You are on page 1of 21

IMPLEMENTASI SERTA FAKTOR PENGHAMBAT DALAM MENERAPKAN HAK-

HAK TERSANGKA SEBAGAI PERWUJUDAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH


DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT PENYIDIKAN (STUDI KASUS DI
KEPOLISIAN RESOR KUPANG KOTA)

Alfa Putra Arkilas Pandi


Fakultas Hukum/Universitas Nusa Cendana Kupang
e-mail:

Pembimbing 1, Dr. Rudepel Petrus Leo, S.H., M.Hum.


Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang

Pembimbing 2, Heryanto Amalo, S.H., M.H.

Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang

ABSTRACT

Implementation and Obstacles in Implementing the Rights of Suspects as a Realization of


the Presumption of Innocence in the Examination Process at the Investigative Level (Case
Study at the Kupang City Police). By: Alfa Putra Arkilas Pandi. Supervised By: Rudepel
Petrus Leo as Advisor I and Heryanto Amalo as Advisor II.
The rights of a suspect during the examination process, from the investigation process at
the police to the examination process at trial in court, a person who is suspected or charged with
committing a crime is protected by law as regulated in Articles 50 to 68 of the Criminal
Procedure Code. The aims of this study were: (1) To find out the implementation of the suspect's
rights as an embodiment of the presumption of innocence in the examination process at the
investigation level of the Kupang City Police. (2) To find out the inhibiting factors for the
implementation of the suspect's rights as an embodiment of the principle of the presumption of
innocence in the examination process at the investigation level of the Kupang City Police.
Research methods: This research is an empirical legal research, with data collection
techniques through interviews with 4 informants. The type of data used is primary and
secondary data using data collection techniques are interviews and literature studies which are
processed and analyzed descriptively qualitatively.
The results of the research show: (1) The implementation of the suspect's rights in the
examination process at the investigative level is partly in accordance with the rights regulated in
the Criminal Procedure Code. In which the suspect since the summons or arrest was immediately
examined by the investigator, during the examination the suspect was notified by the
investigator about the crime alleged to the suspect. The right to be free to give information is
being discussed in the community who consider that in this right the investigator violates the
provisions of this right, the suspect in these two cases cannot pay for a legal adviser or lawyer to
accompany the suspect during the examination process for this reason the investigator is
automatically obliged to notify or provide assistance law for suspects so that there is harmony in
the law and away from the possibility of discrimination. (2) Inhibiting factors for the
implementation of suspects' rights at the investigative level in various cases that occurred within
the jurisdiction of the Kupang City Police, both coming from the investigators themselves and
from the suspects, which resulted in the failure to properly implement the suspect's rights. a) The
examination process often makes it difficult for investigators to determine a case because in
taking the suspect's statement it is often convoluted and does not provide information or is
silent. However, investigators also do not only rely on the suspect's statement but also on
evidence and witness statements. b) Suspects who often lie in giving information are also an
obstacle for investigators and the investigation process becomes slow. Suggestion: In realizing
the implementation of the suspect's rights as an embodiment of the principle of the Presumption
of Innocence in the investigation process at the investigative level, law enforcement officials who
carry out investigations, especially investigators from the Kupang City Police, should consider a
suspect innocent and prioritize the suspect's rights.

Keywords: Implementation, Inhibiting Factors, Rights of Suspects, Examination Process,


Investigation.

ABSTRAK

Alfa Putra Arkilas Pandi. “Implementasi serta Faktor Penghambat dalam


MenerapkanHak-hak Tersangka sebagai Perwujudan Asas Praduga Tidak Bersalah
Dalam Proses Pemeriksaan di Tingkat Penyidikan (Studi Kasus di Kepolisian Resor
Kupang Kota)”. Dibimbing oleh: Rudepel Petrus Leo sebagai Pembimbing I dan
Heryanto Amalo sebagai Pembimbing II.
Hak-hak tersangka selama proses pemeriksaan berlangsung dari proses penyidikan di
kepolisian sampai proses pemeriksaan dalam sidang di pengadilan, seseorang yang disangka
atau didakwa melakukan sesuatu tindak pidana dilindungi oleh hukum sebagaimana diatur
dalam Pasal 50 sampai 68 KUHAP. Masalah pokok dalam Penelitian ini adalah: (1)
Bagaimanakah implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas praduga tidak
bersalah dalam proses pemeriksaan di tingkat penyidikan Kepolisian Resor Kupang Kota? (2)
Apakah faktor penghambat implementasi hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas
praduga tidak bersalah dalam proses pemeriksaan ditingkat penyidikan Kepolisian Resor
Kupang Kota?.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris, dengan teknik pengumpulan data
melalui wawacara terhadap 4 orang informan. Jenis data yang digunakan adalah data primer
dan sekunder menggunakan teknik pengumpulan data adalah wawancara dan studi pustaka
yang diolah dan analisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Implementasi hak-hak tersangka dalam proses
pemeriksaan ditingkat penyidikan sebagian telah sesuai dengan hak-hak yang diatur dalam
KUHAP. Yang dimana tersangka semenjak pemanggilan maupun penangkapan segera
diperiksa oleh penyidik, dalam pemeriksaan tersangka diberitahukan oleh penyidik tentang
tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka. Hak bebas memberiksan keterangan yang
menjadi perbincangan dilingkungan masyarakat yang menganggap bahwa dalam hak ini
penyidik melanggar dari ketentuan hak tersebut, tersangka dalam kedua kasus ini tidak dapat
membiayai penasihat hukum atau pengacara untuk menemani tersangka selama proses
pemeriksaan untuk itu dengan sendirinya penyidik wajib memberitahu atau menyediakan
bantuan hukum untuk tersangka agar ada keselarasan dalam hukum dan menjauh
kemungkinan dari diskriminasi. (2) Faktor pengahambat Implementasi hak-hak tersangka
ditingkat penyidikan dalam berbagai kasus yang terjadi diwilayah hukum Kepolisian Resor
Kupang Kota, baik yang datang dari pihak penyidik sendiri maupun dari pihak tersangka, yang
menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya secara baik implementasi hak-hak tersangka. (a)
Proses pemeriksaan sering menyulitkan penyidik dalam menetapkan suatu perkara karena
dalam mengambil keterangan tersangka sering berbelit belit dan tidak memberikan
keterangan atau diam. Namun penyidik juga tidak hanya berpatokan pada keterangan
tersangka tapi juga pada alat bukti dan keterangan saksi.(b) Tersangka yang sering
berbohong dalam memberikan keterangan juga menjadi kendala bagi penyidik dan proses
penyelidikan menjadi lambat. Peneliti menyarankan agar dalam mewujudkan implementasi
hak-hak tersangka sebagai perwujudan asas Praduga Tidak bersalah dalam proses
pemeriksaan ditingkat penyidikan, aparat penegak hukum yang melakukan pemeriksaan
khususnya penyidik Kepolisian Resor Kupang Kota mestinya menganggap seorang tersangka
adalah tidak bersalah dan mengutamakan hak-hak tersangka.

Kata Kunci: Implementasi, Faktor Penghambat, Hak-hak Tersangka, proses Pemeriksaan,


Penyidikan
1. PENDAHULUAN tersangka menurut Pasal 1 butir 14
Indonesia merupakan negara KUHAP adalah seseorang yang karena
hukum. Hal ini telah dinyatakan perbutannya atau keadaannya,
dengan tegas dalam Undang-undang berdasarkan bukti permulaan patut
Dasar Negara Republik Indonesia diduga sebagai pelaku tindak pidana.
Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3)bahwa, Untuk mengetahui apakah
negara Indonesia adalah negara seseorang yang disangka melakukan
hukum. Hal ini berart bahwa negara tindak pidana bersalah atau tidak
Republik Indonesia sangat bukanlah suatu hal yang mudah. Hal
menjunjung hak asasi manusia dan tersebut harus dibuktikan melalui
menjamin setiap warga negara untuk proses pemeriksaan untuk mencari
mendapatkan kedudukan yang sama atau mengumpulkan barang bukti.
dalam Negara, hukum merupakan Dalam upaya membuktikan bahwa
tiang utama dalam menggerakkan seseorang tersebut disangka telah
sendi-sendi kehidupan bermasyarakat melakuka tindak pidana aparat
berbangsa dan bernegara. Salah satu penegak hukum harus memperhatikan
ciri utama dari suatunegara hukum hak-hak tersangka.1
terletak pada kecenderungannya Selain hak-hak tersangka selama
untuk menilai tindakan-tindakan proses pemeriksaan berlangsung dari
yang dilakukan oleh masyarakat atas proses penyelidikan di kepolisian
dasar peraturan-peraturan hukum. sampai proses pemeriksaan dalam
Dalam suatu tindakan masyarakat sidang di pengadilan, seseorang yang
tidak bisa menutup kemungkinan disangka atau didakwa melakukan
tidak adanya suatau kejahatan yang sesuatu tindak pidana dilindungi oleh
dilakukan diwilayah negara hukum sebagaimana diatur dalam
Indonesia.Kejahatan-kejahatan yang Pasal 50 sampai 68 KUHAP. Dalam
sering kita temui yaitu kejahatan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
yang berkaitan dengan tindak pidana tentang kekuasaan kehakiman yang
seperti perjudian, perampokan, merupakan salah satu sumber hukum
pencurian, pembunuhan, acara pidana, terdapat suatu asas
pemerkosaan dan masih banyak lagi. fundamental yang sangat berkaitan
Dalam menangani kejahatan dengan hak-hak tersangka yaitu asas
tersebut salah satu lembaga yang praduga tak bersalah yang berbunyi:
ditunjuk untuk menanggulangi “setiap orang yang disangka,
kejahatan atau pelanggaran yang ditangkap, dituntut, dan atau
terjadi di masyarakat adalah lembaga dihadapkan di muka pengadilan wajib
kepolisian.Dalam Kitab Hukum dianggap tidak bersalah sebelum
Acara Pidana (KUHAP) lembaga diadakan putusan yang menyatakan
kepolisian diberikan wewenang kesalahannya dan teleh memperoleh
untuk melakukan penyidikan. Proses kekuatan hukum tetap”.
penyidikan dilakukan atas diri Berdasarkan asas tersebut di atas
tersangka yang diduga telah telah jelas bahwa seseorang di sangka
melakukan suatu tindakan pidana
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
1

yang terjadi. Adapun yang dimaksud Penerapan KUHAP (penyidikkan dan penuntutan), Sinar
Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 97.
atau didakwa melakukan suatu tindak hukum yang seluas-luasnya; asas
pidana wajib ditempatkan pemeriksaan dimuka hukum; asas
sebagaimana mestinya sesuai dengan pengawasan terhadap tuntutan.
harkat dan martabatnya sebagai Semua warga negara
manusia. mempunyai hak yang sama dimuka
Terlepas dari hal di atas bahwa hukum dan pemerintahan, hal tersebut
seorang petugas penyidik kepolisian merupakan norma hukum yang
adalah juga seorang manusia yang melindungi hak tersangka. Penguasa
memiliki keterbatasan baik dari segi dan penegak hukum haruslah
kemampuan intelegensi maupun melaksanakan dan merealisasikan asas
kemampuan pengendalian diri, tersebut dalam kehidupan berbangsa
sehingga tidak dapat dipungkiri dan bernegara. Selain dari pada itu
bahwa dalam menjalankan tugas dalam hal tesangka disangka
terdapat kelalaian dan gegabahnya melakukan tindak pidana dengan
petugas dalam menangani tersangka, ancaman pidana mati atau pidana
dan juga adanya hal-hal yang terlupa penjara lima tahun atau lebih wajib
dalam menyampaikan apa yang didampingi oleh penasehat hukum
menjadi hak-hak tersangka. (Pasal 56 ayat (1) KUHAP). Jika asas
Berdasarkan asas praduga tak tersebut tidak dilaksanakan berarti
bersalah, maka bagi seseorang sejak terjadi pengingkaran terhadap prinsip
disangka melakukan tindak pidana fundamental negara hukum.
tertentu sampai putusan yang Simpang siur dari cerita
mempunyai kekuatan hukum yang masyarakat yang menyatakan bahwa
tetap dari hakim pengadilan, ia tetap dalam pelaksanaan proses pemeriksaan
masih memiliki hak-hak individu tersangkah ada hak-hak tersangka yang
sebagai warga negara. Dengan hak- dilanggar. Dalam hal ini peneliti ingin
hak yang dimilikinya itu, dapat mengetahui secara langsung apakah
diajukan kepada yang berwenang benar adanya hak-hak tersangka yang
untuk untuk segera mendapatkan dilanggar atau hanya sebagian dari rasa
pemeriksaan oleh penyidik. ketakutan masyarakat saja, yang
Didalam hukum Acara Pidana, dimana dalam lingkungan masyarakat
selain asas Praduga tidak bersalah seringkali menganggap bahwa
juga dikenal berbagai asas hukum seseorang yang ditangkap atau
yang lainnya yang tidak kalah dihadapkan dengan kepolisian ada
penting antara lain; perlakukan yang hak-hak yang dilanggar oleh petugas,
sama dimuka hukum; harus adanya sehingga menimbulkan merusak citra
perintah tertulis dari pejabat yang instansi terkait, dan tidak menutup
berwenang; adanya ganti rugi dan kemungkinan akan menimbulkan rasa
rehabilitasi atas salah tangkap, salah trauma dikalangan masyarakat.
tahan, dan salah tuntut terhadap Hak tersangka dalam kitab
tersangka atau terdakwa; asas undang-undang hukum acara pidana
peradilan cepat, sederhana, biaya (KUHAP) sebanyak 24 hak-hak
ringan,bebas, jujur, dan tidak tersangka, dalam hal ini peneliti tidak
memihak; asas memperoleh bantuan dapat meneliti secara keseluruhan hak-
hak tersangkah. Untuk membatasi Implementasi Serta Faktor
ruang lingkup hak-hak tersangka Penghambat dalam Menerapkan Hak-
yang akan diteliti oleh peneliti, hak Tersangka sebagai Asas Praduga
adapun hak-hak tersebut diantaranya, Tidak Bersalah dalam Proses
hak untuk segera diperiksa, hak untuk Pemeriksaan di Tingkat Penyidikan
mendapatkan pembelaan, bantuan (Studi Kasus di Kepolisian Resor
hukum, hak untuk bebas memberikan Kupang Kota).
keterangan dan hak untuk memilih
penasehat hukum sendiri.2 Rumusan Masalah
Dengan diadakan penelitian Berdasarkan pada latar belakang
ini, ketika dalam proses pemeriksaan sebagaimana yang telah diuraikan
benar adanya suatu tindakan yang maka peneliti merumuskan pokok-
melanggar suatu hak-hak tersangka pokok permasalahan yang dibahas
dalam proses pemeriksaan, dengan sebagai berikut:
penelitian ini dapat menambah 1.Bagaimanakah implementasi hak-
wawasan aparat penegak hukum hak
tentang proses pemeriksaan yang tersangka sebagai perwujudan asas
sebenar-benarnya menurut dan cara praduga tidak bersalah dalam proses
yang diatur dalam Kitap Undang- pemeriksaan ditingkat penyidikan
undang Hukum Acara Pidana Kepolisian Resor Kupang Kota?
(KUHAP).3 Namun,ketika ini hanya 2.Apakah faktor penghambat
isu-isu semata atas rasa takut implementasi hak-hak tersangka
masyarakat tentang proses sebagai perwujudan asas praduga
pemeriksaan aparat penegak hukum, tidak bersalah dalam proses
dengan diadakan penelitian ini juga pemeriksaan ditingkat penyidikan
dapat menyadari masyarakat bahwa Kepolisian Resor Kupang Kota?
apa yang disangkakan tidak benar
terjadi sehingga dapat memperbaiki Keaslian Penelitian
citra instansi terkait, dan
menghilangkan rasa trauma di Dalam penulisan proposal ini
masyarakat. yang berjudul ‘‘Implementasi serta
Dengan landasan pemikiran Faktor Penghambat dalam
diatas, maka penulis tertarik untuk Menerapkan Hak-hak Tersangka
melakukan penelitian bagaimana sebagai Perwujudan Asas Praduga
pelaksanaan atau implementasi hak- Tidak Bersalah dalam Proses
hak tersangka serta hambatan- Pemeriksaan di Tingkat
hambatan apa yang ada dalam Penyidikan’’Penelitian ini merupakan
pelaksanaan implementasi hak-hak penelitian empiris, penulis secara
tersangka tersebut, ini dituangkan langsung turun ke lapangan dengan
peneliti dalam judul penelitian yaitu“ cara wawancara responden agar
memperoleh informasi.
2
O.C. Kaligis.Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi
Tersangka, Terdakwa dan Terpidana, Alumni:
Dari beberapa judul yang pernah
Bandung, 2006. diangkat oleh peneliti sebelumnya,
3
ada satu judul yang hampir mendekati
sama dengan penelitian dalam dalam proses penyedikan guna
penulisan ini yaitu: menambah literatur dan bahan
Skripsi MONIKA WUTUN, informasi ilmiah.
Mahasiswi Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UNDANA b. Manfaat praktis
Kupang, Tahun 2018 yang 1)Sebagai bahan masukan bagi
berjudul: pemerintah,penegak hukum dan
“Penerapan Asas Praduga Tidak masyarakat dalam pelaksanaan
Bersalah oleh Media Online atau implementasi hak-hak
dalam Berita Penetapan tersangka sebagai asas praduga
Tesangka Jesica Kumala Wongso tak bersalah.
Terkait Kasus Kopi Sianida.” 2)Memberikan masukan pada
penegak hukum khususnya
Tujuan Penelitian kepolisian Resor Kupang Kota.

a. Untuk mengetahui implementasi


hak-hak tersangka sebagai 2. METODE PENELITIAN
perwujudan asas praduga tidak
bersalah dalam proses 1. Jenis Penelitian
pemeriksaan ditingkat penyidikan Berdasarkan pada masalah yang
Kepolisian Resor Kupang Kota. diajukan, maka penelitian ini
b. Untuk mengetahui faktor merupakan jenis penelitian hukum
penghambat implementasi hak-hak sosiologis atau empiris. Merupakan
tersangka sebagai perwujudan asas metode penelitian yang meninjau fungsi
praduga tidak bersalah dalam dari suatu hukum atau aturan dalam hal
proses pemeriksaan ditingkat penerapannya di ruang lingkup
penyidikan Kepolisian Resor masyarakat. Metode penelitian ini
Kupang Kota. disebut juga dengan penelitian hukum
sosiologis, hal ini disebabkan metode
Manfaat Penelitian dalam penelitian ini juga dilakukan
penelitian berkaitan dengan orang
a. Manfaat teoritis dalam menjalani suatu hubungan dalam
1)Memberikan sumbagan kehidupan yang berkaitan dengan orang
pemikiran dan masukan bagi lainnya atau masyarakat.sehingga
pengembangan ilmu hokum kenyataan yang terjadi diambil dalam
pada umumnya, serta suatu masyarakat, badan hukum atau
mengenai pelaksanaan atau badan pemerintah.4 Menurut Ronny
implementasi hak-hak Soemitro, penelitian hukum empiris
tersangka pada kasusnya. atau sosiologis adalah penelitian hukum
2)Memberikan penjelasan yang dengan data primer atau suatu data
lebih nyata mengenai yang diperoleh langsung dari
implementasai hak-hak
tersangka sebagai perwujudan
4
http://irwaaan.blogspot.co.id/2013/11/metodologi-
penelitian-hukum.html, dikases pada tanggal 18 juli
asas praduga tidak bersalah 2022, pukul 10.00 WIB.
sumbernya.5Dalam penelitian empiris, Masyarakat Tentang Asas
hal yang diteliti terutama adalah data Praduga Tak Bersalah
primer.
6.Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara adalah cara


2. Metode Pendekatan memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan tanya jawab
Jenis pendekatan yang dilakukan
sambil bertatap muka antara
dalam penelitian ini adalah jenis
sipenannya atau pewawancara
pendekatan fakta (the fact
(peniliti)dengan penjawab atau
approach).Pendekatan ini dilakukan
responden6
dengan melakukan taalah dengan isu
2. Kuisioner adalah metode
hukum yang diteliti.
pengumpulan data dengan cara
3. Lokasi penelitian membuat daftar-daftar pertanyaan
yang memiliki korelasi dengan
Penelitian ini dilakukan di Kota permasalahan yang diteliti, pada
Kupang umumnyadalam daftar pertanyaan
yakni diwilayah Hukum Kepolisian telah disediakan jawabannya.
Resor Kupang Kota. 3.Studikepustakaan dan dokumentasi
adalah pengumpulan data sekunder
4.Jenis dan Sumber Data dilakukan dengan studi kepustakaan
yang meliputi sumber sekunder
a. Data Primer adalah data yamg dimana
penulis dapatkan atau diperoleh yang terdiri darimakalah, literatur
secara langsung kesehatan, dan beberapa data-data
melalui wawancara dengan responden dari
di lapangan mengenai hal-hal yang internet yang berhubungan dengan
bersangkutan denganmasalah yang penelitian yang sedang penulis teliti.
diteliti.
b. Data Sekunder adalah data yang 7.Responden/Informan Penelitian
diperoleh darihasil penelitian pihak
lain yang sama tema atau objeknya Penulis merumuskanpermasalahan
dengan penelitian ini. maka tahap selanjutnya menentukan
responden. Responden adalah pihak
5.Aspek-aspek yang Diteliti yang menjadi subjek penelitian pada
waktu melakukan penelitian
Yang menjadi fokus dalam penelitian lapangan7.Yang menjadi responden
ini adalah: dalam penelitian ini yaitu:
1. Implementasi 1) Penyidik Polres Kupang Kota : 2
a. Asas Praduga Tak Bersalah Orang
b.Hak-Hak Tersangaka 2) Tersangka : 2 Orang
2. Faktor Penghambat
a. Faktor Struktural Jumlah : 4 orang
b.Faktor Kurangnya Keahlian
Polisi
c. Oknum Aparat
d.Kurangnya Pengetahuan
5
Ronny Hanitijo Soemitro, Dualisme Penelitian 6

Hukum (Normatif dan Empiris), Yogyakarta:Pustaka 7


Ali, Zainuddin (2016) .Metode Penelitian Hukum.
Pelajar, 2010, hal. 154 Jakarta: Sinar Grafika.
Bahkan, sebaliknya hal itu merupakan
3. HASIL PENELITIAN DAN metode yang dianggap “wajar” oleh
PEMBAHASAN pejabat penyidik. Oleh karena itu, realita
yang ada dari due process model
A. Implementasi Hak-hak menghendaki adanya suatu check point
Tersangka sebagai untuk setiap proses. Dalam teori hukum
Perwujudan Asas Praduga Tak dikenal dengan asas actus non facit reum
Bersalah dalam Proses nisi mens sit rea, yang menyatakan bahwa
Pemeriksaan di Tingkat suatu perbuatan tak dapat menjadikan
Penyidikan seseorang bersalah bilamana maksudnya
tak bersalah. Di beberapa Negara bahwa
Fokus penelitian ini adalah untuk perbuatan dan sikap batin seseorang
mengetahui Implementasi hak-hak dipersatukan dan menjadi syarat adanya
tersangka sebagai perwujudan asas suatu perbuatan pidana.
praduga tak bersalah dalam proses Hak-hak yang sudah dijelaskan dalam
pemeriksaan di tingkat Penyidik di KUHAP menjelaskan bahwa di Negara ini
Kepolisian Resort Kupang Kota. Data warga Negara yang ditetapkan sebagai
penelitian ini diperoleh dengan cara tersangka dalam tindak pidana yang
melakukan wawancara langsung dengan dituduhkan mendapatkan perlindungan
penyidik di Kantor Kepolisian Kupang terhadap hak-hak yang dimilikinya tanpa
Kota. memandang status sosialnya.Dan tujuan
Kewenangan penyidikan diberikan perlindungan hukum terhadap
berdasarkan KUHAP berada pada tangan hak tersangka adalah untuk menghormati
polisi sebagai penyidik tunggal untuk hak asasi tersangka, adanya kepastian
perkara-perkara yang dikatagorikan hukum serta menghindari perlakuan
sebagai tindak pidana umum.Dalam sewenang-wenang dan tidak wajar dari
Pasal 6 Ayat (1) KUHAP dikatakan para aparat hukum.Indonesia sangat
bahwa penyidik adalah pejabat polisi mengakui dan melindungi hak asasi
Negara RI (maupun pejabat pegawai manusia, termasuk hak asasi tersangka.
negeri sipil tertentu yang diberi Dan hak-hak yang diberikan kepada
wewenang khusus oleh undang- tersangka atau terdakwa tidak
undang).Oleh karena itu, sejak memandang kasus tindak pidana apapun,
berlakunya KUHAP, kewenangan polisi jadi apapun tindak pidana yang dilakukan
sebagai penyidik tunggal mulai berlaku oleh tersangka hak yang dimilikinya sama
meskipun masih terdapat pengecualian rata semua.
(Pasal 284 KUHAP) yang diakui secara Konsep perlindungan Hak-hak
legislatif terhadap ketentuan-ketentuan tersangka merupakan konsep yang tidak
khusus acara pidana sebagaimana dapat lepas dari konsep perlindungan
tersebut pada undangundang yang korban tindak pidana. Pengertian
bersifat khusus pula. perlindungan korban dapat dilihat dari
Tindakan yang menyimpang selama dua makna, yaitu:
proses penyidikan bukanlah sebagai 1. Dapat diartikan sebagai
suatu kejadian yang jarang ditemukan. perlindungan hukum untuk tidak
menjadi korban tindak pidana perundang-undangan yang berlaku,
(berarti perlindungan HAM atau namun terdapat catatan yang perlu
kepentingan hukum seseorang) diperhatikan.
2. Dapat diartikan sebagai Berikut adalah beberapa hak-hak
perlindungan untuk memperoleh tersangka yang diterapkan oleh penyidik
jaminan/santunan hukum atas dalam melakukan penyidikan terhadap
penderitaan atau kerugian orang tersangka sebagaimana diatur dalam Bab
yang telah menjadi korban tindak VI Pasal 50 sampai dengan Pasal 68
pidana. KUHAP:
1. Hak tersangka untuk mendapatkan
Berpijak pada makna pertama dari
pemeriksaan (Pasal 50 KUHAP)
konsep diatas, bahwa perlindungan
korban juga bermakna sebagai a. Tersangka berhak segera
perlindungan hukum untuk tidak mendapat pemeriksaan oleh penyidik
menjadi korban tindak pidana. b. Tersangka berhak perkaranya
Perlindungan untuk tidak menjadi segera dimajukan ke Pengadilan
korban tindak pidana diperlakukan bagi c. Tersangka berhak diadili oleh
seseorang yang dinyatakan sebagai pengadilan
tersangka karena seorang tersangka Dalam pasal ini dimaksudkan untuk
juga rentan menjadi korban sebuah menjauhkan kemungkinan adanya
kekerasan bahkan suatu tindak pidana ketidakpastian nasib tersangka atau
dari penegak hukum pada proses terdakwa, terutama yang dikenakan
peradilan pidana. Oleh sebab itu, perlu penahanan.Sehingga tersangka
adanya perlindungan hukum bagi merasakan adanya kepastian hukum yang
seseorang tersangka untuk menghindari jelas bagi dirinya, disamping itu
terjadinya kekerasan dan pelanggaran ketentuan ini merupakan perwujudan
hukum lainnya pada seorang tersangka. dari asas peradilan yang cepat.
Perlindungan hukum bagi tersangka Berdasarkanwawancara
pada asas-asas Hukum Acara Pidana peneliti dengan informan AIPDA
tersebut dapat diwujudkan dengan Antonius Hutahaean,S.H
diaturnya hak-hak tersangka dalam (Penyidik),beliau menyatakan:
proses penyidikan pada Peraturan “Seseorang yang ditangkap oleh
Perundang-undangan Pasal 50-68 penyidik dan dibawa ke kantor polisi
KUHAP. itu langsung kami buatkan berita
Hak-hak yang telah dirumuskan acara pemeriksaannya dan segera di
dalam KUHAP dan peraturan periksa oleh penyidik karena
perundang-undangan lainnya ini secara dalamKUHAP dijelaskan maksimal 1
tidak langsung merupakan perwujudan kali 24 jam sudah ada status dari
asas praduga tidak bersalah dari aspek seseorang tersebut” (Hasil
substansi hukum. Merujuk pada hasil wawancara,18 November 2022).8
penelitian, secara garis besar Penyidik Pendapat yang sama dari
Kepolisian Resort Kupang Kota telah informan AIPDA Benedictus
memberikan Hak-hak tersangka sesuai
dengan yang diatur pada peraturan Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA Antonius
8

Hutahaean,S.H pada tanggal 18 November 2022


Dionnisius (Penyidik),beliau tersangka.
menyatakan: Berdasarkan hasil analisi
“Kami sebagai menangkap peneliti terhadap implementasi hak-
seseorang tersangka itu kami hak tersangka di Polres Kupang
langsung melakukan pemeriksaan Kotabahwa dalam proses
agar tersangka mengetahui lebih pemeriksaan di tingkat penyidikan
jelas statusnya” (Hasil terhadap tersangka tidak terjadi
wawancara,18 November 2022).9 penyimpan yang selama ini menjadi
Berdasarkan hasil perbincangan masyarakat yang
wawancara dengan informan seringkali menganggap adanya hak-
tersangka berinisial ML, hak yang dilanggar penyidik dalam
menyatakan: proses pemeriksaan. Pemeriksaan
“Pada kasus saya waktu itu saya yang dilakukan penyidik sesuai
ditangkap dan dibawa ke Kantor prosedur yang ditetapkan dalam
Polisi sampai di Kantor Polisi saya undang-undang yang dimana proses
segera diperiksa oleh polisi pada pemeriksaan dilakukan sejak
saat itu juga”(Hasil Wawancara,28 penangkapan yang dilakukan oleh
November 2022)10 penyidik.Dalam hal ini peneliti
Pendapat yang sama dari menganggap bahwa tidak ada
informan tersangka berinisial EH, penyimpangan yang terjadi dalam
menyatakan: hak segera diperiksa ini yang diatur
“Waktu itu saya tidak ditangkap tapi dalam pasal 50 ayat (1) KUHAP dan
saya mendapatkan surat panggilan pasal 122 KUHAP yang berbunyi:
dari kantor polisi dan saya datang “Berhak segera mendapat
satu hari setelah surat dari polisi pemeriksaan oleh penyidik
datang, pada saat saya datang dan selanjutnya dapat
langsung dilakukan pemeriksaan diajukan kepada penuntut
oleh polisi” (Hasil wawancara,29 umum.Bahkan tersangka yang
November 2022)11 ditahan dalam waktu satu hari
Dari hasil wawancara di atas setelah perintah penahanan
dapat dipahami bahwa hak untuk itu dijalankan, ia harus mulai
segera diperiksa di Kantor diperiksa oleh penyidik.”
Kepolisian Resort Kupang Kota
sudah diterapkan oleh penyidik 2. Hak Tersangka Untuk Mendapatkan
yang dimana tersangka yang Pembelaan
ditangkap maupun mendapatkan
Tersangka berhak untuk
surat panggilan dari penyidik segera
diberitahukan mengenai tindakan
diperiksa pada hari penangkapan
yang disangkakan dan didakwakan
9
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA kepadanya dalam bahasa yang dia
Benedictus Dionnisius pada tanggal 18 November mengerti pada waktu pemeriksaan
2022
dimulai ( Pasal 51 ayat 1 KUHAP).
10
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial ML
tanggal 28 November 2022 Sebelum proses pemeriksaan dimulai
11
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial EH tersangka diberitahu dengan jelas
tanggal 29 November 2022
oleh penyidik tentang kasus yang dan kasus yang di sangkakan kepada
dihadapi tersangka yang dilaporkan saya” (Hasil Wawancara,28
oleh pihak korban, November 2022) 14

Berdasarkan hasil Pendapat yang sama dari


wawancara dengan AIPDA Antonius informan tersangka berinisial EH,
Hutahaean,S.H. (Penyidik) beliau menyatakan:
menyatakan: “Waktu itu saat saya mau diperiksa
“Kami sebagai penyidik saya diberitahukan oleh polisi alasan
memberitahukan kepada tersangka saya dipanggil ke kantor polisi dan
tentang maksud dan tujuan setelah di jelaskan kasus yang
tersangka dipanggil ke kantor polisi disangkakan kepada saya polisi mulai
untuk meakukan pemeriksaan melakukan penyidikan dan meminta
bahwasannya tersangka telah keterangan dari saya” (Hasil
disangkakan melakukan tindak Wawancara,29 November 2022)15
pidana” (Hasil wawancara,18 Dari hasil wawancara diatas
November 2022). 12
dalam melakukan pemeriksaan
Berdasarkan hasil penyidik memberitahukan kepada
wawancara dengan AIPDA tersangka tentang tindak pidana apa
Benedictus Dionnisius yang disangkakan kepada tersangka
(Penyidik) ,beliau menyatakan: dengan bahasa yang dimengerti oleh
“Kami sebagai penyidik disini tersangka. Hak ini dilakukan agar
sebelum dilakukan pemeriksaan tersangka mengerti tindak pidana
kami memberitahu dulu maksud apa yang disangkakan kepadanya,
dan tujuan tesangka dipanggil sehingga tersangka dapat
ataupun ditangkap karena menyiapakan alat atau barang bukti
tersangkapunya hak untuk itu dan untuk meringankan dan menguatkan
sudah dijelaskan juga dalam pasal peembelaan tersangka dimuka
51 ayat (1) KUHAPdan kami sebagai persidangan.
penyidik wajib untuk mengikutinya” 3. Hak tersangka untuk bebas
(Hasil wawancara, 18 November memberiksan keterangan
2022).13
Dari hasil observasi dan
wawancara bahwa peneliti tidak
Berdasarkan hasil
menemukan ada penyimpangan yang
wawancara dengan informan
sering menjadi perbincangan
tersangka berinisial ML,
dilingkungan masyarakat yang
menyatakan:
menganggap adanya kekerasan fisik
“Pada saat saya mau diperiksa oleh
yang terjadi pada saat
polisi saya diberitahu dan dijelaskan
pemeriksaan.Pemeriksaan dilakukan
oleh polisi alasan saya ditangkap
sesuai dengan prosedurnya tanpa
12
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA ada kekersan fisik.
Benedictus Dionnisius pada tanggal 18 November
2022 14
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial ML
13
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA tanggal 28 November 2022
Benedictus Dionnisius pada tanggal 18 November 15
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial EH
2022 tanggal 29 November 2022
Sebagaimana dari hasil wawancara dengan informan
wawancara peneliti pada informan tersangka berinisial ML,menyatakan:
AIPDA Antonius Hutahean,S.H. “Pada waktu pemeriksaan saya di
(penyidik) beliau menyatakan: interogasi oleh polisi tanpa ada
“Ketika tersangka tidak mau jujur tekanan ataupun kekerasan fisik dan
dalam proses pemeriksaan kami penyidik hanya bertanya seputar
penyidik tidak memaksa agar kasus itu setelah itu tidak ada lagi”
tersangka ini mau mengaku, karna (Hasil Wawancara,28 November
kami sebagai penyidik ini tidak 2022)18
hanya menoton atau hanya Dalam memberikan
mengarang bukti dari tersangka keterangan tersangka diberikan
saja, tapi kami melihat dari sisi yang kebebasan oleh penyidik untuk
lain juga seperti keterangan saksi memberikan keterangan yang
dan alat bukti” (Hasil menurut tersangka benar adanya
wawancara,18November 2022).16 tanpa ada tekanan ataupun
Berdasarkan hasil kekerasan fisik dari penyidik. Dari
wawancara dengan informan AIPDA hasil wawancara peneliti bahwa
Benedictus Dionnisius pihak penyidik tidak hanya menoton
(penyidik),beliau menyatakan: pada keterangan tersangka saja ada
“Dalam hal ketakutan masyarakat banyak cara lain untuk membuktikan
yang berasumsi seperti yang suatu kejahatan dantaranya bukti
peneliti bilang bahwasannya dalam berupa barang atau alat bukti,
hal proses pemeriksaan ada hak keterangan saksi, dan visum atau
yang dilanggar dalam artian otopsi ketika berkenaan dengan
kekerasan fisik atau tekanan mental tindak pidana pembunuhan,
itu tidak ada kami lakukan hanya penganiayaan dan lain-lainnya.
saja mungkin dari nada suara kami Hak bebas memberikan
yang terlalu tegas sehingga mereka keterangan ini seringkali menjadi
menganggap bahwa di sini ada perbincangan di lingkungan
kekerasaan nantinya seperti yang masyarakat yang menganggap
dikatakan informan sebelumnya adanya pelanggara yang terjadi
bahwa kami bukan hanya menoton dalam hak ini yang dimana penyidik
pada keterangan tersangka, dalam melakukan pemeriksaan
sebelum tersangka melakukan menggunakan kekerasan fisik.
pemeriksan kami sudah mempunyai Namun berdasarkan hasil wawancara
bukti lain seperti keterangan dari dan observasi peneliti bahwa apa
korban,keterangan saksi, dengan yang menjadi perbincangan
atau tidak di lakukan kekerasan masyarakat tidak benar adanya
tersangka sudah merasa takut seperti pada pembahasan diatas
karena rasa takutnya sendiri” ( Hasil bahwa penyidik tidak hanya menoton
wawancara, 18 November 2022).17
Berdasarkan hasil 17
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA Benedictus
Dionnisius pada tanggal 18 November 2022
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA Antonius
16 18
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial ML
Hutahaean,S.Hpada tanggal 18 November 2022 tanggal 28 November 2022
pada keterangan tersangka. mempunyai hak untuk mendapatkan
4. Hak Tersangka Untuk Mendapatkan bantuan hukum seperti memilih
Bantuan Hukum sendiri pengacara” (Hasil
Wawancara,28 November 2022)20
Terlepas dari perlu tidaknya
tersangka didampingi oleh
Berdasarkan hasil wawancara
penasehat hukum, hal ini sudah
dengan informan tersangka berinisial
menjadi kewajiban bagi penyidik
EH,menyatakan:
untuk memberikan hak kepada
“Pada waktu pemeriksaan saya tidak
tersangka. Namun dari hasil
ditemani oleh penasihat hukum
wawancara, penyidik tidak
karena saya tidak mampu untuk
memberitahukan kepada tersangka
membayar pengacara dan saya juga
mengenai hak untuk mendapatkan
tidak tahu jika setiap tersangka
bantuan hukum yang didapat oleh
memiliki hak untuk mendapatkan
tersangka serta tidak menghadirkan
bantuan hukum secara Cuma-cuma”
penasihat hukum yang dapat
(Hasil Wawancara,29 November
menemani tersangka selama proses
2022)21
pemeriksaan. Sehingga dalam
Dari hasil observasi peneliti di
proses pemeriksaan tersangka tidak
lapangan bahwa dalam pemeriksaan
memperoleh bantuan hukum.
tersangka tidak mendapatkan
Berdasarkan hasil
bantuan hukum karena penyidik
wawancara peneliti dengan AIPDA
beranggapan bahwa bantuan hukum
Antonius Hutahaean,S.H. beliau
akan didapatkan jika berkas perkara
menyatakan:
sudah diserahkan ke pengadilan.
“Kami sebagai penyidik disini
Tersangka juga tidak mengetahui
tidak mempunyai kewajiban untuk
bahwa hak untuk mendapatkan
memberikan bantuan hukum
bantuan hukum secara Cuma-cuma
kepada si tersangka, bantuan
itu wajib di berikan oleh penyidik.
hukum tersebut nanti diadakan
pada saat di persidangan, kami 5. Hak tersangka yang berada
hanya melakukan pemeriksaan dalam penahanan
setelah itu diajukan ke penuntut
umum” (Hasil wawancara, 18 Undang-undang tidak hanya
november 2022).19 memberikan hak yang hanya berlaku
Berdasarkan hasil bagi tersangka yang berada diluar
wawancara dengan informan penahanan akan tetapi juga bagi
tersangka berinisial tersangka yang berada di dalam
ML,menyatakan: penahanan Hak-hak tersangka
“Pada saat pemeriksaan saya tidak tersebut adalah:
ditemani penasihat hukum dan a. Tersangka berhak menghubungi
penyidik juga tidak penasehat hukumnya
memberitahukan bahwa saya 20
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial ML
tanggal 28 November 2022
Hasil wawancara dengan Penyidik AIPDA Antonius
19 21
Hasil wawancara dengan tersangka berinisial EH
Hutahaean,S.Hpada tanggal 18 November 2022 tanggal 29 November 2022
b. Tersangka berhak untuk menghubungi yang paling pokok yaitu
atau menerima kunjungan dokter kebebasan bergerak dari
pribadi untuk kepentingan seseorang, maka untuk mencegah
kesehatannya jangan sampai terjai pembatasan
c. Hak untuk diberitahukan tentang yang mengarah kepada tindakan
penahanannya kepada: pemerkosaan, maka undang-
undang menentukan syarat-syarat
- Keluarganya yang ketat dalam rangka
- Orang yang serumah dengannya pelaksanaan penahanan itu.
- Orang lain yang di butuhkan Penahanan berarti
bantuannya kebebasan seseorang sangat
- Atau terhadap orang yang terbatas, akan tetapi tidak secara
berhak memberikan bantuan mutlak tersangka tidak dapat
hukum atau jaminan bagi melakukan apapun, tetapi
penangguhan penahanannya tersangka tetap diperbolehkan
d. Tersangka dalam penahanan berhak melakukan kegiatan sehari-
untuk: harinya seperti kebebasan untuk
- Menghubungi keluarga menjalankan ibadahnya ataupun
- Mendapat kunjungan dari pihak yang berhubungan dengan
keluarga kesehatan pribadinya. Tersangka
e. Tersangka berhak untuk menghubungi juga diperbolehkan untuk
atau menerima kunjungan sanak dikunjungi sanak keluarganya dan
keluarga yang tidak ada hubungannya paling sering ditemui dimana
dengan perkara tersangka untuk tersangka dikunjungi keiuarganya
kepentingan pekerjaan atau yang ingin mengantar makanan
kekeluargaan ataupun membawakan peralatan
f. Tersangka berhak untuk mengirim dan pakaian sehari-hari selama
atau menerima surat dari atau ke tersangka berada di tahanan
penasehat hukumnya atau sanak tersebut.
keiuarganya dengan tidak dipaksa,
kecuali ada cukup alasan untuk diduga 6. Hak di muka persidangan di
bahwa surat tersebut disalahgunakan Pengadilan
g. Tersangka berhak untuk a. Berhak untuk diadili di sidang
menghubungi/menerima kunjungan pengadilan yang terbuka untuk umum
rohaniawan. b. Berhak untuk mengusahakan dan
mengajukan saksi atau seseorang yang
Sebenanya menahan memiliki keahlian khusus guna
tersangka dalam rangka memberikan keterangan yang
pelaksanaan penyidikan adalah menguntungkan dirinya
merupakan suatu tindakan c. Tersangka berhak untuk tidak dibebani
darurat, artinya penahanan itu kewajiban pembuktian
diiakukan jika memang d. Berhak untuk minta banding terhadap
diperlukan sekali. Disamping itu putusan pengadilan tingkat pertama
karena penahanan itu langsung Dalam hal pemeriksaan
menyentuh hak asasi manusia
yang diiakukan disidang yang B. Faktor Penghambat Implementasi
terbuka untuk umum adalah Hak-hak Tersangka Sebagai
merupakan bagian yang harus Perwujudan Asas PradugaTidak
diperhatikan karena ini
Bersalah dalam Proses Pemeriksaan
menyangkut masalah hak
tersangka .Sidang yang terbuka Dalam melaksanakan suatu
untuk umum ditujukan supaya perundang-undangan sering kali
masyarakat dapat melihat bahwa dijumpai beberapa permasalahan
persidangan tersebut betul-betul yang timbul, baik disebabkan karena
ada dan bukan hanya sekedar peraturannya yang kurang jelas
persidangan sandiwara yang maupun disebabkan faktor
menguntungkan bagi pihak-pihak pelaksanaan undang-undang dalam
tertentu saja. Disamping itu juga hal ini aparat penegak hukum kurang
persidangan yang terbuka untuk
maksimal.
umum merupakan salah satu
Implementasi hak-hak
contoh dimana berperannya
tersangka ditingkat penyidikan
masyarakat sebagai lembaga
dalam berbagai kasus yang terjadi
social control terhadap cara kerja
diwilayah hukum Polres Kupang
lembaga pemerintah.Namun hal
Kota, tentunya terdapat hambatan-
ini dikecualikan bagi perkara
hambatan atau kendala-kendala yang
yang menyangkut soal
ditemui selama proses penyidikan,
kesusilaan, akan tetapi dalam
baik yang datang dari pihak penyidik
pembacaan putusan pengadilan
sendiri maupun dari pihak tersangka,
harus tetap dinyatakan terbuka
yang menyebabkan tidak dapat
untuk umum.
dilaksanakannya secara baik
7. Hak tersangka untuk menuntut ganti
implementasi hak-hak tersangka.
rugi dan rehabilitasi
a) Oknum Aparat dapat menentukan
Tersangka berhak untuk
terlaksana atau tidaknya penerapan asas
mendapatkan ganti rugi dan rehablitasi
praduga tidak bersalah. Dalam hasil
apabila:
wawancara penulis tidak menemukan
bahwa adanya tindak kekerasan yang
- Penangkapan, penahanan,
dilakukan oleh Penyidik saat
penggeledahan atau penyitaan
melakukan peyidikan.
yang diiakukan tanpa adanya
alasan dan dasar hukum yang
jelas Dari hasil wawancara yang
- Putusan pengadilan menyatakan dilakukan dengan penyidik, adapun
bebas karena tindak pidana yang hambatan-hambatan yang ditemukan
didakwakan tidak terbukti tersebut antara lain:
b) Ketidakjujuran dan transparansi dari
tersangka dalam melakukan proses
interograsi (pemeriksaan)

Dijelaskan oleh AIPDA Antonius


Hutahean, S.H. bahwa, masalah seperti Berdasarkan hasil penelitian
ini sering terjadi dalam melakukan tentang implementasi hak-hak
proses pemeriksaan, dalam tersangka sebagai perwujudan asas
memberikan keterangan tersangka praduga tidak bersalah dalam proses
sering berbohong atau berbelit-belit. pemeriksaan di tingkat penyidikan
Hal ini menyulitkan penyidik karena yang dilakukan di Kepolisian Resor
keterangan tersangka berbeda dengan Kupang Kota maka penulis dapat
keterangan saksi maupun alat bukti menyimpulkan bahwa:
sehingga proses penyelidikan menjadi 1. Implemntasi hak-hak tersangka dalam
lambat (Hasil wawancara, 18 November proses pemeriksaan di tingkat
2022) penyidikan sebagian telah sesuai
dengan hak-hak yang diatur dalam
Penjelasan tentang aspek- KUHAP. Yang di mana tersangka
semenjak pemanggilan maupun
aspek yang berkaitan dengan penangkapan segera diperiksa oleh
penyidik, dalam pemeriksaan tersangka
penelitian ini sebagaimana diberitahukan oleh penyidik tentang
tindak pidana yang disangkakan kepada
telah dipaparkan dalam bab
tersangka. Hak bebas memberiksan
tinjauan pustaka masih keterangan yang menjadi perbincangan
dilingkungan masyarakat yang
relevan atau sejalan dengan menganggap bahwa dalam hak ini
penyidik melanggar dari ketentuan hak
hasil penelitian di lapangan. tersebut, tersangka dalam kedua kasus
ini tidak dapat membiayai penasihat
Hal ini ditunjukan pula
hukum atau pengacara untuk menemani
dalam kesamaan bentuk tersangka selama proses pemeriksaan
untuk itu dengan sendirinya penyidik
antara gambar 1 (kerangka wajib memberitahu atau menyediakan
bantuan hukum untuk tersangka agar
pikir penelitian menurut ada keselarasan dalam hukum dan
menjauh kemungkinan dari
tinjauan pustaka) dengan
diskriminasi. Namun, dalam kedua
gambar 2 (kerangka pikir kasus ini tersangka tidak memperoleh
hak bantuan hukum tersebut karena
penelitian menurut hasil penyidik tidak memberikan bantuan
hukum dan tidak memberitahukan
penelitian) terlebih dahulu kepada tersangka bahwa
bantuan hukum itu di dapat secara
cuma-cuma.

4. PENUTUP
2. Faktor pengahambat Implementasi hak-
hak tersangka di tingkat penyidikan
Kesimpulan
dalam berbagai kasus yang terjadi di belajar dan menanamkan budaya sipil
wilayah hukum Kepolisian Resor yang kuat dikalangan anggota Polri di
Kupang Kota, baik yang datang dari lingkungan Polres Kupang Kota,
pihak penyidik sendiri maupun dari sehingga dengan demikian diharapkan
pihak tersangka, yang menyebabkan seluruh tindakan yang dilakukan
tidak dapat dilaksanakannya secara penyidik dapat lebih proposional dan
baik implementasi hak-hak tersangka. profesional sesuai koridor hukum.
a) Proses pemeriksaan sering
menyulitkan penyidik dalam
menetapkan suatu perkara karena DAFTAR PUSTAKA
dalam mengambil keterangan
Buku-buku
tersangka sering berbelit belit dan Andi Hamzah.Hukum Acara Pidana
tidak memberikan keterangan atau indonesia.Jakarta: Sinar Grafika.2002.
diam. Namun penyidik juga tidak Bambang Tri Bawono. Tinjauan Yuridis Hak-
hanya berpatokan pada keterangan Hak Tersangka Dalam Pemeriksaan
tersangka tapi juga pada alat bukti dan Pendahuluan. Unissula,2011.
keterangan saksi.
Hamid Hamrat dan Husein M
b) Tersangka yang sering berbohong
Harun.Pembahasan Permasalahan KUHAP
dalam memberikan keterangan juga
Bidang Penyidikan.Jakarta: Sinar
menjadi kendala bagi penyidik dan Grafika.1997.
proses penyelidikan menjadi lambat. Hamzah,Andi. Hukum Acara Pidana, Jakarta:
Sinar Grafika, 2014.

Saran Harahap ,MYahya.Pembahasan Permasalahan


dan Penerapan KUHAP (penyidikkan dan
1. Dalam mewujudkan implementasi penuntutan), Sinar Grafika, Jakarta, 2000.
hak-hak tersangka sebagai perwujudan
asas Praduga Tidak bersalah dalam Harahap, M Yahya .Pembahasan
proses pemeriksaan ditingkat Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika,
penyidikan, aparat penegak hukum Jakarta 2008.
yang melakukan pemeriksaan
khususnya penyidik Polres Kupang Hartono, Penyidikan dan Penegakan Hukum
Kota mestinya menganggap seorang Pidana Melalui Pendekatan Hukum Progresif,
tersangka adalah tidak bersalah dan Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
mengutamakan hak-hak tersangka
Heri Tahir, Proses Hukum yang Adil dalam
sehingga dalam proses pemeriksaan
Sistem Peradilan Pidana Indonesia,Laksbang
tersangka tidak takut dalam Pressindo, Yogyakarta, 2010.
memberikan keterangan sesuai dengan
apa yang ia lakukan sehingga proses Maidin Gultom, Perlindungan Hukum
penetapan sebuah perkara tidak Terhadap Anak dan Perempuan, PT Refika
terhambat. Aditama, Bandung, 2012.
2. Hendaknya Kepolisian Resor Kupang
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril,
Kota senantiasa menigkatkan SDM
Hukum Acara Pidana dalam Teori dan
penyidik dengan memberikan Praktek, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
kesempatan atau izin maupun tugas
Nico Ngani, dkk. 1984. Mengenal Hukum
Acara Pidana Bagian Umum dan Mujiyono, Agus Sri. “Analisis
Penyidikan.Yogyakarta: Liberty Perlindungan Hukum Hak Tersangka
dan Potensi Pelanggaran Pada
Penyidikan Perkara Pidana”.

Mukhlis, “Pergeseran Kedudukan dan


Tugas Penyidik POLRI dengan
Perkembangan Delik-Delik di luar
KUHP,” Artikel pada Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Riau, Vol. 3, No. 1.
O.C. Kaligis.Perlindungan Hukum Atas Hak
Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana, Nico Keijezer, Prsumption of Innocent,
Alumni: Bandung, 2006. terjemahan, Majalah Hukum Triwulan
Unpar, (Bandung: 1997).

Mien Rukmini, Perlindungan HAM


melalui Asas Praduga Tak Bersalah
S.M Amin, Hukum Acara Pengadilan dan Asas Persamaan Kedudukuan
Negeri, Pradnya Paramita, Jakarta, 1981. dalam Hukum pada Sistem Pradilan
Pidana Indonesia.Bandung : Alumni,
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian 2007.
Hukum, UI Press, Jakarta, 1990.
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum
Tata Negara Indonesia,Bandung
Susilo, R. Taktik dan Teknik Penyidikan
Alumni, 1992.
Perkara Kriminal, Polites, Bogor, 1979.

Teguh, Muhammad. Metode penelitian Kamus


Ekonomi (Teori dan Aplikasi),
PT.RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta: 2008.


Yesmil Anwar dan Adang, Sistem
Peradilan
Pidana, Widya Padjadjaran, Bandung, Peraturan Perundangan undangan
2009.
Kitab Undang-undang Hukum Acara

Jurnal Perdata.

Jânia Maria Lopes Saldanha & José Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
Luis Bolzan de Morais, Constitution,
HumanRights and Republic: A tentang Kekuasaan Kehakiman.
Necessary Dialogue Between
Gadamer's Philosophical Kitab Undang-undang Hukum Acara
Hermeneutics and Boaventura De
Sousa Santos's Diatopic Pidana Nomor 8 Tahun 1981.
Hermeneutics”, Jurnal West Law
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang HAM.

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian.

Kitab Undang- undang Hukum

Pidana.

Undang-undang Dasar Tahun 1945.

You might also like