You are on page 1of 14

Volume 9 Nomor 2, April 2018, p.

070-083
Faculty of Law, ftaranatha Christian University, Jalan Prof. Drg.
Surya Sumantri No.65, Sukawarna, Bandung, West Java, 40164.
ISSN: 2085-9945 | e-ISSN: 2579-3520
Open Access at: http://dialogia.maranatha.edu/index.php

Urgensi Fungsionalisasi Teori Hukum Dalam Proses Pembentukan


Hukum Pidana di Indonesia

Rahel Octora
Faculty of Law, Maranatha Christian University, Indonesia
octorael@hotmail.com

Submitted: 2018-02-06; Reviewed: 2018-03-13; Accepted: 2018-04-30

Abstract - Criminal law is a means for regulating public orders. Criminal law is prevailed by
applying written law, because criminal law is bounded by legality principle. Formulation of
legal substance in criminal law system is influenced by how the lawmaker formulate words to
be communicated to the society. It’s not only about a technical stage, but also related to
theoretical aspect of law, about how rules enforceability, and how logical principles and legal
reasoning applied in lawmaking process. Formulation of rules in RKUHP still facing several
problems. It’s interesting to know how legal theories should be applied in criminal law-making
process. This research was done with normative juridical method.Primary legal materials such
as regulations and secondary legal materials such as literature and legal theories were
analyzed with deductive reasoning steps. The conclusions, legal theories have corelation with
lawmaking process, as doctrine of method. By understanding and performing it, hopefuly
lawmakers can formulate ideal legal norms. Legal theories also required for preserving
rationality of how criminal actions are formulated in the Code and avoiding fallacies in
formulation of criminal conducts.

Keywords: Double occupation; lecturer; notary.

PENDAHULUAN sistem hukum dipengaruhi oleh proses


Hukum terbentuk di dalam masyarakat pembentukan undang-undang. Proses
sebagai sarana pengatur kehidupan. pembentukan peraturan perundang-
Dengan adanya hukum, diharapkan undangan di Indonesia acapkali
kehidupan masyarakat dapat berjalan menghasilkan suatu peraturan perundang-
dengan lebih tertib. Hukum juga bertugas undangan yang kontroversial. Regulasi
untuk menciptakan keadilan. Di dalam yang dihasilkan seringkali dipandang
masyarakat yang menganut tradisi hukum hanya untuk kepentingan pihak tertentu,
Civil Law, undang-undang merupakan mengabaikan hak dan perlindungan bagi
sumber hukum yang utama sehingga pihak yang dianggap berkedudukan lemah,
dengan demikian, terbentuknya suatu serta dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai

70
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

keutamaan yang dianut dalam masyarakat. terkait dengan masalah:


Hal demikian terjadi pula di lapangan “Banyak Rancangan Undang-Undang
hukum pidana. Sampai dengan artikel ini yang spontan dan tidak ada urgensinya.
ditulis, Rancangan KUHP di Indonesia Sampai saat ini masih banyak
‘kegenitan’ politisi kita dalam
belum juga disahkan dan diundangkan.
pengajuan pembentukan undang-
Dalam proses pembentukannya, masih undang. Selain itu banyak juga RUU
muncul berbagai permasalahan terkait yang bermasalah, apakah itu rancu
dengan penetapan tindakan apa saja yang secara substansi, saling tumpang tindih
dikategorikan sebagai tindak pidana dengan peraturan lain, atau tidak
(kriminalisasi), perihal definisi atau memiliki konsistensi.”2
pembatasan makna dalam merumuskan
unsur delik, dan keterkaitan antara hukum Contoh-contoh di atas menunjukkan
pidana dengan aspek-aspek extra yuridis di betapa proses pembentukan peraturan
antaranya agama dan kesusilaan. Sebagai perundang-undangan di Indonesia belum
contoh, muncul berbagai problem ideal. Jika ditelaah lebih lanjut, substansi
berkenaan dengan overkriminalisasi untuk dari peraturan perundang-undangan yang
berbagai tindakan di dalam RKUHP, ada juga terkadang sangat multitafsir, serta
rumusan-rumusan pasal yang multitafsir mengabaikan kaidah konsistensi berpikir
sehingga mempersulit proses penerapan sehingga mempersulit para penegak hukum
hukum dan penegakannya. Contohnya, dalam mengimplementasikannya pada
problematika pengaturan hukum yang suatu kasus konkrit. Dikaitkan dengan teori
hidup di masyarakat sebagai dasar hukum, salah satu fungsi dari teori hukum
pemidanaan masih menjadi polemik. adalah meneliti objek dan metode dari ilmu
Selain terkait dengan RKUHP, KUHP hukum dan di pihak lain meneliti
yang saat ini berlaku sebagai hukum positif pengembanan hukum praktikal seperti
juga mengandung banyak permasalahan. perundang-undangan dan peradilan. Teori
Misalnya, pembatasan makna delik zina hukum merupakan suatu ajaran metode
menjadi suatu perdebatan, sebagaimana untuk praktek hukum. Teori hukum
diajukan di dalam Perkara Nomor: mengarahkan perhatiannya pada
46/PUU-XIV/2016. Ancaman pidana pembentukan hukum (perundang-
terhadap tindakan makar juga menuai undangan) dan penemuan hukum (ajaran
permasalahan karena adanya ketidak- interpretasi).3
konsistenan dalam membeikan batasan Makalah ini akan membahas
makna terhadap kata makar itu sendiri.1 pentingnya peranan teori hukum dalam
Selain problem-problem di atas, proses pembentukan hukum di Indonesia.
menurut Mahfud M.D, kontroversi lain dari Adapun hal-hal yang akan dibahas adalah
terbentuknya peraturan perundang- hubungan antara teori hukum dengan
undangan di Indonesia biasanya juga proses pembentukan hukum dan

1
Mengembalikan Makna “Makar” dalam Hukum http://news.unpad.ac.id, diakses pada tanggal 24
Pidana Indonesia, diakses dari Icjr.org.id, pada Januari 2018, pukul14.00 WIB.
tanggal 24 Januari 2018, pukul. 13.00 WIB. 3
Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan
2
Mahfud MD, “Banyak RUU Spontan dan Tidak Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat
Ada Urgensinya”, diakses dari Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2008, hlm. 29.

71
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

fungsionalisasi teori hukum dalam proses 1. Momen Idiil: Proses menafsirkan


pembentukan hukum pidana di Indonesia kenyataan alamiah, serta kenyataan
dapat dilakukan secara konkrit dalam dan sejarah kemasyarakatan dalam
rangka menghasilkan peraturan perundang- pandangan hidup, filsafat hukum
undangan yang baik. dan kesadaan hukum masyarakat
sehingga diketahui prinsip
PEMBAHASAN fundamental seperti apa yang perlu
Tinjauan Proses Pembentukan dimunculkan dalam aturan yang
Peraturan Perundang-Undangan di dibentuk;
Indonesia 2. Momen Politik: Peng-artikulasi-an
Proses pembentukan peraturan perundang- aspirasi masyarakat menjadi bentuk
undangan di Indonesia melalui berbagai kepentingan dan tujuan politik;
tahap. Pembentukan undang-undang 3. Momen Normatif: Hasil dari
adalah bagian dari pembentukan atau pengolahan prinsip fundamental
penciptaan hukum. Pada umumnya, dalam momen idiil, menghasilkan
pembentukan atau penciptaan hukum itu cita hukum, nilai dan asas-asas serta
berkenaan dengan tiga hal yaitu: kaidah da n pranata hukum;
1. “perumusan aturan-aturan umum, 4. Momen Teknikal: Hasil interaksi
yang dapat berupa penambahan dialektikan antara momen politik
atau perubahan aturan-aturan yang dan normatif, dituangkan dalam
sudah berlaku; teknik perancangan peraturan per-
2. ditimbulkan dari keputusan- UU-an.5
keputusan konkret (hukum
preseden atau yurisprudensi) ; dan Secara teknis / prosedural, tahapan
3. berkenaan dengan tindakan nyata, pembentukan peraturan perundang-
yaitu suatu tindakan yang hanya undangan adalah sebagai berikut:
terjadi sekali saja (einmalig), yang 1. Perencanaan adalah tahap dimana
dilakukan oleh organ-organ negara DPR dan Presiden (serta DPD
berdasarkan konstitusi tanpa terkait RUU tertentu) menyusun
disertai dengan perubahan undang- daftar RUU yang akan disusun ke
undang atau UUD.”4 depan. Proses ini umumnya kenal
dengan istilah penyusunan Program
Dari sudut pandang teoritis, proses Legislasi Nasional (Prolegnas).
pembentukan peraturan perundang- Hasil pembahasan tersebut
undangan dibagi dalam tahapan berikut kemudian dituangkan dalam
6
yaitu: Keputusan DPR.
4
A. Rosyid Al Atok, Konsep Pembentukan 6
Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun
Peraturan-Perundang-undangan; Teori, Sejarah untuk jangka waktu 5 tahun (Prolegnas Jangka
dan Perbandingan dengan Beberapa Negara Menengah/ Proleg JM) dan tahunan (Prolegnas
Bikameral, Malang: Setara Press, 2015, hlm. 31. Prioritas Tahunan/ Proleg PT). Sebelum sebuah
5
B. Arief Sidharta, Makalah tidak dipublikasikan: RUU dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR
Bahan Kuliah Teori Hukum, Bandung: Program dan/Pemerintah sudah harus menyusun terlebih
Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan, dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.
2010. Namun Prolegnas bukanlah satu-satunya acuan

72
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

2. Penyusunan: merupakan tahap tingkat pembicaraan. Tingkat 1


penyiapan sebelum sebuah RUU adalah pembicaraan dalam rapat
dibahas bersama antara DPR dan komisi, rapat gabungan komisi,
Pemerintah. Tahap ini terdiri dari: rapat badan legislasi, rapat badan
a. Naskah Akademik adalah anggaran atau rapat panitia khusus.
naskah hasil penelitian atau Tingkat 2 adalah pembicaraan
pengkajian hukum dan hasil dalam rapat paripurna. Pengaturan
penelitian lainnya tehadap sebelum adanya putusan MK
suatu masalah tertentu yang 92/2012 hanya “mengijinkan” DPD
dapat dipertanggungjawabkan untuk ikut serta dalam pembahasan
secara ilmiah mengenai tingkat 1, namun setelah putusan
pengaturan masalah tersebut MK 92/2012, DPD ikut dalam
dalam suatu rancangan pembahasan tingkat 2. Namun
peraturan sebagai solusi peran DPD tidak sampai kepada
terhadap permasalahan dan ikut memberikan persetujuan
kebutuhan hukum dari terhadap suatu RUU. Persetujuan
masyarakat. bersama terhadap suatu RUU tetap
b. Penyusunan RUU adalah menjadi kewenangan Presiden dan
pembuatan rancangan DPR. Apa yang terjadi pada tahap
peraturan pasal demi pasal pembahasan adalah “saling kritik”
dengan mengikuti ketentuan terhadap suatu RUU. Jika RUU
dalam lampiran II UU12/2011 tersebut berasal dari Presiden, maka
c. Harmonisasi, Pembulatan, DPR dan DPD akan memberikan
dan Pemantapan Konsepsi pendapat dan masukannya. Jika
adalah suatu tahapan untuk: RUU tersebut berasal dari DPR,
i. Memastikan bahwa RUU maka Presiden dan DPD akan
yang disusun telah selaras memberikan pendapat dan
dengan Pancasila, UUD masukannya. Jika RUU tersebut
NRI Tahun 1945, dan UU berasal dari DPD, maka Presiden
lain dan teknik penyusunan dan DPR akan memberikan
peraturan perundang- masukan dan pendapatnya.
undangan
ii. Menghasilkan kesepakatan 4. Pengesahan Setelah ada persetujuan
terhadap substansi yang bersama antara DPR dan Presiden
diatur dalam RUU. terkait RUU yang dibahas bersama,
3. Pembahasan: Pembahasan materi Presiden mengesahkan RUU
RUU antara DPR dan Presiden tersebut dengan cara membubuhkan
(juga dengan DPD, khusus untuk tanda tangan pada naskah RUU.
topik-topik tertentu) melalui 2 Penandatanganan ini harus

dalam perencanaan pembentukan UU. muncul keadaan tertentu yang perlu segera
Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang direspon. Sumber: www. dpr.go.id, diakses tanggal
tidak terdapat dalam proleganas, baik karena 23 Januari 2018, pukul 10.00 WIB.

73
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

dilakukan oleh Presiden dalam senantiasa memperhatikan peraturan


jangka waktu maksimal 30 hari perundang-undangan yang lebih tinggi
terhitung sejak tanggal RUU tingkatannya.
tersebut disetujui bersama oleh Undang-undang adalah salah satu
DPR dan Presiden. Jika Presiden bentuk atau bagian dari perundang-
tidak menandatangani RUU undangan. Pada susunan hierarki
tersebut sesuai waktu yang perundang-undangan, undang-undang
ditetapkan, maka RUU tersebut menempati posisi di tengah-tengah, di
otomatis menjadi UU dan wajib antara konstitusi dengan peraturan-
untuk diundangkan. Segera setelah peraturan lain yang bersifat peraturan
Presiden menandatangani sebuah pelaksana. Dengan posisi di tengah-tengah
RUU, Menteri Sekretaris negara tersebut, Undang-undang berfungsi
memberikan nomor dan tahun pada menjembatani antara Konstitusi atau
UU tersebut. Aturan Dasar / Aturan Pokok dengan
5. Pengundangan adalah penempatan Aturan Pelaksana. Posisi di tengah-tengah
UU yang telah disahkan ke dalam tersebut telah menjadikan materi muatan
Lembaran Negara (LN), yakni yang diatur dalam Undang-undang sangat
untuk batang tubuh UU, dan luas, mencakup berbagai aspek kehidupan.7
Tambahan Lembaran Negara Menurut Pasal 10 Undang-undang
(TLN), yakni untuk penjelasan UU Nomor 12 tahun 2011 tentang
dan lampirannya, jika ada. Sebelum Pembentukan Peraturan Perundang-
sebuah UU ditempatkan dalam LN undangan, Materi muatan yang harus diatur
dan TLN, Menteri Hukum dan dengan Undang-undang berisi:
HAM terlebih dahulu (1) a. pengaturan lebih lanjut mengenai
membubuhkan tanda tangan dan ketentuan Undang-Undang Dasar
memberikan nomor LN dan TLN Negara Republik Indonesia Tahun
pada naskah UU. Tujuan dari 1945;
pengundangan ini adalah untuk b. perintah suatu Undang-Undang
memastikan setiap orang untuk diatur dengan Undang-
mengetahui UU yang akan Undang;
mengikat mereka. c. pengesahan perjanjian
internasional tertentu;
Materi Muatan Peraturan Perundang- d. tindak lanjut atas putusan
Undangan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
Pada dasarnya materi muatan di dalam e. pemenuhan kebutuhan hukum
suatu peraturan perundang-undangan dalam masyarakat.
terkait dengan apa yang harus dimuat atau (2) Tindak lanjut atas putusan
diatur di dalam peraturan perundang- Mahkamah Konstitusi sebagaimana
undangan tersebut, terkait dengan dimaksud pada ayat (1) huruf d
pendelegasian pengaturan dan cara dilakukan oleh DPR atau Presiden.
merumuskan norma. Hal ini harus

7
A. Rosyid Al Atok, Op. Cit., hlm. 17.

74
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

Dalam pembentukan peraturan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5


perundang-undangan, harus diperhatikan Undang-undang Nomor 12 tahun 2011
beberapa asas atau prinsip yang mendasar tentang Pembentukan Peraturan
yaitu: Perundang-undangan yang meliputi :
a. Peraturan tidak boleh bertentangan a) kejelasan tujuan (setiap
dengan peraturan yang lebih tinggi pembentukan peraturan perundang-
(lex specialis derogat legi undangan harus mempunyai tujuan
generalis). Dalam hal peraturan yang jelas yang hendak dicapai);
perundang-undangan yang lebih b) kelembagaan atau organ pembentuk
tinggi tingkatnya bertentangan yang tepat (setiap jenis peraturan
dengan peraturan perundang- perundang-undangan harus dibuat
undangan yang lebih rendah, maka oleh lembaga/pejabat pembentuk
berlaku peraturan perundang- peraturan perundang-undangan
undangan yang lebih tinggi yang berwenang. Peraturan
tingkatannya. Demikian pula perundang-undangan tersebut dapat
pencabutan peraturan perundang- dibatalkan atau batal demi hukum,
undangan yang ada hanya mungkin apabila dibuat oleh lembaga/pejabat
dilakukan oleh peraturan yang tidak berwenang);
perundang-undangan yang c) kesesuaian antara jenis dan materi
sederajat atau yang lebih tinggi; muatan (dalam pembentukan
b. Dalam hal peraturan perundang- peraturan perundang-undangan
undangan yang sederajat harus benar-benar memperhatikan
bertentangan dengan peraturan materi muatan yang tepat dengan
perundang-undangan yang jenis peraturan perundang-
sederajat lainnya, maka berlaku undangannya);
peraturan perundang-undangan d) dapat dilaksanakan (setiap
yang terbaru dan peraturan pembentukan peraturan perundang-
perundang-undangan yang lama undangan harus memperhitungkan
dianggap telah dikesampingkan (lex efektifitas Peraturan Perundang-
posterior derogat priori); undangan tersebut di dalam
c. Dalam hal peraturan perundang- masyarakat, baik secara filosofis,
undangan sederajat yang mengatur yuridis, maupun sosiologis);
bidang-bidang khusus, maka e) kedayagunaan dan kehasilgunaan
peraturan perundang-undangan (setiap peraturan perundang-
yang mengatur bidang umum yang undangan dibuat karena memang
berkaitan dengan bidang khusus benar-benar dibutuhkan dan
tersebut dikesampingkan (lex bermanfaat dalam mengatur
specialis derogat lex generalis). kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara);
Pembentuk peraturan harus memahami f) kejelasan rumusan (setiap peraturan
makna asas pembentukan peraturan perundang-undangan harus
perundang-undangan yang baik memenuhi persyaratan teknis

75
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

penyusunan peraturan perundang- prognosis (ramalan, perkiraan).9


undangan, sistematika, dan pilihan Suatu teori hukum berusaha untuk
kata atau terminologi, serta bahasa menetapkan arah perkembangan hukum
hukumnya jelas dan mudah dan mengembangkan sistem-sistem norma
dimengerti, sehingga tidak masyarakat sesuai dengan perkembangan
menimbulkan berbagai macam yang dijalani masyarakat. Para penyusun
interpretasi dalam teori hukum itu biasanya mulai dengan
pelaksanaannya); dan menilai keadaan sosial, mengajukan kritik
g) keterbukaan (dalam proses terhadapnya, untuk kemudian menawarkan
pembentukan peraturan perundang- bagaimana wujud seharusnya suatu sistem
undangan mulai dari perencanaan, hukum supaya keadilan sosial yang mereka
persiapan, penyusunan, dan lihat itu menjadi lebih baik.10 Teori, dengan
pembahasan bersifat transparan dan demikian memberikan penjelasan dengan
terbuka. Dengan demikian seluruh cara mengorganisasikan dan
lapisan masyarakat mempunyai mensistematisasikan masalah yang
11
kesempatan yang seluas-luasnya dibicarakannya Demikian pula dalam
untuk memberikan masukan dalam proses pembentukan peraturan perundang-
proses pembuatan peraturan undangan, teori hukum bermanfaat untuk
perundang-undangan). memberi penjelasan tentang bagaimana
proses pembentukan hukum yang baik itu.
Teori Hukum dan Kaitannya dengan Dalam proses pembentukan peraturan
Proses Pembentukan Peraturan perundang-undangan, Teori Hukum
Perundang-Undangan di Indonesia memegang peranan sebagai Ajaran
Istilah ‘teori’ berasal dari bahasa Yunani: Metode. Hal yang menjadi perhatian ajaran
theoria, artinya pandangan, pertimbangan, metode dalam pembentukan hukum adalah
pengertian yang mendalam (insight), tentang Teknik Perundang-undangan. 12
sedangkan kata kerjanya adalah theorein Dalam kerangka Teknik Perundang-
yang artinya adalah mempertimbangkan, Undangan ini, maka beberapa masalah di
mengamati, memandang. 8 Suatu teori bidang teori hukum yang relevan dapat
harus berfungsi menjelaskan sesuatu dipelajari di antaranya:
mengenai objeknya sebagai generalisasi, 1. penetapan definisi pengertian-
jadi dengan suatu pernyataan yang berlaku pengertian dalam undang-undang
umum. Suatu teori tidak boleh bersifat itu sendiri;
kontradiktif dan harus koheren. Suatu teori 2. bangunan logikal dari peraturan
harus bisa dibuktikan kebenarannya atau perundang-undangan;
ketidakbenarannya secara rasional dan 3. rasionalitas dari perundang-
terbuka. Suatu teori harus mengajukan undangan;

8
Budiono Kusumohamidjojo, Teori Hukum, dilema 11
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra
antara Hukum dan Kekuasaan, Bandung: Yrama Aditya Bakti, 2000, hlm. 253.
Widya, 2006, hlm. 43. 12
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke, Wat is
9
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit, hlm. 47 – 49. Rechtsteorie, 1982, diterjemahkan oleh B.Arief
10
Budiono Kusumohamidjojo, Op.Cit, hlm. 49. Sidharta, Apakah Teori Hukum Itu, Bandung: FH
UNPAR, 2001, hlm. 101.

76
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

4. sifat khas dari bahasa hukum.13 Analisis Hubungan Antara Teori


Hukum Dengan Proses Pembentukan
Teori Hukum juga berfungsi sebagai Hukum
dasar penyusunan naskah akademis yang Teori hukum berperan dalam
mendahului terbentuknya suatu undang- mensistematisasi tahapan yang dilalui
undang. Naskah akademis merupakan dalam membentuk aturan hukum yang
naskah yang dapat dipertanggungjawabkan ideal. Berbagai problem yang dihadapi
secara ilmiah mengenai konsepsi yang dalam pembentukan hukum di Indonesia
berisi latar belakang, tujuan penyusunan, menunjukan bahwa apa yang secara teoritis
sasaran yang ingin diwujudkan dan diharuskan, tidak selalu dijalankan di
lingkup, jangkauan, objek, atau arah dalam prakteknya. Proses pembentukan
pengaturan RUU. peraturan perundang-undangan adalah
Di samping itu, keberadaan teori tindakan dalam lingkup hukum praktis.
hukum juga memberikan penjelasan Namun, proses tersebut tidak dapat
bagaimana perundang-undangan yang dipisahkan begitu saja dari keberadaan
dibentuk harus memenuhi syarat teori hukum. Dalam proses pembentukan
keberlakuan hukum. Keberlakuan hukum peraturan perundang-undangan, secara
berarti cara keberadaan hukum, yang teoritis dikenal empat momen yang harus
mencakup tiga aspek yaitu: dilalui yakni momen idil, momen politikal,
1. Keberlakuan Faktual: Kaidah yang momen normatif dan momen teknikal.
terbentuk, dalam kenyataan Pembentukan undang-undang harus
sungguh-sungguh dipatuhi oleh memperhatikan fungsi dari ke-empat
para warga masyarakat dan pejabat momen tersebut agar produk hukum yang
yang berwenang sungguh-sungguh dihasilkan dapat memenuhi syarat
menegakkannya. Hal ini berarti keberlakuan faktual, yuridikal dan moral.
kaidah hukum itu efektif; Prinsip penyusunan undang-undang,
2. Keberlakuan Yuridikal: Kaidah diatur dalam Undang-undang Dasar Negara
tersebut dibentuk sesuai dengan Republik Indonesia tahun 1954 sebagai
aturan dan prosedur yang berlaku, berikut:
oleh pihak yang berwenang, 1. Pasal 5 Undang-undang Dasar
substansinya tidak bertentangan Negara Republik Indonesia Tahun
dengan kaidah hukum lainnya; 1945:
3. Keberlakuan Moral: Substansi (1) Presiden memegang kekuasaan
kaidah tersebut secara etik atas membentuk undang-undang
dasar pertimbangan akal dapat dengan persetujuan Dewan
diterima (dibenarkan), dengan Perwakilan Rakyat;
demikian kaidah tersebut (2) Presiden menetapkan peraturan
memenuhi rasa atau tuntutan pemerintah untuk menjalankan
keadilan. undang-undang sebagaimana
mestinya.

13
Ibid, hlm. 102.

77
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

2. Pasal 20 Undang-undang Dasar yang memaksa, Presiden berhak


Negara Republik Indonesia Tahun menetapkan peraturan
1945: pemerintah sebagai pengganti
(1) Dewan Perwakilan Rakyat undang-undang
memegang kekuasaan (2) Peraturan pemerintah itu harus
membentuk undang-undang; mendapat persetujuan Dewan
(2) Setiap rancangan undang- Perwakilan Rakyat dalam
undang dibahas oleh Dewan persidangan yang berikut.
Perwakilan Rakyat dan (3) Jika tidak mendapat
Presiden untuk mendapat persetujuan, maka peraturan
persetujuan bersama; pemerintah itu harus dicabut.
(3) Jika rancangan undang-undang
itu tidak mendapat persetujuan Selain peraturan yang bersifat
bersama, rancangan undang- mendasar yang tercantum di dalam UUD
undang itu tidak boleh diajukan 1945, penyusunan undang-undang di
lagi dalam persidangan Dewan Indonesia tunduk pada ketentuan yang
Perwakilan Rakyat masa itu; tercantum di dalam Undang-undang
(4) Presiden mengesahkan Nomor 12 tahun 2011 tentang
rancangan undang-undang yang Pembentukan Peraturan Perundang-
telah disetujui bersama untuk undangan. Di dalam undang-undang
menjadi undang-undang; terdapat pengaturan mengenai asas
(5) Dalam hal rancangan undang- pembentukan perundang-undangan, materi
undang yang telah disetujui muatan, sampai dengan teknis formulasi
bersama tersebut tidak disahkan bahasa di dalam menyusun suatu peraturan
oleh Presiden dalam waktu 30 perundang-undangan.
hari semenjak rancangan Hal ini menunjukkan bahwa momen
undang-undang tersebut normatif dan teknikal mendapatkan
disetujui, rancangan undang- pengaturan yang rinci, walaupun dalam
undang tersebut sah menjadi prakteknya terkadang ada saja peraturan
undang-undang dan wajib perundang-undangan yang ternyata
diundangkan. bertentangan dengan ketentuan peraturan
yang secara hierarkis lebih tinggi, sehingga
3. Pasal 21 Undang-undang Dasar mekanisme Judicial Review kemudian
Negara Republik Indonesia Tahun menjadi cara untuk menegaskan bagaimana
1945: nasib dari peraturan yang bertentangan itu,
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat apakah peraturan tersebut akan dinyatakan
berhak mengajukan usul rancangan inkonstitusional, dinyatakan bertentangan
undang-undang. pada pasal-pasal tertentu saja sehingga
4. Pasal 22 Undang-undang Dasar pasal yang bersangkutan menjadi tidak
Negara Republik Indonesia Tahun berkekuatan hukum, atau dinyatakan tetap
1945: berlaku.
(1) Dalam hal ihwal kegentingan Momen lain yang memperoleh

78
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

perhatian adalah momen politik, yang menumbuhkan disposisi (sikap /


kemudian mengakibatkan adanya kecenderungan dan dorongan) pada
kepentingan politik pihak tertentu yang para warga dan pejabat masyarakat
terlalu mendominasi. Proses pembentukan untuk mematuhi kaidah hukum
peraturan perundang-undangan pada yang bersangkutan.
dasarnya bukan merupakan proses yang
steril dari kepentingan politik karena ia Teori hukum mempelajari keberlakuan
merupakan proses politik. Yang menjadi hukum. Keberlakuan hukum (baik secara
masalah adalah manakala terdapat yuridis, sosiologis maupun filosofis/moral)
peraturan perundang-undangan yang lebih harus menjadi bagian yang diperhatikan
banyak diwarnai oleh kepentingan- oleh pembentuk undang-undang. Penulis
kepentingan politik pemegang kekuasaan berpendapat, di Indonesia peraturan-
dominan. peraturan yang berlaku seringkali belum
Kurang diperhatikannya momen idiil memenuhi tuntutan keberlakuan hukum.
dalam proses pembentukan aturan Hal ini pula yang terjadi di dalam
perundang-undangan mengakibatkan penyusunan rancangan KUHP di
hukum yang terbentuk hanya memenuhi Indonesia. Dalam hal ini penting untuk
sebagian syarat dari seluruh syarat diketahui apakah isi undang-undang
keberlakuan hukum. Hukum harus merupakan sesuatu yang memang dapat
memenuhi syarat keberlakuan faktual, dilaksanakan, dan dirasakan adil, layak dan
keberlakuan yuridikal serta keberlakuan masuk akal oleh penerima pesan. Dalam
moral. Dalam kenyataannya, hukum yang kenyataannya, aturan hukum yang berada
terbentuk di Indonesia seringkali di atas kertas ternyata tidak sesuai dengan
mengabaikan keberlakuan moral, sehingga rasa keadilan masyarakat, hanya dirasakan
secara faktual juga kaidah tersebut menjadi adil oleh sebagian pihak saja.
tidak efektif. Di sini dapat kita lihat Teori hukum juga menaruh perhatian
bagaimana teori hukum memegang pada keberlakuan moral dari suatu
peranan yang penting dalam proses peraturan-perundang-undangan. Hukum
pembentukan aturan. Teori hukum juga harus memenuhi rasa keadilan masyarakat
mempelajari faktor-faktor yang di tempat di mana hukum itu akan
mendukung proses penegakan hukum. diberlakukan, walaupun hukum tidak selalu
Faktor-faktor yang dimaksud di antaranya harus sarat dengan nilai-nilai moral yang
berhubungan dengan: terlalu ketat, karena akan berdampak pada
1. Cara mengkomunikasikan pesan keberlakuannya.
yang termuat dalam undang-undang Di dalam RKUHP, Pasal 472,
itu; mengkriminalisasi tindakan pengunduhan
2. Isi undang-undang merupakan konten pornografi. Pasal 473
sesuatu yang memang dapat mengkriminalisasi perbuatan memiliki
dilaksanakan, dan dirasakan adil, konten pornografi. Pasal 475
layak dan masuk akal oleh mengkriminalisasi model yang dianggap
penerima pesan; menjadikan dirinya objek pornografi
3. Ada sesuatu yang dapat dengan tolok ukur yang tidak jelas, model

79
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

dengan pose atau pakaian seperti apa yang penambahan aturan maupun perubahan
dianggap dapat dipidana karena memenuhi aturan. Dalam proses tersebut, teori hukum
unsur Pasal 475 tersebut. Pasal 480 memiliki peranan penting dalam kaitannya
menyatakan tindakan-tindakan yang dengan penerapan logika Aturan hukum
memenuhi unsur pasal 470-479 tidak yang dibentuk dan kemudian diterapkan
dipidana jika merupakan karya seni, dalam sebuah peristiwa konkrit akan
budaya, olahraga dan pengetahuan. Pasal menjadi premis mayor yang senantiasa
ini akan sulit diterapkan misalnya di dunia perlu diinterpretasikan dalam rangka
hiburan dan pertelevisian. Sebagai contoh, diterapkan bagi fakta-fakta yuridis yang
mengkualifikasikan tampilan busana muncul (yang berkedudukan sebagai
seseorang yang relatif terbuka atau minim, premis minor). Dengan demikian, rumusan
sebagai seni atau pornografi pasti akan peraturan harus sedemikian rupa berupa
menimbulkan perbedaan penafsiran pada rumusan kalimat yang logis dan rasional.
perspektif banyak pihak yang memiliki Pembentukan hukum seyogianya didasari
sudut pandang berbeda. oleh proses bernalar yang tepat, sehingga
Hukum adalah kaidah yang menempati rumusan suatu aturan hukum tidak
klasifikasi tersendiri, dan memiliki ranah mengandung kesesatan-kesesatan berpikir.
berlakunya sendiri. Sedangkan kaidah budi Di dalam konteks hukum pidana, suatu
nurani, kaidah moral positif, kaidah tindakan dapat dikenai hukuman apabila
kesopanan, kaidah kebiasaan serta kaidah telah diatur di dalam aturan tertulis yang
agama merupakan kaidah non hukum. berlaku sebelum tindakan atau peristiwa itu
Pemberlakuan dua kelompok kaidah terjadi. Asas legalitas tersebut sangat
tersebut tidak dapat dicampur adukkan. penting dalam rangka menjamin
Jika hukum positif banyak mengandung prediktabilitas dan kepastian hukum.
nilai-nilai moral yang sebenarnya Demikian aturan pidana yang akan
merupakan wilayah berkiprah kaidah non berkedudukan sebagai premis mayor harus
hukum, maka akan menimbulkan gejala dirumuskan secara logis, dengan konsep-
legal moralism. Hukum dirasa hanya konsep yang dirumuskan secara jelas,
sebagai paksaan, dari pihak yang berkuasa, untuk menghindari beragam penafsiran di
yang memiliki keyakinan terhadap nilai- dalam penerapannya.
nilai moral tertentu, kepada masyarakat Beberapa contoh rumusan kalimat di
yang belum atau bahkan tidak meyakini dalam RKUHP yang dapat menimbulkan
pentingnya nilai-nilai yang demikian. kerancuan di dalam penerapannya di
antaranya:
Analisis Fungsionalisasi Teori Hukum 1. Pasal 309 RKUHP yang
Dalam Proses Pembentukan Hukum menyatakan:
Pidana Di Indonesia Dalam Rangka (1) Setiap orang yang menyiarkan
Menghasilkan Peraturan Perundang- berita bohong atau
Undangan Yang Baik pemberitahuan bohong yang
Pembentukan hukum merupakan suatu mengakibatkan timbulnya
proses terkait dengan penciptaan hukum keonaran atau kerusuhan dalam
baru, perumusan aturan-aturan hukum, masyarakat, dipidana dengan

80
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

pidana penjara paling lama dengan pidana.


2(dua) tahun atau pidana denda Pasal tersebut tentunya memiliki
paling banyak Kategori III. kontradiksi dengan asas legalitas di
(2) Setiap orang yang menyiarkan mana pada dasarnya dasar
suatu berita atau mengeluarkan penjatuhan sanksi pidana adalah
pemberitahuan yang dapat hukum yang tertulis.
mengakibatkan timbulnya 3. Pasal 348 RKUHP menyatakan:
keonaran atau kerusuhan dalam Setiap orang yang di muka umum
masyarakat, dipidana dengan melakukan penghinaan terhadap
pidana penjara paling lama 1 agama di Indonesia, dipidana
(dua) tahun atau pidana denda dengan pidana penjara paling lama
paling banyak Kategori II. 2(dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Kategori III.
RUU KUHP memuat secara khusus Pasal 348 RKUHP dapat
tentang tindak pidana berupa menimbulkan permasalahan di
menyiarkan berita bohong, dan berita dalam penegakannya karena dalam
yang tidak akurat. Meskipun diatur hal ini tidak terdapat pembatasan
secara khusus, tetapi terdapat dalam konteks seperti apa suatu
ketidakjelasan mengenai apa yang perbuatan atau ucapan dapat
dimaksud dengan berita bohong, dianggap menghina agama. Apakah
sehingga pasal-pasal tersebut potensial perbuatan yang diatur juga
dapat disalahgunakan. Narasumber termasuk dengan penghinaan
yang tidak suka dengan pers atau terhadap umat beragama?
pemberitaan mengenai dirinya bisa Penjelasan resmi pasal tersebut
menyeret pers ke pengadilan dengan memberikan batasan terhadap objek
tuduhan menyiarkan kabar atau berita yang dihina adalah misalnya,
bohong. 14 Dalam hal ini, pembentuk menghina keagungan Tuhan,
undang-undang harus menetapkan Firman, sifat-sifat Nya, atau
definisi atau pengertian dari konsep- menghina nabi / rasul. Kata
konsep atau unsur-unsur yang “misalnya” hanya memberikan
terkandung dalam rumusan delik contoh tanpa memberikan batasan
tersebut. makna yang mutlak. Berdasarkan
kaidah logika, perumusan definisi
2. Pasal 774 (1) Rancangan KUHP yang logis seharusnya tidak hanya
menyatakan: Setiap orang yang menyebutkan contoh.
melakukan perbuatan, yang
menurut hukum yang hidup dalam Pembentukan dan penegakan hukum
masyarakat dinyatakan sebagai pidana di Indonesia seringkali
perbuatan yang dilarang, diancam menyimpang dari asas-asas berfikir

14
Eriyanto dan Anggara, Kebebasan Pers Dalam Indonesia Dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP,
Rancangan KUHP, Seri Position Paper Reformasi 2007, hlm. 26.
KUHP No.8. 2007, Jakarta: Aliansi Jurnalis

81
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

rasional dan seringkali mengandung terhadap asas-asas pembentukan


kesesatan berpikir. Di dalam ilmu logika peraturan perundang-undangan.
dikenal kesesatan berpikir yang disebut
dengan argumentum ad populum. Lebih lanjut, teori hukum perlu
Argumentum ad populum adalah argumen diperhatikan dan difungsikan kembali
yang dipakai sebagai upaya untuk dalam rangka pembentukan hukum pidana
memperoleh persetujuan rakyat atas suatu di Indonesia mengingat:
kesimpulan dengan membangkitkan a. Perundang-undangan di Indonesia
perasaan atau antusiasme orang banyak. dibentuk berdasarkan ketentuan-
Apa yang diungkapkan dalam premis- ketentuan normatif yang sudah ada.
premisnya itu membangkitkan rasa senang Seringkali kepentingan politik juga
pada banyak kalangan, tetapi tidak terlalu mendominasi proses
menjamin kebenaran kesimpulannya.15 Hal pembentukan hukum. Artinya,
ini nampak dalam perumusan delik yang momen yang diutamakan adalah
hanya bertujuan mengakomodasi momen normatif, teknikal, dan
kesenangan atau antusiasme kalangan politik.
tertentu sehingga kemudian perumusan b. Momen idiil kurang diperhatikan, dan
delik memperoleh dukungan dari kalangan berdampak pada tidak terpenuhinya
tersebut. syarat keberlakuan moral dari hukum
tersebut dan ketidakefektifan dalam
PENUTUP penegakannya.
Dari uraian yang telah dipaparkan pada c. Hukum dianggap tidak
bagian sebelumnya, maka dapat ditarik mencerminkan rasa keadilan bagi
beberapa simpulan bahwa hubungan antara masyarakat, dan dianggap sebagai
teori hukum dengan proses pembentukan aturan yang tidak masuk akal, dan
hukum adalah: Teori hukum berperan sulit dilaksanakan. Hal ini dapat
sebagai ajaran metode bagi praktek hukum terjadi karena adanya kesesatan
yakni praktek pembentukan hukum. berpikir / fallacies yang berakibat
Dengan memahami dan melaksanakan rumusan aturan hukum menjadi tidak
ajaran metode tersebut, maka diharapkan logis.
dapat terbentuk aturan hukum yang ideal.
Aturan hukum yang ideal berarti: DAFTAR PUSTAKA
a. aturan hukum yang memperhatikan Buku
momen idiil, politik, normatif dan Arief Sidharta, Meuwissen Tentang
teknikal, serta memenuhi syarat Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,
keberlakuan moral, faktual dan Teori Hukum dan Filsafat Hukum,
yuridikal. Bandung: Refika Aditama, 2008.
b. aturan hukum tersebut dapat A. Rosyid Al Atok, Konsep Pembentukan
dipertanggung jawabkan secara Peraturan-Perundang-undangan;
ilmiah , karena konsisten dan taat Teori, Sejarah dan Perbandingan

15
Rafael Raga Maran, Pengantar Logika, Jakarta:
Grasindo, 2007, hlm.197.

82
Dialogia Iuridica: Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi
Volume 9 Nomor 2 April 2018

dengan Beberapa Negara Bikameral, http://news.unpad.ac.id, diakses pada


Malang: Setara Press, 2015. tanggal 24 Januari 2018, pk.14.00 WIB.
Budiono Kusumohamidjojo, Teori Hukum, www. dpr.go.id, diakses tanggal 23 Januari
dilema antara Hukum dan Kekuasaan, 2018, pukul 10.00 WIB.
Bandung: Yrama Widya, 2006.
Rafael Raga Maran, Pengantar Logika,
Jakarta: Grasindo, 2007.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung,
Citra Aditya Bakti, 2000.

Jurnal
Arief Sidharta, Makalah tidak
dipublikasikan: “Bahan Kuliah Teori
Hukum”, Bandung: Program
Pascasarjana Universitas Katolik
Parahyangan, 2010.
Eriyanto dan Anggara, “Kebebasan Pers
Dalam Rancangan KUHP”, Seri
Position Paper Reformasi KUHP No.8.
2007, Jakarta: Aliansi Jurnalis
Indonesia Dan Aliansi Nasional
Reformasi KUHP, 2007.
Jan Gijssels dan Mark van Hoecke, “Wat is
Rechtsteorie”, 1982, diterjemahkan
oleh B.Arief Sidharta, Apakah Teori
Hukum Itu, Bandung: FH UNPAR,
2001.

Perundang-Undangan
Undang-undang Nomor 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan
Perundang undangan
Rancangan Kitab Undang-undang Hukum
Pidana

Pranala Luar
Mengembalikan Makna “Makar” dalam
Hukum Pidana Indonesia, diakses dari
icjr.org.id. pada tanggal 24 Januari
2018, pk.13.00 WIB.
Mahfud MD, “Banyak RUU Spontan dan
Tidak Ada Urgensinya” diakses dari

83

You might also like