
dalam pelaksanaan praperadilan adalah tersebut.11
sebagai berikut:
b. Praperadilan sebagai Alat Kontrol
a. Praperadilan sebagai Perlindungan terhadap Penyidik dan Jaksa sebagai
Hukum Hak Asasi Manusia Penuntut Umum
Berlakunya Undang-Undang Nomor Selain sebagai lembaga baru, pra­
8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana peradilan berfungsi sebagai alat kontrol
yang didalamnya telah memuat ketentuan- terhadap tindakan penyidik sebagai penuntut
ketentuan mengenai masalah praperadilan, umum apabila terjadi penyalahgunaan
maka kepentingan hak asasi tersangka wewenang yang telah diberikan kepada
diharapkan akan lebih diperhatikan. Memang aparat penegak hukum tersebut. Maksud dari
seseorang yang belum tentu bersalah itu alat kontrol adalah bahwa setiap tindakan
dapat juga dikenai penangkapan maupun dari penyidik dan jaksa haruslah berdasarkan
penahanan, akan tetapi dengan adanya pada aturan yang telah berlaku dan sesuai
praperadilan ini diharapkan penangkapan dengan KUHAP.
maupun penahanan itu telah melali prosedur Demi efisiensi dan efektifitas kerja,
yang telah ditentukan. tidak jarang terjadi bahwa polisi akan
Seperti dinyatakan dalam pedoman mencari suatu bukti yang relatif mudah,
pelaksanaan KUHAP, praperadilan dimak- misalnya dengan memaksa tersangka supaya
sudkan untuk kepentingan pengawasan ter- mengakui perbuatan pidananya, melakukan
hadap perlindungan hak-hak tersangka/ter- penangkapan tanpa surat perintah atau
dakwa, maka tentunya hak yang dilindungi melakukan penahanan yang tidak sesuai
tersebut bukan saja terhadap suatu penang- dengan prosedur yang berlaku. Sehingga
kapan dan penahanan saja, melainkan kese­ jaksa dapat dengan segera menghadapkan
luruhan daripada upaya paksa. Karena upa-

11
Hasil wawancara dengan Ketua Ikatan Penasehat Hukum Indonesia pada tanggal 11 Juni 2007.
88 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, Halaman 81 - 92

tersangka ke depan sidang pengadilan. a. Praktik Praperadilan yang Masih


Keadaan seperti inilah yang merupakan Kurang
kelemahan dari penyidik dan menjadi berani Dalam praktiknya masalah praperadilan
untuk meminta pengajuan praperadilan masih sangat jarang terjadi. Dari hasil
terhadap aparat kepolisian dan jaksa penelitian13, peneliti hanya menemukan
tersebut. beberapa kasus- kasus saja yang diajukan
Hal ini dikatakan oleh Sopyan Yasin, permohonan ke pengadilan. Data yang
S.H., pengacara/advokat yang biasa diperoleh permohonan praperadilan sama
menangani kasus-kasus di Pengadilan Negeri sekali tidak pernah yang dikabulkan
Gorontalo, terkadang antara Kepolisian atau permohonannya ditolak. Hal ini
dan Kejaksaan tidak bisa bekerjasama karena menurut pertimbangan hakim
dengan baik. Hal ini disebabkan perbedaan yang memutuskan permohonan perkara
pemahaman kewenangan antara kedua praperadilan tersebut apa yang dimohonkan
lembaga tersebut dan antara kedua lembaga tidak memenuhi apa yang menjadi
tersebut hanya mengejar target bagaiamana wewenang dari hakim praperadilan dan
perkara secepatnya diselesaikan tanpa unsur persyaratan gugatan praperadilan.
memperhatikan mekanisme peraturan yang Berdasarkan kenyataan tersebut
berlaku.12 terutama akibat kurangnya pengertian
Lembaga praperadilan ini melakukan pemohon dalam memahami ruang lingkup
kontrol terhadap upaya paksa yang dilakukan tentang praperadilan. Maka tidaklah mustahil
oleh penyidik. Hal ini dilakukan agar tindakan dapat membebaskan para penegak hukum
penyidik ini tidak melanggar hak asasi yang telah berbuat sewenang-wenang dan
seseorang, yakni tindakan upaya paksa yang melanggar aturan hukum yang berlaku.
diperlukan bagi suatu penyidikan. Sehingga Sehingga dapat dikatakana bahwa lembaga
dalam menghadapkan seseorang ke depan praperadilan ini masih belum berperan
pengadilan yang telah disangka melakukan sebagaimana yang diharapkan dan sesuai
suatu perbuatan pidana dilaksanakan dengan dengan KUHAP.
menurut aturan yang telah ditentukan dalam Hal ini sesuai dengan ciri serta eksistensi
Undang-Undang. praperadilan yang dikemukakan oleh M.
Yahya Harahap14, yakni sebagai berikut:
4. Faktor Penghambat Praperadilan a) berada dan merupakan kesatuan
Adapun yang menjadi faktor peng­ yang melekat pada setiap Pengadilan
hambat dalam pelaksanaan praperadilan di Negeri. Praperadilan sebagai lembaga
lapangan adalah sebagai berikut: pengadilan hanya dijumpai pada tingkat

12
Hasil wawancara dengan Sopyan Yasin, S.H., pengacara/advokat pada tanggal 12 Juni 2007.
13
Data yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Gorontalo.
14
Ratna Nurul, 1980, Praperadilan dalam Ruang Lingkupnya, Akademika Presindo, Jakarta. hlm. 41.
Dian dan Yowan, Upaya Perlindungan Hak-hak Tersangka/terdakwa 89

Pengadilan Negeri sebagai satuan tugas praperadilan terjebak pada penafsiran yang
yang tidak terpisahkan dari dan dengan ada dalam peraturan perundang-undangan.
pengadilan yang bersangkutan;
b) dengan demikian, Praperadilan bukan c. Dibatasinya Waktu yang Singkat
berada diluar atau di samping maupun dalam Pemeriksaan Perkara Prap-
sejajar dengan Pengadilan Negeri; eradilan
c) administrasi yustisial, personal teknis, Menurut Hanafie Asnawai15, prosedur
peralatan dan finansialnya takluk atau permohonana pemeriksaan praperadilan
bersatu dengan Pengadilan Negeri, sendiri yakni pemohon (tersangka, keluarga,
berada di bawah pimpinan serta pihak yang berkepentingan atau kuasa
pengawasan dan pembinaan Ketua hukumnya) mengajukan permintaan/
Pengadilan Negeri yang bersangkutan; permohonan pemeriksaan praperadilan
d) tata laksana fungsi yustisilnya kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
merupakan bagian dari fungsi yustisial berwenang yaitu Pengadilan Negeri yang
Pengdilan Negeri itu sendiri. daerah hukumnya meliputi domisili (kantor)
aparat penegak hukum (penyidik/penuntut
b. Perbedaan Dasar Pertimbangan Ha- umum) yang ditarik/diajukan sebagai
kim dalam Menjatuhkan Putusan termohon sebagaimana diatur dalam Pasal
Beberapa perkara yang diajukan dalam 79, 80, dan 81 KUHAP.
praperadilan banyak yang mempunyai Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dasar permohonan dan jenis perkara yang dengan bapak Syarif Lahani SH, Ketua
hampir sama. Namun nantinya dalam Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Provinsi
penetapan sering berbeda-beda. Keadaan Gorontalo16 yang merupakan salah satu
yang seperti ini setelah dicari penyebabnya, Narasumber peneliti, beliau menyatakan
karena hakim-hakim yang memeriksa dengan dibatasinya waktu dalam proses
permohonan praperadilan masih sering beracara dalam praperadilan ini merupakan
mempunyai persepsi yang berbeda-beda kendala dalam praktik Praperadilan, sebab
dalam memeriksa dan menjatuhkan putusan jika proses beracara perkara praperadilan
yang berupa penetapan terhadap kasus-kasus tidak selesai dalam 7 (tujuh) hari, maka
praperadilan. perkara praperadilan akan dianggap gugur.
Hasil penelitian didapati bahwa banyak Dengan demikian perkara pokok sudah
hakim-hakim yang kurang memahami betul mulai diperiksa oleh pengadilan negeri. Hal
apa yang sudah diatur dalam ketentuan ini sesuai dengan Pasal 82 ayat (1) huruf c
KUHAP itu sendiri. Banyak hakim-hakim dan huruf d KUHAP.
yang memeriksa permohonan perkara

15
Hanafie Asnawai, 1995, Praperadilan dan Pra Penuntutan.
16
Hasil wawancara dengan Ketua Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) Provinsi Gorontalo pada tanggal 8 Juni
2007.
90 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 1, Februari 2009, Halaman 81 - 92

Selain itu juga Pasal 82 ayat 1 huruf (d) F. Kesimpulan


dapat diinterpretasikan secara negatif oleh Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
penegak hukum terutama Jaksa penuntut mengemukakan beberapa kesimpulan
umum dalam hal melimpahkan perkara ke penting yakni sebagai berikut:
pengadilan negeri lebih cepat agar perkara 1. Dengan adanya praperadilan diharapkan
pokok segera diperiksa sehingga otomatis perkara pidana akan berjalan dengan
perkara Praperadilan menjadi gugur, padahal sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan
belum tentu penangkapan atau penahanan hukum yang berlaku. Penangkapan,
yang dilakukan oleh penyidik itu adalah sah penahanan, penggeledahan, penyitaan,
menurut hukum. penyidikan, penuntutan, penghentian
Dalam persidangan perkara praperadilan penyidikan atau penuntutan dan lain
penamaan para pihak yang berperkara oleh sebagainya tidak bisa dilakukan dengan
KUHAP tidak diberikan secara jelas, bahkan semena-mena kesemuanya itu untuk
dari beberapa pasal KUHAP yang mengatur mewujudkan perlindungan hukum hak-
tentang praperadilan. Untuk pihak yang hak asasi manusia agar jangan sampai
mengajukan pemeriksaan digunakan atau terperkosa
dicantumkan istilah secara tidak konsisten, 2. Dalam praktik sehari-hari ternyata
misalnya dalam KUHAP Pasal 79, 80, 81, masih banyak terjadi penyimpangan
82 ayat (1) huruf a, d, e tercantum istilah yang tidak sesuai dengan yang
permintaan, yang berarti pihak yang diatur oleh undang-undang, bahkan
mengajukan permintaan pemeriksaan kadangkala banyak pencari keadilan
praperadilan dinamakan sebagai ”peminta”. tidak bisa memanfaatkan keberadaan
Sementara dalam KUHAP Pasal 82 ayat (1) lembaga praperadilan ketika terjadi
huruf b tercantum istilah ”pemohon” dan perkosaan hak asasi manusia.
dalam KUHAP Pasal 95 digunakan istilah
”menuntut” dan ”tuntutan”.17

Loebby Lukman, 1990, Praperadilan di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm. 33.
17
Dian dan Yowan, Upaya Perlindungan Hak-hak Tersangka/terdakwa 91

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H.K. Mohamad, 1989, Praperadilan Poernomo, Bambang, 1993, Pokok-Pokok


di Indonesia, Ind. Hill. Co., Jakarta. Tata Cara Peradilan Pidana Indone-
Asmawi, M. Hanafie, 1995, Praperadilan sia dalam Undang-Undang Nomor 8
dan Pra Penuntutan. Tahun 1981, Liberty, Yogyakarta.
Hamzah, Andi, 1987, Pengantar Hukum Aca- Sumardjono, Maria S.W., 2001, Pedoman
ra Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta. Pembuatan Usulan Penelitian Sebuah
Lukman, Loebby, 1990, Praperadilan di In- Panduan Dasar, Cetakan Ketiga, Gra-
donesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. media Pustaka Utama, Jakarta.
Nurul, Afiah Ratna, 1986, Praperadilan
dalam Ruang Lingkupnya, Akademika
Presindo, Jakarta.

You might also like