Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Putu Eva Ditayani Antari
Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS), Denpasar, Bali
evaditayaniantari@undiknas.ac.id / 082237598387
ABSTRACT
The rule of law and democracy is a concept that used by almost every state around
the world, including Indonesia. Indonesia showed the country as a rule of law state by
guarantee and protection of human rights for every citizen, one of that human rights are the
political right to create democracy. Althought the protection of human rights guarantee on the
constitusion, but there is a limitation of human rights especially for political rights like
freedom of association, assembly, and freedom of speaks. The limitation that government
arranged for political right can found on the freedom of speaks limitation. Even more in a
digital era is easy for every people to speaks directy or writing through the pers or social
media, so the regulation can found on Criminal Law, Act No. 11 Year 2008 about
Information and Electronic Transaction, and The Police Regulation about Hate Speech. The
limitation aimed to control freedom of speaks by law and need to responsible with. Related
with the topic, so this research will study about freedom of speaks limitation by Indonesian
government on human right perspective and the impact to Indonesian democracy caused by
the limitation. Through the study used normative-legal research that show on descriptive
analysis can explain that government can make some freedom of speaks limitation with some
requirement that arranged on ICCPR. And the freedom of speaks regulation isn’t ignone the
democracy but aimed to make every people responsible when using freedom of speaks and
following the rules by law.
15
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
I. PENDAHULUAN
Pemberian kesempatan bagi rakyat untuk negara hukum merupakan hal yang
berpartisipasi dalam pemerintahan dipenuhi kontradiktif yang menjadi pokok kajian
dengan pemberian hak atas kebebasan dalam penelitian ini. Selain itu diuraikan
berpendapat di Indonesia, terutama pasca pula mengenai pembatasan-pembatasan
amandemen UUDNRI 1945. Kebebasan tehadap kebebasan berpendapat melalui
berpendapat mewujudkan lahirnya berbagai media social di Indonesia.
infrastruktur dalam negara yang berperan
mengawasi pemerintahan negara, seperti 2. Rumusan Masalah
partai politik, organisasi masyarakat, Berdasarkan uraian latar
lembaga swadaya masyarakat, dan belakang yang dipaparkan di atas, maka
sebagainya. dapat dirumuskan permasalahan sebagai
Seiring dengan perkembangan berikut:
teknologi maka kebebasan berpendapat 1. Apakah bentuk pembatasan
mulai mengalami perubahan terutama kebebasan berpendapat pada
dengan maraknya media sosial. Euforia media social di Iindonesia?
masyarakat dalam menyambut keberadaan 2. Apakah pembatasan atas
media sosial sebagai sarana berekspresi dan kebebasan berpendapat
berpendapat ternyata menimbulkan merupakan bentuk pengingkaran
masalah ketika hal tersebut bertentangan ajaran negara hukum?
dengan ajaran hukum dan tidak disertai
dengan tanggung jawab atas penggunaan 3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
media social. Beberapa contoh pelanggaran a. Tujuan Penelitian
kebebasan berpendapat di media social Adapun penelitian ini secara umum
adalah dengan mudahnya tersebar konten- bertujuan untuk mengetahui
konten pornografi, pencemaran nama baik, pembatasan-pembatasan mengenai
dan berita-berita bohong. penggunaan hak atas kebebsan
Guna memberikan pemahaman berserikat oleh warga negara di
dan batasan dalam menggunakan media Indonesia. Sementara tujuan khusus
social, maka pemerintah meregulasikan penelitian ini guna mengetahui
peraturan-peraturan yang membatasi pembatasan kebebasan berpendapat
pelaksaan hak atas kebebasan berpendapat pada media social, serta
tersebut. Pembatasan tersebut ditinjau menganalisis relevansi antara
dengan upaya pemenuhan HAM dalam pembatasan hak atas kebebasan
17
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Sementara itu bahan hukum sekunder yang melawan kekuasaan tirani oleh raja dan
digunakan berupa buku-buku, karya ilmiah pemerintahan yang oriter yang disebabkan
yang terpublikasi, atau artikel-artikel yang ketiadaan aturan dan pemusatan kekuasaan
membahas mengenai pembatasan negara. Hal ini mengakibatkan sering
kebebasan berpendapat di Indonesia terkait terjadinya tindakan penguasa yang
dengan penegakan HAM dan pewujudan sewenang-wenang dan menciderai hak
demokrasi suatu negara. asasi setiap warga negara. Berdasarkan hal
Bahan-bahan hukum berkaitan tersebut maka ajaran negara hukum baik
dengan kajian dalam penelitian dalam bentuk Rechstaats yang
permasalahan yang dikaji dalam penelitian dikemukakan Imanuel Kaht ataupun Rule
ini selanjutnya akan dikumpulkan melalui of Law yang dikemukakan Dicey,
studi kepustakaan dengan mengidentifikasi mengutamakan legalitas pemerintahan,
pustakan sumber bahan hukum, lalu pemisahan kekuasaan, dan perlindungan
dilanjutkan dengan mengidentifikasi bahan HAM bagi warga negara.
hukum yang sekiranya diperlukan, dan Konsep Rechtstaat merupakan
terakhir mengiventarisasi bahan hukum
ajaran negara hukum yang berasal dari
yang diperlukan tersebut. Lebih lanjut lagi
negara-negara yang menganut sistem
bahan hukum tersebut akan dicatat dalam
suatu lembaran kecil dan dimasukkan hukum Eropa Kontinental (Civil Law),
dalam daftar kartu yang disusun sistematis
sementara the Rule of Law merupakan
sesuai fokus masalah yang dikaji. Bahan
ajaran negara hukum yang berkembang di
hukum yang telah dikumpulkan melalui
sistem daftar kartu tersebut merupakan data negara Common Law. Secara konseptual
kualitatif, yang selanjutnya dianalisis
perbedaan antara Rechtstaat dan Rule of
secara deskriptif berdasarkan permasalahan
Law adalah bahwa konsep Rechtstaat lahir
yang diteliti. Dengan demikan maka tulisan
ini bersifat deskriptif analisis. dari suatu perjuangan menentang
diatur dalam ICCPR yang menyatakan bukan berarti bahwa pemerintah atau pihak
bahwa setiap orang berhak atas kebebasan lainnya dibenarkan untuk mengurangi,
memberikan informasi berupa ide/gagasan merusak, atau menghapuskan hak asasi
apapun baik secara lisan maupun tulisan manusia, melainkan semata-mata bertujuan
atau berupa cetakan, dalam bentuk karya menjamin pengakuan dan penghormatan
seni maupun melalui media lain sesuai terhadap hak asasi manusia serta kebebasan
dengan pilihannya. Namun pelaksanaan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban
kebebasan berpendapat tersebut tunduk umum, dan kepentingan bangsa.
kepada pembatasan-pembatasan yang Menyadari akan perkembangan
ditetapkan negara sebagai suatu kewajiban teknologi internet yang berkembang pesat
dan tanggung jawab khusus. Pembatasan dan digunakan masyarakat sebagai sarana
kebebasan berpendapat tersebut harus menggunakan kebebasan berpendapatnya,
diatur dalam suatu instrument hukum dan maka pemerintah melalui Undang-Undang
diperlukan guna menghormati hak dan ITE menetapkan pula batasan berpendapat
reputasi orang lain, serta melindungi pada media elektronik berbasis internet
keamanan nasional, ketertiban umum, sebagaimana diatur dalam Pasal 28
kesehatan ataupun moral umum/publik. Undang-Undang ITE tersebut. Setiap orang
Tidak hanya dalam instrumen dalam rangka menggunakan kebebasan
hukum internasional dapat dijumpai berpendapat dalam media elekronik
mengenai pembatasan akan penggunaan berbasis internet harus tunduk pada
kebebasan berpendapat tersebut, namun pembatasan yaitu larangan untuk
dalam UUDNRI 1945 juga terdapat menyampaikan berita bohong yang dapat
mengenai aturan serupa. Berdasarkan Pasal menimbulkan kerugian, serta larangan
28J penggunaan HAM harus berdasarkan untuk menyebarkan informasi dengan
pembatasan yang ditetapkan dengan tujuan untuk menimbulkan rasa kebencian
undang-undang, serta tetap memberi atau permusuhan individu dan/atau
penghormatan kepada HAM orang lain. kelompok masyarakat tertentu berdasarkan
Pembatasan terhadap kebebasan isu-isu (SARA).
berpendapat tersebut juga tertuang dalam Kesadaran akan pentingnya
Pasal 73 Undang-Undang HAM dimana pengaturan penggunaan kebebasan
pembatasan tersebut diatur hanya oleh dan berpendapat pada media internet juga
berdasarkan undang-undang. Lebih lanjut disampaikan dalam forum Pertemuan
dikemukakan bahwa pembatasan tersebut Informal Asia Eropa tentang HAM dan
24
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Fuady, Munir, Teori Negara Hukum Modern (Rechtstaat), Bandung : Refika Aditama, 2009.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004.
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1986.
Publikasi Ilmiah:
B.U., Donny, Internet, Kebebasan Berekspresi dan Hak Asasi Manusia (HAM), 2012,
https://donnybu.com/2012/07/25/internet-kebebasan-berekspresi-dan-hak-
asasi-manusia-ham/
La Rue, Frank William, U.N. report: Internet access is a human right, 2011,
http://latimesblogs.latimes.com/technology/2011/06/united-nations-report-
internet-access-is-a-human-right.html#
Marvin, Paskalis, 2014, Kebebasan Berpendapat melalui Media Sosial di Indonesia,
https://www.academia.edu/29486702/Kebebasan_Berpendapat_Melalui_Media_Sosi
al_di_Indonesia.
Peraturan Perundang-undangan:
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.
International Convention on Civil and Political Right (Konvenan Hak-Hak Sipil dan Politik).
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
27
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 (2017)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843).
Surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate
Speech).
28