You are on page 1of 12

PELESTARIAN BUDAYA PERKAWINAN SUKU LEMBAK DI KOTA BENGKULU

(Studi Analisis Pemahman Ushul Fiqh)

Zurifah Nurdin
Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Bengkulu
Jalan Raden Fatah Pagar Dewa Bengkulu
zurifah@gmail.com

Abstract: Preservation of Marriage Culture of Lembak Tribe in Bengkulu City (Study of the Analysis
of Understanding Ushul Fiqh). The rules of customary marriage law in various regions in Indonesia
due to the different nature of society, customs, religions and beliefs of the people, as well as the
progress and development of the era. Marriage in customary law in general in Indonesia does not
only mean civil liability, but also customary engagement and at the same time constitutes a kinship
and neighboring engagement. This shows that marital ties other than bring consequences on the
rights and obligations of husband and wife, joint property, the position of children, rights and
obligations of parents, also concerning the relationship of inheritance customs, kinship, neighboring
kinship and regarding traditional and religious ceremonies. In order to regulate marital order among
indigenous peoples there are unwritten legal rules in the form of legislation which in each of the
indigenous communities there are different principles and principles of marriage. Like in application
activities, also iob qobul and walimahan. That is why this study intends to conduct a study related to
the method of lembak tribes in the city of Bengkulu in preserving marital customs

Keywords: Preservation, Marriage Culture, Lembak.

Abstrak: Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu (Studi Analisis
Pemahman Ushul Fiqh). Aturan-aturan hukum adat perkawinan di berbagai daerah di Indonesia
berbeda-beda dikarenakan sifat kemasyarakatan, adat istiadat, agama dan kepercayaan masyarakat
yang berbeda beda, serta adanya kemajuan dan perkembangan jaman. Perkawinan dalam hukum
adat pada umumnya di Indonesia bukan hanya berarti sebagai perikatan perdata saja, tapi juga
perikatan adat dan sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggaan. Ini menunjukan
bahwa ikatan perkawinan selain membawa akibat pada hak dan kewajiban suami isteri, harta
bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, juga menyangkut hubungan adat istiadat
kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan ketetanggaan serta menyangkut upacara-upacara adat dan
keagamaan. Guna mengatur tata tertib perkawinan di kalangan masyarakat adat terdapat kaidah-
kaidah hukum yang tidak tertulis dalam bentuk perundang-undangan yang pada masing-masing
lingkungan masyarakat adat terdapat perbedaan prinsip dan asas-asas perkawinan yang berlaku.
Seperti dalam kegiatan lamaran, juga ijob qobul dan walimahan. Oleh karena itulah penelitian ini
bermaksud melakukan sebuah penelitian yang berhubungan dengan bagaimana cara suku lembak di
kota Bengkulu dalam melestarikan adat istiadat perkawinan.

Kata Kunci: Pelestarian, Budaya Perkawinan, Suku Lembak.


Pendahuluan menyelamatkan dan melestarikan budaya-
Derasnya arus globalisasi yang budaya Indonesia. Kebudayaan itu
dipicu oleh kemajuan zaman harus merupakan harkat dan martabat bangsa
diantisipasi dengan memperkuat identitas oleh karena itulah peran masyarakat
bangsa. Identitas bangsa ditujukankan sangat penting dalam rangka menumbuh
oleh budayanya. Dalam rangka kembangkannya serta melestarikannya.
memperkuat identitas bangsa itu, Pembangunan dalam bidang kebudayaan
pemerintah bersama-sama seluruh sampai saat ini masih mengahadapi
komponen masyarakat untuk melindungi, beberapa permasalahan dikarenakan
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

adanya perubahan tatanan kehidupan, Perkawinan di negara Indonesia


termasuk tatanan sosial budaya diatur dalam undang-undang no 1 tahun
masyarakat kota. 1974 dan kompilasi hukum Islam. Dalam
Pada konteks sosial budaya, kedua aturan hukum ini dijelaskan bahwa
masyarakat kota Bengkulu merupakan perkawinan merupakan ikatan yang
masyarakat yang homogen, berbaur sangat kuat untuk mentaati perintah Allah
dengan berbagai etnis, suku dan adat swt dan melaksanakannya adalah ibadah.
daerah lain, seperti etnik Batak, Lintang, Tujuan perkawinan adalah untuk
Minang, Palembang, Rejang dan lain mewujudkan kehidupan rumah tangga
sebagainya. Kebutuhan akan pangan dan yang sakinah, mawaaddah dan sakinah.
kebutuhan hidup lain yang menyebabkan Suami adalah kepala keluarga1, suami
suku-suku yang ada di kota Bengkulu ini adalah pembimbing terhadap istri dan
berbaur. Secara sosial hidup menetap di rumah tangga, mengenai urusan rumah
suatu tempat yang bukan daerahan asal tangga diputuskan oleh suami.
merupakan problema tersendiri di dalam Setiap tindakan hukum, seperti
melestarikan budaya asli daerahnya halnya perkawinan mempunyai tujuan,
masing-masing. Unsur-unsur budaya akibat serta pengaruhnya terhadap
yang dimiliki memang ada kesamaan keseimbangan hubungan antara
khususnya pada garis keturunan/ individu/suami istri ataupun kelompok,
kekeluargaan namun demikian perbedaan keluarga kedua belah pihak dan juga
dalam lain sangat banyak juga, masyarakat. karena keluarga merupakan
diantaranya adalah budaya atau adat sistem perikatan suci kehidupan
istiadat dalam perkawinan. berkelompok manusia yang menimbulkan
Adat istiadat dalam perkawinan implikasi berbagai hak dan kewajiban.
yang telah dibangun melalui revitalisasi Perkawinan2 tidak hanya menitik beratkan
dan reaktualisasi nilai budaya dan pranata kepada kepada kebolehan melakukan
sosial kemasyarakatan telah menu jukan hubungan kelamin tetapi mencakup segi
hasilnya cukup mengembirakan yang tujuan dan akibat hukumnya,
ditandai dengan berkembangnya sebagaimana pendapat para ahli hukum
pemahaman terhadap pentingknya keluarga Islam. Nilai-nilai dan norma-
kesadaran multi kultural dan menurunnya norma yang tertuang dalam ajaran Islam
eskalasi komplik harizontal yang marak telah direkonstruksi melaui proses
pasca reformasi dan secara umum dialetika pemahaman manusia untuk
ditemukan permasalahan dalam domain melahirkan suatu sistem dalam sosio
pengelolaan kebudayaan khususnya cultural masyarakat. sistem inilah yang
dalam adat istiadat perkawinan yang kemudian mengatur dan membimbing
berlaku pada setiap suku. Padahal perilaku manusia dalam menjalankan
pelestarian nilai-nilai dalam adat istiada roda kehidupan, baik yang berhubungan
perkawinan itu merupakan bentuk dengan agama, politik, ekonomi, social
kepedulian akan sejarah pada tingkat dan budaya dan ataupun keluarga. Suatu
lokal. hal yang perlu diingat dan fahami bahwa
apapun aktivitas umat muslim tidak boleh

74
Zurifah Nurdin
Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu

terlepas dari nilai-nilai Ketuhanan “Hai manusia, Sesungguhnya Kami


(Aqidah). menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan
Pembahasan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
a. Pandangan Umum Tentang suku supaya kamu saling kenal-
Perkawinan mengenal. Sesungguhnya orang yang
Agama Islam adalah agama fithrah, paling mulia diantara kamu disisi Allah
dan manusia diciptakan Allah Ta’ala cocok ialah orang yang paling taqwa diantara
dengan fitrah ini, karena itu Allah kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia mengetahui lagi Maha Mengenal”
menghadapkan diri ke agama fithrah agar Taat dan patuh kepada perintah
tidak terjadi penyelewengan dan Allah swt dengan mengamalkan isi kitab
penyimpangan. Sehingga manusia suci al- Qur’an, melaksanakan hukum-
berjalan di atas fithrahnya. penelitian ini hukum yang telah ditetapkan-Nya,
menyajikan analisis lebih mendalam sekalipun dirasa berat, tidak sesuai
tentang pernikahan. Pernikahan/ dengan keinginan dan kehendak pribadi,
perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, karena apa yang diperintahkan oleh Allah
maka dari itu Islam menganjurkan untuk swt itu mengandung maslahat dan apa
nikah, karena nikah merupakan gharizah yang dilarangNya mengandung
insaniyah (naluri kemanusiaan). Bila mudharat. Melaksanakan ajaran- ajaran
gharizah ini tidak dipenuhi dengan jalan yang dibawa Rasulullah saw pembawa
yang sah yaitu perkawinan, maka ia akan amanat dari Allah swt untuk dilaksanakan
mencari jalan-jalan syetan yang banyak oleh segenap hambaNya. Beliau
menjerumuskan ke lembah hitam. ditugaskan untuk menjelaskan kepada
Islam telah menjadikan ikatan manusia isi al- Qur’an.
perkawinan yang sah berdasarkan Al- Patuh kepada ketentuan- ketentuan
Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu- yang telah ditetapkan ulil amri yaitu
satunya sarana untuk memenuhi tuntutan orang- oarang yang memegang kekuasaan
naluri manusia yang sangat asasi, dan itu meliputi: pemerintah, penguasa, alim
sarana untuk membina keluarga yang ulama, dan pemimpin- pemimpin.
Islami. Penghargaan Islam terhadap Apabila mereka telah sepakat dalam suatu
ikatan perkawinan besar sekali, sampai- hal, maka kaum muslimin berkewajiban
sampai ikatan itu ditetapkan sebanding melaksanakannya dengan syarat bahwa
dengan separuh agama. Allah SWT telah keputusan mereka tidak bertentangan
menciptakan manusia berpasang- dengan isi kitab suci al- Qur’an. kalau
pasangan dan terdiri dari berbagai tidak demikian halnya, maka kita tidak
macam suku dan adat, sebagaimana wajib melaksanakannya, bahkan wajib
berfirman Allah SWT dalam surat al menentangnya, karena tidak dibenarkan
Hujarat : 13 seorang itu taat dan patuh kepada sesuatu
          yang merupakan dosa dan maksiat
kepada Allah SWT.
            

75
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

Adapun peminangan dalam ilmu dipedomani oleh masyarakat adalah


fiqih disebut khitbah artinya permintaan, hukum agamanya itu. Karena mayoritas
menurut istilah artinya: pernyataan atau penduduk Indonesia beragama Islam,
permintaan dari seorang laki-laki itu maka teori ini lebih terfokuskepada
secara langsung ataupun dengan melalui hukum Islam. Jadi hukum Islam adalah
perantaraan pihak yang lain yang hukum islam dan hukum adat adalah
dipercayainya sesuai dengan ketentuan- hukum adat.
ketentukan agama. Dalam masalah Dari penjelasan di atas terlihat
meminang seyogyanya seorang laki-laki bahwa Hazairin (sebagaimana dalam
sebelum melakukan peminangan terlebih Islam seharusnya). Ini bukannya tidak
dahulu menyelidiki keadaan wanita yang beralasan, sebab al-Qura’an telah
akan dipinang untuk menjamin memerintahkan kepada manusia untuk
kelangsungan kehidupan rumah memeluk ajaran Islam secara menyeluruh,
tangganya kelak. Adapun yang sebaiknya sebagai konsekwensi seseorang terhadap
diselidiki terlebih dahulu pada diri wanita agamanya.3
itu diantara lain ialah budi pekerti wanita Maslahah mursalah terdiri dari dua
yang akan dipinang itu sejodoh dengan kata yaitu maslahah dan mursalah.
laki-laki atau tidak dan sebagainya. Maslahah adalah manfaat4 atau suatu
Lafadz yang digunakan untuk nikah pekerjaan yang mengandung manfaat.
adalah lafadz nikah atau tajuwit yang Menurut Imam al Gazali (Mazhab Syafi’i)
terjemahnya adalah kawin dan nikah, maslahah adalah mengambil manfaat dan
sebab kalimat-kalimat ini terdapat di menolak kemudharatan dalam rangka
dalam sunnah dan kitabullah demikian memelihara tujuan-tujuan syara’, ia
pendapat Asy Syafi’i dan hambali. memandang bahwa suatu kemaslahatan
b. Teori Menyikapi Adat harus sejalan dengan tujuan syara’
Teori Receptio a Contrario berarti sekalipun bertentangan dengan tujuan–
penerimaan yang tidak bertentangan”. tujuan manusia. Alasanya, kemaslahatan
Karena teori ini juga berbicara tentang manusia tidak selamanya didasarkan
hubungan hukum Islam dengan hukum kepada kehendak syara’ tetapi sering
adat, maka ia berarti “hukum yang didasarkan kepada kehendak hawa nafsu.
berlaku bagi umat Islam di Indonesia Sedangkan maslahah mursalah :
adalah hukum Islam, hukum adat baru ‫ھﻮ ﻛﻞ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻟﻢ ﯾﺮد ﻓﻲ اﻟﺸﺮع ﻧﺺ ﻋﻠﻰ اﻋﺘﺒﺎر ھﺎ او‬
bisa berlaku kalau tidak bertentangan ‫ﺑﻨﻮﻋﮭﺎ‬
dengan hukum Islam”. Gagasan ini “Adalah setiap kemaslahatan yang
dikemukakan oleh Hazairin (1906-1975). tidak terdapat dalam nash syariat(al
Kemudian dilanjutkan oleh Sajuti Thalib Qur’an dan Sunnah ) dalam
(1929-1990), sebagai murid dan pengikut mengambil pengajarannya pada
Hazairin. Mereka berdua juga merupakan wujud dan macam-macam”5
bagian dari produk sistem hukum Jadi maslahah mursalah ialah
Belanda. Di Indonesia, demikian menurut maslahah-maslahah yang bersesuaian
teori ini memang ada hukum yang hidup dengan tujuan-tujuan syariah Islam, dan
yakni hukum adat, tetapi yang tidak ditopang oleh sumber dalil yang
khusus baik bersifat melegitimasi atau
76
Zurifah Nurdin
Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu

membatalkan maslahat tersebut.6 Dari dan pantas menurut isi hatinya kepada
defenisi tersebut dapat disimpulkan orang tua. Apabila pilihan ini cocok dan
bahwa masalahah mursalah adalah suatu berkenan/ disetujui orang tua, maka akan
kemaslahatan yang dipandang oleh dilanjutkan, tetapi bila tidak berkenan
manusia yang tidak terdapat dalilnya maka orang tua tidak melanjutkan.
dalam al Qur’an dan Sunnah baik dalil Walaupun kehendak orang tua
yang membenarkan maupun dalil yang masih terlalu kuat dalam menentukan
menyalahkan. jodoh anaknya, namun biasanya pada
Maslahah dharuriyah, yaitu adat suku Lembak orang tua tetap
kemaslahatan yang berhubungan dengan menanyakan terlebih dahulu kepada
kebutuhan pokok umat manusia di dunia anaknya untuk mengungkapkan
dan diakhirat. Yang termasuk dalam hasratnya untuk dijodohkan kepada sianu
kemaslahatan ini adalah memelihara anaknya sianu, sebagai tawaran orang tua
agama, memelihara jiwa, memelihara akal, kepada anak sebagai bentuk tidak adanya
memelihara keturunan dan memelihara penekanan dalam hal menentukan jodoh
harta. Maslahah hajjiyah, yaitu kemaslahatn ini. Penindaian biasanya dilakukan pihak
yang dibutuhkan dalam laki-laki, mulai dari ayah, ibu, paman,
menyempurnakan kemaslahatan pokok bibi, datuk dan nenek. Adapun dalam
atau mendasar sebelumnya yang waktu penindaian ini terdiri dari beberapa
berbentuk keringan untuk unsur yang dapat dijadikan penilaian
mempertahankan dan memelihara khusus antara lain Kondisi keluarga
kebutuhan dasar manusia . perempuan, yang dimaksud di sini adalah
c. Pemahaman Ushul Fiqh Masyarakat dari mana asal usulnya, kepribadian dan
Lembak dalam Budaya Perkawinan lain-lain. Kelakuan, perempuan yang
Budaya atau kebiasaan perkawinan ditindai harus mempunyai kelakuan yang
suku lembak di Kota Bengkulu mencakup baik tentu berdasarkan dengan tuntunan
dua hal yakni budaya sebelum terjadinya agama Islam. Kelakuan dapat diarti
perkawinan (pra perkawinan) dan budaya sesuatu antara paras dengan tingkah laku.
saat upacara perkawinan. Untuk itu Jangan sampai ada kata pepatah suku
peneliti akan membahasanya secara global Lembak awak bigi kelakuan jak (orangnya
baik kebiasaan atau budaya yang ada pra elok, kelakuan tidak baik) Kerajinan, yang
maupun dalam upacara perkawinan. ditindai termasuk kerajinan suka belajar
Untuk mendapatkan jodoh pasangan mengaji, ahli dalam masak memasak dan
dalam berumah tangga, peran orang tua yang tidak kalah pentingnya disekitar
sangat penting, dan untuk mengantisifasi rumah perempuan apabila kelihatan
keadaan anak yang belum mendapatkan bersih dan indah dengan tanaman-
jodoh, maka orang tuanya akan tanaman bunga yang tertata rapi berarti
mengambil sikap untuk mencarikan jodoh anak gadis (perempuan) di rumah
pasangan anaknya. Anak harus berani tersebut adalah rajin.
mengungkapkan perasaan dalam hal Kegiatan bertanya ini dilakukan
berkaitan dengan menentukan calon tidak satu kali saja tapi berulang kali oleh
pasangan hidupnya yang dianggap cocok pihak laki-laki kepada pihak perempuan

77
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

dan yang diutus adalah orang dekat harus dipertahankan. Mempertahankan


dengan keluarganya, waktu bertanya ini budaya yang tidak bertentangan dan atau
pada umumnya dilaksanakan pada cocok dengan Islam adalah keharusan
malam hari dan intinya tentang status sebagaimana yang dikatakan oleh
terhadap anak perempuan (gadis) yang Hazairin dengan teori Receptio a Contrario
bernama sianu belum belum ditandai atau berarti: “Penerimaan yang tidak
sudah tunangan dengan laki-laki lain. Bila bertentangan”. Karena teori ini juga
hal ini memang belum, maka dari berbicara tentang hubungan hukum Islam
keluarga laki-laki yang datang dengan hukum adat, maka ia berarti
menyampaikan maksud kedatangannya “hukum yang berlaku bagi umat Islam di
dengan tujuan baik atau keinginannya Indonesia adalah hukum Islam, hukum
kepada pihak perempuan untuk dapat adat baru bisa berlaku kalau tidak
menerima rasannya bertentangan dengan hukum Islam”.
Pihak laki-laki datang ke rumah Dalam Pemikiran Hukum Islam
perempuan untuk duduk bertunangan, teori ini dikenal dengan konsep al ‘urf.
Ketika memasuki acara pertunangan Yakni Urf shahihah, segala sesuatu yang
ketua adat dari pihak perempuan sudah dikenal umat manusia dan tidak
memulai dengan membawakan petata berlawanan dengan dalil syara’, Tidak
petiti atau serambaknya dan kata-kata berlawanan dengan syara’ maksudnya
didahului dengan : “Assalammualaikum adalah, seperti orang tua meminta
Wr.Wb. pertimbangan anak dalam
“Puji dan syukur kita sampaikan kepada menjodohkannya, sikap ini berarti
Allah SWT, yang telah memberikan menjalankan perintah agama yakni hadis
limpahan rahmat kepada kita semua, yang menyatakan bahwa orang tua atau
sehingga dapat hadir di tempat ini, wali yang akan menjodohkan anaknya
kemudian selawat beserta salam semoga diharuskan meminta ijinnya demi
selalu tercurah kepada junjungan kita nabi ketentraman anaknya maka dianjurkan
Muhammad SAW..... dan seterusnya” untuk memberikan alternatif dan
Menurut analisis peneliti kegiatan- menganjurkan persetujuan anak yang
kegiatan dalam budaya yang dilestarikan sudah baligh. 7 persetujuan gadis adalah
oleh suku lembak ini sangat cocok dengan diamnya. Sebagaimana hadis Nabi Saw
pemikiran hukum Islam (Ushul Fiqh). berikut; 8
Sikap orang tua, penilaian yang ‫اﻷﯾﺎم أﺣﻖ ﺑﻨﻔﺴﮭﺎ ﻣﻦ وﻟﯿﮭﺎ واﻟﺒﻜﺮ ﺗﺴﺘﺄﻣﺮ ﻓﻰ ﻧﻔﺴﮭﺎ واذﻧﮭﺎ‬
dilakukan, dan proses pertunangan .‫ﺻﻤﺎﺗﮭﺎ‬
sebagaimana yang terjadi pada suku ‫اﺧﺮﺟﮫ أﺑﻮ داود واﻟﺘﺮﻣﺬى‬
Lembak ini sesuai dengan konsep
Maslahah Mursalah. Dikatakan sesuai Sikap meminta ijin dari yang
dengan konsep Maslahah Mursalah karena bersangkutan dalam rangkan untuk
dalam Maslahah Mursalah dinyatakana menjaga jiwa dan akal atau kerhormatan
bahwa semua hal yang mempunyai nilai perempuan. Menjaga jiwa dan akal
menjaga keberlangsungan agama, jiwa, merupakan bagian dari menjalankan
harta, akal (kehormatan) dan juga ajaran Islam melalui ilmu Ushul Fiqh
keturunan, maka hal yang demikian itu dengan dalil aqli maslahah mursalah.

78
Zurifah Nurdin
Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu

Konsep ini dijalankan dalam rangka oleh para ulama Syafi’iyah, Hanabilah dan
mencapai maqashid as syari’ah (Tujuan lainya.10 Yakni; Hendaknya mempunyai
perundang-undangan). Dalam maqashid as agama, hendaknya subur (berpotensi
syari’ah dinyatakan bahwa perbuatan untuk dapat mempunyai anak).
ataupun ucapan dapat diterima dan Hendaknya masih perawan, sebagaimana
dinyatakan sesuai dengan hukum Islam hadis Rasulullah berikut ini: ‫ﻓﮭﻼ ﺑﻜﺮا ﺗﻼﻋﺒﮭﺎ‬
apabila mengandung unsur yang lima. ‫؟‬..‫( وﺗﻼﻋﺒﻚ‬tidakkah kamu menikahi dengan
Unsur yang lima dimaksud adalah perawan yang dapat kamu permainkan
menjaga agama, menjaga akal, menjaga dan diah pun mempermainkanmu” HR
harta, menjaga jiwa dan menjaga Bukhari Muslim) Hendaknya berasal dari
keturunan.Tidak bisa dibayangkan rumah yang dikenal mempunyai agama
bagaimana kondisi jiwa atau akal dan qana’ah. Hedaknya berasal dari
seseorang yang menjalani hidup berumah keluarga baik-baik, agar anaknya menjadi
tangga tanpa ia kehendaki. yang unggul. Hendaknya rupawan, agar
Begitupun dengan melakukan lebih membuat jiwa tenang. Dalam
penilaian terhadap calon mempelai dan masalah meminang seyogyanya seorang
lamaran adalah merupakan wujud laki-laki sebelum melakukan peminangan
menjalankan perintah hukum Islam, terlebih dahulu menyelidiki keadaan
seperti dalam mencari dan menentukan wanita yang akan dipinang untuk
pendamping Islam mempunyai konsep menjamin kelangsungan kehidupan
untuk memberikan penindaian atau rumah tangganya kelak. Adapun yang
penilaian dengan tujuan agar rumah sebaiknya diselidiki terlebih dahulu pada
tangga yang dibangun seimbang, aman, diri wanita itu diantara lain ialah budi
damai dan penuh rasa kasih dan sayang. pekerti wanita yang akan dipinang itu
Keseimbangan selain agama hanya untuk sejodoh dengan laki-laki atau tidak dan
menjaga keserasian hidup suami istri serta sebagainya.
kedua belah pihak keluarga. Itupun hanya Jadi dapat disimpulkan bahwa
sebagai bahan pertimbangan. budaya pra perkawinan yang dilestarikan
Trik-trik memilih perempuan oleh suku Lembak merupakan penerapan
dengan baik pada hakekatnya mempunyai dari ilmu Ushul Fiqh yakni Maslahah
dua tujuan, yakni membahagiakan Mursalah, karena bertujuan menjaga
kehidupan keluarga sehingga dapat agama, jiwa, akal, keturunan dan juga
menumbuh kembangkan (mendidik, harta. Dan ini sesuai dengan Maqashid
mengasuh dan merawat) anak-anak Asy-asyari’ah (tujuan ditegakannya
dengan pertumbuhan yang baik, yang peraturan perundang-undangan Islam),
penuh istiqamah dan budi pekerti yang sehingga dapat dtegaskan bahwa budaya-
luhur. Oleh sebab itu Rasululullah juga budaya yang dilakukan pada acara
bersabda; praperkawinan menunjukan itu tidak
9
.‫ﺗﺨﯿﺮوا ﻟﻨﻄﻔﻜﻢ واﻧﻜﺤﻮا اﻷﻛﻔﺎء وأﻧﻜﺤﻮا اﻟﯿﮭﻢ‬ bertentangan dengan hukum Islam.
Pernyataan kriteria pasangan ideal Adapun budaya-budaya dalam
itu, dapat diringkas menjadi sebagaimana perkawinan yang dilestarikan adalah,
berikut, yang mana kriteria ini dijelaskan Bapelan (kerja/bimbang) dalam suku lembak

79
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

Bapelan adalah sebagai pernyataan syukur dalam ‘urf shohihah dikarenakan unsur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah nilai yang terkandung didalamnya adalah
dapat menyatuhkan dua insan manusia tolong-menolong dalam melaksanakan
dari jenjang remaja ke jenjang perkawinan kebaikan. Bapelan, bimbang dan mendo’a
dan masuk kelompok berumah tangga. dalam perkawinan merupakan perbuatan
Dalam pelaksanaan upacara perkawinan baik dan di anjurkan oleh agama.
itu merupkan untuk menjalin hubungan Seorang calon pengantin perempuan
silaturahmi dan mengumpulkan keluarga yang akan menempuh jenjang berumah
baik yang dekat maupun yang jauh. tangga atau melaksanakan perkawinan,
Bimbang telah dipilih sesuai dengan pada suku Lembak ada satu tradisi
kesepakatan keluarga dekat, kemudian dilakukan oleh seorang induk inang yaitu
dilanjutkan dengan berasan keluarga meratakan gigi calon pengantin
(berasan adik sanak) yang intinya perempuan yang disebut bedabung.
mengumpulkan adik sanak untuk Bedabung ini dilakukan untuk membuat
mempersiapkan dan meramu segala gigi calon pengantin perempuan supaya
sesuatu yang berhubungan dengan tampak cantik dan indah. Setelah selesai
persiapan mengangkat kerja bimbang. upacara bedabung calon pengantin mulai
Setelah berasan adik sanak, maka dihiasi oleh induk inang, karena upacara
dilanjutkan dengan malam berasan rajo mulai pernikahan sudah dekat maka calon
penghulu, malam berasan rajo penghulu, pengantin perempuan harus kelihatan
juga biasa disebut malam makan ketan. wajahnya cantik dan indah bila dilihat
Untuk melaksanakan malam berasan rajo oleh orang yang datang ke rumah
penghulu didahului dengan pemanggilan pengantin ini.
warga masyarakat disekitar tempat acara Berlulur (betangas) merupakan suatu
bimbang dilaksanakan, yang paling kegiatan yang dilakukan seorang calon
penting dalam undangan atau panggilan pengantin perempuan untuk menuju
tersebut adalah rajo penghulu dan pematang jenjang rumah tangga (pelaminan) tujuan
lime (lima) secara resmi yang punya kerja dari betangas ini yaitu untuk
(puce) dalam hal ini ahli rumah membersihkan diri. Pada umumnya inai
menyerahkan kepada ketua adat dan curi dilaksanakan pada malam hari yaitu
majelis yang hadir untuk melaksanakan kepada calon pengantin perempuan,
kerje/bapelan. pemasangan inai curi merupakan kegiatan
Untuk mendapatkan perlindungan yang dilakukan dalam mempersiapkan
dari Tuhan Yang Maha Esa sebelum dirinya agar tampak cantik dan indah,
upacara akad nikah atau bimbang balai, disamping itu juga apabila sudah
maka dilaksanakan kegiatan mendo’a melaksanakan pernikahan, maka inai yang
sekulak.. Kegiatan- kegiatan seperti bepelan, masih melekat pada kuku, sebagai
bimbang dan juga mendo’a merupakan pertanda seorang wanita sudah masuk
kegiatan yang perlu dilestarian, karena berumah tangga dengan kata lain sudah
tidak bertentangan dengan hukum Islam. mempunyai suami apabila dia berjalan
Semua kegiatan tersebut diatas menurut sendirian. Pelaksanaan inai curi dibimbing
ilmu Ushul Fiqh dalam hal ini termasuk

80
Zurifah Nurdin
Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu

oleh induk inang dan dibantu teman- sebelumnya didahului dengan peteta petiti
teman dekatnya. (serambak) dari kedua belah pihak, yaitu
Tradisi mempersiapakan diri, pihak keluarga calon pengantin
(Bedabung) berdandang, mempercantik perempuan dan pengantinm laki-laki.
diri, seperti merapikan gigi, memakai Sebagai turut bersuka cita atas
pacar sebagai sara mewarnai kuku, lulur rahmad yang diterima dari Tuhan Yang
dalam rangka memperhalus kulit dan lain Maha Esa, pada saat tetamu datang baik
sebgainya merupakan kegiatan yang tidak tetamu dekat maupun jauh, mereka
menyalahi hukum Islam, sebab menurut datang membawa buah tangan untuk ahli
istilah istihsan sesuatu hal yang dipandang rumah. Adapun buah tangan tersebut
baik itu adalah baik menurut agama, yang berbentuk uang yang dikumpulkan dan
dimaksud dengan “dipandang baik” dikoordinir oleh seseorang sehingga
(istihasan) disini adalah apabila perbuatan terkumpul banyak dan digantungkan
tersebut tidak merugikan atau tidak pada suatu pohon yang mempunyayi
mengabaikan dari lima hal yang ranting-ranting cukup banyak. Harta
termaksud dalam maqashid as syari’ah. benda yang dijadikan sebagai bentuk
Yakni agama, jiwa, akal, keturunan dan mahar ataupun buah tangan yang
juga harta. Berinai, berlulur, berhias diberikan pada pihak mempelai
lainnya tidaklah mencelakakan jiwa, perempuan menurut analisis peneliti
agama, harta, akal maupun keturunan, tidaklah bertentangan dengan hukum
karena barang yang digunakan bukanlah Islam, karena Islam mewajibkan
yang membawa mudharat bagi kelima hal pemberian mahar ataupun bentuk
itu dan juga bukan yang mengandung zat sedekah lainya sebagai tanda tanggung
yang diharamkan oleh agama. jawab laki-laki akan nafkah terhadap
Upacara pernikahan menurut adat perempuan dan juga sebagai penghargaan
suku Lembak merupakan suatu ikatan laki-laki terhadap perempuan.
perkawinan secara syah secara syara’ Penghargaan akan keberadaan
(syariat Islam) atau kerja malim-malim., perempuan merupakan bentuk
Pada rangkaian kegiatan pernikahan ini merealisasikan menghormati dan menjaga
selain secara ijab dan kabul tentu kehormatan perempuan, secara psikologi
disaksikan oleh saksi-saksi kemudian perempuan merasa terjaga akan jiwa serta
masyarakat yang hadir dalam kegitan ataupun yang lainnya.
tersebut. Pelaksanaan pernikahan Setelah upacara pengantin
dilaksanakan di atas balai atau pengujung bercampur dilaksanakan acara kesenian
dan dipandu oleh pemegang syara’. asli suku Lembak. Di mana kedua
Kedatangan calon pengantin laki-laki ini pengantin dibimbing oleh induk inang
membawah perlengkapan cerano (tempat menuju jobang (balai) untuk menari yang
sirih lengkap) dan mahar (mas kawin). sering disebut pengantin nari. pengantin
Setelah beberapa saat kedatangan calon nari di balai dilaksanakan pada sore hari.
pengantin laki-laki beserta ketua Belarak merupakan suatu kewajiban bagi
rombongan dipimpin oleh ketua adat, kedua pengantin yang akan mengunjungi
maka dilaksanakan ijab kabul yang rumah-rumah pematang lime (lima) yaitu

81
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

Deputi, Khatib,Imam, Bilal dan gantinya. Kerja agung merupakan


pemangku, serta rumah orang-orang tua kegiatan puncak dari upacara perkawinan
yang dilewati sewaktu menuju rumah suku lembak yang sering disebut memecah
pematang lima untuk melakukan sujud nasi. Setelah semua kegiatan sudah
atau menyembah. Untuk acara belarak, dilaksanakan, kegiatan terakhir yaitu
menjemput pengantin laki-laki untuk memecah nasi (napa) dilaksanakan pada
dihantarkan secara terhormat ke pihak malam hari dengan menabuh rebana dan
perempuan setelah terjadinya ijab dan membaca kitab berzanji.
kabul, dan begitu juga dengan acara Semua kegiatan ini merupakan
menjalin silahturahmi kerumah-rumah ritual-ritual yang mempunyai makna
karib kerabat yang dituahkan dan filosofis yang sangat mendalam dan
dihormati oleh kerabat juga perlu mendasar bagi orang tua sebab dalam
dilestarikan karena menurut Ushul Fiqh kegiatan memandikan ini menujukan
hal demikian itu merupakan perbuatan bentuk kasih dan sayang mereka dan
yang baik karena merupakan bagian dari untuk memberikan pelajaran pada
walimatul ‘Ursy yang tujuannya mempelai bahwa mereka harus ingat
memperkenakalkan dan mengumumkan bentuk bentuk kasih sayang orang tua
secara khusus bahwa kedua mempelai yang telah dicurahkan semenjak mereka
telah syah menjadi hubungan suami istri. kecil sampai dewasa. Dan ini merupakan
Selain dari pada itu kegiatan menjalin kesempatan terakhir mereka untuk
silahturahmi kerumah-rumah merupakan memandikannya dengan penuh kasih,
hal yang wajar, dan merupakan bentuk karena untuk selanjutnya mereka akan
rasa hormat kepada orang yang dituakan mempunyai tanggung jawab keluarga
atau mempunyai kedudukan tinggi dalam sendiri. Kegiatan ini mengandung makna
urutan kekeluargaan. yang juga penting yaitu menjaga jiwa dan
Bentuk-bentuk pengumuman dalam akal kedua mempelai bahwa orang tua
perkawinan seperti sedekah, belarak, dan adalah orang yang sangat memperhatikan
silaturahmi kerumah-rumah sangat dan berharap agar mereka berdua untuk
relevan dengan Hadist Rasulullah Saw saling menyayangi sebagai mana kedua
yang secara tersirat memerintahkan umat orang tua perbuat terhadap mereka,
muslim untuk mengumumkan dan mereka harus selalu ingat bahwa mereka
mencatat khususnya pelaksanaan mempunyai orang tua, maka jangan
pernikahan dengan tujuan untuk pernah untuk menyia-nyiakan satu sama
menghindari fitnah dan juga perbuatan yang lainnya. Secara keseluruhan kegiatan
aniaya, baik yang dilakukan suami ritual perkawinan yang dilestarikan oleh
ataupun istri, diantara hadist itu adalah suku Lembak jika dipahami dari teori
:‫اوﻟﻢ وﻟﻮ ﺑﺎﻟﺸﺎة‬ recepsi, urf dan maslahah mursalah tidak
Apabila induk inang pengasuh melanggar hukum Islam.
pengantin laki-laki tidak bersedia
memandikan pengantin, maka dapat Kesimpulan
diserahkan kepada induk inang pengasuh Setelah peneliti melakukan
pengantin perempuan untuk mencarikan membahasan data yang didapat, maka

82
Zurifah Nurdin
Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu

peneliti dapat menyimpulan bahwa Talib Setiady’ ‘Intisari Hukum Adat


semua ritual lamaran maupun dalam Indonesia”dalam kajian
perkawinan yang dilakukan oleh suku kepustakaan”’Bandung. Alfabeta. 2013.
Lembak sangat baik dan mengandung A. Dzajuli’ Kaidah-kaidah Fiqh.
nilai-nilai keislaman. Untuk itu perlu Jakarta. Kencana, 2006.
dibudayakan dan dilestarikan. Amir Syarifuddin ,Ushul Fiqh jilid 2.
Kepada semua pihak agar Jakarta, Logos Wacana Ilmu. Th 2001
memotivasi dan mendorong pelestarian Abdul Wahab Khalaf Ilmu Ushul
budaya perkawinan suku Lembak di kota Fiqh, Kuwait Dar ul al Qalam. Th 1983.
Bengkulu. Musthafa Ahmad al Zarqa’ “al
Maqdal ‘ala al Fiqhi al ‘Am , Beirut. Darul
Referensi Fikr.Jil 3. Th, 1968.
Abdu Rahman Ghozali, Figh Jalaluddin Abdurahman “Ghayah
Munakahat. PT Ummul Qura. Jakarta 2008. Ushul ad Daqa’Iq Ilm al Ushul”. Mesir.Darul
Abdullah ibn ‘Abbas, Sahih Muslim, Kutub. Th 1992
Kitab al-Nikah
Abdullah, Boedi dan Soebani, Beni Endnote
Ahmad, Perkawinan dan Perceraian Keluarga
1Pengertian keluarga adalah sanak
Muslim, Jakarta;
saudara, kaum kerabat, seisi rumah, ibu
Abdurrahman Al-Jaziry, Kitab al-Fiqh
bapak, anak-anaknya, orang-orang seisirumah
al-Mazahib al-Arba’ah, Mesir, Dar al-Irsyad, yang menjadi tanggungan, atau satuan
t.t, Jilid ke 7 kekerabatan yang sangat mendasar. Lihat
Abi Zakariya Yahya al-Nawawi al- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar bahasa Indonesia,(Jakarata; Balai
Dimasyqi, edisi Shaikh ‘Adil Ahmad ‘Abd Pustaka. 1988), h. 413 dan W.J.S
al-Mawjud dan al-Shaikh ‘Ali Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Abu Abdullah Muhammad bin Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), h. 470.
Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, Keluarga juga diartikan dua orang atau lebih
yang hidup bersama, yang mempunyai
Indonesia: Maktabah Dahlah, tt, hubungan darah, perkawinan atau karena
Abu al Husain Muslim Ibn al Hajaj pengangkatan. Bisri Mustofa dan Elisa Vindi
al Qusyairi, Shohih Muslim, Semarang : Maharani, Kamus Lengkap Sosiologi, (Jogjakarta;
Panji Pustaka, 2008), h. 103. Dan dalam
Toha Putra, tth, Juj 1
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992
Ahmad Fahmi Abu sunnah” al ‘urfu tentang kependudukan dan Keluarga
wal adah fi ro’yi fuqhaha” Al Azhar 1943 Sejahtera Bab Ketentuan Umum, menjelaskan
Ahmad Kuzari, Perkawinan Sebagai bahwa keluarga merupakan unit (Lembaga)
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
Sebuah Perikatan, Jakarta: Rajawali Pers, tth
suami dan istri , atau suami istri dan anaknya,
Ahmad Tholabii Kharlie, Hukum atau ayahnya dengan anaknya, atau ibu
Keluarga Indonesia, PT sinar Grafika Jakarta dengan ayahnya. Adapun hidup berkeluarga
2013 adalah kehidupan bersama dua orang lawan
jenis yang bukan mahramnya yang telah
Arso Sosroatmojo dan wasit Aulawi,
mengikatkan diri dengan tali perkawinan
Hukum Perkawinan di Indonesia, Jakarta; beserta anak keturunannya yang dihasilakn
Bulan Bintang, 1978. dari akibat tersebut. Pengertian keluarga
memiliki dua dimensi; pertama, keluarga
sebagai ikatan kekerabatan antar individu, ini

83
Tsaqofah & Tarikh Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2018

merujuk pada hubungan darah dan


perkawinan. Kedua “rumah tangga” dalam
makna ini ikatan kekerabatan amat penting,
namun yang menjadi penekanan adalah
kesetuhunian dan ekonomi. Sedangkan dalam
al Qur’an surat Thaha:132 dan surat al Tahrim:
6, keluarga diistilahkan dengan al Ahlu (Famili,
keluarga dan kerabat).
2Karena perkawinan juga merupakan

perjanjian, karena dari padanya lahir hak-hak


dan kewajiban dari dan kepada setiap orang
yang terikat di dalamnya (suami, istri dan
anak yang dilahirkan, termasuk hak waris). al
Qur’an surat An Nisa’:32-33
3Lihat QS al-Baqarah hl 2: 208.
4Ensiklopidia Hukum Islam, Ed Abdul

Aziz Dahlan. (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van


Hoev, 1999), h. 1143
5Mustafa Ahmad Zarqa’I, Al Madkhal al

Fiqh al ‘Am al Addid (Damasiq, 1978), h. 90


6Lihat juga Muh Abu Zahrah, Ushul

Fiqg, Penerjemah, Saefullah Ma’sum, dkk


(Jakarta; Pustaka Firdaus, 1994) h. 427
7Abd al Hamid Hakim, Mu’in al Mibi,

(Bukit Tinggi; Makatabah Nusantara, 1925), h.


17-18. Dan UU no 1 tahun 1974 tentang
perkawinan pasal 6 “ Perkawinan harus di
dasarkan atas persetujuan kedua calon
mempelai” dan KHI pasal 16 perkawinan atas
persetujuan calon mempelai, dapat berupa
pernyataan tegas, tulisan, lisan, isyarat
ataupun diamnya.
8Abu Daud dan Tirmidzi, Kitab an Nikah,

Hadis 9 dan Muhmmad ibn Ismail as San’ani,


Subulus Salam, (Mesir Mustafa al babi al Halabi
wa Awladuh, 1950). Jil 3, h. 119
9Hadis ini diriwayatkan oleh Aisyah

dan dinyatakan shohih oleh Imam Hakim.


Disisi lain Abu Hatim ar Razi berkomentar
bahwa hadis tersebut tidak mempunyai dasar.
Sedangkan ibnu Shalah berkomentar bahwa
hadist tersebut mempunyai beberapa sanad
yang perlu dikritisi.
10Wahbah az Zuhaili, Fiqh Islam
waadilatuhu, h. 24-25

84

You might also like