You are on page 1of 16

Pemahaman Mahasiswa Univeritas Riau Seputar Aksi,

Demonstrasi dan Pembungkaman Pendapat


Oleh
Kelompok 6 ( Dasar – dasar Ilmu Hukum Selasa, HI 2018)
Anggota:
Meliana Fannisa (1801124139) - Ferdiasnsyah (1801110188) – Anugra Cesario
(1801112201) - Carissa Edna (1801110218) –Mutiarani Ernanda (1801110201) -
Novi Wulandari (1801111138) – Nurhayati (1801111051) - Siska (1801111963) -
Kalwa El Chirri (1801110051) - Putra Rida Pamungkas (1801124620)
Mata Kuliah: Dasar – dasar Ilmu Hukum A+B (HI ’18)
Dosen: Ahmad Jamaan, S.IP, MA
Hubungan Internasional, Falkultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Riau

ABSTRACT
This study aims to understand the meaning and the importance of the
rights of opinion. This study also shows how academicians in the University of
Riau know about freedom of speech and case that had happened in this University
according to that issue. The research was conducted in University of Riau. The
author uses qualitative method to conduct the research. The sample population is
whole party with regard to the issues examined in this study, the data source used,
primary, secondary and tertiary, data collection techniques in this study by
interview and literature study.
From the research, there are two problems that can be inferred. The first
problem is there are still many parties that make opinion silencing as their tool
to defense their own self interest. The second problem is academicians in
University of Riau still have low concern about how opinions silencing can
influence social behavior in general. The efforts that can be applied to raise the
awareness of preventing opinions silencing are (i) University of Riau as a place
organization for academicians to share their thoughts has to be more ‘opinion-
friendly'. And (ii) making some regulations of how opinions should be delivered.
Keywords: Opinion Silencing – Academicians

1
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara hukum yang menggunakan bentuk
pemerintahan demokrasi dimana semua warga negaranya memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Ketika masa
Orde Baru dibuat beberapa peraturan yang menekan kebebasan dalam
berpendapat dan berekspresi, seperti dilarangnya bendera palu arit, juga segala
kegiatan yang berkaitan dengan komunisme1. Organisasi dalam kampus yang
biasanya aktif menyuarakan pendapat mereka dibubarkan dan dibentuk organisasi
Resimen Mahasiswa (MENWA) yang difungsikan untuk mengawasi kegiatan
berpendapat dan berekspresi organisasi dalam kampus. Ini merupakan salah satu
usaha pemerintah untuk mengontrol dan menguasai oraganisasi – organisasi besar
yang terdapat di dalam kampus. akan mendapat berbagai hukuman, diantaranya
ditangkap, ditahan, dipenjara, atau pembredelan produk pers mahasiswa.2
Masa dimana hak berpendapat dibatasi sudah lama berlalu. Upaya yang
sudah dilakukan untuk memberikan kebebasan pendapat bisa dilihat dalam
undang – undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kebebasan mengemukakan
pendapat dimuka umum dalam pemenuhan jaminan hak asasi manusia. Lebih
jauh lagi dala penyelenggaraannya dijamin oleh pasal 28 Undang-undang Dasar
1945.Hak kebebasan berpendapat juga dijelaskan dalam Deklarasi Universal Hak
– hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) Pasal 19.3
Walaupun begitu, masih dapat kita lihat atau dengar bahwa pembungkaman
pendapat ini masih marak terjadi. Kasus pembungkaman pendapat sering dialami
oleh Lembaga Pers Mahasiswa (Persma) universitas. Hal ini dikarenakan berita
yang ditulis oleh Persma dianggap merugikan universitas atau oknum tertentu. 4
Pada 2016 tercatat ada dua kasus. Yakni kasus LPM Poros Universitas Ahmad
1
Al Mufti, MZ, 2015, Kebebasan Berpendapat Pasca Orde Baru, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta, Hlm. 50
2
Kresna, Mawa, 2016, Membredel Pers Mahasiswa, Tirto.id.
3
UNESCO, Toolkit Kebebaasan Berekspresi: Bagi Aktivis Informasi, Hlm. 5
4
Persma Walisongo Semarang, Stop Pembungkaman dan Pemberedelan Pers
Mahasiswa!. 2016.

2
Dahlan Yogyakarta dan LPM Pendapa Univesitas Sarjanawiyata Tamansiswa
keduanya dibredel oleh pihak rektorat. LPM Poros juga sempat terancam
dibekukan karena mengkritik pembangunan Fakultas Kedokteran pada April
2016. LPM Poros kemudian diaktifkan lagi pada September 2016.5
Di Universitas Riau (UNRI) sendiri juga pernah terjadi beberapa peristiwa
pembungkaman pendapat terhadap mahasiswa. Pada akhir tahun 2017 Rektor
UNRI memutuskan untuk menghapus mahasiswa dari keanggotaan senat kampus,
hal tersebut dianggap sebagai salah satu cara untuk membatasi mahasiswa dalam
menyampaikan aspirasi mereka. Aksi pun digelar sebagai tindakan penolakkan
terhadap keputusan rektor. Para mahasiswa menduga bahwa keputusan tersebut
dibuat berdasarkan kepentingan politik. Aksi berlanjut sampai ke dalam gedung
rektorat, mereka menyegel pintu ruang rektorat dengan spanduk yang bertuliskan
“Kami tidak diam jika kami dibungkam”.6

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan hak berpendapat dan pembungkaman pendapat?
2. Menjabarkan sebab dan dampak dari pembungkaman pendapat.
3. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk menghentikan pembungkaman
pendapat?

C. TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN


Adapun tujuan dari penulisan ini antara lain:
1. Untuk mengetahui maksud hak berpendapat dan pembungkaman pendapat
serta sejauh mana pengetahuan mahasiswa UNRI mengenaihal tersebut.
2. Untuk mengetahui bentuk, sebab dan akibat dari pembungkaman pendapat.
3. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi
pembungkaman pendapat.
Berikut manfaat dari tulisan ini:

5
Tirto.id, Loc. cit
6
Annisa Febiola, Annisa Majesty, dan Sukma Usqo. Lagi, Rencana Penghapusan
Mahasiswa Dari Senat. 2017. Bahanamahasiswa.co

3
1. Sebagai sarana untuk menyampaikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
2. Untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan mata kuliah Dasar –
Dasar Ilmu Hukum di semester 1.
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana hak kita dalam berbicara dan cara
menyampaikan pendapat sesuai dengan aturan hukum yang tertulis.

D. KERANGKA TEORI
1. Teori Kebebasan Berpendapat
Kebebasan mengemukakan pendapat sangatlah penting untuk dijamin
perlindungannya agar masyarakat tidak merasa khawatir setiap mengemukakan
pendapat maupun kekurangan pada proses pemerintahan. Mengemukakan
pendapat kerap kali dilakukan saat masyarakat merasa kecewa terhadap kinerja
pemerintah.7 Kebebasan secara umum dimasukan kedalam konsep dari filosofi
politik dan mengenali kondisi dimana individu memiliki kemampuan untuk
bertindak sesuai dengan keinginannya.8
Kebebasan berpendapat juga merupakan salah satu sarana partisipasi
masyarakat dalam pemerintahan dalam suatu negara demokrasi.9 Di jaman
sekarang ini, memang semua rakyat Indonesia berhak dan berkewenangan untuk
berpendapat.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan maraknya media sosial, makin
luas pula kebebasan berpendapat di dalam komunitas. Kita pun sebagai orang
berhak atas kebebasan mengeluarkan pendapat dapat berbentuk ungkapan atau
pernyataan dimuka umum atau dalam bentuk tulisan ataupun juga dapat berbentuk
sebuah aksi unjuk rasa atau demonstrasi. Pengabaian perihal HAM adalah juga
pengabaian perihal penegakan hukum. Atas dasar itu, maka sebagai sebuah
bangsa, pengaturan dan bentuk HAM konstitusi harus menjadi perhatian serius

7
Andi Rahmat dan M.Najid, Gerakan Perlawanan Dari Majis Kampus, Purimedia,
Jakarta, 2001, Hlm.67
8
Irmansyah, RA, Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2013, Hlm.55
9
Jurnal Hukum Undiknas Vol 4 No 1 ( 2017 ), Hlm.23

4
seluruh komponen bangsa. Pentingnya jaminan konstitusi ains HAM. Dalam
sistem demokrasi, partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini, Dengan
kata lain, Negara hukum harus ditopang dengan dengan sistem demokrasi.
Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk arah sedangkan
hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.10
2. Teori Kebebasan Pers dan Hak Publik
Kebebasan pers di sini adalah sebagai terjemahan dari freedom of the press,
yang dianalogikan sebagai kebebasan dari penguasa. Dalam sejarah
(Adinegoro,1961: 60), pengakuan dan perlindungan atas hak untuk bebas dari
pengaruh atau tekanan penguasa sudah dimulai sejak deklarasi Magna Charta
(1215). Dalam konteks pers, secara eksplisit ditetapkan dalam Pasal 12 Virginia
Bill of Right (15 Mei 1776) tentang kebebasan persuratkabaran. Selanjutnya,
spirit Piagam Virginia dimasukkan ke dalam Konstitusi Amerika Serikat (1787).
Kebebasan pers dengan demikian adalah kebebasan berkomunikasi dan
berekspresi dalam memberikan informasi kepada publik melalui media massa,
baik media cetak maupun media elektronik. Kebebasan ini menunjuk tidak adanya
campur tangan Negara atau pemerintah maupun elemen masyarakat lain, baik
individu maupun kolektif dalam memberikan informasi kepada publik, dan secara
konstitusional keberadaanya dilindungi oleh negara.11
3. Teori Pembungkaman pendapat
Pembungkaman pendapat pada dasarnya adalah pendapat atau persepsi yang
sebenarnya ingin disuarakan kepada siapa pun itu, akan tetapi tidak bisa
disebabkan oleh beberapa hal atau bahkan disebabkan oleh adanya ancaman -
ancaman sehingga pendapat itu tidak bisa tersalurkan, terjadilah pembungkaman
pendapat. Teori kebungkaman berasal dari seorng antropolog sosial Edwin
Ardener dan Shirley Ardener yang fokus pada hierarki dan struktur sosial.
Dalam buku A First Look at communication theory, Shirley Ardener
berpendapat bahwa pembungkaman adalah apakah seseorang atau suatu kelompok

10
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2015, Hlm.160
11
Mahdi, Acan, Kebebasan Pers dan Hak Publik, 2015, Hlm.21

5
dapat menyuarakan apa yang mereka inginkan, kapan dan dimana dengan
sekehendak mereka ataukah mereka harus mengubah pemikiran atau apapun yang
hendak mereka suarakan tadi asal mereka dapat diterima oleh lingkungan sosial
mereka. Ketika seseorang menguah apa yang mereka ingin katakan hanya karna
tidak ingin dikucil kan atau di asingkan oleh lingkungan sosialnya maka orang
tersebut adalah orang-orang dalam kelompok yang bungkam.
Teori kebungkaman terfokus pada cara komunikasi antara orang atau
kelompok, disini kelompok dominan dapat menekan yang minoritas untuk
membungkan pendapat yang ingin disuarakan. Akan tetapi Mark Orbe dan
Michael Hechter mengatakan bahwa teori ini dapat di implementasikan dalam
kelompok marjinal manapun.

E. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dalam bentuk deskriptif. Peneliti ingin meneliti, menganalisis yang kemudian
akan ditarik kesimpulannya.12 Pertama, fokus penelitian merupakan suatu masalah
tetapi tidak pada satu kasus tertentu, yaitu pembungkaman pendapat yang terjadi
di UNRI. Dalam penelitian ini peneliti meneliti tentang bagaimana pendapat
mahasiswa Universitas Riau tentang pembungkaman pendapat dimana seharusnya
setiap orang dan terkhusus mahasiswa berhak untuk menyuarakan pendapatnya
tanpa ada hambatan dan paksaan dari pihak manapun. untuk memperoleh info dan
data yang ada.

2. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas berkaitan dengan
pembahasan yang diangkat dalam penelitian karya ilmiah ini, peneliti melakukan
penelitian di hampir seluruh fakultas yang ada di Universitas Riau dengan
mengambil setidaknya dua narasumber dari setiap fakultas.

12
Sugiyono (2005: 21)

6
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang
sama.13 keseluruhan pihak yang bersangkutan dengan pembahasan yang diteliti
dalam penelitian ini. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah :
1. Mahasiwa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik (FISIP)
2. Mahasiwa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
3. Mahasiwa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)
4. Mahasiwa Fakultas Matemtika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
5. Mahasiwa Fakultas Teknik (FT)
6. Mahasiwa Fakultas Perikanan dan Kelautan (Faperika)
7. Mahasiwa Fakultas Hukum (FH)
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan sampel purpose sampling, yaitu salah satu metode
sampling non random dimana peneliti menentukan pengambilan sampel yang
sudah kompeten di bidangnya sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan
penelitian.

4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
yang di dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Hasil dari
wawancara ini akan menjadi sumber data utama.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui media perantara atau
diperoleh secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, atau arsip yang telah
ada baik yang sudah dipublikasikan secara umum maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum.14 Data sekunder yang digunakan antara lain adalah

13
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.
14
Sugiyono (2008:402)

7
buku, jurnal dan artikel yang berhubungan dengan topik yang diteliti. Data
sekunder digunakan sebagain teori – teori pendukung data primer.

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dalam bentuk interaksi dimana
pewawancara mengajukan pertanyaan seputar penelitian atau dengan proses
tanya jawab langsung dengan pihak yang bersangkutan terkait dengan topik
yang dibahas. Akan dilakukan wawancara terhadap perwakilan mahasiswa dari
falkultas yang bersedia. Pertanyaan yang diajukan merupakan jenis pertanyaan
terbuka.
b. Kajian Kepustakaan, yaitu metode dengan mendapatkan data melalui sumber
data sekunder.

6. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengolahan data agar dapat ditafsirkan. 15
Sebelum mengolah data, pertama dilakukan reduksi data yang berarti memilih
data mana saja yang relevan digunakan untuk memperkuat laporan penelitianmu.
Kedua, melakukan reduksi data, kamu harus melanjutkannya ke kategorisasi data.
Setelah selesai melakukan analisis data, langkah terakhir dalam penelitian
kualitatif adalah mengambil kesimpulan secara induktif, yaitu berdasarkan
informasi atau data yang diperoleh dari berbagai sumber yang bersifat khusus dan
individual, diambil kesimpulan yang bersifat umum atau general.16

F. PEMBAHASAN
1. Kebebasan Berpendapat Dimuka Umum dan Pembungkaman Pendapat
Kehadiran hak asasi manusia sebenarnya tidak diberikan oleh negara,
melainkan hak asasi manusia menurut hipotesis John Locke merupakan hak-hak
individu yang sifatnya kodrasi, dimiliki oleh setiap insan sejak lahir salah satunya
adalah hak berbicara dan mengeluarkan pendapat yang dimiliki oleh setiap

15
S. Nasution (1996:126)
16
Kholil, Komunikasi, Hlm. 134.

8
masyarakat Indonesia tanpa memandang siapa dia, suku apa dia, rasa pa dia, dan
apapun agamanya. Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya saja melalui tulisan, buku, diskusi,
artikel dan berbagai media lainnya.
Kebebasan berpendapat merupakan hak setiap orang yang memang sudah
ada sejak dilahirkan dimuka bumi ini yang telah dijamin oleh konstitusi.
Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat tersebut telah diatur dalam
perubahan keempat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia sebagai negara
hukum yang demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi
pelaksanaanya. Indonesia merupakan negara hukum tentu saja memiliki
peraturan yang melindungi hak – hak asasi manusia.
a. Sumber Hukum Mengenai Kebebasan Berpendapat
Dari hasil penelitian telah menunjukan bahwa dalam Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1998 tentang kebebasan mengemukakan pendapat dimuka umum
belum dapat dikatakan telah melindungi kebebasan menyatakan pendapat yang
dimiliki oleh seseorang dalam pemenuhan hak social dan politik sebagai hak asasi
manusia yang juga termasuk dalam hak sipol, kebebasan menyatakan pendapat
mutlak harus dilindungi dan tidak dapat dikurangi.
Dengan diterapkannya ketentuan kebebasan berpendapat ini yang diatur
dalam UUD No.9 Tahun 1998 tentang mengemukakan pendapat dimuka umum
banyak sekali menimbulkan polemic didalam masyarakat, terutama didalam hal
perizinan serta sanksi yang dikenakan. Maka didalam hal ini menyampaikan
pendapat dimuka umum merupakan suatu ketentuan perundang-undangan yang
bersifat regulative, sehingga disatu sisi dapat melindungi hak warga negara yang
sesuai dengan pasal 28 E ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu “ setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”
maknanya disini adalah setiap Negara menjamin atas kebebasan berorganisasi ,
berserikat ,dan berkumpul denga tidak merugikan pihak lain atau negara itu
sendiri dan dapat mengeluarkan pendapat dengan bebas dan mendengar pendapat
tersebut dengan baik. Baik pendapat itu diterima maupun tidak diterima.
b. Pernyataan Mahasiswa

9
Hak berbicara kita sebagai warga negara Indonesia, negara yang
berdemokrasi telah diatur dalam Undang – Undang. Caranya pun sudah tertulis di
sana. Jika sudah mengikuti etika yang benar dan aturan yang ditentukan tetapi
masih diancam disinilah pembungkaman pendapat itu terjadi.17 Dalam negara
yang berdemokrasi hak berpendapat itu wajib.
Pembungkaman pendapat ini terjadi karena adanya kepentingan politik dan
apabila ada kejahatan yang ditutupi maka selamanya kejahatan itu tidak akan
terbongkar.18 Pembungkaman pendapat ini terjadi karena adanya ketertutupan dan
disini negara tidak berhak untuk membungkam pendapat masyarakatnya apalagi
mereka ditangkap karena berkumpul untuk menuntut hak mereka. Dan disini
pembungkaman pendapat ini jika dilaporkan juga susah mengingat yang
membungkam pendapat itu adalah pemerintah dan Kamanngkaman pendapat ini
sudah menyimpang dari suatu asas HAM dari demokrasi.19
Pembatasan hak itu sangat-sangatlah mematikan karakter kita karena itu
memang ada hak kita untuk mengeluarkan pendapat, dan kita sebaiknya bisa
berpendapat bebas supaya kita tahu apa yang sudah terjadi di Universitas kita
sekarang ini.20 Jika tidak didengarnya aspirasi mahasiswa itu maka akan dilakukan
aksi, agar lebih didengar.21
Pembungkaman pendapat pada dasarnya adalah pendapat atau persepsi yang
sebenarnya ingin disuarakan kepada siapa pun itu, akan tetapi tidak bisa
disebabkan oleh beberapa hal atau bahkan disebabkan oleh adanya ancaman-
ancaman sehingga pendapat itu tidak bisa tersalurkan, terjadilah pembungkaman
pendapat.
17
Wawancara dengan Rizki Habibur Hamsyah mahasiswa HI angkatan 16, pada Hari
Sabtu, 22 Desember 2018 bertempat di gazebo FISIP UR.
18
Wawancara dengan Mahasiswa Gubernur BEM Faperika saudara Adi Imam, pada
Hari Minggu 23 Desember 2018 bertempat di gazebo Faperika UR.
19
Wawancara dengan Mahasiswa FEB saudara Randi Darmawansyah.
20
Wawancara dengan Fuad Rrandy mahasiswa Faperika angkatan 16, pada hari minggu
23 Desember 2018, melalui telepon.
21
Wawancara dengan Vice Mayor Teknik Elektro, pada Hari Senin, 24 Desember 2018,
bertempat di ruang kelas FT UR

10
2. Bentuk, Sebab dan Akibat Dari Pembungkaman Pendapat
a. Bentuk dari Pembungkaman pendapat
Pembungkaman terhadap hak berbicara oleh siapapun bisa dikategorikan
sebagai tindakan inkonstitusional, melanggar Undang-undang, karenanya bisa
diberikan sanksi hukum. Kebebasan berbicara tidak sama dengan ujaran
kebencian, sebab ujaran kebencian merupakan perbuatan pidana yang bisa di
hukum penjara. Namun perbuatan melanggar hukum dalam penggunaan hak
berbicara tentu saja merupakan tindakan melawan hukum karenanya bisa
dipidanakan. Misalnya Memprovokasi orang lain dengan kebebasan berbicara
agar muncul kebencian terhadap seseorang bisa dikelompokkan sebagai bentuk
ujaran kebencian.
b. Faktor dan Sebab Terjadinya Pembungkaman Pendapat
Berikut adalah beberapa faktor dan sebab terjadinya Pembungkaman
pendapat antara lain :
1) Pada umumnya penyebab mahasiswa melakukkan aksi demonstrasi
dibungkam pendapat tersebut mungkin karena adanya faktor internal dan
eksternal, salah satunya mahasiswa yang memiliki sifat apatis, dan ada
hasutan atau propaganda dari pihak lain yang mengharuskan dia untuk
bungkam.22
2) Tidak ada nya rasa saling menghormati satu sama lain. Dan tidak ada nya
rasa saling menghargai pendapat orang lain. Pihak individu lebih
mementingkan hak dan egonya masing masing.23
3) Sering kali terjadinya Pembungkaman pendapat dalamnya terdapat
pemberitaan dan opini yang tidak sesuai dengan kenyataan. Terlepas dari
alasan apapun yang mereka sampaikan, intinya bahwa pelarangan yang
terjadi adalah suatu tindakan pembungkaman terhadap kebebasan pers ini

22
Wawancara dengan Vice teknik elektro angkatan 18. Hari Senin 24 Desember 2018,
Bertempat di ruang kelas FT UR.
23
Wawancara dengan Dila mahasiswa Fakultas - Ilmu Keguruan dan Pendidikan Hari
Senin 24 Desember 2018, bertempat di ruang kelas FKIP UR.

11
bertentangan dengan prinsip demokrasi yang sering kali diagung-agungkan
oleh bangsa ini.24
4) Maraknya pemberangusan hak sipil dan politik warga
5) Gagalnya pemerintah menjamin hak asasi warga dalam menyampaikan
pendapat dan mengekspresikan sikap politik masyarakatnya.

3. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengantisipasi Pembungkaman


Pendapat
Cara-cara mengemukakan pendapat yang baik dan benar tentu sudah diatur
pemerintah di dalam undang-undang. Oleh karena itu, berikut terdapat beberapa
upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi apabila terjadinya
pembungkaman pendapat:
a. Adanya payung hukum yang melandasi dalam kebebasan berpendapat antara
lain:25
1) Tercantum dalam UUD 1945 pada pasal 1 ayat (3) yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Negara hukum disini, segala tindakan
penguasa dan rakyat harus berdasarkan dengan hukum.
2) Tercantum dalam UUD 1945, Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, pada Pasal 1 ayat
(1) tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum,
dinyatakan bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap
warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan dan tulisan secara
bebas serta bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kemudian, Pasal 5 menyatakan “Warga
negara yang menyampaikan pendapat nya di muka umum berhak
mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum”.

24
Wawancara dengan Fuad Rrandy mahasiswa Faperika 16 Hari Minggu 23 Desember
2018, melalui telepon.
25
Sabela, Amira Rahma, Pritaningtias, Dina Wahyu. 2017. Kajian Freedom of Speech
and Expression dalam Perlindungan Hukum terhadap Demonstran di Indonesia. Lex
Scientia Law Review. Volume 1 No. 1, November. Hlm. 81-92

12
3) Dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998 pasal 19 yaitu : “Setiap orang berhak
atas kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
4) Undang-undang No. 39 tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia, pasal 3 ayat
(2). Yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan,
dan menyebarluaskan pendapat sesuai dengan hati nurani, secara lisan dan
atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan
bangsa.”
b. Adanya jaminan kebebasan berpendapat oleh pemerintah yang memberikan
euphoria bagi masyarakat untuk menyampaikan apapun pendapatnya dalam
berbagai media komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan.26
c. Memberikan perlindungan substansial untuk ide-ide pengeluaran pendapat
melalui media apapun bagi masyarakat.

G. KESIMPULAN
Kebebasan berpendapat sebagai bentuk pemenuhan hak-hak asasi manusia
sehingga tidak dapat diganggu atau dibatasi oleh siapapun. Adanya pembatasan
terhadap kebebasan seseorang dalam berpendapat akan berujung pada sebuah
pembungkaman pendapat. Pembungkaman pendapat adalah adanya persepsi atau
segala sesuatu yang ingin disuarakan oleh seseorang namun tidak mampu
dilaksanakan dikarenakan adanya beberapa hambatan seperti berupa ancaman-
ancaman sehingga pendapat tersebut tidak dapat tersalurkan.
Berdasarkan opini dari beberapa Mahasiswa Universitas Riau, adanya
pembungkaman terhadap pendapat seseorang, dapat berakibat negatif seperti
mematikan karakter orang yang mengemukakan pendapat tersebut dan tentunya
melanggar hak asasi yang dimiliki oleh orang yang mengemukakan pendapat
tersebut. Dan ini merupakan alasan utama mahasiswa melakukan aksi.
Kebebasan berpendapat ini bukan berarti setiap warga Negara Indonesia
berhak menyampaikan segala sesuatu tanpa disaring bahkan dalam hal
menyebarkan kebencian terhadap suatu lembaga atau golongan tertentu, yang

26
Jurnal Hukum Undiknas. Vol 4 No 1. 2017. Hlm.43

13
dalam hal inipun dapat dikategorikan sebagai perbuatan pidana dan dapat juga
dijatuhi hukuman penjara. Mengikuti etika dalam berpendapat di muka umum
ataupun dimedia sosial merupakan salah satu upaya dari diri sendiri untuk
mencegah terjadinya pembungkaman pendapat. Dalam mengutarakan pendapat,
kita harus berbicara berdasarkan fakta dan data yang mengikuti opini yang ingin
kita sampaikan. Oleh karena itu, kebebasan berpendapat dapat diartikan sebagai
perbuatan menyampaikan pendapat secara lisan dan menyampaikan kebenaran
yang tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dan hukum atau
perundang-undangan yang berlaku.

H. SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, penulis akan
menyampaikan beberapa saran, antara lain:
1. Unversitas Riau adalah instansi pendidikan yang mana para akademisi,
khususnya mahasiswa/i, berhak untuk menyampaikan pikiran mereka,
dengan begitu diberlakukanlah tindakan jika suatu saat terjadi
pembungkaman pendapat yang menyebabkan hak bicara hanya
diperuntukkan kepada suatu pihak saja.
2. Universitas Riau sebagai wadah pengembangan ilmu pengetahuan
hendaknya membebaskan seluruh mahasiswa/i untuk menyampaikan
pendapatnya, sehingga diharapkan kepada Universitas Riau untuk
mentransparasikan kegiatan yang ada. Adanya transparasi terhadap kegiatan
yang dilaksanakan dapat meminimalisir terjadinya kesimpang siuran jika
terjadi permasalahan dan akan meminimalisir terjadinya pembungkaman
pendapat.
3. Diharapkan untuk seluruh mahasiswa/i Universitas Riau untuk tidak takut
untuk menyampaikan aspirasinya dengan tetap berpegang selagi masih
mengikuti aturan dalam menyuarakan pendapat.
4. Sebagai warga negara yang taat hukum, hendaknya segera melapor kepada
pihak yang berwenang jika sewaktu – waktu menjadi korban ataupun saksi
pembungkaman pendapat.

14
I. DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Mahdi, Acan. 2015. Kebebasan Pers dan Hak Publik.
Andi Rahmat dan M.Najid, 2001. Gerakan Perlawanan Dari Majis Kampus.
Purimedia:Jakarta.
Bambang Sunggono. 2005. Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo
Persada:Jakarta.
El Muhtaj. 2007. Hak Asasi Manusia dalam konstitusi Indonesia.
Kencana:Jakarta.
Hakim, Abdul Aziz. 2015. Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Irmansyah, RA. 2013. Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Demokrasi. Graha Ilmu:
Yogyakarta.

Internet:
UNESCO. Toolkit Kebebasan Berekspresi: Bagi Aktivis Informasi.
http://www.unesco.org/new/fileadmin/MULTIMEDIA/HQ/CI/CI/pdf/new
s/foe-toolkit-indonesian.pdf, diakses pada 20 Desember 2018.
Persma Walisongo Semarang. 2016. Stop Pembungkaman dan Pemberedelan
Pers Mahasiswa!. https://persma.org/2016/05/04/stop-pembungkaman-
dan-pemberedelan-pers-mahasiswa/, diakses pada 21 Desember 2016
Kresna, Mawa, 2016, Membredel Pers Mahasiswa, Tirto.id.
Annisa Febiola, Annisa Majesty, dan Sukma Usqo. Lagi, Rencana Penghapusan
Mahasiswa Dari Senat. 2017. Bahanamahasiswa.co.
https://bahanamahasiswa.co/2017/11/10/lagi-rencana-penghapusan-mahasiswa-
dari-senat-universitas/, diakses pada 22 Desember 2018.

Jurnal:
_____.Jurnal Hukum Undiknas, 2017. Vol 4 No 1.

15
Al Mufti, MZ. 2015. Kebebasan Berpendapat Pasca Orde Baru. Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta.
Sabela, Amira Rahma, Pritaningtias, Dina Wahyu. 2017. Kajian Freedom of
Speech and Expression dalam Perlindungan Hukum terhadap Demonstran
di Indonesia. Lex Scientia Law Review. Volume 1 No. 1, November. Hlm.
81-92

Peraturan Perundang – Undangan:


Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Nomor. 9 Tahun 1998 Tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
Kovenan Internasional Tentang Hak – Hak Sipil dan Politik Pasal 19
Deklarasi Universal Hak – hak Asasi Manusia Pasal 19

16

You might also like