Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The development of the current era is growing very rapidly and there are many changes that
occur in human life. This also has an impact on legal issues that always arise every day. A
legal research method is needed as an instrument to explain and research the legal problems
that are growing day by day. Of course, law cannot be separated from society because
something must be based on law. The law in everyday life looks real and must have been
stipulated in the legislation. In this case, an empirical juridical and normative juridical social
approach is needed so that people understand more about the law. Each of these types of
research methods can be used as instruments in unraveling contemporary legal problems, of
course, it is adjusted to the suitability of legal issues and the characteristics of each legal
research methodology used. Different characteristics among types of legal research
methodologies are used according to the suitability of legal research methods. The empirical
juridical legal research method examines the law in reality in social life, while the normative
juridical study examines the law that should be applied in society in accordance with the
legislation.
Abstrak
Perkambangan zaman saat ini berkembang sangat pesat dan banyak perubahan yang terjadi
dalam kehidupan manusia. Hal tersebut juga membawa pengaruh dalam permasalahan hukum
yang selalu berkambang setiap harinya. Diperlukan suatu metode penelitian hukum sebagai
instrumen untuk menjelaskan dan meneliti permasalahan hukum yang semakin hari semakin
berkembang tersebut. Tentunya hukum tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena suatu
hal harus didasari dengan hukum. Hukum dalam kehidupan sehari hari tampak nyata dan
pastinya sudah ditetapkan dalam peraturan perundang undangan. Dalam hal ini diperlukan
metode pendekatan sosial yuridis empiris dan yuridis normatif agar masyarakat lebih paham
menganai hukum. Masing-masing jenis metode penelitian inilah yang bisa digunakan sebagai
instrumen dalam mengurai permasalahan hukum kontemporer, tentu disesuaikan dengan
kecocokan permasalahan hukum dan karakteristik masing-masing metodologi penelitian
hukum yang digunakan. Karakteristik yang berbeda di antara jenis-jenis metodologi penelitian
hukum digunakan sesuai dengan kecocokan metode penelitian hukum. Metode penelitian
hukum yuridis empiris mengkaji tentang hukum dalam kenyatan di kehidupan sosial sedangkan
yuridis normative mengkaji tentang hukum seharusnya diterapkan dalam masyarakat sesuai
dengan perundang undangan.
Pendahuluan
Di zaman yang samakin modern membuat banyak perubahan yang terjadi. Salah satu
penyebab zaman semakin modern ini adalah adanya kemajuan teknologi yang semakin canggih
sehingga membuat masyarakat lebih modern. Hal ini juga berpengaruh dengan berkambangnya
hukum yang setiap hari mengalami perkembangan. Hukum adalah suatu aturan yang dibuat
oleh pemerintah yang berdaulat untuk menertibkan masyarakat agar dipatuhi dan tidak boleh
melanggarnya. Hukum saat ini jelas keberadannya karena setiap negara atau setiap daerah saat
ini sudah mulai mengenal hukum.
Penelitian Hukum
Penelitian adalah sarana yang dipergunakan manusia untuk memperkuat, membina
serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Suatu penelitian telah dimulai apabila seseorang
berusaha untuk memecahkan suatu masalah, secara sistematis, dengan metode-metode dan
teknik-teknik tertentu secara ilmiah. Dengan demikian suatu kegiatan ilmiah merupakan usaha
untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi, secara metodologi, sistematis dan konsisten
(Soerjono Soekanto, 1986). Menurut Penelitian adalah penyelidikan sistematis terhadap
peningkatan jumlah pengetahuan manusia dan sebagai proses mengidentifikasi dan
menyelidiki “fakta” atau “masalah” dengan maksud untuk memperoleh wawasan tentang atau
menemukan solusi yang tepat untuk itu. Pendekatan secara sistematis ketika seorang peneliti
mengikuti metode ilmiah tertentu. Fokus penelitian hukum dapat mengukur interaksi hubungan
hukum terhadap nilai-nilai sosial,(Luhman, 1972).sikap, perilaku sehingga mendukung sistem
hukum dan sosial, sekaligus memberikan sarana kontrol sosial dan instrumen perubahan social
(Lawrence M Friedmann and Steward Macaulay, 1964).1
Sistem hukum yang mendukung sistem sosial dapat dikonseptualisasikan dalam (3) tiga
cara, Pertama (sistem hukum normatif) yaitu sistem hukum dapat dipahami sebagai kumpulan
norma hukum. Kedua (sistem hukum sebagai sistem sosial) yaitu dapat dipahami sebagai
sistem perilaku sosial, peran, ketetapan, dan institusi, yang melibatkan interaksi antara
pembuat, penafsir, pelanggar, penegak hukum, dan norma-norma hukum. Ketiga (kombinasi
sistem hukum sebagai kombinasi formal dan non formal) yaitu sistem hukum dapat disamakan
dengan sistem kontrol sosial, yang melibatkan basis diferensial dari otoritas dan kekuasaan
sosial, persyaratan normatif dan sanksi yang berbeda, dan kompleks kelembagaan yang
berbeda.2
1
Ani Purwati, Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing,
2020), hlm 3.
2
Ibid, hlm 3-4.
Sedangkan Hukum adalah aturan (order) sebagai suatu sistem aturan-aturan (rules)
tentang perilaku manusia, bukan hanya menunjukan aturan tunggal perilaku (rule) tetapi
seperangkat (rules) yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem
konsekuensinya adalah tidak mungkin memahami jika hanya memperhatikan satu aturan saja
(Hans Kelsen, 1961).3
Penelitian Hukum adalah proses analisa yang meliputi metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari gejala hukum tertentu, kemudian
mengusahakan pemecahan atas masalah yang timbul. Sehingga dibutuhkan suatu metode
penelitian yang tepat. Metode ini membantu proses penelitian sesuai dengan rumusan masalah
yang dikaji serta tujuan penelitian yang akan dicapai.4
Yuridis Empiris
Pengaruh ilmu sosial terhadap disiplin hukum adalah kalimat kunci yang sesuai sebagai
pembuka pembicaraan mengenai jenis penelitian yang satu ini, yaitu penelitian hukum empiris
(empirical legal research). Kata "empiris" bukan berarti harus menggunakan alat pengumpul
data dan teori teori yang biasa dipergunakan di dalam metode penelitian ilmu-ilmu sosial,
namun di dalam konteks ini lebih dimaksudkan kepada pengertian bahwa "kebenarannya dapat
dibuktikan pada alam kenyataan atau dapat dirasakan oleh panca indera" atau bukan suatu fiksi
bahkan metafisika atau gaib, yang sejatinya berupa proses berfikir yang biasanya hanya
dongeng maupun pengalaman-pengalaman spiritual yang diberikan Tuhan tidak kepada setiap
manusia dan tidak harus melalui proses penalaran ilmiah suatu hal tertentu dapat diterima
kebenarannya, meskipun oleh para ilmuwan kadang dikatakan tidak ilmiah atau an illogical
phenomena. Penerimaan terhadap suatu yang bersifat ilmiah biasanya dipredikatkan dengan
ungkapan "masuk akal", sedangkan penerimaan terhadap suatu yang bersifat metafisika dan
spiritual biasanya disebut sebagai kepercayaan.5
Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek
kajiannya didasarkan pada observasi terhadap kenyataan kehidupan manusia dan akal sehat
sehingga hasil penelaahan ilmu tersebut tidak bersifat spekulatif. Yang dimaksud dengan
spekulatif adalah mengira-ngira suatu kebenaran. Dalan kajian ilmiah tidak dibenarkan
3
Ibid, hlm 4.
4
Ibid, hlm 4.
5
Depri Liber Sonata, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris: Karakteristik Khas dari
Metode Meneliti Hukum”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8 No.1, Januari-Maret, hlm 27.
membuat kesimpulan ilmiah dengan dasar perkiraan atau prediksi, sebab dasar kebenaran
ilmiah adalah realitas, fakta atau bukti empiris. Adapun bukti empiris adalah informasi yang
konkret, artinya yang dapat dilihat, diraba, didengarkan, dan dibaca.
Penelitian hukum empiris bertujuan mengajak para penelitinya untuk tidak hanya
memikirkan masalah-masalah hukum yang bersifat normatif (law as written in book), bersifat
teknis di dalam mengoperasionalisasikan peraturan hukum seperti mesin yang memproduksi
dan menghasilkan hasil tertentu dari sebuah proses mekanis, dan tentunya hanya dan harus
bersifat preskriptif saja, dimana sejatinya sifat norma hukum yang “ought to be”. Karakteristik
penelitian hukum empiris sebagai berikut :
6
Kornelius Benuf & Muhamad Azhar, “Metodologi Penelitian Hukum Sebagai Instrumen Mengurai
Permasalahan Hukum Kontemporer”, Jurnal Gema Keadilan, Vol.7 Edisi 1, Juni 2020, hlm 28.
melakukan wawancara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum empiris,
sama dengan data sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum normatif.
c. Data yang Digunakan dalam Penelitian Hukum Empiris
Pengumpulan data hukum dalam penelitian hukum empiris dilakukan dengan cara
survey. Survey merupakan sarana untuk mengumpulkan data dari narasumber atau
informan penelitian untuk melakukan pengamatan dan wawancara pada pendekatan
empiris (penelitian hukum non doktrinal).7 Penelitian dikembangkan sebagai bentuk
pendekatan positivist pada ilmu-ilmu sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Robert Groves,
seorang ahli peneliti terkemuka, “survey menghasilkan informasi yang secara alami
bersifat statistik”. Survey merupakan bentuk dasar kuantitatif”. Penelitian survey
menanyakan kepada para responden tentang kepercayaannya, pendapat-pendapat,
karakteristik, dan perilaku yang telah atau sedang terjadi.
Berdasarkan gagasan di atas diketahui bahwa cara pengumpulan data hukum dalam
penelitian hukum empiris dilakukan dengan survey terhadap kepercayaan, fakta, pendapat,
dan perilaku masyarakat di kehidupan nyata masyarakat.
d. Studi Empiris Mengenai Living Law
Dalam istilah praktisnya, fungsi sosiologi hukum yang dibayang kan Ehrlich adalah
untuk menemukan dan menganalisis secara sistematis pelaksanaan living law dalam
berbagai bidang kehidupan sosial, untuk membangun kriteria guna mengukur seberapa
besar divergensi antara norma-norma hukum yang berlaku dengan hukum sejenis yang
digunakan oleh praktisi hukum, kemudian menggunakan ukuran tersebut untuk menilai
keefektifan hukum kalangan praktisi hukum. Beberapa orang pengikut awalnya pernah
merancang prose dur-prosedur yang dielaborasi untuk mengukur dan menilai ketidak
sesuaian antara norma-norma untuk mengambil keputusan dengan hukum yang berlaku
(Moore dan Sussman 1931: bandingkan Northrop 1950). Tetapi, masalah yang
sesungguhnya adalah bahwa konsep konsep Ehrlich tidak dapat menyediakan sarana untuk
menentukan kesesuaian atau ketidaksesuaian dari hukum negara dalam bidang tertentu.
Apakah hukum negara ataukah living law yang pada akhirnya harus digunakan ketika ada
dua konflik, atau apakah divergensi itu sendiri bermanfaat dalam hal tertentu, merupakan
masalah evaluasi politis.8
7
F.C. Susila Adiyanta, “Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan Metode Survey sebagai
Instrumen Penelitian Hukum Empiris”, Adminitrative Law & Governance Journal, Vol. 2 No. 4, 2019, hlm 697.
8
Roger Cotterrel, Sosiologi Hukum (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2012), hlm 45.
Sekarang ini banyak studi mengenai hubungan antara hukum yang digunakan oleh
kalangan praktisi hukum dengan norma norma yang mengatur bidang kehidupan sosial
tertentu yang telah diterbitkan. Barangkali yang paling penting dari studi yang
membuktikan sepenuhnya asumsi Ehrlich tentang kecenderungan terjadinya divergensi
yang luas antara norma-norma yang digunakan untuk mengambil keputusan dengan living
law adalah studi-studi penggunaan kontrak dan hukum dagang. Praktisi hukum Amerika,
menemukan bahwa kesepakatan bisnis seringkali dibuat tanpa pengetahuan tentang
peraturan-peraturan yang relevan dalam hukum kontrak, bahkan dalam banyak kasus, hal
ini menurut peraturan hukum akan menjadi tidak sah apabila dihadapkan ke pengadilan.
Selain itu para pelaku bisnis seringkali berusaha menghindar untuk menggunakan hukum
dan praktisi hukum.
Praktisi hukum berfungsi sebagai pengungkit dalam sebuah negosiasi, pemacu dalam
pembuatan kesepakatan untuk menghindari jalan lain atau sebagai alat pengendali resiko.
Meminta bantuan hukum merupakan salah satu strategi yang tepat dalam kondisi tertentu,
tetapi kondisi ini mungkin sangat beragam antara hubungan atau transaksi bisnis yang satu
dengan yang lain. Bagi perusahaan-perusahaan besar, dalam skala operasi bisnis mungkin
telah membuat biaya perencanaan dan perlindungan dari ahli hukum, sehingga dapat
dibenarkan mengingat resiko gangguan yang bisa muncul dari kesulitan-kesulitan hukum.
Namun, terdapat studi empiris yang dilakukan dalam berbagai yurisdiksi hukum dan telah
diterbitkan, bahwa memohon bantuan atau ketergantungan pada hukum formal merupakan
sesuatu yang tidak biasa dan termasuk keadaan yang jarang ditemukan dalam situasi bisnis.
Apa pun kompleksitas dalam menilai hubungan antara praktik-praktik bisnis dan hukum
yang digunakan oleh praktisi hukum, kita dapat mengatakan dengan cukup pasti bahwa
hukum kontrak dalam praktiknya beroperasi dalam cara yang sangat berbeda dari yang
biasanya diasumsikan dalam undang-undang.
e. Landasan Analisis dalam Penelitian Hukum Empiris
Landasan analisis dalam penelitian hukum empiris, hasil simpulan data yang
dikumpulkan dari proses survey. Fokus studi pada tahap ini adalah prilaku.9 Artinya
analisis penelitian hukum empiris dilakukan dengan berlandaskan pada hasil survey
terhadap perilaku manusia sebagai objek penelitian.
Yuridis Normatif
9
Ahmad Zuhdi Muhdlor, “Perkembangan Metodologi Penelitian Hukum” , Jurnal Hukum dan
Peradilan, Vol.1 No. 2, 2012, hlm. 200.
Kajian normatif memandang hukum sebagai keseluruhan kumpulan peraturan atau
kaidah tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang
pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan suatu sanksi. Hukum dilihat sebagai kaidah yang
menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh subjek hukum. Kajian ini
bersifat preskriptif, yakni menentukan apa yang salah dan apa yang benar, apa yang
seharusnya, apa yang dilarang. Dengan demikian hukum dalam kaca mata ini bersifat abstrak,
tentang apa yang seharusnya, dalam bahasa lain disebut das sollen dan mencerminkan law in
books.10
Penelitian hukum yuridis normatif atau penelitian hukum normatif pada dasarnya
merupakan suatu kegiatan yang mempelajari aspek-aspek internal dari hukum positif. Hal ini
dilakukan sebagai pengaruh dari adanya pandangan bahwa hukum merupakan sebuah lembaga
yang otonom yang tidak mempunyai hubungan dengan lembaga sosial lainnya. Hukum sebagai
suatu sistem, mempunyai kemampuan untuk hidup, tumbuh dan berkembang di dalam
sistemnya sendiri. Sehingga apabila suatu penelitian dibenarkan sebagai salah satu cara
menyelesaikan masalah yang ada, maka yang dianggap masalah dalam penelitian ini hanya
terbatas pada masalah di dalam sistem hukum itu sendiri dan termasuk dalam aspek internal
hukum positif itu sendiri.
Hukum adalah suatu lembaga yang otonom dan terbebas dari hubungan dengan
lembaga sosial lainnya. Metode penelitian hukum normatif diartikan sebagai metode penelitian
atas aturan-aturan perundangan baik ditinjau dari sudut hirarki peraturan perundang-undangan
(vertikal), maupun hubungan harmoni perundang-undangan (horizontal). Penelitian hukum
normatif memiliki karakteristik sebagai berikut :
2. Kerangka teori Teori teori intern tentang hukum. Contoh; UU dan peraturan.
10
Zulfatun Ni’mah, Sosiologi Hukum Sebuah Pengantar (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), hlm 4-5.
5. Langkah-langkah Penetapan kriteria – identifikasi – pengumpulan norma
penelitian norma – pengorganisasian norma yang dikumpulkan.
Perbincangan tentang karakteristik penelitian hukum normatif dapat dimulai dari objek
penelitian hukum normatif. Apa objek kajian (objek penelitian) dalam penelitian hukum
normatif? Titik tolak peneliti dalam penelitian hukum normatif adalah norma-norma hukum
positif suatu negara (masyarakat). Dalam bahasa penelitian hukum normatif, norma-norma
hukum positif berkedudukan sebagai bahan hukum primer. Sebagai bahan hukum primer,
norma-norma hukum positif menempati kedudukan sebagai bahan utama penelitian hukum
normatif. Bahan hukum primer yakni norma-norma hukum positif sekaligus berkedudukan
sebagai gambaran das sollen dalam latar belakang masalah penelitian. Sebagai gambaran das
sollen, norma-norma hukum positif harus dipaparkan secara sistematis-hierarkis dalam latar
belakang penelitian. Pemaparan norma-norma hukum positif dalam latar belakang penelitian
yang mencerminkan das sollen dimulai dari Undang-Undang Dasar 1945 sebagai norma hukum
tertinggi dalam tata hukum Indonesia. Setelah penulis (peneliti atau mahasiswa hukum)
memaparkan norma-norma hukum positif sebagai gambaran das sollen dalam latar belakang
penelitian, tindakan lain masih harus dilakukan peneliti (penstudi). Tindakan tersebut
berkenaan dengan substansi yang diposisikan (ditempatkan) peneliti sebagai das sein dalam
latar belakang penelitian. Pemaparan das sollen dan das sein dengan model (cara) seperti
dikemukakan di atas membantu peneliti, penstudi dan terutama mahasiswa fakultas hukum
memahami gambaran pertentangan, diskrepansi atau kesenjangan das sollen dan das sein.
Sekali lagi, pertentangan, diskrepansi atau kesenjangan das sollen dan das sein adalah bukan
masalah hukum. Akan tetapi, kondisi (keadaan) yang melahirkan masalah hukum. Peneliti atau
mahasiswa hukum harus memformulasikan masalah hukum (problematika hukum) yang
timbul dari kondisi kesenjangan (pertentangan) das sollen dengan das sein tersebut.11
11
Asmak UI Hosnah, dkk, Karakteristik Ilmu Hukum dan Metode Penelitian Hukum Normatif (Depok:
PT RajaGrafindo Persada, hlm 348
hukum dari perangkat kaidah-kaidah hukum yang terhimpun dalam suatu peraturan
perundang-undangan tertentu; (5)Penelitian terhadap taraf sinkronisasi dari peraturan
perundang-undangan, baik secara vertikal maupun horizontal. Hal ini dapat dilakukan
terhadap bidang-bidang tertentu yang diatur oleh hukum, maupun dengan bidang-bidang
lain, yang mempunyai hubungan timbal balik. Berdasarkan uarain tersebut, dapat
diketahui bahwa topik permasalahan hukum yang relevan untuk diteliti dengan
mennggunakan penelitian hukum normative sebagai berikut;
1) Tema mengenai inventarisasi hukum positif.
2) Tema mengenai asas-asas hukum.
3) Tema mengenai penemuan hukum in-concreto.
4) Tema mengenai sistematika hukum atau sistematika peraturan perundang-undangan,
penelitian terhadap taraf sinkronisasi, dari peraturan perundang-undangan baik secara
vertical maupun horizontal.
b. Data yang Digunakan dalam Penelitian Hukum Normatif.
Penelitian hukum normatif cukup menggunakan data-data sekunder dalam meneliti
permasalahan hukum yang diambil. Data sekunder yang diperoleh merupakan data dalam
bentuk yang sudah jadi, berupa publikasi atau laporan, misalnya berasal dari departemen
kehakiman dan HAM, kepolisian (Kapolda, Kapolri), kantor kejaksaan, pengadilan negeri,
kantor pengacara, kantor notaris, dan perpustakaan.
Data sekunder bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu; (1)Data sekunder bersifat
pribadi; (2)Data sekunder bersifat publik; (3)Data sekunder di bidang hukum. “Data
Sekunder bersifat pribadi terdiri dari: Dokumen-dokumen Pribadi, data pribadi yang
tersimpan di lembaga-lembaga di tempat yang bersangkutan pernah bekerja”. “Data
sekunder bersifat publik, yang berupa: Data arsip, data resmi pada instansi pemerintah,
dan data yang dipublikasikan”. “Data sekunder di bidang hukum, dibedakan lagi menjadi
3 (tiga) jenis berdasarkan kekuatan mengikatnya” yaitu; Bahan hukum primer yaitu aturan
tertulis yang ditegakkan oleh negara, semua itu dapat ditemukan dalam putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap, Undang-undang yang ditetapkan oleh parlemen, dan
keputusan agen-agen administrasi”.12 Terdiri dari: Norma dasar pancasila, peraturan
dasar, batang tubuh UUD 1945, Tap MPR, peraturan perundang-undangan, bahan-bahan
hukum yang tidak dikodifikasi, yurisprudensi, traktat. Kedua; Bahan hukum sekunder,
12
I Made Pasek Diantha, (2016), Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Hukum, Prenada Media.
yang terdiri dari: Rancangan perundangan, hasil karya ilmiah para sarjana, dan hasil
penelitian. Ketiga; bahan hukum tersier dan bahan hukum sekunder.
c. Cara Pengumpulan Data dalam Penelitian Hukum Normatif.
Pengumpulan data dalam penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara studi
pustaka berupa data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti atau sering disebut sebagai penelitian hukum kepustakaan.
Penelitian hukum normatif merupakan penelitian perpustakaan (library research)
berdasarkan data sekunder.
d. Tujuan Penelitian dalam Penelitian Hukum Normatif.
Penelitian Hukum Normatif bertujuan, agar peneliti dapat menyelesaikan masalah atau
kasus yang ada dan atau membuat keputusan dengan mendasarkan pada hukum positif
yang ada. Jadi kegiatan penelitian di sini menjadi relatif sama dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh seorang hakim ketika dihadapkan pada satu kasus yang harus diselesaikan
atau dibuat keputusannya.13
Tabel Perbandingan
13
Khudzaifah Dimyati, 2016, Metodologi Penelitian Hukum , Buku Pegangan Kuliah, Sekolah
Pascasarjana Program Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hlm. 3-11.
Karakteristik Pendekatan Non-Doktrinal dan Doktrinal dan Prosedur Penelitiannnya
Kesimpulan
Penelitian ialah sarana yang digunakan seseorang untuk memperkuat, membina dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Suatu penelitian telah dimulai apabila seseorang berusaha
untuk memecahkan suatu masalah, secara sistematis, dengan metode-metode dan teknik-teknik
tertentu secara ilmiah. Hukum adalah aturan sebagai suatu sistem aturan-aturan (rules) tentang
perilaku manusia, bukan hanya menunjukan aturan tunggal perilaku (rule) tetapi seperangkat
(rules) yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu sistem
konsekuensinya adalah tidak mungkin memahami jika hanya memperhatikan satu aturan saja.
Penelitian Hukum adalah proses analisa yang meliputi metode, sistematika dan pemikiran
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari gejala hukum tertentu, kemudian mengusahakan
pemecahan atas masalah yang timbul. Sehingga dibutuhkan suatu metode penelitian yang tepat
dan benar. Metode penelitian hukum yuridis empiris mengkaji tentang hukum dalam kenyatan
di kehidupan sosial sedangkan yuridis normative mengkaji tentang hukum seharusnya
diterapkan dalam masyarakat sesuai dengan perundang-undangan.
Daftar Pustaka
Adiyanta, C.F. Susila, 2019, “Hukum dan Studi Penelitian Empiris: Penggunaan
Metode Survey sebagai Instrumen Penelitian Hukum Empiris”, Adminitrative Law &
Governance Journal, Vol. 2 No. 4
Hosnah, Asmak UI, dkk, Karakteristik Ilmu Hukum dan Metode Penelitian Hukum
Normatif (Depok: PT RajaGrafindo Persada
I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi
Teori Hukum, Prenada Media.
Purwati, Ani, 2020, Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek, Surabaya: CV. Jakad
Media Publishing.
Sonata, Depri Liber, 2014, “Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris:
Karakteristik Khas dari Metode Meneliti Hukum”, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 8
No.1