You are on page 1of 11

KEWENANGAN KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

ANARKIS DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI

Oleh :

I Nyoman Suryana, SH,MH


( Fakultas Hukum Universitas Teknologi Indonesia,Jl. By. Pas I Gusti Ngurah Rai
No. 108 Nusa Dua. Email : nyoman suryana.uti@gmail.com)

Abstract, Differences in principles in the state can affect demonstrations. Article


8 of Law Number 9 of 1998 confirms that the public has the right to participate in
a responsible manner to make efforts to convey opinions in public in a safe,
orderly and peaceful manner. However, in reality, this regulation is often not
obeyed during demonstrations, resulting in anarchy. The problem in the research
is regarding the authority of the police in handling anarchic demonstrations and
the obstacles and efforts made in handling anarchic demonstrations that have an
impact on security stability. This research uses normative legal research
supported by empirical legal research, using primary, secondary, and tertiary
legal materials. With a statutory approach, a fact approach, and a case approach.
The result of the discussion is that the authority of the Bali Regional Police in law
enforcement against anarchic demonstrations refers to Law Number 9 of 1998,
whose handling is guided by Perkapolri Number Pol:16 of 2006, as well as its
Services, Security, and Handling are guided by Perkapolri No. 9 of 2008. The Bali
Regional Police constraint in dealing with anarchic demonstrations is internal
constraints such as there are members who do not understand the applic ation of
the rules and sometimes members cannot control their emotions as well as the
delay in information on demonstrations. External obstacles include the person in
charge of the demonstrators not seeking permission to protest, the infiltration of
demonstrators without the knowledge of the person in charge, and demonstrators
being influenced by alcohol. Efforts to handle cases of anarchic demonstrations
are preventive measures such as socialization to the community and repressive
efforts, namely law enforcement.
Keywords: Police Authority, Demonstrations, Police

Abstrak, Perbedaan prinsip dalam bernegara dapat mempengaruhi adanya unjuk rasa.
Pasal 8 Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 menegaskan masyarakat berhak berperan serta
secara bertanggung jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di muka umum dapat
berlangsung secara aman, tertib, dan damai. Namun kenyataannya peraturan ini seringkali
tidak ditaati ketika unjuk rasa berlangsung sehingga berujung anarkis. Permasalahan dalam
penelitian adalah mengenai kewenangan kepolisian dalam penanganan aksi unjuk rasa yang
anarkis dan kendala serta upaya yang dilakukan dalam penanganan aksi unjuk rasa yang
anarkis yang berdampak pada stabilitas keamanan. Penelitian ini menggunakan penelitian
hukum normatif didukung dengan penelitian hukum empiris, menggunakan bahan hukum
primer, skunder, dan tersier. Dengan pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta, dan
pendekatan kasus. Hasil pembahasannya adalah kewenangan Kepolisian Daerah Bali dalam
penegakan hukum terhadap unjuk rasa yang anarkis mengacu pada Undang-Undang Nomor 9
tahun 1998, yang penanganannya berpedoman pada Perkapolri Nomor Pol. : 16 Tahun 2006,
serta Pelayanan, Pengamanan, dan Penanganannya berpedoman pada Perkapolri Nomor 9
Tahun 2008. Kendala Kepolisian Daerah Bali dalam menangani aksi unjuk rasa yang anarkis

42
adalah kendala internal seperti terdapat anggota yang kurang paham akan penerapan aturan
dan terkadang anggota tidak dapat mengontrol emosi serta adanya keterlambatan informasi
adanya unjuk rasa. Kendala eksternal meliputi penanggung jawab demonstran tidak mencari
izin unjuk rasa, adanya susupan pendemo tanpa sepengetahuan penanggungjawab, dan
demonstran dipengaruhi minuman keras. Upaya untuk menangani kasus unjuk rasa yang
anarkis adalah upaya preventif seperti sosialisasi kepada masyarakt dan upaya represif yaitu
melakukan penegakan hukum.
Kata kunci : Kewenangan Kepolisian, Unjuk Rasa, Polisi

1. PENDAHULUAN undang-undang”.2 Selain itu lebih lanjut


Sejak lahir manusia sudah dalam Undang-Undang Dasar Negara
berinteraksi dengan manusia lain di dalam Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XA
suatu wadah yang dinamakan masyarakat. tentang Hak Asasi Manusia pasal 28e ayat
Awalnya, manusia berhubungan dengan (3) menegaskan bahwa Setiap orang
orang tuanya dan semakin meningkat berhak atas kebebasan berserikat,
umurnya, semakin luas pula ruang lingkup berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
pergaulannya dengan manusia lain di Atas dasar tersebut lebih lanjut mengenai
dalam masyarakat tersebut. Dalam setiap unjuk rasa atau demonstrasi secara khusus
masyarakat akan dijumpai suatu diatur dalam Undang – Undang Nomor 9
perbedaan antara pola-pola perilaku yang tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
berlaku dalam masyarakat dengan pola- Menyampaikan Pendapat di muka umum.
pola perilaku serta paham-paham yang Dalam undang-undang ini diatur bentuk,
dikehendaki oleh kaidah-kaidah hukum. dan tata cara menyampaikan pendapat,
tidak dapat terhindarkan apabila timbul hak dan kewajiban peserta serta sanksi
suatu ketegangan sebagai akibat dari bagi pengunjuk rasa. Undang-undang
perbedaan-perbedaan tersebut.1 Salah satu Nomor 9 tahun 1998 Tentang
hal yang dapat ditimbulkan dengan adanya Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
perbedaan-perbedaan prinsip dalam Muka Umum, secara tegas dan jelas pada
bernegara adalah menyampaikan pendapat Bab III yang mengatur hak dan kewajiban
di muka umum yang terdiri dari berbagai serta tanggung jawab warga negara dalam
bentuk diantaranya unjuk rasa, pawai, menyampaikan pendapat di muka umum
rapat umum, dan mimbar bebas. dalam pasal 8 ditegaskan bahwa
Secara umum masalah unjuk rasa masyarakat berhak berperan serta secara
di indonesia telah diatur dalam Undang- bertanggung jawab untuk berupaya agar
Undang Dasar Negara Republik Indonesia penyampaian pendapat di muka umum
Tahun 1945 dalam Bab X tentang Warga dapat berlangsung secara aman, tertib, dan
Negara dan Penduduk pasal 28 yang damai.
menegaskan bahwa Kemerdekaan Tetapi pada kenyataannya undang-
berkumpul dan berserikat dan, undang ini kurang di taati dalam setiap
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan pelaksanaan unjuk rasa dimuka umum
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan termasuk yang terjadi di wilayah hukum
Kepolisian Republik Indonesia Daerah
Bali kerap kali terjadi aksi unjuk rasa yang
berujung pada tindakan anarkis. Salah satu
1 aksi unjuk rasa anarkis yang terjadi di
M. Ryan Syahbana, 2013,
Penerapan Prosedur Tetap Polri Dalam
2
Penanggulangan Unjuk Rasa Anarki, Jurnal Undang-Undang Dasar Negara
Ilmu Hukum Legal Opinion Edisi 2, Volume Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Bab X
1, hal. 1 tentang Warga Negara dan Penduduk

43
wilayah hukum Kepolisian Republik penanganan aksi unjuk rasa yang anarkis
Indonesia Daerah Bali sebagaimana yang berdampak pada stabilitas keamanan
dilansir dari surat kabar online Bali Post 1.4 Metode Penelitian
dengan judul BALI TIDAK DIAM adalah Jenis penelitian yang digunakan
aksi unjuk rasa undang-undang cipta kerja dalam penelitian ini adalah penelitian
yang beujung anarkis terjadi pada hari hukum normative yang ditunjang dengan
kamis, tanggal 8 Oktober 2020 di Kota penelitian hukum empiris. Metode
denpasar.3 Berdasarkan uraian tersebut di penelitian hukum normatif ini juga biasa
atas menandakan bahwa adanya disebut dengan penelitian hukum doktriner
kesenjangan antara teori dengan realita atau juga disebut dengan penelitian
atau antara das sein dengan das sollen perpustakaan. Penelitian hukum normatif
sehubungan dengan aksi unjuk rasa di menurut Abdulkadir Muhammad dalam
wilayah hukum Kepolisian Republik bukunya yang berjudul hukum dan
Indonesia Daerah Bali. Sehingga peneliti penelitian hukum menyatakan bahwa
tertarik untuk melakukan penelitian penelitian hukum normatif yaitu penelitian
sebagai tugas akhir mahasiswa yang mengkaji hukum yang dikonsepkan
denganrencana judul tesis “Kewenangan sebagai norma atau kaidah yang berlaku
Kepolisian Dalam Penanganan Unjuk dalam masyarakat, dan menjadi acuan
Rasa Anarkis Di Wilayah Hukum Polda perilaku setiap orang. Norma hukum yang
Bali”. berlaku itu berupa norma hukum positif
1.2 Rumusan Masalah tertulis bentukan lembaga perundang-
Berdasarkan latar belakang undangan (Undang-Undang Dasar,
tersebut di atas maka dapat ditarik kodifikasi, Undang-Undang, Peraturan
permasalahan sebagai berikut antara lain : Pemerintah dan seterusnya), serta norma
1. Bagaimanakah kewenangan kepolisian hukum tertulis bentukan lembaga
dalam penanganan aksi unjuk rasa peradilan (judge made law), serta norma
yang anarkis? hukum tertulis buatan pihak-pihak yang
2. Bagaimana kendala dan upaya yang berkepentingan (kontrak, dokumen
dilakukan oleh kepolisian Republik hukum, laporan hukum, catatan hukum,
Indonesia Daerah Bali dalam proses dan rancangan Undang-Undang).4 Dalam
penanganan aksi unjuk rasa yang pengkajian permasalahan ini peneliti
anarkis? menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu
1.3. Tujuan Penelitian diantaranya :
Tujuan Penelitian yang ingin 1. Pendekatan perundang-undangan
dicapai dalam penelitian ini dibedakan (statute approach) merupakan
menjadi 2 diantaranya adalah untuk pendekatan yang dilakukan dengan
mengetahui, mendeskripsikan, dan cara menelaah sebuah peraturan
menganalisis kewenangan kepolisian perundang-undangan yang berkaitan
dalam penanganan aksi unjuk rasa yang dengan permasalahan hukum yang
anarkis yang berdampak pada stabilitas sedang ditangani.5 Peraturan
keamanan dalam masyarakat. Dan untuk perundangan-undangan yang terkait
mengetahui, mendeksripsikan, dan dalam penelitian inilah yang nantinya
menganalisis kendala dan upaya yang
dilakukan oleh kepolisian Republik 4
Indonesia Daerah Bali dalam proses Abdulkadir Muhammad, 2004,
Hukum Dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal. 52
5
Peter Mahmud Marzuki, 2005,
3
Kerta Negra, 2020, Bali tidak diam , Penelitian Hukum Empiris, Kencana Media,
Bali Post Portal berita, hal. 1 Jakarta, hal. 93.

44
akan menjadi pedoman dalam sebuah diperoleh secara atributif, artinya
penyelesaian masalah. wewenang tersebut bersumber pada
2. Pendekatan fakta (statute approach) undang-undang, yakni :
merupakan suatu pendekatan yang 1. Undang Undang Dasar Negara
digunakan dengan mengedepankan Republik Indonesia Tahun
fakta yang terjadi di lapangan 1945
sehubungan dengan aksi unjuk rasa 2. Undang - Undang Nomor 2
yang anarkis yang terjadi di wilayah Tahun 2002 dan Peraturan
hukum Kepolisian Republik Indonesia Perundang-undangan lainnya.
Daerah Bali. Philipus M.Hadjon mengatakan,
3. Pendekatan kasus (case approach) bahwa wewenang atributif artinya
yaitu kasus-kasus yang berhubungan wewenang yang bersumber kepada
dengan penelitian yang akan di bahas. undang-undang dalam arti materiil, hal
Bahan hukum dalam penelitian ini tersebut sebagai konsekuensi logis dari
adalah hukum primer yang digunakan negara hukum, supremasi hukum dan
dalam penelitian ini terdiri dari : pemerintahan yang menganut sistem
1) Undang-Undang Dasar Negara presidensiil yang harus menempatkan
Republik Indonesia Tahun 1945 semua lembaga kenegaraan berada di
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana bawah Undang Undang Dasar Negara
( KUHP) Republik Indonesia Tahun 1945.6
3) Undang-Undang Nomor 9 Tahun Kedudukan kepolisian tidak diatur
1998 Tentang Kemerdekaan secara jelas dan tegas dalam Undang
Menyampaikan Pendapat Di Muka Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Umum Tahun 1945. Akan tetapi ketentuan dalam
4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun pasal 30 ayat (5) Undang Undang Dasar
1999 Tentang perlindungan Hak Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Asasi Manusia. mensyaratkan adanya tindak lanjut
5) Undang-Undang Nomor 2 Tahun pembentukan undang-undang yang
2002 Tentang Kepolisian Negara mengatur tentang susunan dan kedudukan,
Republik Indonesia. hubungan kewenangan Polri dalam
Bahan hukum sekunder adalah menjalankan tugasnya. Sehingga
bahan yang memberikan penjelasan konsekuensi logis dari ketentuan pasal 30
mengenai bahan hukum primer. Adapun ayat (5) tersebut dibentuk Undang-undang
yang dipergunakan dalam penelitian ini Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
adalah seperti hasil penelitian, dan hasil Negara Republik Indonesia. Dimana di
karya dari para pakar dibidang hukum, dalam Undang-undang dimaksud lembaga
baik dalam bentuk buku-buku teks, jurnal, kepolisian diposisikan di bawah Presiden
majalah dan artikel yang ada di internet. dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Selain bahan hukum primer dan sekunder, Di dalam beberapa peraturan
digunakan pula bahan hukum tersier, perundang-undangan, yakni pasal 30 ayat
berupa bahan yang memberikan petunjuk (4) Undang Undang Dasar Negara
atau penjelasan terhadap bahan hukum Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 6
primer dan sekunder, seperti Kamus ayat (1) Ketetapan MPR RI
Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum. No.VII/MPR/2000, dan pasal 5 ayat (1)
1.5 Pembahasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002,
A. Kewenangan Kepolisian Dalam
Penanganan Aksi Unjuk Rasa Anarkis 6
Philipus M. Hadjon Dalam
Dikaji dari cara memperoleh Papernya Berjudul “Tentang
wewenang, kewenangan kepolisian Wewenang”,Tanpa Tahun.

45
bahwa Kepolisian Negara Republik pasal-pasal lain yang terdapat pada
Indonesia sebagai alat negara yang Undang - Undang Nomor 2 tahun 2002
menjalankan salah satu fungsi yang dapat diimplementasikan untuk
pemerintahan terutama dibidang menangani unjuk rasa, pasal tersebut
pemeliharaan keamanan dan ketertiban adalah Pasal 15 ayat (2) Undang - Undang
masyarakat melalui pemberian Nomor 2 tahun 2002, yang menyebutkan
perlindungan, pengayoman dan pelayanan bahwa :
kepada masyarakat serta penegakan kepolisian Negara republik
hukum. Indonesia berwewenang terhadap
Undang-Undang Nomor 2 tahun peraturan perundang-undangan
2002 Tentang Kepolisian Republik yang lain
Indonesia, tidak mengatur kewenangan Maka polisi bisa mempunyai
polisi dalam menangani unjuk rasa tetapi wewenang terhdap peraturan perundang-
dalam undang-undang ini terdapat pasal- undangan unjuk rasa atau demonstrasi,
pasal yang dapat dimplementasikan pengaturan unjuk rasa diatur dalam
sebagai kewenangan polisi dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998
menangani unjuk rasa. Pasal tersebut tentang kemerdekaan menyampaikan
adalah pasal 13 tentang tugas dan pendapat di muka umum. Dalam pasal 15
wewenang polisi, dalam pasal 13 tersebut ayat (2) dapat diartikan bahwa setiap
menyebutkan tugas dan wewenang polisi kegiatan yang menyangkut keamanan dan
yang menegaskan bahwa : ketertiban umum, polisi berwenang untuk
Tugas pokok Kepolisian Negara ikut campur. Pada pasal 15 ayat (2) huruf
Republik Indonesia adalah: a, menyebutkan bahwa Kepolisian
a. memelihara keamanan dan mempunyai wewenang memberikan izin
ketertiban masyarakat dan mengawasi kegiatan keramaian umum
b. menegakkan hukum, dan dan kegiatan masyarakat lainnya
c. memberikan perlindungan, Jika pasal tersebut dikaiitkan oleh
pengayoman, dan pelayanan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998
kepada masyarakat. pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan
Ketiga tugas dan wewenang polisi penyampaian pendapat dimuka umum
tersebut dapat dikaitkan dengan Undang - wajib diberitahukan secara tertulis kepada
Undang Nomor 9 tahun 1998 tentang Polri, disini dapat diartikan bahwa polisi
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat berwenang untuk memberikan izin atau
Di Muka Umum. Tugas dan wewenang tidak terhadap suatu unjuk rasa yang akan
polisi dalam memelihara keamanan dan dilakukan, serta polisi berwenang untuk
ketertiban masyarakat pada tugas dan mengawasi jalannya unjuk rasa.
wewenang tersebut dapat dikaitkan Dari penjelasan tersebut di atas
dengan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang dapat disimpulkan bahwa sebagai dasar
Nomor 9 tahun 1998 yang menyatakan hukum kepolisian dalam menangani aksi
bahwa : unjuk rasa mengacu pada 2 dasar hukum
dalam penyampaian pendapat di yakni Undang-Undang Nomor 2 tahun
muka umum, Polri bertanggung 2002 tentang Kepolisian Republik
jawab menyelenggarakan Indonesia dan Undang-Undang Nomor 9
pengamanan untuk menjamin tahun 1998 tentang Pelaksanaan
keamanan dan ketertiban umum Penyampaian Pendapat Dimuka Umum.
sesuai dengan prosedur yang Secara umum sebagaimana
berlaku. dijelaskan dalam pembahasan di atas
Di samping pasal 13 Undang – bahwa Kepolisian Menurut Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2002 terdapat pula Undang Dasar Negara Republik Indonesia

46
Tahun 1945 Di dalam Amandemen Pendapat Di Muka Umum yang pada
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tugas prinsipnya menegaskan bahwa
dan wewenang kepolisian dirumuskan penanggung jawab pelaksanaan
dalam pasal 30 ayat (4) yang rumusannya penyampaian pendapat dimuka umum
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melakukan tindak pidana maka akan
sebagai alat negara yang menjaga dipidana sesuai dengan ketentuan
keamanan dan ketertiban masyarakat peraturan perundang-undangan pidana
bertugas melindungi, mengayomi, yang berlaku ditambah dengan 1/3 (satu
melayani masyarakat, serta menegakkan pertiga) dari pidana pokok.
hokum. Kemudian pasal 13 Undang- B. Kendala Dan Upaya Yang Dilakukan
Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Oleh Kepolisian Republik Indonesia
Kepolisian Republik Indonesia Daerah Bali Dalam Proses
menyebutkan tugas dan wewenang polisi Penanganan Aksi Unjuk Rasa
yang menegaskan bahwa tugas pokok Anarkis
Kepolisian Negara Republik Indonesia Di Bali demontrasi atau unjuk rasa
adalah memelihara keamanan dan sudah menjadi pemberitaan rutin
ketertiban masyarakat, menegakkan dikalangan masyarakat. Demonstrasi atau
hukum, dan memberikan perlindungan, unjuk rasa yang hampir setiap bulan
pengayoman, dan pelayanan kepada terajadi dikalangan masyarakat.
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan I
Ketiga tugas dan wewenang polisi Wayan Pinatih Direktur Samapta Polda
tersebut dikaitkan dengan Pasal 13 ayat Bali yang dilakukan di Kantor Polda Bali
(3) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 ada beberapa kasus unjuk rasa yang terjadi
yang menyatakan bahwa dalam di wilayah hukum kepolisian Republik
penyampaian pendapat di muka umum, Indonesia Derah Bali periode 2019 –
Polri bertanggung jawab januari 2021 antara lain:7
menyelenggarakan pengamanan untuk 1) Pada tahun 2018, Unjuk rasa oleh
menjamin keamanan dan ketertiban umum sejumlah aktivis yang menolak
sesuai dengan prosedur yang berlaku. adanya pertemuan IMF-WB , namun
Berdasarkan penegsan tersebut jelas berjalan dengan tertib tidak ada yang
bahwa Kepolisian mempunyai anarkis yang terjadi pada tanggal 11
kewenangan dan bertanggung jawab untuk Agustus 2018
menjaga stabilitas dan keamanan dalam 2) Unjuk rasa oleh sejumlah penggemar
unjuk rasa termasuk mempunyai bola di tanah air melakukan unjuk
kewenangan menegakkan hukum apabila rasa karena tidak mendapatkan tiket
dalam melaksanakan unjuk rasa terbukti masuk menonton bola di stadion dipta
melakukan tindakan melwan hukum. gianyar , tidak berujung unjuk rasa yg
Pasal 16 Undang-Undang Nomor 9 anarkis. Yang terjadi pada Tanggal
tahun 1998 Tentang Kemerdekaan 22 oktpber 2018
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum 3) Pada tahun 2019, unjuk rasa Bali
menyatakan bahwa pelaku atau peserta Tolak Reklamasi di depan kantor
pelaksanaan penyampaian pendapat di Gubernur Bali dan Kantor DPR
muka umum yang melakukan perbuatan Provinsi Bali yang terjadi pada
melanggar hukum, dapat dikenakan sanksi tanggal 24 Mei 2019.
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Sanksi 7
hasil wawancara dengan I Wayan
hukum tersebut ditegaskan dalam pasal 17 Pinatih Direktur Samapta Polda Bali yang
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1998 dilakukan di Kantor Polda Bali, Pada tanggal
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan 11 Mei 2021

47
4) Aksi unjuk rasa Damai IMMAPA ( anggota kepolisian Polda Bali, antara lain:
8
Ikatan Mahasiswa Dan Masyarakat
Papua ) di jalan puputan renon , tidak 1. Faktor Internal yang dimaksud adalah
anarkis yang terjadi pada tanggal 22 faktor yang asalnya dari dalam
Agustus 2019 secara damai dan Lembaga kepolisian polda Bali itu
tertib. sendiri. Faktor ini biasanya berupa
5) Aksi unjuk rasa mahasiswa bali tidak sikap juga sifat yang melekat pada
diam , menyuarakan ttg isu papua, Lembaga tersebut. Adapaun Faktor
polemik revisi uu kpk dan rkuhp serta internal tersebut adalah :
kebakaran hutan dan lahan di a) Terdapat anggota Dalmas yang
indonesia bertempat di jalan raya kurang paham akan penerapan
puputan renon, yang terjadi pada aturan serta prosedur penangan
tanggal 24 September 2019. unjuk rasa
6) Unjuk rasa Bali tidak diam Tentang b) Kadang kala anggota di lapangan
Rancangan Undang-Undang Kitab tidak dapat mengontrol emosi
Undang-Undang Hukum Pidana terhadap perkataan maupun
(RUU KUHP) yang terjadi pada perbuatan yang dilakukan oleh
tanggal 30 September 2019 yang massa pengunjuk rasa
berjalan dengan kondusif c) Kadangkala terjadi keterlambatan
7) Tahun 2020, Unjuk rasa Aliansi Bali informasi yang didapatkan saat
tidak diam melakukan aksi penolakan terjadinya unjuk rasa, sehingga
terhadap disahkannya Undang- terdapat beberapa penanganan
Undang omnibuslaw Cipta Kerja unjuk rasa yang dilakukan secara
pada tanggal 22 Oktober 2020. tergesa-gesa tanpa mempersiapkan
Bahwa saat dilaksanakan unjuk rasa alat yang matang
oleh aliansi tersebut didepan gedung d) Dalam unjuk rasa kerap kali
DPR Provinsi Bali tidak ada tanda dilakukan dengan berjalan kaki
anarkis. Namun karena masyarakat menuju titik satu ke titik yang
dan mahasiswa menyampaikan lainnya dengan estimasi jarak yang
aspirasinya tidak didengarkan cukup jauh sehingga menyulitkan
mengakibatkan sejumlah masa anggota memberikan pengamanan
bergerak kedepan universitas sekaligus mengatur lalu lintas yang
Udayana dan melakukan tindakan termasuk melaksanakan rekayasa
yang kurang kooperatif dengan lalulintas sehingga kegiatan unjuk
melempar batu, sampah dan merusak rasa dapat berjalan dengan aman
beberapa fasilitas umum di Jalan dan lancar tanpa terlalu
Raya Sudirman Dan Gedung Kampus memberatkan dan menggangu
Universitas Udayana. aktifitas masyarakat lainnya.
Atas dasar tersebut maka 2. Faktor Eksternal yang dimaksud adalah
berdasarkan hasil wawancara dengan AKP faktor yang asalnya dari luar organ
I Nyoman Budiasa, dengan jabatan Dankie kelembagaan. Faktor ini meliputi
II Sipasdal Subdit Dalmas Samapta Polda lingkungan di sekitar termasuk
Bali, pada 11 Mei 2021 adapun faktor kelembagaan lain. Adapun Faktor
penghambat atau kendala-kendala dalam
penanganan aksi unjuk Rasa oleh Anggota 8
Hasil wawancara dengan AKP I
Kepolisian Polda Bali, pada pelaksanaan
Nyoman Budiasa, Dankie II Sipasdal Subdit
kegiatan unjuk rasa di Bali terdapat Dalmas Samapta, Kepolisian Republik
beberapa kendala atau faktor penghambat Indonesia Daerah Bali pada hari jumat 11 Mei
penananganan aksi unjuk rasa oleh 2021 di kantor Polda Bali.

48
penghambat eksternal tersebut antara Di wilayah hukum Kepolisian
lain : Republik Indonesia Daerah Bali, ada
e) Penanggung jawab demonstran beberapa upaya preventif yang dilakukan
tidak menyampaiakan diantaranya sebagai berikut :9
pemberitahuan atau mencari izin 1. Upaya Preventif yang dimaksud adalah
untuk melakuakn aksi unjuk rasa. tindakan untuk mengantisipasi
Atau dalam pelaksanana unjuk rasa, terjadinya aksi unjuk rasa yang anarkis.
kordinasi pelaksanaan di lakukaan Tetapi dengan kebijakan preventif ini
secara mendadak. bukan berarti harus tidak diproses
f) Adanya susupan pendemo di luar dengan hukum pidana melainkan
sepengetahuan penanggung jawab sebagai tindakan ke arah penghapusan
aksi unjuk rasa. faktor faktor potensial penyebab
g) Para demonstran kesadarannya timbulnya aksi unjuk rasa yang anarkis.
dipengaruhi oleh minuman keras Adapun cara atau strategi sebagai
sehingga susah untuk diberikan bentuk antisipasi tersebut tersebut
arahan. berupa :
h) Adanya masa bayaran yang di bayar a. Dalam persiapannya, setiap hari
untuk memperkeruh suasana atau anggota Dalmas Polda Bali
memberikan propokasi agar aksi melaksanakan kegiatan-kegiatan
unjuk rasa menjadi ricuh atau Dalmas yang diperuntukan untuk
anarkis. peningkatan Teknik dalam
i) Perlunya peningkatan terhadap menangani segala jenis unjuk rasa
pemahaman serta penerapan hukum termasuk unjuk rasa tolek reklamasi
oleh masayarakat sehingga dapat Teluk Benoa ini.
meminimalisir aksi unjuk rasa b. Mempersiapkan peralatan Dalmas
anarkis yang berujung pada yang apabila sewaktu-waktu
pembakaran ban ataupun dibutuhkan. Kesiapan ini berupa
penangkapan oknum pengunjuk pembersihan dan pengecekan bahan
rasa yang menyalahi aturan bakar yang dilalukan setiap hari
pelaksanaan unjuk rasa. serta pengecekan keberfungsian
j) Dalam penanganan unjuk rasa kerap mesin yang dilakukan setiap 1 bulan
kali massa pengunjuk rasa yang sekali. Bila terjadi kendala dalam
menuju titik kumpul pelaksanaan suatu kendaraan agar segera di
unjuk rasa mengggunakan perbaiki sehingga tidak
kendaraannya secara ugal-ugalan, menimbulkan permasalahan ketika
tidak menggunakan helm serta digunakan saat pengamanan unjuk
secara bergerombolan di jalan rasa.
melanggar lalu lintas menuju lokasi c. Diselenggarakan kegiatan Forum
titik kumpul tersebut Group Diskusi yang dilakukan oleh
k) Dalam pelaksanaan unjuk rasa anggota polri dengan kordinator
beberapa kali masa tidak bisa massa pengunjuk rasa tolak
mengendalikan emosinya sehingga reklamasi serta mengikut sertakan
melakukan tindakan-tindakan serta berbagai elemen masyarakat agar
ucapan-ucapan yang cenderung
menimbulakan rasa emosi bagi 9
Hasil wawancara dengan Bapak Ida
anggota Dalmas yang memberikan
Bagus Dedi Januarta, Kasubid Dalmas,
pengamanan terhadap aksi unjuk Kepolisian Republik Indonesia Daerah Bali,
rasa. pada hari jumat 11 Mei 2021 di Kantor Polda
Bali.

49
pelaksanana unjuk rasa berjalan mundur dan tidak mengarah ke
sesuai dengan ketentuan, dan objek yang dituju.
apabila terjadi unjuk rasa yang di b) Pembubaran demonstran dengan
luar ketentuan, pihak kepolisian menggunakan water canon.
memberikan larangan langsung agar c) Penembakan gas air mata untuk
tindakan tersebut tidak dilakukan melumpuhkan para demonstran
kembali. yang anarkis.
d. Pimpinan Dalmas secara langsung d) Melakukan penangkapan terhadap
memberikan teguran dan arahan para demonstran yang
apabila terdapat anggotanya dalam mempropokasi terjadinya aksi
pelaksanaan pengamanan unjuk rasa anarkis untuk diproses sesuai
tolak reklamasi Teluk Benoa dan dengan peraturan perundang-
jika sudah melakukan tindakan undangan yang berlaku.
kepolisian di luar ketentuan. e) Melakukan penegakan hukum
e. Melakukan patrol wilayah yang yang mengacu pada ketentuan-
disinyalir tempat berkumpulnya ketentuan dalam Undang-Undang
demonstrasi. Nomor 9 tahun 1998 tentang
f. Melakukan kordinasi dengan tokoh Kemerdekaan Menyampaikan
masyarakat dan tokoh adat. Pendapat yang penanganannya
g. Memberikan himbauan atau arahan berpedoman pada Peraturan
kepada demonstan untuk kembali ke Kapolri Nomor Pol. : 16 Tahun
rumah agar situasi tetap kondusif. 2006 tentang Pedoman
h. Melakukan penyekatan terhadap Pengendalian Massa, Prosedur
demonstran agar tidak mengarah ke Tetap Nomor: PROTAP/1/X/2010
tempat aksi unjuk rasa. Penanggulangan Anarki serta
i. Menjali komunikasi aktif dengan Perkapolri Nomor 9 Tahun 2008
penanggung jawabatau juru bicara. Tentang Tata Cara
2. Upaya Represif yang dimaksud adalah Penyelenggaraan, Pelayanan,
suatu tindakan yang dilakukan setelah Pengamanan, dan Penanganan
terjadi penyimpangan dalam aksi unjuk Perkara Penyampaian Pendapat di
rasa yang bertujuan untuk Muka Umum.
mengembalikan kehidupan sosial yang
terganggu karena adanya 1.6 Penutup
penyimpangan sosial dengan cara Dari hasil pembahasan penelitian
menjatuhkan sanksi yang sesuai tersebut di atas, maka peneliti dapat
dengan pelanggaran yang telah menarik 2 (dua) simpulan sesuai dengan
dilakukan dalam aksi unjuk rasa. permasalahan yang dianggkat di antaranya
Berdasarkan hasil wawancara dengan :
Dewa Made Raka Kasubag Renmin 1. Kewenangan Kepolisian Daerah Bali
Polda Bali, adapun upaya represif yang dalam penegakan hukum terhadap
dilakukan dalam upaya aksi unjuk rasa yang anarkis diatur
penanggulangan terhadap aksi unjuk dalam Undang-Undang Nomor 9
rasa tersebut adalah :10 tahun 1998 tentang Kemerdekaan
a) Mendesak domonstran dengan Menyampaikan Pendapat yakni
upaya mendorong masa agar dalam Pasal 13 ayat (3) yakni
penyampaian pendapat di muka
10
Hasil wawancara dengan Bapak umum, Polri bertanggung jawab
Dewa Made Raka, Kasubag Renmin Polda menyelenggarakan pengamanan
Bali, pada hari jumat 11 Meei 2021 untuk menjamin keamanan dan

50
ketertiban umum sesuai dengan demonstran yang berpotensi
prosedur yang berlaku menimbulkan aksi unjuk rasa yang
2. Kendala yang dihadapi oleh Polda anarkis.
Bali dalam menangani aksi unjuk rasa
yang anarkis di wilayah hukum Daftar Pustaka
Provinsi Bali terbagi menjadi 2 faktor a) Buku-buku
penghambat seperti : Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori
a) Faktor internal,Meliputi : 1) Hukum (Legal Theory) dan Teori
Terdapat anggota Dalmas yang Peradilan (JudicialPrudence)
kurang paham akan penerapan Termasuk Interpretasi Undang-
aturan serta prosedur penangan undang (Legisprudence), Kencana
unjuk rasa. 2) Anggota di Prenada Media Group, Jakarta.
lapangan tidak dapat mengontrol
emosi. 3) Adanya keterlambatan Ali, Lukman, 2002, Kamus Besar Bahasa
informasi yang didapatkan saat Indonesia, Pusat Bahasa
terjadinya unjuk rasa, Departemen Pendidikan Nasional,
b) Faktor Eksternal, meliputi : 1) Jakarta, Balai Pustaka
Penanggung jawab demonstran
tidak menyampaiakan Alkostar, Artidjo, 2004. Pengadilan
pemberitahuan atau tidak HAM, Indonesia dan Peradaban,
mencari izin untuk melakuakn PUSHAM-UII, Yogyakarta
aksi unjuk rasa. 2)Para
demonstran dipengaruhi oleh Asshiddiqie, Jimly, 2006, Perihal
minuman keras. Dan 3)Adanya Undang-Undang, Rajawali Pers,
pihak yang memprovokasi masa Jakarta
untuk memperkeruh suasana. Atmosudirjo, Prajudi, 1981, Hukum
Dari kendala tersebut upaya Administrasi Negara, Cetakan IV,
untuk menangani kasus unjuk rasa Ghalia Indonesia, Jakarta
yang anarkis yang dilakukan oleh
Kepolisian Republik Indonesia Bonasibu, 2017, Perlindungan Hukum
Daerah Bali adalah upaya preventif Menurut Ahli,
seperti sosialisasi kepada masyarakt
dan upaya represif yaitu melakukan Budiardjo, Miriam, 1998, Dasar-Dasar
penegakan hukum. Ilmu Politik, Gramedia Pustaka
Ada beberapa saran sehubungan Utama, Jakarta
dengan aksi unjuk rasa yang anarkis
diantaranya : Daud Busro Abu, dan Bakar Busro, Abu,
1. Kepada masyarakat, Untuk selalu 1983, Azas-Azas Hukum Tata
melakukan tindakan sesuai dengan Negara. Ghalia Indonesia, Jakarta
peraturan perundang-undangan dalam
hal menyampaikan pendapat melalui Fockema, Andreas, 1983, Kamus Istilah
unjuk rasa agar terhindar dari kasus Hukum Belanda-Indonesia,
hokum. Penerjemah Saleh Adiwinata, Cet.
2. Kepada aparat penegak hukum, Pertama, Bina Cipta, Bandung
khususnya kepolisian memberikan
pemahaman dan Pendidikan karakter Hadjon, Philipus M., dkk, 2005, Hukum
kepada setiap anggota kepolisian Administrasi Negara, Gadjah
sehingga bisa mengontrol emosi, dan Mada University Press,
menidak tegas setiap tindakan Yogyakarta

51
Paser (Studi Kasus Perlindungan,
Husin, Budi Rizki, Sistem Peradilan Pengayoman, Dan Pelayanan
Pidana di Indonesia, Snar Masyarakat), E-journal Ilmu
Grafika, 2016, cet. Peratama, Pemerintahan, Volume 2 Nomor
Jakarta 1
Peraturan Perundang-undangan
c) Internet
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 https://www.dosenpendidikan.co.id/penge
rtian-organisasi-menurut-para-ahli
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (
KUHP) Litvack & Seddon Dalam Saduwasistiono,
2003, Kapita Selekta Managemen
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Pemerintahan Daerah,
Tentang Kemerdekaan Fokusmedia, Cet. Ke-Empat,
Menyampaikan Pendapat Di Muka Bandung,
Umum Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 181. Makalah Unjuk Rasa (Demonstrasi)
Tambahan Lembaran Negara http://furotul29.blogspot.com/201
Republik Indonesia Nomor 3789 5/04/makalah-unjuk-rasa-
demonstrasi.html
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang perlindungan Hak Asasi Negra,Kerta, 2020, Bali tidak diam , Bali
Manusia. Lembaran Negara Post Portal berita
Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 16, Tambahan Lembaran Wikipedia
Negara Republik Indonesia Nomor (http://id.wikipedia.org/wiki/anark
3886 isme

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002


Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4168

b) Jurnal

Danendra, Ida Bagus Kade, 2012,


Kedudukan dan fungsi kepolisian
dalam Struktur Organisasi
Negara Republik Indonesia, Jurnal
Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-
Des/2012

Ningsih, Retno, 2014, Tugas Dan Fungsi


Kepolisian Republik Indonesia Di
Polsek Tanah Grogot Kabupaten

52

You might also like