You are on page 1of 9

E-ISSN: 2621-3737

Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media


Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE)
Nyoman Gede Antaguna, Anak Agung Sagung Laksmi Dewi
Fakultas Hukum, Universitas Dwijendra
antaredja.advokat11@gmail.com

Published: 07/01/2023
How to Cite:
Antaguna, N.G. & Dewi, A.A.S. L. (2023) Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) KERTHA WICAKSANA: Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa. 17
(2), Pp 138-146. https://doi.org/10.22225/kw.17.2.2023.138-146

Abstract
The rapid development of social media now a days is influenced by the tremendous advantage of information and
technology, and the fact that every netizen is the owner of his social media account who can freely think and express as
he wishes. This freedom is the implementation of this nation's acknowledgment of the human rights of every individual
which has been stated firmly in the 1945 Constitution. However, there is a stipulation that this freedom should not
violate the rights of others, who also carry out their human rights. For this reason, the state is standing in regulating
the legitimation of its citizens perform on social media through the entity of Law Number 11 of 2008 concerning
Information and Electronic Transactions as amended by Law Number 19 of 2016, hereinafter referred to as the Law
on Information and Electronic Transactions (UU ITE), which some consider it as a provision that can limit freedom of
opinion and expression as a democratic state justifies it. The ITE regime is considered to have the potential for
bordering by threatening the suspect through imprisonment or a fine. For this reason, this scientific paper raises the
issue of the nature of freedom of opinion and expression, the negative activities of netizens on sosial media based on
popular cases in the Republic of Indonesia and the purpose of the restrictions on the ITE Law.
Keywords: Technology, Sosial Media, Human Rights, Freedom of Expression, UU ITE, Restrictions, Law.

Abstrak
Pesatnya perkembangan media sosial saat ini dipengaruhi oleh dashyatnya kemajuan teknologi informasi serta fakta
bahwa setiap pribadi adalah tuan atas akun media sosialnya yang bisa secara bebas berpendapat dan berekspresi
sebagaimana kehendak yang diinginkan. Kebebasan ini adalah implementasi atas pengakuan bangsa ini atas HAM
setiap individu yang kemudian dituangkankan tegas dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun ada ketentuan bahwa
kebebasan tersebut hendaknya tidak melanggar hak orang lain, yang juga menikmati HAM nya. Untuk itu negara hadir
dalam mengatur legiatan warganya di media sosial lewat entitas Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagaimana diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016, yang selanjutnya disebut
dengan Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang oleh beberapa kalangan dianggap sebagai
ketentuan yang dapat membatasi kebebasan berpendapat dan berekspresi sebagaimana negara demokrasi membenarkan
untuk itu. Rejim ITE ini dianggap berpotensi terjadinya pembungkaman dengan diancamnya tersangka lewat
pemidanaan kurungan ataupun denda. Untuk itu tulisan ilmiah ini mengangkat permasalahan tetang hakekat kebebasan
berpendapat dan berekspresi, aktifitas negative kaum netizen di media sosial berdasarkan kasus-kasus popular di NKRI
dan tujuan dilakukannya pembatasan oleh UU ITE.
Kata Kunci: Teknologi, Media Sosial,HAM, Kebebasan Berekspresi, UU ITE, Pembatasan, Hukum

KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License Halaman 138
Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
I. PENDAHULUAN ELSAM, (2013). Dalam hal ini terlihat bahwa
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi melalui media elektronik
teknologi informasi dalam era Globalisasi telah sangat berhubungan erat dengan pelaksanaan hak
membawa perubahan tatanan pada masyarakat untuk berpendapat dan berekspresi sebagai bagian
dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia dari hak asasi manusia, sebagaimana di atur dalam
secara khusus. Seiring dengan maraknya internet Pasal 19 Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi
dengan entitas perusahan provider yang berlomba Manusia (Universal Declaration of Human Right)
menawarkan penggunaan paket data yang cukup yang menyatakan bahwa:
terjangkau bagi masyarakat, masing-masing ‘’Setiap orang berhak atas kebebasan memiliki
menawarkan fasilitas dan bonus yang cukup dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini
kompetitif kepada customernya. Menurut Ahmad termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa
Ramli, (2006), perkembangan teknologi gangguan dan untuk mencari, menerima dan
informasi seyogyanya dapat meningkatkan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui
kinerja serta produktivitas tiap individu karena media apa saja dan dengan tidak memandang batas-
dengan hadirnya teknologi tersebut, manusia batas”.
dapat dengan mudah melakukan berbagai Dengan adanya hak kebebasan berpendapat dan
macam kegiatan dengan cepat, tepat, dan berekspresi yang merupakan hak dasar bagi setiap
akurat, namun juga pesatnya perkembangan manusia dalam jaminan hak asasi manusia dalam
teknologi informasi tersebut juga berdampak menciptakan aspirasi, dan menyampaikan kritikan
pada tidak adanya batasan suatu wilayah oleh masyarakat terhadap pejabat publik dalam
(borderless).Dengan sendirinya terbentuk pasar aspek pemerintahan. Namun demikian memahami
pengguna internet yang masif di tanah air sebagai kebebasan sebagaimana tersurat dalam pasal di
bagian dari bisnis telekomunikasi yang semakin atas, harus disadari jika pasal tersebut berhadapan
menjanjikan. dengan Pasal 29 Ayat 2 yang berbunyi :
Perkembangan teknologi informasi saat ini “ Dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-
sangat memungkinkan individu untuk berbagi kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya
pandangan kritis untuk disebarkan kepada pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh
khalayak luas, dan dalam waktu yang sama mereka undang-undang yang tujuannya semata-mata untuk
dapat menemukan informasi dalam ragam sumber menjamin pengakuan serta penghormatan yang
media yang ada dengan begitu mudah. Problem tepat terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain,
yang mengemuka tidak hanya yang sifatnya dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam
tradisional, seperti kebebasan berpendapat, hal kesusilaan, ketertiban dan kesejahteraan umum
kebebasan pers, atau kebebasan akademis, tetapi dalam suatu masyarakat yang demokratis”. Artinya,
juga masalah dalam jaringan (online) Wintaraman, bahwa dalam karunia Tuhan Yang Maha Esa atas
(2016). Dalam kritisinya, pengguna internet yang kebebasan-kebebasan yang asasi yang melekat
sering disebut sebagai Netizen sering membuat pada diri anak manusia, maka kebebasan yang sama
opini atas apa yang dipikirkan. Ada yang berbagi juga diberkati kepada anak manusia yang lain. Hak
pengalaman, ada pula yang manyampaikan yang sama dan juga telah melekat sejak mereka
gagasannya, ada yang menyebarkan ilmu dilahirkan. Jadi berlaku asas Equality dalam hal ini,
pengetahuan dan ada juga yang berjualan online. tanpa sekat-sekat status manusia unggul, ras
Memanfaatkan dan kecanggihan serta kepraktisan tertinggi dan sikap rasis lainnya yang dapat memicu
teknologi informasi dalam instansi pemerintah perkelahian atau sengketa. Sehingga untuk
digunakan untuk mengelola semua jenis data, menghindari situasi Homo Homini Lupus, satu ras
memberikan informasi dan juga fasilitas memusnahkan ras yang lainnya, maka Negara hadir
kemudahan misalnya pelayanan publik melalui untuk menciptakan keteraturan sosial menetapkan
situs pemerintah secara online dan lain-lain Sidik, undang-undang yang berisi perintah dan larangan
(2013). Pada intinya mereka membuka dan yang harus dijunjung Bersama.
melakukan komunikasi dengan ragam motif. Bagi kebebasan menyampaikan pendapat di muka
pemajuan hak atas kebebasan berekspresi umum merupakan salah satu hak asasi manusia
khususnya, internet akan memberikan ruang yang yang telah dijamin dalam Pasal 28E ayat (3)
besar atas berbagai macam bentuk ekspresi ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License Halaman 139
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa : dua jenis, antara lain: Pertama, peraturan perihal
“Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, informasi dan transaksi elektronik. Kedua,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”. Namun peraturan perihal perbuatan apa saja yang dilarang
demikian Pasal 28J Kemudian menerangkan : dalam Undang-Undang. Sampai saat ini Undang-
“Dalam menjalankan hak dan Undang ini dianggap kontroversial karena menjadi
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada senjata pemerintah dalam mewujudkan
pembatasan yang ditetapkan dengan undang- otoritariannya.
undang dengan maksud untuk menjamin Mencermati ragam peraturan yang mengatur
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan tentang kebebasan berpendapat dan berekspresi
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sebagai implementasi HAM, maka terdapat norma
sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam muka umum harus dilaksanakan dengan penuh
suatu masyarakat demokratis.” tanggung jawab dan sejalan dengan ketentuan
Secara khusus Negara Indonesia sebagai negara peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
hukum dan demokrasi berwenang mengatur dan prinsip-prinsip negara hukum. Melaksanakan hak
melindungi pelaksanaan hak asasi manusia. asasi diri sendiri tidak boleh melanggar hak asasi
Pengaturan ini dinyatakan dalam Pasal 1 angka 1 orang lain, oleh karenanya harus berjalan simultan
Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang dalam sebuah system hukum. John Stuart Mill
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka mengungkapkan teori tentang Harm Principle, yaitu
Umum yang menyatakan bahwa: suatu teori yang menyatakan bahwa kebebasan
‘’Kemerdekaan menyampaikan pendapat seseorang itu dibatasi oleh kebebasan orang lain.
adalah hak setiap warga negara untuk Jadi seseorang bebas melakukan apapun yang ia
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan inginkan dengan batasan tidak menyebabkan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab kerugian/menyakiti orang lain.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- Saat ini, media sosial dijadikan pilihan favorit
undangan yang berlaku’’. oleh masyarakat sebagai lahan publik untuk
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 menyampaikan pendapat dan berekspresi kepada
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor siapapun. Dalam hal tersebut, media sosial dapat
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi memberikan dampak positif terhadap masyarakat
Elektronik (ITE) pada awalnya dinisiasi setelah dalam terlaksananya suatu negara demokrasi untuk
dijumpai adanya praktek Cyber Crime yang sangat menyampaikan berbagai aspirasi sehingga tercipta
merugikan masyarakat ekonomi internasional. check and balance. Media sosial tanpa disadari
Namun demikian dalam perumusannya kemudian telah menjadi sarana/alat masyarakat Indonesia
berkembang menjadi Undang- Undang yang dalam berkomunikasi dan beraktivitas di alam
mengatur tentang informasi dan transaksi maya . Tanpa harus dikenakan tarif pulsa yang
elektronik yang berperan dalam dunia selama ini diberlakukan sangat mahal, Sosial Media
perdagangan serta pertumbuhan pada sektor mengatasi masalah sumbatan komunikasi yang
ekonomi nasional untuk terciptanya masyarakat selama ini terjadi
yang aman dan sejahtera. Oleh karena itu Tanpa dirasa, lambat laun manusia sangat
pemerintah harus memberikan dukungan terkait bergantung terhadap internet khususnya Media
pertumbuhan dibidang teknologi informasi Sosial. Hal ini berdampak nyata pada pola perilaku
melalui pengaturan hukum sehingga masyarakat masyarakat yang mengalami pergeseran baik
merasa aman dalam penggunaan teknologi budaya, etika dan norma. Indonesia dengan jumlah
informasi dan sebagai upaya dalam pencegahan penduduk yang besar dengan berbagai kultur suku,
penyalahgunaan teknologi yang kian berkembang, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki
dengan menciptakan norma-norma yang banyak sekali potensi perubahan sosial. Dari
membatasi penterjemahan hak-hak secara absolut. berbagai kalangan dan usia hampir semua
UU ITE merupakan peraturan yang berlaku bagi masyarakat menggunakan internet dalam setiap
semua orang yang melakukan perbuatan hukum ruang kehidupan. Indonesia menempati posisi
sebagaimana disebutkan dalam peraturan tersebut. keempat di dunia dengan 170,4 juta pengguna
Materi dari UU ITE secara umum dibagi ke dalam smartphone. Penetrasi smartphone di dalam negeri

Halaman 140 KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License
Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
telah mencapai 61,7% dari total populasi. Dengan 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai Elektronik (ITE). Beragam respond masyarakat
hampir275 juta jiwa, maka Indonesia adalah menilai tentang rejim hukum ITE ini, yang
market yang sangat besar yang akan digarap oleh menimbulkan pro dan kontra.
masyarakat internasional. Angka di atas Oleh sebab itu penelitian ini memiliki rumusan
menunjukkan Penggunaan smartphone Indonesia masalah sebagai berikut: apa yang dimaksud
bertumbuh dengan pesat. Sebuah Lembaga riset dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan
digital marketing Emarketer memperkirakan pada berekspresi di media sosial menurut undang-
2024 nanti, jumlah pengguna aktif smartphone di undang, bagaimana bentuk penyalahgunaan media
Indonesia akan lebih dari 200 juta orang. Dengan sosial pada masyarakat Indonesia selama ini, dan
jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara apa manfaat atas pembatasan kebebasan
dengan pengguna aktif smartphone nomer empat berpendapat dan berekspresi di media sosial bagi
setelah Cina, India, dan Amerika. masyarakat Indonesia berdasarkan Undang-
Fenomena Covid 19 yang sesaat membuat Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan
dunia kelabakan, telah mendorong masing-masing Atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008
negara mengeluarkan kebijakan yang sedikit tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
memaksa untuk mengatur perilaku
warganegaranya. Tidak cukup hanya memakai II. METODE
masker, di Indonesia hampir seluruh Pemerintah Penelitian ini menggunakan tipe penelitian
Daerah melakukan pembatasan- pembatasan untuk doktrinal (doctrinal research) yang akan
mencegah penyebaran dan korban yang lebih digabungkan dengan penelitian sosiologi
banyak, baik dalam skala besar maupun kecil. (sociological research), dengan merujuk pada
Mulai dari membatasi kerumunan, pemberlakuan aturan-aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
Jam Malam, work from home dan protocol- dengan mengkaji juga atas fenomena hukum dalam
protokol kesehatan yang benar-benar mencegah masyarakat untuk menjawab suatu permasalaan
penyebaran virus lebih luas. Hampir semua kantor hukum yang dihadapi. Adapun pendekatan
diwajibkan tutup dan pekerja disarankan penelitian ini adalah pendekatan perundang-
membawa dan menyelesaikan pekerjaan di rumah undangan (statute approach) dan pendekatan
masing-masing. Situasi saat itu benar-benar faktual yaitu pendekatan penelitian dengan
mencekam. menganalisa legislasi dan regulasi serta tinjaun
Dampak yang berkembang akibat Covid 19 studi kasus, sehingga Jenis penelitian ini adalah
kemudian adalah banyak orang yang tidak bijak
menggunakan Media Sosial sehingga berakibat penelitian hukum dengan Mix Methode, yaitu
munculnya sejumlah kasus terkait penyalahgunaan kombinasi atas Analisa normative dan Analisa
media sosial yang telah melanggar hak-hak orang empiris. Dengan demikian penelitian akan
lain sehingga berujung pada laporan polisi perihal menggunakan tiga macam metode pendekatan,
tulisan yang menimbulkan kebencian, menyerang yaitu Pendekatan atas perundang-undangan (Statute
harga diri, dan kehormatan seseorang, dan Approach), Pendekatan secara konseptual
beberapa kemudian melewati persidangan di (Conceptual Approach) dan dengan Pendekatan
pengadilan sebagaimana kasus-kasus ternama Sosiologis (Sociologi Approach).
yang telah diberitakan oleh media online.
Fenomena ini ada yang didasarkan karena III. HASIL DAN PEMBAHASAN
ketidaktahuan masyarakat tentang hukumnya , A. Hak Atas Kebebasan Berpendapat dan
perasaan emosi dan egois yang tidak terkendali, Kebebasan Berekspresi
niat/kehendak tidak baik, dan sikap cuek sehingga Hak atas Kebebasan Berpendapat dan Kebebasan
mengabaikan tatanan negara hukum. Asas Lex Berekspresi adalah hak-hak asasi yang fundamental
specialist derogate legi generalist membuat Hakim dan penting dalam negara yang demokratis.
melihat unsur-unsur perbuatan seorang terdakwa Mendel, (2008) menjelaskan bahwa terdapat
pelaku Hate Speech dan seturutnya dalam beberapa alas an kebebasan berekspresi menjadi hal
kerangka Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 yang penting: 1). Karena ini merupakan dasar
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor demokrasi; 2). Kebebasan berekspresi berperan
KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License Halaman 141
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
dalam pemberantasan korupsi; 3). Kebebasan media sosial merupakan suatu label yang merujuk
berekspresi mempromosikan akuntabilitas; 4). pada teknologi digital yang berpotensi membuat
Kebebasan berekspresi dalam masyarakat semua orang untuk saling terhubung dan melakukan
dipercaya merupakan cara terbaik menemukan interaksi, produksi dan berbagi pesan.
kebenaran2. Kebebasan berpendapat dan 2. Brogan, (2010), dalam bukunya yang berjudul
berekspresi diperlukan untuk mewadahi ide, Sosial Media 101: Tactics and Tips to Develop
gagasan, pemikiran, sikap dan sebagainya serta Your Business, menyebutkan bahwa media sosial
penting untuk memastikan berjalannya proses- adalah suatu perangkat alat komunikasi yang
proses demokrasi. Namun demikian, faktanya memuat berbagai kemungkinan untuk terciptanya
banyak masyarakat yang tidak mengetahui bentuk interaksi gaya baru.
batasan- batasan yang telah menjadi bagian Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
regulasi nasional. Di Indonesia sangat banyak media sosial adalah sebuah media komunikasi
kasus- kasus kesesatan berpendapat dan kesesatan modern yang menghubungkan penggunanya
berekspresi di media sosial yang kemudian dengan produksi pesan, respon baik dalam bentuk
menjadi kasus formil yang melibatkan banyak teks ataupun gambar dengan kekuatan penyebaran
tokoh-tokoh ternama, baik kalangan politisi yang sangat dashyat.
maupun kaum selebritis
Secara etimologi, Kebebasan berpendapat adalah B. Penyalahgunaan Media Sosial
hak semua orang untuk mengumpul bahan-bahan
yang mereka perlukan, oleh karena itu ia harus Adanya globalisasi informasi telah menempatkan
dijamin hak untuk mencari, memperoleh, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat informasi
memiliki, menyimpan, memproses, dan dunia sehingga Undang-Undang Nomor 19 Tahun
menyampaikannya. Sedangkan kebebasan 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
berekspresi diartikan sebagai hak setiap orang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
untuk mencari, menerima dan menyebarkan Transaksi Elektronik diadakan dengan tujuan untuk
informasi dan gagasan dalam bentuk apapun, mengatur dan membatasi penggunaan teknologi
dengan cara apapun. Ini termasuk ekspresi lisan, informasi sehingga pembangunan teknologi
tercetak maupun melalui materi audiovisual, serta informasi dapat dilakukan secara optimal, merata,
ekspresi budaya, artistik maupun politik. Hak ini dan menyebar dalam skala nasional sebagai salah
juga berhubungan dengan kebebasan berserikat, satu bentuk upaya untuk mencerdaskan bangsa.
yaitu hak membentuk dan bergabung dengan Penggunaan media sosial adalah media setiap orang
kelompok, perkumpulan, serikat pekerja, atau untuk berkarya dan dia berkembang menjadi
partai politik pilihan masyarakat serta kebebasan aktivitas harian yang tidak pernah absen
berkumpul secara damai, seperti ikut demonstrasi dikonsumsi oleh banyak orang. Kemajuan
damai atau pertemuan publik. Kebebasan teknologi ini memang memberikan pengaruh luar
berekspresi juga mendukung hak asasi manusia biasa di bidang informasi dan relasi Octarina,
lainnya seperti hak atas kebebasan berpikir, (2018). Namun, keberadaannya juga dianggap
berkeyakinan, dan beragama. membahayakan karena beragam penyalahgunaan
Media sosial sebenarnya dapat disebut sebagai yang terus terjadi sampai sekarang. Banyak orang
salah satu fenomena populer yang banyak menarik yang terjebak dengan eforia media sosial. Mereka
perhatian orang-orang. Dalam beberapa karyanya, tidak melalui sebuah proses editing dalam
para ahli telah memberikan berbagai definisi menggunggah tulisan dan poto, bahkan untuk
tentang teknologi yang selalu dibutuhkan kalangan yang tidak terdidik kadang tidak berpikir
masyarakat sekarang ini. Berikut ini adalah Panjang untuk membagikan tautannya, sehingga
pengertian media sosial menurut pendapat para berujung pada percekcokan dan akibatnya saling
ahli, diantaranya adalah: lapor.
Dari identifikasi permasalahan masyarakat
1. Lewis, (2010) dalam karyanya yang berjudul bermedia sosial, penulis menjumpai terdapat 5
Sosial Media and Strategic Communication indikasi perbuatan tercela yang perupakan
Attitudes and Perceptions among College Students penyalahgunaan media sosial yang sering
yang terbit pada tahun 2010 menyatakan, bahwa ditemukan di Indonesia, Yaitu :

Halaman 142 KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License
Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
1. Penyebaran Hoax perdagangan yang mengatasnamakan seseorang
atau sebuah perusahaan. Beberapa nama yang
Penyalahgunaan pertama dari media sosial adalah sering dipakai pelaku adalah mencatut nama teman
penyebaran hoax atau berita palsu. Hoax calon korban yang datanya didapatkan secara
merupakan ekses negatif kebebasan berbicara dan melawan hukum. Motif penipuan ini sangat
berpendapat di internet. Khususnya media sosial beragam, mulai dari penipuan undian lelang , bukti
dan blog Herlinda, (2017). Hal seperti ini termasuk transfer palsu, undian berhadiah hingga pengiriman
ke dalam perbuatan fitnah dan dapat mencemari barang yang tidak sesuai. Misal, secara tiba-tiba kita
nama baik seseorang atau sesuatu. Biasanya mendapatkan salam hangat dari seorang teman yang
dilakukan atas dasar benci untuk menjatuhkan mengaku menggunakan nomer baru, dan
yang bersangkutan (hate speech). Untuk itu, dalam menawarkan barang dagangan yang sangat murah
menggunakan media sosial, masyarakat karena didapatkan dalam proses lelang. Dari
disarankan harus pintar dalam memilah informasi. beberapa media banyak juga pengguna internet
Jika ada yang menuai keburukan atau kebencian yang tertipu karena tertarik oleh harga murah
tanpa dasar, harus dikonfirmasi dulu secara sehingga berbuat irrasional. Oleh karena itu,
mendalam. Jangan langsung tersulut emosi dan dibutuhkan ketelitian dan berhati-hati saat akan
ikut menyebarkan berita palsu tersebut. Kasus bertransaksi online. Pastikan membeli barang di
Hoax terpopuler di negeri ini adalah tentang toko terpercaya yang memiliki banyak ulasan
seseorang bernama Ratna Sarumpaet yang adalah positif, serta tidak mudah percaya dengan harga
salah satu anggota Badan Pemenangan Nasional yang menggiurkan. Untuk itu, aturan terkait
Prabowo-Sandi pada tahun 2018. Pemberitaan penipuan online telah dituangkan dengan lebih jelas
penganiayaan Ratna Sarumpaet oleh sekelompok dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
orang tak dikenal pertama kali muncul pada 2 dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagaimana telah
Oktober 2018. Berita penganiyaan itu pertama kali diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2016
diunggah pada Media sosial Face Book dari akun terkhusus Pasal 28 (1) dan 45A.
bernama Swary Utami Dewi, dan disertai dengan 3. Aktivitas Seks Komersil
tangkapan layar aplikasi WhatsApp dan foto Ratna Media Online melalui Media Sosial sering kali
Sarumpaet dalam kondisi wajah yang tidak wajar. menjadi modus seks komersial oleh kalangan
Konten tersebut kemudian menjadi viral dan remaja yang ‘’mati gaya’’, tidak sedikit orang yang
diunggah kembali serta dibenarkan beberapa tokoh memilih alternatif ini sebagai ladang pemasukan
politik. Akan tetapi, konten tersebut dilaporkan biaya atas gaya hidup yang terlanjur jet set.
sebagai hoaks dalam tiga laporan kepada polisi Aktivitas seks komersil bisa berupa berhubungan
yang melakukan penyelidikan setelah intim, melakukan panggilan video, atau mengirim
mendapatkan laporan tersebut dan bergerak foto tanpa busana kepada para pengguna jasa
melakukan penangkapan saat yang bersangkutan mereka, merupakan yang sering terjadi di
akan terbang ke Chile. Kepolisian telah Indonesia. Bahkan ada beberapa media sosial yang
menetapkan nya sebagai tersangka dalam kasus dikenal dimanfaatkan khusus untuk transaksi seks
penyebaran hoax atau berita bohong. Kepolisian oleh beberapa kalangan. Pekerjaan mereka sering
kemudian menjerat Ratna dengan pasal 14 dan 15 kali dipromosikan melalui media sosial dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang informasi tarif dan benefit pelangan. Kode yang
Peraturan Hukum Pidana serta pasal 28 juncto sudah menjadi rahasia umum adalah ‘’BO’’ atau
pasal 45 Undang-Undang Informasi dan Transaksi open booking. Tidak heran jika beragam situs
Elektronik (UU ITE). Kasus yang tidak kalah dianggap buruk, karena kebebasan penggunanya
menariknya dalam katagori penyebaran Hoax dalam memposting sesuatu tanpa klasifikasi
adalah kasus I Gde Ary Astina alias Jerinx perbuatan yang dilarang. Untuk antisipasi ini,
melawan Ikatan Dokter Indonesia. facebook melakukan filter yang baik dengang
2. Penipuan membekukan akun yang bertendensi menyebarkan
Waspada dan Hati-hati adalah 2 kata yang pornografi. Fenomena seperti di atas nyatanya dapat
ditpesankan dalam bertransaksi lewat Online, memicu anak di bawah umur untuk memamerkan
karena media sosial selama ini identik dengan tubuh demi mendapatkan uang. Ketentuan dalam
penipuan. Biasanya terjadi pada bidang UU ITE dan perubahannya sebatas melarang konten
KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License Halaman 143
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
yang berisi hal-hal yang melanggar kesusilaan perilaku tersebut termasuk ke dalam pembunuhan
sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UU tak langsung karena memicu seseorang untuk
ITE, dengan ancaman hukum maksimal adalah menghabisi nyawanya sendiri akibat stress yang
6(enam) tahun dan denda maksimal Rp berlebihan.
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)
4. Tindakan Kriminal C. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-
Tindakan kriminal dengan media sosial tidak Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE
hanya sebatas Cyber Crime, tapi juga berujung
pada tindakan pidana murni. Mulanya, pelaku akan Tingkat literasi masyarakat di Indonesia masih
mendekati korban, mengajak berkenalan, dan tergolong rendah sebagaimana tingkat Pendidikan
menjadikannya teman bahkan pasangan. Jika yang masih terbatas, sementara serbuan informasi
waktunya telah tiba, ia akan melakukan perilaku dari teknologi dan komunikasi saat ini sangatlah
keji tanpa memikirkan konsekuensi. Kejahatannya kuat. Salah satu dampak dari minimnya literasi
bisa berujung pada tindakan pemerasan, masyarakat di media sosial yang paling sederhana
penculikan pemerkosaan, penganiayaan dan lain- adalah ‘’Gaptek’’ atau yang sering disebut sebagai
lain. Sampai saat ini, sudah sering ditemukan kasus gagap teknologi. Dampak yang lebih serius adalah
sebagaimana tersebut di atas yang dilakukan oleh munculnya efek negatif seperti maraknyanya hoax,
teman atau kenalannya di media sosial. Oleh fitnah, ujaran kebencian, dan provokasi. Sebagai
karenanya, pengguna sosial media perlu waspada bayangan, banyak ‘’emak-emak’’ yang adalah
dan hati-hati dalam memperluas relasi melalui notabene ibu rumahtangga, yang melewati
kemajuan teknologi satu ini. Jangan menjadi kesehariannya dengan smart phone di tangan.
respondsip dengan tawaran pertemana atau bahkan Banyak juga emak-emak yang ternyata adalah
yang mengajak bertemu. penggemar media sosial Tik Tok. Nah dalam
5. Perundungan memanfaatkan smart phone nya sebagai fungsi
Perundungan atau bullying kian meningkat di hiburan, setiap saat mereka akan disajikan berita-
lingkungan masyarakat hingga menjadi salah satu berita tidak jelas yang sebagai selingan dari hiburan
penyebab utama depresi yang paling populer. yang mereka nikmati, tidak jarang itu merupakan
Tindakan amoral ini dilakukan dengan menyerang hoax yang sarat provokasi. Apalagi jika tema Hoak
tokoh tertentu dengan menggunakan media sosial adalah masalah SARA, negeri yang dibangun
yang dianggapnya pantas untuk diperolok-olok dangan sendi Bhineka Tunggal Ika ini bisa jadi
kan , meski mungkin tidak merugikan siapa pun. terancam keutuhannya hanya karena keisengan
Sebagai contoh kasus yang sedang berjalan adalah seseorang. Bayangkan, tiba – tiba terdapat Hoax
ketika Polda Metro Jaya telah menetapkan mantan yang menyebarkan fitnah bahwa orang Bali
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy membantai orang Jawa. Hal seperti ini bias menjadi
Suryo sebagai tersangka kasus meme stupa Candi kasus besar dan akan terjadi aksi balik dan
Borobudur mirip wajah Presiden Joko Widodo. berpotensi meluas. Untuk itulah, dengan prinsip
Dalam laporan tersebut Roy dinilai melanggar Roscoe Pound, Law as a tool of sosial engineering,
Pasal 28 ayat (2) juncto Pasal 45A UU Nomor 19 negara hadir untuk melakukan rekayasa sosial
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi melalui supermasi hukum dengan penerapan
Elektronik (ITE) dan atau Pasal 156A KUHP peraturan perundang-undangan. Undang-Undang
walau tetap berkilah bahwa yang menyebarkan tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
gambar itu pertama kali bukanlah dirinya menjelaskan bahwa pembatasan yang ditetapkan
melainkan beberapa akun peronal, dan dia oleh hukum semata-mata untuk tujuan menjamin
menerangkan bahwa apa yang dilakukan adalah pengakuan dan menghormati hak-hak dan
dalam rangka kritik sosial. Dari berbagai kasus kebebasan orang lain dengan pertimbangan moral,
yang tercatat sebagai laporan kepolisian, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum
penyalahgunaan media sosial satu ini sering kali dalam suatu masyarakat demokratis. Disinilah
dialami tokoh publik. Mereka seolah dituntut negara hadir untuk mengatasi segala paham
menjadi sempurna, sehingga banyak orang terus golongan, mengatasi paham perseorangan, dan
mencari celah untuk membencinya. Padahal, menghendaki persatuan melalui sejumlah regulasi

Halaman 144 KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License
Pembatasan Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
Simanjuntak, (2015). UU ITE mengatur tentang ras, dan antar golongan (SARA).”
Informasi, Dokumen, dan Tanda tangan Elektronik
(Bab III), Penyelenggaraan Sertifikasi elektronik IV. KESIMPULAN
dan Sistem Elektronik (Bab IV), Transaksi 1. Bahwa Pemerintah Republik Indonesia
Elektronik (Bab V), Nama Domain, Hak Kekayaan sangat mendukung hakekat kebebasan
Intelektual, dan Perlindungan Hak Pribadi (Bab berpendapat dan kebebasan brekspresi masyarakat
VI), Perbuatan yang dilarang (Bab VII), dalam bermedia sosial, karena sangat disadari
Penyelesaian Sengketa (Bab VIII), Peran bahwa kebebasan ini bagian dari HAM. Media
Pemerintah dan Peraturan Pemerintah (PP). Peran sosial adalah ruang pencerdasan kehidupan
Masyarakat (Bab IX), Penyidikan (Bab X) dan berbangsa dan bernegara. Masyarakat dapat
Ketentuan Pidana (Bab XI). Tentang halnya menyampaikan kritikan secara terbuka
pembatasan warga negara terhadap penggunaan sebagaimana pada umumnya negara demokrasi di
media sosial diatur pada pasal 27 tentang distribusi dunia untuk melakukan check and balance. Tetapi
informasi, dan pasal 28. Pasal 27 ayat (1), ayat (3), terdapat catatan bahwa setiap pribadi warga
dan ayat (4) serta Pasal 28 UU ITE membatasi negara memiliki HAM, oleh karenanya
kebebasan berpendapat dan berekspresi. Adapun melaksanakan HAM tersebut tidak dengan
isinya adalah sebagai berikut. Pasal 27 ayat (1): menindas atau merebut Hak orang lain.
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak 2. Perkembangan internet yang sangat pesat
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan yang mengakibatkan perubahan pola perilaku
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi masyarakat Indonesia. Namun demikian internet
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang hadir bak Pisau Bermata Dua. Dia membawa
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.” manfaat yang luas, tetapi juga menyediakan akses
Dan Pasal 27 ayat (3): atas informasi negative yang tidak saja
berpengaruh pada perilaku semata, tetapi berefek
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak pada tatanan bahasa, budaya, politik dan ekonomi
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan serta gaya hidup generasi. Tujuan luhur untuk
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi menegakkan prinsip-prinsip negara demokrasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang secara murni dan konsekuen tampaknya harus
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran dibatasi dengan pengaturan yang komprehensif
nama baik.” demi menciptakan keseimbangan di masyarakat.
Pasal 27 ayat (4): 3. Bahwa dalam memberlakukan UU ITE,
selain diakuinya Perlindungan atas Hak Pribadi
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak (Bab VI), juga diatur tentang Perbuatan yang
mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dilarang (Bab VII) serta ketentuan pidana . Lebih
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi spesifik tentang halnya yang dimaksud
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang pembatasan kepada para pengguna media sosial
memiliki muatan pemerasan dan/atau sebagaimana yang diatur dalam UU ITE, yang
pengancaman.” dapat dijumpai pada rumusan Pasal 27 ayat (1),
Pasal 28 UU ITE pun memuat pengaturan ayat (3), dan ayat (4) serta Pasal 28
mengenai kebebasan berpendapat seperti Diberlakukankannya UU ITE pertama kali
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan, adalah untuk mencegah maraknya cyber crime
serta menimbulkan kebencian. Muatan Pasal 28 yang sangat merugikan pelaku bisnis domestik
UU ITE, sebagai berikut: ataupun internasional yang berinvestasi di
(1)“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak Indonesia. Dan tujuan tersebut semakin meluas
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan setelah melihat dan mengidentifikasi potensi-
yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam potensi masalah yang bisa muncul dengan adanya
Transaksi Elektronik.” (2) “Setiap Orang dengan trend Media Sosial yang dianggap perlu
sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi pengaturan khusus, disesuaikan dengan konsep
yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian negara bangsa seperti Indonesia yang sarat dengan
atau permusuhan individu dan/atau kelompok kemajemukan, yang dibangun dalam ragam suku,
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, agama, ras dan golongan. Maka entitas UU ITE
KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License Halaman 145
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Sosial Media Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
adalah selain menciptakan keamanan dan Lewis, B. K. (2010). Social Media and Strategic
kenyamanan warga negara dengan konsep Communication : Attitudes and Perceptions Among
supermasi hokum, UU ITE juga sebagai bentuk College Student. International Journal of Public
politik hukum dari pemerintah untuk Relation Society of America.
Mendel, T. (2008). Freedom of Information as an
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang
Internationally Protected Human Right.
mengedepankan tata cara kehidupan berbangsa Octarina, N. F. (2018). Pidana Pemberitaan Media Sosial.
dan bernegara secara bebas dan bertanggung Malang: Setara Press.
jawab, yang tidak mengadu domba yang rawan Ramli, A. M. (2006). Cyber Law dan Haki dalam Sistem
dapat menciptakan konflik horizontal. Hukum Indonesia. Bandung: Penerbit Armico.
Sidik, S. (2013). Dampak Undang-undang Informasi dan
DAFTAR PUSTAKA Transaksi Elektronik (UU ITE) terhadap Perubahan
Brogan, C. (2010). Social Media 101: Tactics and Tips to Hukum dan Sosial dalam Masyarakat.
Develop Your Business Online. John Wiley & Sons. Simanjuntak, P. N. H. (2015). Hukum Perdata Indonesia.
ELSAM, T. (2013). Buku Saku Kebebasan Berekspresi di Jakarta: Prenamedia Group.
Internet. Jakarta: ELSAM. Wintaraman, R. H. P. (2016). Kebebasan Berekspresi di
Herlinda. (2017). Pengertian Hoax: Asal Usul dan Indonesia: Hukum, Dinamika, Masalah, dan
Contohnya. Tantangannya, ELSAM.

Halaman 146 KERTHA WICAKSANA Sarana Komunikasi Dosen dan Mahasiswa Volume 17, Nomor 2 2023 — CC-BY-SA 4.0 License

You might also like