You are on page 1of 7

Implementasi Perlindungan Hak Asasi Manusia

Terhadap Pemeriksaan Dalam Proses Penyidikan

Disusun Oleh:
Yuni Marpaung

UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN


Implementasi Perlindungan Hak Asasi Manusia
Terhadap Pemeriksaan Dalam Proses Penyidikan
Abstract-Protection and respect for human rights is a main pillar in any State of law, to provide legal
protection against a suspect, then the law number 8 of year 1981 on the law of criminal procedure should be
realized, in particular, in the investigation of criminal cases, special interrogation frequently occurs in the
arbitrary actions of the investigator against the suspects, who allegedly committing a criminal offence.
Violence, intimidation and other forms of coercion against suspects in the process of investigation proved very
difficult, legal protection for suspects in the process of investigation, the right to give information freely
without pressure from any party the right to obtain legal assistance at every level 1 inspection.) How is the
implementation of rights protection-human rights (human rights) in the process of examination of the suspect
at the level of investigation? And 2) Rights-rights of anything owned by a suspect in the Investigation Process.
This study uses empirical research methods. The position of the suspect and the accused in the CRIMINAL
PROCEDURE CODE is as a subject, which in any examination must be treated in a position of human being
has the dignity, dignity and self-suspect it doesn't look as rights object and dignity human dignity with
arbitrary. Laws and regulations in Indonesia have set the existence of some of the rights of a person who is
declared as suspects that must be respected and in respect by every law enforcement in Indonesia's judicial
process.
Keywords: Implementation, Protection of Human Rights, Inspection, Process of Investigation

Abstrak-Perlindungan terhadap hak asasi manusia adalah suatu bentuk yang utama dalam pilar demokrasi saat
ini. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur tentang
penyidikan kepada tersangka pidana, terkhusus dalam proses introgasi tersangka pidana. Perlindungan hukum
bagi tersangka dalam proses penyidikan, 1.) Bagaimanakah Implementasi perlindungan hak-hak asasi manusia
(HAM) dalam proses pemeriksaan tersangka di tingkat Penyidikan? Dan 2) Hak-Hak Apa Saja Yang Dimiliki
Oleh Tersangka Dalam Proses Penyidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris. Kedudukan
tersangka dan terdakwa. Di ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang diatur khusus tentang
proses penyidikan tersangka pidana telah mengatur tentang hak-hak tersangka yang ada terkat dengan proses
penyidikan dalam tahap introgasi tersangka pidana sehingga yang bermasalah sesungguhnya ada pada struktur
penegak hukum. Ketentuan dalam peraturan perundang-undangan telah memang banyak dan fokus dalam
perlindungan hak-hak asasi manusia sesuai dengan konstitusi. Namun masih saja ada tindakan-tindakan yang
merugikan tersangka dalam proses penyidikan, hal ini sesungguhnya terdapat pada tahap introgasi sehingga
menyulitkan dalam pembuktiannya.
Kata Kunci: Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja, Perjanjian Kerja, Perjanjian kerja Waktu Tertentu .

1. Pendahuluan
dengan tujuan untuk pengembangan hukum,
Peningkatan suatu sistematis hukum yang dengan melihat bahwa adanya pluralitas
bisa menyongsong perkembangan zaman serta perkembangan hukum yang berlaku,yang
memperbaharui peraturan perundang-undangan mencakup upaya keadilan hukum, kepastian
sisa masa penjajahan dan hukum nasional yang hukum, kemanfaatan hukum yang berdasarkan
masih mendikriminasi, melalui pelaksanaan kebenaran, dan keadilan dalam
legislasi. Pengembangan hukum dilaksanakan penyelenggaraan supremasi hukum, yang tertib,
teratur, dan taat hukum (Harahap, 2015). bukti lemahnya pengetahuan dan keahlian
Konsep mengenai Hukum Acara Pidana penyidik kepolisian tentang keberadaan HAM.
Indonesia sudah dirumuskan kepada bentuk KUHAP memberikan kewenangan hukum
peraturan perundang-undangan, melalui kepada pejawab yang berwenang, melalui
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang aparat penegak hukum agar melakukan
Hukum Acara Pidana (KUHAP). KUHAP tindakan yang diperlukan. Bentuk melanggar
adalah bentuk berbagai macam norma yang HAM pelaku, dilakukan dengan penuh
dirumuskan secara terkodifikasi, yang disusun kekerasan dan penyiksaan (Bawengan, 1989).
atas dasar nilai hukum yang bersifat umum di Beberapa penelitan terkait dengan
masyarakat. Perkembangan sesuai dengan penelitian sekarang ini tleah dikaji sbelum oleh
perubahan di lapisan masyarakat. Pertumbuhan beberapa peneliti, seperti (Endri, 2014) yang
norma hukum acara pidana sangat dipengaruhi mengkaji tentang “Implementasi Pengaturan
oleh kebutuhan nilai-nilai khusus acara pidana Perlindungan Hak Asasi Manusia di Indonesia”.
dari hukum penyimpangan yang bersifat Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hak
fleksibelitas. asasi manusia (HAM) adalah hak yang melekat
Dengan memberikan penghormatan serta pada pada diri manusia yang bersifat kodrati
perlindungan kepada hak asasi manusia dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah
merupakan pilar utama dalam pengembangan SWT yang harus dihormati, dijaga dan
demokratis suatu negara. Hal ini bertindak dilindungi oleh setiap individu, masyarakat dan
positif kepada hukum Indonesia terkhusus negara. Oleh karena itu, sejumlah perangkat
tentang hukum acara pidana di peradilan peraturan antara lain Undang-Undang No. 26
Indonesia. Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Azasi
Manusia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun
Untuk memberikan perlindungan dan 1999 tentang Hak Azasi Manusia serta Komnas
pengakuan HAM kepada seorang tersangka HAM sebagai upaya perlindungan HAM,
pelaku tindak pidana, maka KUHAP harus namun dalam impelentasinya masih ada hak-
dilaksanakan, khususnya dalam proses hak korban yang seharusnya didapatkan oleh
penyidikan perkara pidana oleh kepolisian, korban belum terimplementasi, seperti sampai
khusus pada tahap menggali kebenaran materiil saat ini belum ada satupun korban maupun
dari pelaku banyak bentuk-bentuk sewenang- keluarga pelanggaran HAM yang mendapatkan
wenang oleh penyidik yang dilakukan kepada antara lain hak reparasinya yang sudah diatur
tersangka tindak pidana sehingga sering dalam UU No. 26 Tahun 2000. Selanjutnya,
menimbulkan kekerasan baik fisik atau mental. (Hutapea & Kadir, 2015) juga mengkaji
penelitian serupa tentang “Implementasi
Ada pun bentuk perlindungan hak asasi Perlindungan Hukum Hak-Hak Anak Pelaku
masyarkat guna menciptakan penegakan hukum Kejahatan Dalam Proses Penyidikan Perkara
yang seadil-adilanya mencakup antara lain: Tindak Pidana Anak (Studi Di Polres Metro
a. Memberikan perlindungan terhadap segala Jakarta Utara)”. Hasil penelitian ini
kesewang-wenangan pemerintah; menunjukkan bahwa perlindungan hukum hak-
hak tersangka anak, yang dapat
b. Hanya dimuka pengadilan yang dapat diimplementasikan dalam proses penyidikan
menentukan seorang terdakwa bersalah atau perkara tersebut di atas oleh unit PPA Polres
tidak bersalah; Metro Jakarta Utara, antara lain: a) Tersangka
anak dapat diperiksa dengan segera dan
c. Bentuk sidang pengadilan haruses berasas diperiksa oleh Penyidik Khusus Anak; b)
terbuka untuk umum; Terhadap tersangka anak tersebut penyidik
d. Pelaku tindak pidana harus diberikan melakukan penyidikan dengan suasana
perlindungan dan hak asasi sesuai yang kekeluargaan, penyidik melakukan penyidikan
diatur dalam perundang-undangan. dengan tidak memakai pakaian dinas; c)
Terhadap tersangka anak tersebut penyidik
Bila bentuk yang dilakukan penyidik meminta pertimbangan atau saran dari
dalam proses penyidikan tidak mengindahkan Pembimbing Kemasyarakatan (BIPAS); d)
HAM tersebut, maka akan menyebabkan luka Tersangka anak tersebut mendapat bantuan
fisik. Hal ini menyebabkan banyaknya upaya hukum, yaitu Penasihat Hukum selama dalam
mencari kebenaran keadilan, yang telah waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan; e)
dilakukan oleh pelaku, untuk menjamin Tersangka anak tersebut dapat member
legalitasnya sebuah penangkapan dan keterangan dalam keadaan bebas. f) Terhadap
penahanan tersangka. Hal ini semakin memberi tersangka anak tersebut penyidik memberikan
kebutuhan jasmani dan rohaninya selama proses
penyidikan.
2. Metode
(Sumitro, 2018) juga mengkaji penelitian
serupa berjudul “Implementasi Hak Asasi
Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana Tipe Penelitian
Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk Tipe Penelitian yang digunakan dalam
mengetahui tentang (1) Bagaimana Pengaturan artikel ini adalah bentuk penelitian yang
Hak Asasi Manusia dalam peraturan perundang menitiberatkan kepada kenyataan di masyarakat
-undangan Indonesia dan (2) Bagaimanakah dan menggali kebenaran secara kontekstual.
Bentuk Perlindungan dan Penerapan Hak Asasi Menelitinya berdasarkan keadaan hukum di
Manusia dalam Sistem Peradilan Pidana masyarakat secara langsung. Hubungannya
Menurut Undang Undang Nomor 8 Tahun dengan orang lain di masyarakat sehingga
1981. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode penelitian hukum empiris dapat
Landasan pengaturan Hak Asasi Manusia telah dikatakan sebagai penelitian hukum sosio-
dirumuskan dalam Kitab Udang Undang kemanusiaan.
Hukum Acara Pidana. Undang Undang Nomor
8 Tahun 1981 telah menghadirkan
pembaharuan-pembaharuan dalam mengatur Sumber Data
HAM sebagaimana diatur dalam pasal-pasal
atas hak-hak tersangka/terdakwa dan mengatur Sumber data merupakan segala informasi
juga Asas-asas yang menopang Hak Asasi yang dapat mengarahkan tambahan terhadap
Manusia seperti Asas Praduga Tak Bersalah, data penelitian. Sehingga, data dalam penelitian
dan juga mengisyaratkan suatu asas hukum ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
yang sangat fundamental yaitu asas Persamaan data primer dan data sekunder:
Kedudukan Dalam Hukum atau dikenal dengan Sumber data primer
istilah Equality Before the Law. Secara teoritis
sejak tahap penyidikan, penuntutan serta Data primer yaitu data mendalamai dan
pemeriksaan di depan sidang pengadilan, telah menggunakan guna menjawab permasalahan
menjamin dan memberikan perlindungan Hak dalam pnelitian ini. Langsung dari sumber
Asasi Manusia, Penerapan Hak Asasi Manusia pertama atau tempat objek adanya bahan
dalam Sistem Peradilan Pidana secara umum penelitian dilakukan.
sudah dilaksanakan pada proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di depan sidang Sumber data sekunder
pengadilan. Namun masih saja terdapat Data sekunder yaitu data yang telah
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh dikumpulkan untuk maksud mendukung adanya
oknum-oknum aparat Penegak hukum yang sumber data primer guna menyelesaikan
bersifat personal. masalah dalam penelitian ini. Sehingga
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penelitian ini bersumber dari buku-buku
maka penulis tertarik untuk membahas tekstual yang mendukung.
mengenai Implementasi Perlindungan Hak
Asasi Manusia Terhadap Pemeriksaan Dalam
Teknik Pengumpulan Data
Proses Penyidikan.
Tehnik pengumpulan data dilakukan
Sebagaimana telah diuraikan diatas, dengan langsung mewawancarai narasumber
sebagai acuan dalam pembahasan nanti adapun terkait dengan permasalahan yang diteliti, dan
masalah yang dirumuskan dalam karya ilmiah juga melakukan pembelajaran tekstual
ini adalah: berdasarkan buku-buku yang mendukung
a. Bagaimana penerapan perlindungan hak tentang penyelesaian masalah yang diteliti.
asasi manusia (HAM) dalam proses
pemeriksaan tersangka di tingkat
Lokasi Penelitian
Penyidikan?
Dalam bentuk penelitian ini perlindungan
b. Hak-Hak Apa Saja Yang Dimiliki Oleh
dan penegakan HAM terhadap adanya
Tersangka Dalam Proses Penyidikan?
pemeriksaan tersangka tindak pidana oleh
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kepolisian dalam proses penyidikan, mengambil
menjalankan dan mengabdikan dalam Tri lokasi di Bali. Penentuan lokasi penelitian yaitu
Dharma Perguruan Tinggi, terkhusus dalam Polres Gianyar, dikarenakan dalam proses
penelitian akademik; pengambilan data yang diperlukan lokasi
tersebut adalah lokasi yang paling mendukung
oleh peneliti sehingga akan memberikan
jawaban terhadap permaslahan yang Polres Gianyar Bali berdasarkan wawancara
dikemukakan dalam penelitian ini guna yang dilakukan peneliti, yang dilakukan oleh
melancarkan penyelesaian penelitian ini. peneliti kepada anggota kepolisian penyidik
reserse kriminal di Polres Gianyar yang sempat
menangani beberapa kasus pelanggaran HAM
Analisis Data pelaku tindak pidana memberikan keterangan
yang secara bebaspemeriksaan pada tingkat
Mengolah data menjadi informasi yang proses penyidikan.
dituangkan dalam penelitian ini sehingga
informasi yang didapat akan dilakukan secara IPTU A.A.Gd.Alit Sudarma,S.H,
kualitatif yang dilakukan dengan daya menjelaskan dalam wawancara yang dilakukan
mengubah data hasil dari penelitian menjadi peneliti, ada beberapa hal yang harus
informasi yang dapat dipergunakan dan dipastikan, berupa:
sisesuaikan dalam mengambil kesimpulan.
a. Pelaku dibberikan kesempatan untuk
Hasil dari analisis data diperuntukan untuk
mengetahui tentang hak dan kewenangannya
mendeskripsikan guna menjelaskan hasil
selama proses penyidikan;
penelitian serta membuat kesimpulan.
b. Pelaku tetap diberikan kesempatan dan
3. Hasil dan Pembahasan keutuhannya sebagai manusia (HAM) yang
wajib dijunjung dan dilindungi setiap orang,
Penerapan Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam kasus ini penyidik kepolisian;
(HAM) Dalam Proses Pemeriksaan c. Menjunjung asas praduga tidak bersalah
Tersangka Di Tingkat Penyidikan kepada tersangka.
Definisi tentang hak asasi manusia dari (Informasi dari Bapak IPTU A.A.Gd.Alit
berbagai ahli dan definisi berbagai komunikasi Sudarma,S.H , Panit I Kepolisian Sektor
bahasa serta berbagai negara mungkin tidak Gianyar, 1 Oktober 2018, berlokasi di Kantor
sama satu sama lainnya, disebabkan oleh Reskrim Polsek Gianyar).
perbedaan pemahaman dalam masyarakat
Negara lainnya. Namun pokok pemahaman Dalam KUHAP mengatur secara jelas dan
pastinya tidak akan terlalu banyak yang berbeda tegas tentang hal-hal yang berkaitan hak-hak
dan memiliki kesamaan akan hak tentunya yang tersangka yang terkait dengan HAM, hak-hak
sama besarnya. Perbedaan akan pemahaman tersangka tersebut dengan penghormatan
tentang hak dilatarbelakangi oleh cara melihat kepada HAM. Dari wawancara yang dilakukan
atau pandangan masyarakat terhadap kebenaran dengan Kanit IV A.A.GD. Alit Sudarma
itu sendiri. HAM memiliki sifat kodrati, menerangkan bahwa kendala utama dalam
langgeng dan universal pemberian Tuhan yang proses penyidikan tersebut adalah berasal dari
tidak boleh dideskriminasi atau tidak boleh masyarakat atau pelaku tindak pidana tersebut
dirampas dan disedkriminasikan oleh siapa pun dikarenakan terbatasnya pengetahuan
dan lembaga apa pun juga. masyarakat tentang hak-haknya sebagai
tersangka sehingga masyarakat akan merasa
Pada proses pemeriksaan tersangka tindak terintimidasi.
pidana, seorang penyelidik kepolisian harus
memperhatikan dan mempertimbangkan Adapun beberapa hambatan dari
keterangan yang berlaku dan tidak boleh masyarakat dalam proses penyidikan di
bertindak diluar kewenangan. Kata tersangka kepolisian yaitu:
memiliki arti dan digunakan ketika ia atau
tersangka sedang atau berada dalam tingkat a. Pelaku tindak pidana tidak mengetahui
pemeriksaan permulaan dalam kepolisian, kata- mengenai ketentuan-ketentuan yang terdapat
kata terdakwa baru dipakai saja tersangka dan mengatur dalam KUHAP;
tindak pidana dalam tingkat pemeriksaan b. Masyarakat yang tidak mengetahui aturan
dipengadilan dan kata-kata terpidana digunakan dalam KUHAP akan sulit adanya diharapkan
ketika terdakwa tindak pidana telah menerima pelaku memahami tentang hak-haknya dan
putusan dari hakim yang menangani kasusnya kewajibannya tersangka dalam KUHAP;
telah memperoleh ketentuan hukum tetap
(ingkrah). c. Masyarakat yang telah sadar akan hak-hak
dan kewenangannya dalam proses
Proses penegakan HAM pelaku tindak pemeriksaaan beberapa ada saja yang tidak
pidana, tindak pidana dalam menyampaikan mematuhi atau mentaati peraturan tersebut.
keterangannya dalam pemeriksaan tersangka di
Hak-Hak yang Dimiliki oleh Tersangka
Dalam Proses Penyidikan d. Pemanggilan pelaku

Hak Asasi Manusia dapatdiuraikan dan e. Penahanan yang dilakukan sementara waktu
diberi definisikan secara luas dan mencangkup f. Penggeledahan lokasi
banyak aspek-aspek kehidupan masyarakat dan
manusia. Hal itu di ungkapkan sebagai berikut: g. Pemeriksaan pelaku tindak pidana
a. Setiap orang berhak atas perlindungan diri h. Berita acara pemeriksaan
pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan
hak miliknya i. Penyitaan

b. Setiap orang berhak atas pengakuan di j. Penyampingan perkara tindak pidana


depan hukum sebagai manusia pribadi k. Pelimpahan perkara kepada penuntut umum
dimana saja ia berada. dan pengembaliannya kepada penyidik
c. Setiap orang berhak atas rasa aman dan untuk disempurnakan
tentram serta perlindungan terhadap Melihat hal tersebut diatas terlihat kitab
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak hukum acara pidana Indonesia dan tata aturan
berbuat sesuatu. pedoman dalam acara peradilan pidana acara
d. Setiap orang tidak boleh diganngu yang pidana masi memiliki celah sehingga beberapa
merupakan hak yang berkaitan dengan masalah muncul dan menjadi pengaturan
kehidupan pribadi didalam tempat mekanisme sistem acara peradilan yang
kediamannya. melindungi hak- hak seorang manusia sesuai
dengan keberadaan HAM.
e. Setiap oarng berhak atas kemerdekaan dan
rahasia dalam hubungan komunikasi melalui 4. Simpulan
sarana elektronik tidak boleh di ganggu, Perlindungan bagi tersangka pelaku tindak
kecuali atas komunikasi melalui sarana pidana dalam prosesnya penyidikan di
elektronik tidak boleh diganggu, kecuali atas kepolisian yang dilakukan oleh aparat penegak
perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah hukum dalam praktiknya, pada dasarnya sudah
sesuai dengan Undang-Undang. terlaksana berdasarkan KUHAP, namun belum
f. Setiap orang berhak untuk bebas dari dilakukan dengan baik oleh setiap personil
penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan kepolisian. Masih dijumpai adanya
yang kejam, tidak manusiawi, penghilangan penyimpangan dari KUHAP, pemeriksaan
paksa dan penghilangan nyawa. dengan cara kekerasan dan ancaman kekerasan
yang dilakukan oleh oknum penyidik
g. Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditekan, kepolisian, selain itu masih diabaikannya
disiksa, dikucilkan, diasingkan, atau dibuang pemberian hak-hak yuridis berdasarkan HAM
secara sewenang-wenang. yang dimiliki oleh tersangka;
h. Setiap orang berhak hidup dalam tatanan Kedudukan tersangka dan terdakwa dalam
masyarakat dan kenegaraan yang damai, KUHAP adalah sebagai subjek bukan lagi
aman dan tentram, yang menghormati, sebagai objek seperti halnya dahulu, dimana
melindungi dan melaksanankan sepenuhnya dalam setiap pemeriksaan harus ditetapkan dan
hak asasi manusia dan kewajiban dasar diperlakukan sejajar dalam kedudukan manusia
mausia sebagaimana diatur dalam Undang- yang mempunyai harkat, martabat dan harga
Undang. diri berdasarkan HAM yang berlaku
Pada proses penyidikan adanya titik berat Dalam proses penyidikan, penyidik
kepada cara dan mpemgumpulan berbagai alat sebaiknya memandang HAM tersangka dan
bukti supaya tindak pidana yang dilakukan terdakwa tidak hanya menggunakan asas-asas
menjadi jelas, serta agar dapat menetapkan yang terdapat dalam hukum acara pidana saja,
tersangka. Bagian hukum acara pidana yang seperti asas persamaan dihadapan hukum, asas
menyangkut penyidikan adalah sebagai praduga tak bersalah dan asas pemberian
berikut : bantuan hukum, tetapi diharapkan penyidik juga
harus memandang hak asasi manusia yang
a. Bentuk-bentuk alat bukti diperoleh tersangka dan terdakwa berdasarkan
b. Ketentuan tentang adanya delik hati nurani dari penyidik tersebut;

c. Pemeriksaan dilokasi kejadian Para penyidik diharapkan lebih mengetahui


dan memahami keseluruhan hakhak tersangka
maupun terdakwa yang dimuat dalam Pasal 50
– Pasal 68 serta Pasal 196 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), bukan
hanya pasal-pasal tertentu saja yang
dipahami.
Daftar Pustaka
Bawengan, G. W. (1989). Penyidikan Perkara
Pidana dan Teknik Interogasi. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Endri, E. (2014). Implementasi Pengaturan
Perlindungan Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Jurnal Selat, 2(1), 182–187.
Retrieved from https://ojs.umrah.ac.id/
index.php/selat/article/view/122
Harahap, M. Y. (2015). Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta:
Sinar Grafika.
Hutapea, N. S. D., & Kadir, N. A. (2015).
Implementasi Perlindungan Hukum
Hak-Hak Anak Pelaku Kejahatan
Dalam Proses Penyidikan Perkara
Tindak Pidana Anak (Studi Di Polres
Metro Jakarta Utara). Lex Jurnalica, 12
(2), 145519. Retrieved from https://
ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Lex/
article/view/1330
Sumitro. (2018). Implementasi Hak Asasi
Manusia Dalam Sistem Peradilan
Pidana Indonesia. Lex et Societatis, 6
(1). Retrieved from https://
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
lexetsocietatis/article/view/19168

You might also like