You are on page 1of 15

131 | Jurnal Idea Hukum

Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022


Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PIDANA KETENAGAKERJAAN


Oleh : OKTANTIANI DYAH PRAMUDYA1

ABSTRACT

Crimes in the field of labour are illegal acts committed by both employers and
workers who violate work agreements, company regulations, collective labour
agreements, and labour laws where the threat of criminal sanctions is regulated in the
Labour Act. Although there are already clear rules and norms, the reality is that criminal
mechanisms in the Labour Act are rarely implemented so violations often occur by
companies due to the absence of strict law enforcement. This type of research used in
this study is normative juridical research. Labour law enforcement takes place through 3
stages: educational preventive, non-judicial repressive, and judicial repressive.The
judicial repressive stage is carried out through a process of investigation by the PPNS
Labour in a manner that is regulated in criminal procedural law. Based on Lawrence M
Friedman's legal system theory, the factors that cause labour law enforcement have not
been effective, including legal structure factors, which are false perceptions both from law
enforcement officials and related parties causing labor law enforcement to be less than
optimal, factors of a legal substance that in The Labour Act still does not regulate all
crimes committed against workers that constitute a criminal offense, and legal cultural
factors that the workers have not been able to distinguish between disputes and labor
criminal violations and unions are not careful in positioning cases between disputes or
violations so as to prioritize disputes cases rather than a violation.
Keywords: Labour criminal law, labour crime ; law enforcement,

ABSTRAK

Kedudukan hukum ketenagakerjaan dalam tata hukum nasional dibagi menjadi 3


bidang , yaitu bidang administrasi, bidang perdata, dan bidang pidana. Tindak pidana
bidang ketenagakerjaan merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan
baik pengusaha maupun tenaga kerja yang melanggar perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, perjanjian kerja bersama, dan Undang-undang Ketenagakerjaan di mana
ancaman sanksi pidananya diatur dalam Undang-undang Ketenagakerjaan. Meskipun
sudah ada dan jelas norma aturannya, namun kenyataanya mekanisme pidana dalam
Undang-undang Ketenagakerjaan masih jarang diimplementasikan sehingga kerap
terjadi pelanggaran oleh perusahaan karena ketiadaan penegakan hukum yang tegas.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian yuridis normatif.
Penegakan hukum ketenagakerjaan berlangsung melalui 3 tahapan yaitu preventif
edukatif, represif non yustisial, dan represif yustisial. Tahap represif yustisial dilakukan
melalui proses penyidikan oleh PPNS Ketenagakerjaan dengan cara yang diatur dalam
hukum acara pidana. Berdasarkan teori sistem hukum Lawrence M Friedman, faktor-
faktor yang menyebabkan penegakan hukum pidana ketenagakerjaan menjadi belum
efektif, diantaranya: faktor struktur hukum yaitu persepsi yang keliru baik dari aparat
penegak hukum maupun pihak terkait menyebabkan penegakan hukum ketenagakerjaan
kurang optimal, faktor subtansi hukum bahwa dalam Undang-undang Ketenagakerjaan
masih belum mengatur semua kejahatan yang terjadi terhadap pekerja yang merupakan
tindak pidana, dan faktor budaya hukum bahwa dari pekerja belum mampu membedakan

1
Instansi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prop. Jateng di Semarang, E-mail :
tatapramudya88@gmail.com , HP. 082225038480
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 132

antara perselisihan dan pelanggaran pidana ketenagakerjaan dan serikat pekerja kurang
cermat memposisikan kasus antara perselisihan atau pelanggaran sehingga lebih
mengedepankan kasus perselisihan daripada pelanggaran.
Kata Kunci : Hukum Pidana Ketenagakerjaan

A. PENDAHULUAN martabat manusia (HAM), bukan


Sistem Peradilan Pidana hanya mencapai ketertiban dan
pertama-tama ditandai oleh adanya kepastian hukum semata. KUHAP
penerapan pendekatan administrasi mencerminkan Sistem Peradilan
disepanjang proses peradilan pidana. Pidana di Indonesia yang terdiri dari
Sistem Peradilan Pidana selanjutnya komponen Kepolisian, Kejaksaan,
dilihat sebagai suatu hasil interaksi Pengadilan dan Lembaga
antara peraturan perundang- permasyarakatan. Aparat yang
undangan, praktek administrasi dan tergabung dalam sistem peradilan
sikap atau tingkah laku sosial. pidana Indonesia tersebut saling
Pengertian sistem ini mengandung menentukan dan merupakan usaha
implikasi suatu proses interaksi, yang yang sistematis.
dipersiapkan secara rasional dan Menurut Barda Nawawi Arief,
dengan cara efisien, untuk Sistem Peradilan Pidana pada
memberikan hasil tertentu dengan hakekatnya identik dengan sistem
segala keterbatasannya.2 penegakan hukum pidana dan juga
Perkembangan Sistem diidentikkan dengan sistem
Peradilan Pidana di Indonesia diawali kekuasaan kehakiman dibidang
dengan diberlakukannya Undang- hukum pidana yang diwujudkan
undang Nomor 8 tahun 1981 tentang dalam empat sub sistem, yaitu :3
Kitab Undang-Undang Hukum Acara 1. Kekuasaan penyidikan oleh
Pidana (KUHAP) sebagai pengganti lembaga penyidik;
hukum acara pidana warisan kolonial 2. Kekuasaan penuntutan oleh
Belanda, yaitu Het Herziene lembaga penuntut;
Inlandsch Reglement. KUHAP telah 3. Kekuasaan
meletakkan dasar humanisme dan mengadili/menjatuhkan
merupakan suatu era baru dalam putusan oleh badan
dunia peradilan di Indonesia karena peradilan, dan;
bertujuan untuk menjunjung hak dan

2 Anton F. Susanto, 2004, Wajah Peradilan


3
Kita, konstruksi Sosial Tentang Barda Nawawi Arief, 2007, Kapita Selekta
Penyimpangan, Mekanisme kontrol dan hukum pidana tentang system peradilan
Akuntabilitas Peradilan Pidana, Refka pidana terpadu, BP Undip, semarang,hlm.
Aditama, Bandung, hlm. 74 19
133 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

4. Kekuasaan pelaksanaan wewenang khusus oleh Undang-


hukum pidana oleh aparat undang.
pelaksana eksekusi. Menurut Molenaar, hukum
Keempat tahap/sub sistem itu ketenagakerjaan adalah bagian
merupakan satu kesatuan sistem hukum yang berlaku, yang pokoknya
penegak hukum pidana yang mengatur hubungan antara tenaga
integral, dan sering disebut dengan kerja dan pengusaha, antara tenaga
istilah Sistem Peradilan Pidana kerja dan tenaga kerja. Kedudukan
Terpadu (Integrated criminal justice hukum ketenagakerjaan dalam tata
system).4 hukum nasional Indonesia secara
Dalam pelaksanaan sistem teoritis dapat dipisahkan menjadi 3
peradilan pidana terpadu, penyidikan bidang, yaitu bidang administrasi,
merupakan tahap awal yang sangat bidang perdata, dan bidang pidana.
penting karena melalui proses ini Namun dalam praktiknya harus
dapat diketahui adanya suatu tindak dijalankan secara bersamaan karena
pidana, tersangka tindak pidana, dan berhubungan satu dengan yang
sanksi yang sesuai dengan tindak lainnya. Hubungan hukum yang
pidana yang bersangkutan untuk dilakukan oleh pekerja/buruh dengan
kemudian dapat dilaksanakan tahap pengusaha termasuk dalam bidang
selanjutnya dalam peradilan pidana. hukum perdata. Namun selama
Penyidikan adalah serangkaian proses pembuatan, pelaksanaan,
tindakan penyidik dalam hal dan dan berakhirnya hubungan tersebut
menurut cara yang diatur dalam diawasi oleh Pemerintah dalam
undang-undang ini untuk mencari rangka menjalakan 3 (tiga)
serta mengumpulkan bukti, dimana fungsinya. Apabila selama proses-
dengan bukti tersebut dapat proses tersebut terdapat
membuat terang tentang suatu tindak pelanggaran (tidak sesuai dengan
pidana yang terjadi dan guna peraturan yang berlaku), maka dapat
menemukan tersangkanya. diterapkan sanksi pidana.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Tindak pidana merupakan suatu
Undang-undang No. 8 Tahun 1981, perbuatan yang dilarang oleh suatu
Penyidik adalah Pejabat Polisi aturan hukum disertai dengan
Negara RI dan Pejabat Pegawai ancaman berupa pidana tertentu bagi
Negeri Sipil tertentu yang diberi yang melanggar aturan tersebut.5

4 Barda Nawawi Arief,2011, Reformasi


5
Sistem Peradilan (Sistem Penegakan Moeljatno, 2008, Dasar-dasar Hukum
Hukum Di Indonesia), BP. Undip, Pidana Indonesia, Rineka Cipta,
Semarang,cet. 2,hlm. 7 Jakarta,hlm. 59.
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 134

Sehingga tindak pidana di bidang ketenagakerjaan dalam Undang-


ketenagakerjaan dapat diartikan undang Ketenagakerjaan ini jarang
sebagai perbuatan melawan hukum ditegakkan oleh aparat penegak
yang dilakukan buruh maupun hukum. Akibatnya, hukum
pengusaha yang melanggar ketenagakerjaan kerap dilanggar
perjanjian kerja, peraturan terus menerus oleh perusahaan,
perusahaan, perjanjian kerja karena ketiadaan penegakan hukum
bersama, dan Undang-undang yang tegas.
Ketenagakerjaan di mana ancaman
sanksi pidananya hanya diatur dalam B. PERMASALAHAN
undang-undang ketenagakerjaan.6 Bertitik tolak dari uraian latar
Dalam Undang-undang Nomor belakang di atas, yang menjadi
13 Tahun 2003 tentang masalah dalam penelitian ini adalah
Ketenagakerjaan, pengaturan khusus bagaimana pelaksanaan penegakan
terkait ketentuan pidana terdapat hukum pidana ketenagakerjaan dan
dalam Pasal 193 sampai 189, dan faktor apa saja yang menghambat
terkait dengan sanksi administratif pelaksanaannya.
terdapat dalam pasal 190. Selain itu,
tindak pidana ketenagakerjaan juga C. METODE PENELITIAN
diatur dalam UU No.21 Tahun 2000 Penelitian ini adalah termasuk
tentang Serikat Buruh/Serikat jenis penelitian yuridis empiris, atau
Pekerja, Undang-undang Nomor 2 disebut dengan penelitian lapangan
Tahun 2004 tentang Penyelesaian yaitu mengkaji ketentuan hukum
Perselisihan Hubungan Industrial, yang berlaku serta apa yang terjadi
Undang-undang No.24 Tahun 2011 dalam kenyataannya dalam
tentang Badan Penyelenggara masyarakat.7 Penelitian yuridis
Jaminan Sosial, Undang-undang empiris adalah penelitian hukum
No.1 Tahun 1970 tentang mengenai pemberlakuan atau
Keselamatan Kerja, Undang-undang implementasi ketentuan hukum
No. 7 Tahun 1981 tentang Wajib normatif secara in action pada setiap
Lapor Ketenagakerjaan. Meskipun peristiwa hukum tertentu yang terjadi
sudah ada dan jelas norma dalam masyarakat.8
aturannya, namun hukum pidana
7 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan
6Sahala Aritonang, 2019, Mengupas Tindak Penelitian Hukum , Citra Aditya Bakti,
Pidana di Bidang Ketenagakerjaan, Bandung, hlm 134
8 Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum
https://lampung.antaranews.com/berita/319
113/mengupas-tindak-pidana-di-bidang- Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
ketenagakerjaan 15
135 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Pendekatan yang digunakan diperoleh melalui wawancara dan


dalam penelitian ini adalah metode data sekunder diperoleh melalui studi
pendekatan yuridis empiris. pustaka.
Pendekatan yuridis adalah bahwa
hukum dilihat sebagai norma atau D. PEMBAHASAN
das sollen, karena dalam melakukan 1. Penegakan Hukum Pidana
pembahasan masalah dalam Ketenagakerjaan
penelitian ini menggunakan bahan- Dalam penegakan hukum
bahan hukum. Sedangkan (pidana) meliputi tiga tahap, yang
pendekatan empiris adalah dengan pertama tahap formulasi yakni
melihat hukum sebagai kenyataan tahap penegakan hukum in
sosial, kultural atau das sein karena abtracto oleh badan pembuat
dalam penelitian ini data yang undang-undang (tahap legislatif).
digunakan data primer yang Kedua, tahap aplikasi yakni tahap
diperoleh langsung dari lokasi penerapan hukum pidana oleh
penelitian. Jadi, pendekatan yuridis para aparat penegak hukum mulai
empiris yang dimaksudkan di dalam dari kepolisian, kejaksaan sampai
penelitian ini adalah bahwa dalam pengadilan (tahap yudikatif).
menganalisis permasalahan yang Ketiga, tahap eksekusi yakni
telah dirumuskan dilakukan dengan tahap pelaksanaan hukum pidana
memadukan bahan-bahan hukum secara konkret oleh aparataparat
(yang merupakan data sekunder) pelaksana pidana (tahap eksekutif
dengan data primer yang diperoleh di atau administrasi).9
lapangan. Dalam hukum pidana bidang
Lokas penelitian adalah di Dinas ketenagakerjaan, penegakan
Tenaga Kerja dan Transmigrasi hukum dilakukan melalui upaya
Provinsi Jawa Tengah dengan atau pendekatan persuasif
sumber data berupa data primer. edukatif dengan mengedepankan
Data primer bersumber dari pihak sosialisasi serta informasi tentang
pelaksana pengawasan peraturan dan perundang-
ketenagakerjaan dan Serikat undangan bidang
Pekerja. Data sekunder bersumber ketenagakerjaan. Dalam tahap
peraturan perundang-undangan, awal, pemerintah melalui
buku-buku, literatur, majalah ilmiah, pengawas ketenagakerjaan
jurnal dan dokumen-dokumen
9Aziz Syamsuddin, 2011, Tindak Pidana
lainnya yang berkaitan dengan
Khusus Cetakan Pertama, Sinar Grafika,
materi penelitilian Data primer Jakarta, hlm. 2-3
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 136

melakukan pembinaan dan dalam bentuk nota


sosialisasi kepada perusahaan- pemeriksaan sebagai
perusahaan dan pekerja/buruh peringatan;
supaya dapat melaksanakan c. Tahap represif yustisial,
aturan-aturan ketenagakerjaan. yaitu upaya paksa melalui
Berdasarkan pasal 1 angka 32 lembaga pengadilan dengan
Undang - undang No.13 Tahun melakukan proses
2003 tentang Ketenagakerjaan, penyidikan. Dalam hal ini
Pengawasan Ketenagakerjaan pengawas ketenagakerjaan
adalah kegiatan mengawasi dan diberikan wewenang
menegakkan pelaksanaan sebagai penyidik pegawai
peraturan perundang-undangan di negeri sipil (PPNS) untuk
bidang ketenagakerjaan. melakukan penyidikan
Pengawasan ketenagakerjaan
Penyidikan tindak pidana
dilakukan oleh pegawai
ketenagakerjaan merupakan
pengawas ketenagakerjaan yang
serangkaian tindakan Penyidik
mempunyai kompetensi dan
Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
bersifat independen guna
Ketenagakerjaan dalam hal dan
menjamin pelaksanaan peraturan
menurut cara yang diatur dalam
perundang-undangan di bidang
hukum acara pidana untuk
ketenagakerjaan. Pelaksanaan
mencari dan mengumpulkan bukti
pengawasan ketenagakerjaan
untuk membuat terang suatu
berlangsung melalui beberapa
tindak pidana
tahapan diantaranya :
ketenagakerjaanyang terjadi guna
a. Tahap preventif edukatif,
menemukan tersangkanya.
yaitu kegiatan pembinaan
Penyidikan tindak pidana
sebagai upaya pencegahan
ketenagakerjaan dilaksanakan
melalui penyebarluasan
oleh Penyidik Pegawai Negeri
norma ketenagakerjaan,
Sipil (PPNS) ketenagakerjaan
penasehatan teknis, dan
dengan mengacu kepada Hukum
pendampingan;
Acara Pidana (KUHAP).
b. Tahap represif non yustisial,
Sebagaimana KUHAP, terdapat 3
yaitu upaya paksa di luar
mekanisme penegakan hukum
lembaga pengadilan untuk
yaitu Acara Pemeriksaan Biasa,
memenuhi ketentuan
Acara Pemeriksaan Singkat dan
peraturan perundang-
Acara Pemeriksaan Cepat.
undangan ketenagakerjaan
137 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Terkait dengan wewenang tindak pidana di bidang


Penyidik Pegawai Negeri Sipil ketenagakerjaan ;
(PPNS) ,dalam pasal 7 ayat (2) e. Melakukan pemeriksaan
KUHAP dijelaskan lebih lanjut atas surat dan/atau
bahwa Penyidik Pegawai Negeri dokumen lain tentang tindak
Sipil (PPNS) mempunyai pidana di bidang
wewenang sesuai dengan ketenagakerjaan;
Undang-undang yang menjadi f. Meminta bantuan tenaga
dasar hukumnya masing-masing, ahli dalam rangka
dan dalam pelaksanaan tugasnya pelaksanaan tugas-tugas
tersebut berada di bawah penyidikan tindak pidana di
koordinasi dan pengawasan bidang ketenagakerjaan ;
penyidik Polri atau yang dikenal dan
dengan istilah Korwas. g. Menghentikan penyidikan
Wewenang Penyidik Pegawai apabila tidak terdapat cukup
Negeri Sipil (PPNS) bukti yang membuktikan
Ketenagakerjaan diatur dalam tentang adanya tindak
pasal 182 ayat (2) Undang- pidana di bidang
undang No.13 Tahun 2003 ketenagakerjaan.
diantaranya : Dalam pelaksanaan proses
a. Melakukan pemeriksaan penyidikan oleh Penyidik Pegawai
atas kebenaran laporan Negeri Sipil (PPNS), didasarkan
serta keterangan tentang pada Peraturan Kepala Kepolisian
tindak pidana di bidang Negara RI No. 6 Tahun 2010
ketenagakerjaan ; tentang Manajemen Penyidikan
b. Melakukan pemeriksaan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
terhadap orang yang diduga (PPNS). Berdasarkan peraturan
melakukan tindak pidana di tersebut, dalam pelaksanaan
bidang ketenagakerjaan ; penyidikan harus berdasarkan pada
c. Meminta keterangan dan asas :
bahan bukti dari orang atau a. Legalitas, bahwa setiap
kebijakan dan proses
badan hukum sehubungan
penyidikan oleh Penyidik
dengan tindak pidana di Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
dan koordinasi dan pengawasan
bidang ketenagakerjaan ;
oleh Penyidik Polri berdasarkan
d. Melakukan pemeriksaan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
atau penyitaan bahan atau
b. Kewajiban, yaitu suatu
barang bukti dalam pekara keharusan Penyidik Pegawai
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 138

Negeri Sipil (PPNS) untuk i. Transparansi, yaitu segala


melakukan penyidikan tindak upaya dan tindakan yang
pidana dengan koordinasi dan dilaksanakan secara jelas dan
pengawasan oleh Penyidik Polri; terbuka.
c. Kebersamaan, yaitu
penyelenggaraan penyidikan
2. Penyidikan Tindak Pidana
oleh Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) dan pelaksanaan Ketenagakerjaan belum efektif
koordinasi dan pengawasan
dilaksanakan
oleh Penyidik Polri dengan
melibatkan Atasan Penyidik Pengaturan tindak pidana
Pegawai Negeri Sipil (PPNS),
kejahatan dan tindak pidana
maupun instansi terkait yang
dilandasi dengan sikap saling pelanggaran di bidang
menghormati tugas dan
ketenagakerjaan dalam Undang-
wewenang serta hierarki
masing-masing instansi; undang Ketenagakerjaan
d. Akuntabilitas, yaitu
merupakan suatu peluang bagi
pertanggungjawaban proses
penyidikan oleh Penyidik kalangan pekerja untuk
Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
memperjuangkan hak-haknya.
dan pelaksanaan koordinasi dan
pengawasannya oleh Penyidik Namun pada kenyataanya,
Polri;
mekanisme pidana dalam Undang-
e. Profesional, yaitu mekanisme
proses penyidikan oleh Penyidik undang ini masih jarang sekali
Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
untuk diimplementasikan. Para
serta pelaksanaan koordinasi
dan pengawasan oleh Penyidik pekerja/buruh dan aktivis buruh
Polri berdasarkan teknis dan
masih sering terfokus hanya pada
taktik penyidikan serta peraturan
perundang-undangan; penyelesaian melalui PHI saja,
f. Proaktif, yaitu pelaksanaan
padahal terkait dengan
penyidikan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pelanggaran hak-hak buruh harus
beserta koordinasi dan
didorong untuk melalui mekanisme
pengawasan oleh Penyidik Polri
secara aktif; pidana yaitu melalui Pengawas
g. Menjunjung tinggi hak asasi
Ketenagakerjaan/ Penyidik
manusia, yaitu suatu sikap
setiap Penyidik Pegawai Negeri Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Sipil (PPNS) dan Penyidik Polri
Ketenagakerjaan ataupun langsung
wajib menghormati dan
menjunjung tinggi hak asasi kepada Polisi selaku penyidik
manusia dan perlakuan yang
tindak pidana sesuai dengan
sama kepada setiap orang
untuk dilayani; KUHAP.
h. Efektif dan efisien, yaitu segala
Lawrence M. Friedman
upaya dan tindakan yang
dilaksanakan dengan menjelaskan tentang suatu sistem
mempertimbangkan
hukum dalam operasi aktualnya
keseimbangan yang wajar
antara hasil yang akan dicapai merupakan sebuah organism
dengan upaya, sarana dan
kompleks di mana struktur,
anggaran yang digunakan;
139 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

substansi, dan kultur berinteraksi. Berdasarkan teori di atas,


Untuk menjelaskan latar belakang dapat kita cermati dalam
dan efek dari setiap bagiannya pelaksanaan penegakan hukum
diperlukan peranan dari banyak pidana ketenagakerjaan, di
elemen sistem tersebut.10 antaranya :
Pemikiran membuat aturan saja a. Dari faktor struktur hukum
tanpa ada pemikiran tentang Bahwa sesuai ketentuan Pasal
bagaimana seharusnya struktur 176 Undang-undang
dan budaya hukum itu ada secara Ketenagakerjaan, Pengawas
ideal tidak akan mampu untuk Ketenagakerjaan/ Penyidik
menegakkan sebuah aturan Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
sehingga tujuan dari buatnya Ketenagakerjaan mempunyai
hukum tersebut menjadi tidak dapat kompetensi dan independen guna
tercapai. Menurut Barda Nawawi menjamin pelaksanaan peraturan
Arief tidak ada artinya hukum perundang-undangan
pidana (KUHP) ketenagakerjaan. Untuk menjaga
diganti/diperbaharui, apabila tidak kompetensi dan independesi
dipersiapkan atau disertai dengan inilah maka Undang-undang
perubahan ilmu hukum pidananya. Ketenagakerjaan menetapkan
Criminal law reform atau legal bahwa pengangkatan Pengawas
substance reform harus disertai Ketenagakerjaan/ Penyidik
pula dengan pembaharuan ilmu Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
pengetahuan tentang hukum Ketenagakerjaan ditetapkan oleh
pidananya (legal/criminal science Menteri atau pejabat yang
reform). Hal tersebut harus disertai ditunjuknya. Dengan demikian
pula dengan pembaharuan budaya Pengawas Ketenagakerjaan/
hukum masyarakat (legal culture penyidik Penyidik Pegawai Negeri
reform) dan pembaharuan struktur Sipil (PPNS) Ketenagakerjaan
atau perangkat hukumnya (legal dapat independen dari pengaruh-
structure reform).11 pengaruh kebijakan politik yang
berkembang di daerah-daerah
10 Lawrence M Friedman, 2013, The Legal (termasuk kabupaten/kota). Jadi
System A Social Science Perspective (terj.
Pengawas Ketenagakerjaan/
M.Khozim), Nusa Pedia . Bandung, hlm.17
11 Barda Nawawi Arief sebagaimana dikutip Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Rocky Marbun, 2014,Grand Design Politik (PPNS) Ketenagakerjaan dapat
Hukum Pidana dan Sistem Hukum Pidana
Indonesia Berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Hukum, Volume 1 – No 3 - (online)
Indonesia 1945 , Padjadjaran Jurnal Ilmu http://jurnal.unpad.ac.id.
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 140

“menolak” kepentingan- Pegawai Negeri Sipil (PPNS)


kepentingan yang dipesan oleh Ketenagakerjaan tidak dapat
siapapun pejabat di daerahnya. berjalan. Misalnya lemahnya
Hal ini berkaitan dengan dukungan pemerintah mengenai
Pengawas Ketenagakerjaan/ fasilitas dan rendahnya tingkat
Penyidik Pegawai Negeri Sipil profesionalisme dan militansi
(PPNS) Ketenagakerjaan dalam Pengawas
menjalankan kewenangannya Ketenagakerjaan/Penyidik
yang tentu tidak mudah, karena Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
yang diawasi adalah pengusaha Ketenagakerjaan dalam
yang memiliki kekayaan (uang). berhadapan dengan pengusaha.
Sehingga dengan kekayaan yang Untuk itu, pemerintah perlu serius
dimiliki pengusaha dapat mendukung dan membenahi
mempengaruhi berbagai pihak kinerja Pengawas
demi kepentingannya. Sudah Ketenagakerjaan/Penyidik
menjadi rahasia umum, bahwa Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
selama ini pengusaha Ketenagakerjaan. Dalam
mengeluarkan biaya siluman demi melaksanakan tugasnya,
kelancaran usahanya baik secara Pengawas
terpaksa maupun dengan Ketenagakerjaan/Penyidik
sukarela. Oleh karena itu dalam Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
menjalankan peran dan fungsinya Ketenagakerjaan diharapkan mau
Pengawas Ketenagakerjaan/ bekerja sama atau meminta
Penyidik Pegawai Negeri Sipil informasi dan data-data secara
(PPNS) Ketenagakerjaan harus rutin (reguler) kepada pengurus-
memiliki komitmen yang kuat dan pengurus serikat pekerja tingkat
konsistensi melakukan tugas- kabupaten/kota termasuk serikat
tugas pengawasannya. pekerja pada tingkat perusahaan.
Pada prakteknya pelaksanaan Informasi dan data-data dari
tugas Pengawas serikat-serikat pekerja tentu akan
Ketenagakerjaan/Penyidik menjadi informasi yang sangat
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) penting tentang ada atau tidak
Ketenagakerjaan tidak mudah. adanya pelanggaran hak-hak
Banyak situasi internal pekerja di perusahaan-
pemerintahan yang perusahaan. Dan akan semakin
mengakibatkan tugas Pengawas efektif apabila Pengawas
Ketenagakerjaan/Penyidik Ketenagakerjaan / Penyidik
141 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Pegawai Negeri Sipil (PPNS) borongan dan harian lepas yang


Ketenagakerjaan mampu tidak sesuai dengan UU. Tetapi
membangun koordinasi dan berdasarkan kewenangan dari
kerjasama dengan Kepolisian dan Pengawas Ketenagakerjaan /
Kejaksaan. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Selain itu, adanya persepsi yang (PPNS) Ketenagakerjaan tersebut
keliru baik dari aparat penegak apabila dimaksimalkan akan dapat
hukum maupun pihak terkait memberikan shock therapy bagi
menyebabkan penegakan hukum pengusaha untuk menghargai
ketenagakerjaan kurang optimal, hukum dan pekerja sebagai tulang
sebagai contoh banyaknya kasus punggung perekonomian suatu
pembayaran upah minimum bangsa.
dibawah ketentuan yang c. Faktor kultur /budaya hukum
dilakukan oleh pengusaha tanpa Dalam hukum ketenagakerjaan
melalui mekanisme persetujuan terdapat 2 (dua) upaya hukum yang
penangguhan oleh Gubernur dapat diambil yaitu mekanisme
setempat. Seharusnya hal perdata melalui gugatan ke
tersebut tidak bisa dibernarkan, Pengadilan Hubungan Industrial
pembayaran upah minimum dan mekanisme pidana melalui
terhadap buruh/pekerja di suatu Kepolisian atau Pengawas
perusahaan tanpa adanya Ketenagakerjaan. Usaha untuk
persetujuan Gubernur setempat mengefektifkan penegakan hukum
dengan melakukan persetujuan pidana ketenagakerjaan dapat
penangguhan pembayaran upah dilakukan oleh pekerja dengan
minimum pada tahun berjalan meningkatkan pemahaman
adalah suatu pelanggaran hukum terhadap Undang-undang
walaupun adanya kesepakatan Ketenagakerjaan secara utuh
dengan buruh/pekerja dan/atau sehingga pekerja dapat memahami
Serikat buruh/pekerja di mana yang menjadi hak-haknya. Di
perusahaan tersebut. dalam Undang-Undang Nomor 13
b. Faktor subtansi hukum Tahun 2003 tentang
Bahwa pengaturan tindak pidana Ketenagakerjaan begitu banyak
dalam Undang-undang jenis tindak pidana
Ketenagakerjaan belum mengatur ketenagakerjaan, dimana
semua kejahatan-kejahatan yang pelanggaran atas hak-hak buruh
terjadi terhadap pekerja, seperti: dibagi dalam dua ketegori tindak
penerapan outsourcing, kontrak, pidana, yaitu tindak pidana
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 142

kejahatan dan tindak pidana penyelesaian perkara


pelanggaran. Namun, masalah perselisihannya lewat jalur PHI.
tindak pidana ini tak pernah Hukum pidana memang seharunya
terdengar dipermukaan karena digunakan pada saat norma lainnya
para buruh dan pengusaha lebih tidak bisa digunakan (ultimum
memfokuskan pada penyelesaian remedium) dalam pencapaian
lewat PHI yang belum begitu efektif tujuannya, namun fungsi hukum
dan memberikan keadilan pidana dapat juga menjadi
masyarakat khususnya buruh / Premium remedium (lebih
pekerja. Kecendrungan pekerja didahulukan penerapannya) jika
yang lebih mendahulukan kasus belum ada sarana atau kondisi
perselisihan disebabkan karena yang memadai tegakknya aturan
pekerja belum mampu atau cita-cita yang diharapkan.
membedakan antara perselisihan Dalam konteks saat ini, ditengah
dan pelanggaran pidana lemahnya penegakkan hukum
ketenagakerjaan. Serikat pekerja ketenagakerjaan, pidana
kurang cermat memposisikan ketenagakerjaan yang sejatinya
kasus antara perselisihan atau telah ada pengaturannya bisa
pelanggaran. Ini kelemahan dari diimplementasikan penerapannya
serikat pekerja yang kurang cermat lebih optimal. Sebenarnya
memahami redaksi pasal per pasal beberapa putusan pidana
dari suatu Undang-undang. ketenagakerjaan yang telah ada
Sehingga sebaiknya sebelum dapat menjadi langkah awal agar
mengadvokasi suatu kasus, perlu penerapan hukum pidana
melakukan bedah kasus dengan ketenagakerjaan dapat terus
melibatkan akademisi. Tujuannya berjalan sesuai norma dan aturan
selain dapat dipetakan antara yang ada.
perselisihan dan pelanggaran, Untuk mewujudkan sistem
hasilnya dapat dijadikan senjata penegakan hukum pidana
dalam melakukan advokasi. ketenagakerjaan yang baik, setidaknya
Mengedepankan penyelesaian substansi hukum, struktur hukum, dan
kasus pelanggaran lebih penting budaya hukum harus terwujud dengan
ketimbang perselisihan. Salah satu baik pula. Dengan mendasarkan pada
keuntungannya apabila teori sistem hukum Lawrence M
mendahulukan penyelesaian lewat Friedman dapat dianalisis faktor-faktor
proses pidana, putusannya bisa yang menyebabkan mekanisme
dijadikan bukti kuat dalam
143 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

pidana menjadi belum efektif, penegakan hukum


diantaranya : ketenagakerjaan kurang optimal.
1. faktor struktur hukum, 2. faktor subtansi hukum , bahwa
a. Pengawas Ketenagakerjaan/ dalam Undang-undang Nomor
Penyidik Pegawai Negeri Sipil 13 Tahun 2003 tentang
(PPNS) Ketenagakerjaan dalam Ketenagakerjaan masih belum
menjalankan peran dan fungsinya mengatur semua kejahatan
harus memiliki komitmen yang yang terjadi terhadap pekerja
kuat dan konsisten dalam yang merupakan tindak pidana,
melaksanakan tugas pengawasan 3. faktor budaya hukum, bahwa
dan penegakan hukum. pihak pekerja lebih
Sedangkan dalam kenyatannya memfokuskan pada
hal tersebut tidaklah mudah, penyelesaian lewat PHI yang
banyak situasi internal belum begitu efektif dan
pemerintahan yang memberikan keadilan
mengakibatkan tugas Pengawas masyarakat khususnya bagi
Ketenagakerjaan/ penyidik pekerja. Kecendrungan pekerja
pegawai negeri sipil (PPNS) yang lebih mendahulukan kasus
Ketenagakerjaan tidak dapat perselisihan disebabkan karena
berjalan. Misalnya lemahnya pekerja belum mampu
dukungan pemerintah mengenai membedakan antara
fasilitas dan rendahnya tingkat perselisihan dan pelanggaran
profesionalisme dan militansi pidana ketenagakerjaan, serta
Pengawas Ketenagakerjaan / Serikat pekerja kurang cermat
penyidik pegawai negeri sipil dalam memposisikan kasus
(PPNS) Ketenagakerjaan dalam antara perselisihan atau
berhadapan dengan pengusaha. pelanggaran
b. Kurangnya koordinasi antara Untuk mengefektifkan
Pengawas Ketenagakerjaan / penegakan hukum pidana
penyidik pegawai negeri sipil ketenagakerjaan maka perlu lebih
(PPNS) Ketenagakerjaan dengan membangun koordinasi dan
pihak Kepolisian dan kejaksaan, kerjasama antara Pengawas
serta pihak serikat pekerja. Ketenagakerjaan / penyidik pegawai
c. persepsi yang keliru baik dari negeri sipil (PPNS)
aparat penegak hukum maupun Ketenagakerjaan dengan Kepolisian
pihak terkait menyebabkan dan Kejaksaan, meningkatkan
koordinasi dengan pihak serikat
Efektivitas Penegakan Hukum Pidana…… | 144

pekerja dalam hal informasi dan diimplementasikan penerapannya


data-data terkait adanya lebih optimal.
pelanggaran hak-hak pekerja,
meningkatkan pemahaman pekerja E. KESIMPULAN
terhadap Undang-undang Penegakan hukum pidana bidang
Ketenagakerjaan sehingga pekerja ketenagakerjaan dilakukan melalui
dapat memahami apa saja yang upaya atau pendekatan persuasif
menjadi hak dan kewajibannya. edukatif dengan mengedepankan
Berdasarkan kewenangan yang sosialisasi serta informasi tentang
diberikan kepada Pengawas peraturan dan perundang-undangan
Ketenagakerjaan / Penyidik bidang ketenagakerjaan oleh
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pengawas ketenagakerjaan.
Ketenagakerjaan dan ketentuan Pelaksanaan pengawasan
pidana yang sudah diatur dalam ketenagakerjaan berlangsung melalui
Undang-undang Ketenagakerjaan, pertama tahap preventif edukatif yaitu
apabila dimaksimalkan maka akan kegiatan pembinaan sebagai upaya
dapat memberikan shock therapy pencegahan melalui penyebarluasan
bagi pengusaha untuk menghargai norma ketenagakerjaan, penasehatan
hukum dan pekerja sebagai tulang teknis, dan pendampingan. Kedua
punggung perekonomian suatu tahap represif non yustisial, yaitu
bangsa. upaya paksa di luar lembaga
Hukum pidana memang pengadilan untuk memenuhi ketentuan
seharunya digunakan pada saat peraturan perundang-undangan
norma lainnya tidak bisa digunakan ketenagakerjaan dalam bentuk nota
(ultimum remedium) dalam pemeriksaan sebagai peringatan.
pencapaian tujuannya, namun Ketiga apabila tahap pertama dan
fungsi hukum pidana dapat juga kedua masih diabaikan dan belum ada
menjadi Premium remedium (lebih perbaikan maka ditempuh tahap
didahulukan penerapannya) jika represif yustisial,yaitu upaya paksa
belum ada sarana atau kondisi yang melalui lembaga pengadilan dengan
memadai tegakknya aturan atau melakukan proses penyidikan. Dalam
cita-cita yang diharapkan. Ditengah hal ini Pengawas Ketenagakerjaan
lemahnya penegakkan hukum diberikan wewenang sebagai Penyidik
ketenagakerjaan, pidana Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk
ketenagakerjaan yang sebenarnya melakukan penyidikan dengan kepada
telah ada pengaturannya bisa Hukum Acara Pidana (KUHAP).
145 | Jurnal Idea Hukum
Vol. 8 No. 1 Edisi Maret 2022
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Dalam Undang-undang No. 13


Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan DAFTAR PUSTAKA
telah memuat aturan hubungan
F. Susanto, Anton.2004. Wajah
ketenagakerjaan, hak dan kewajiban
Peradilan Kita, konstruksi Sosial
pengusaha dan pekerja, hingga sanksi Tentang Penyimpangan,
Mekanisme kontrol dan
hukum pidana ketenagakerjaan. Di
Akuntabilitas Peradilan Pidana.
dalam Undang-undang Refka Aditama. Bandung.
M Friedman, Lawrence.2013. The Legal
Ketenagakerjaan, ada banyak sanksi
System A Social Science
pidana yang dapat dikenakan terhadap Perspective (terj. M.Khozim),
Nusa Pedia . Bandung.
pengusaha/perusahaan yang
Moeljatno. 2008. Dasar-dasar Hukum
melanggar hak pekerja, baik yang Pidana Indonesia. Rineka
Cipta.Jakarta.
sifatnya administratif maupun sanksi
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum
pidana penjara dan denda. Meskipun dan Penelitian Hukum. Citra
Aditya Bakti . Bandung.
sudah ada norma aturannya, namun
Nawawi Arief, Barda. 2007. Kapita
kenyataannya hukum pidana Selekta hukum pidana tentang
system peradilan pidana
perburuhan dalam Undang-undang
terpadu. BP Undip. Semarang.
Ketenagakerjaan ini masih jarang ______. 2011. Reformasi Sistem
Peradilan (Sistem Penegakan
diimplementasikan. Hal ini karena para
Hukum Di Indonesia). BP.
pekerja/buruh dan aktivis buruh masih Undip. Semarang.
Syamsuddin, Aziz. 2011. Tindak Pidana
sering terfokus hanya pada
Khusus Cetakan Pertama. Sinar
penyelesaian melalui PHI saja, Grafika. Jakarta.
Waluyo, Bambang.2002. Penelitian
padahal terkait dengan pelanggaran
Hukum Dalam Praktek. Sinar
hak-hak buruh harus didorong untuk Grafika . Jakarta.
Rocky Marbun. 2014.Grand Design
melalui mekanisme pidana yaitu
Politik Hukum Pidana dan
melalui Pengawas Ketenagakerjaan/ Sistem Hukum Pidana
Indonesia Berdasarkan
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
Pancasila dan Undang-Undang
Ketenagakerjaan ataupun langsung Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 . Padjadjaran
kepada Polisi selaku penyidik tindak
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 1 –
pidana sesuai dengan KUHAP. Dari No 3 - (online)
http://jurnal.unpad.ac.id
pihak pekerja sendiri, kerap
menjadikan instrumen Pidana hanya
untuk menekan pengusaha saja,
sehingga tidak serius dalam
mengumpulkan alat bukti. Dan apabila
hak telah dibayar, pidana ditinggalkan,
padahal pembayaran hak tersebut
tidak menghapus pidana.

You might also like