Professional Documents
Culture Documents
Wendi Parwanto
IAIN Pontianak
wendiparwanto@gmail.com
Abstract
M. Basiuni Imran (Sambas), West Kalimantan is an interpreter who lived in the 20th century AD,
and he studied Islamic knowledge in the Middle East. In intellectual interest, M. Basiuni Imran is
less inclined to Sufism. But, in the interpretation of Qs. al-Fatihah, M. Basiuni Imran visualized
an esoteric interpretation. Based on this contestation, the researcher is interested in studying this
theme further. This article is library research and uses the theory of power relation and actor-
network. The conclusions of this article are: First, the Esoteric Interpretation of Qs. Al-Fatihah by
Basiuni Imran interpreted literal-textualism, then later interpreted esoteric-theosophical
interpretations. Second, the Meaning of Qs Interpretation. Al-Fatihah; Basiuni Imran understands
and interprets that in general-textual Qs. al-Fatihah contains an esoteric meaning. Third, the
Emergence of Esoteric Interpretation Visualization in Qs. Al-Fatihah: 1) Intellectual relations
between teachers and students which are the basis for regulation and normalization of interpreters'
thoughts; 2) The historical and anthropic-social that developed before and when the commentary
was written, and 3) The relations and tendencies of Sufism or tarekat literature that develop in the
reality of society so that they hegemony and form the esoteric interpretation.
Abstrak
M. Basiuni Imran (Sambas), Kalimantan Barat adalah mufassir yang hidup di abad 20 M, dan dia
pernah belajar ilmu keislaman ke Timur Tengah. Secara interes keilmuan, M.Basiuni Imran kurang
bertendensi dengan ilmu tasawuf. Tetapi kenyataannya, dalam penafsiran surat al-fatihah, M.
Basiuni Imran memvisualisasikan tafsir esoteris. Berdasarkan kontestasi tersebut maka peneliti
tertarik mengkaji tema ini lebih jauh. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan
menggunakan teori relasi kuasa dan jejaring aktor. Kesimpulan artikel ini adalah : Pertama, Sajian
Tafsir Esoteris Qs. Al-Fatihah oleh Basiuni Imran menafsirkan secara literal-tekstualis, lalu
kemudian menafsirkan secara esoteris-teosofis. Kedua, Makna Interpretasi Qs. Al-Fatihah ; Basiuni
Imran memahami dan manafsirkan bahwa secara general-tekstual Qs. al-Fatihah mengandung
makna esoteris. Ketiga, Faktor Munculnya Visualisasi Tafsir Esoteris dalam Qs. Al-Fatihah : 1)
Relasi intelektual antar guru dan murid yang menjadi basis regulasi dan normalisasi pemikiran
penafsir ; 2) Historisitas dan antropik-sosial yang berkembang pra dan masa ketika tafsir ditulis ;
dan 3) Relasi dan tendensi literatur tasawuf atau tarekat yang berkembang dalam realitas
masyarakat, sehingga menghegemoni dan membentuk pemikiran tafsir esoteris.
1 5
Manuskripnya dibawa dari Aceh ke Belanda oleh Hamka Siregar, “Dynamics of Local Islam: Fatwa
seorang ahli bahasa Arab dari Belanda, Erpinus (w. 1624 of Muhammad Basiuni Imran, the Grand Imam of Sambas,
M) pada awal abad ke-17, kini menjadi koleksi Cambridge on the Friday Prayer Attended By Fewer Than Forty
University Library dengan katalog MS li. 6.45Peter G. People,” Al-Albab 2, no. 2 (2013): hal. 187–202,
Riddell, “Variations on an Exegetical Theme: Tafsīr https://doi.org/10.24260/alalbab.v2i2.35.
6
Foundations in the Malay World,” Studia Islamika 21, no. Luqman Abdul Jabbar, “Tafsir Al-Quran Pertama
2 (2014): hal. 259–92, Di Kalimantan Barat,” Khatulistiwa: Journal of Islamic
https://doi.org/10.15408/sdi.v21i2.1072. Studies 5, no. 1 (2015): hal. 100–111.
2 7
Hamid Enayat, Modern Islamic Political Thought Didik M Nur Haris and Rahimin Affandi Abd
(London: Mc Millan, 1982); Azyumardi Azra, Jaringan Rahim, “Pemikiran Keagamaan Muhammad Basuni
Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad Imran,” Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman
XVII Dan XVIII (Jakarta: Kencana, 2004). 16, no. 2 (2017): 1, https://doi.org/10.18592/al-
3
Wendi Parwanto, “Struktur Epistemologi Naskah banjari.v16i2.1464.
8
Tafsir Surat Al-Fatihah Karya Muhammad Basiuni Imran Wendi Parwanto, Struktur Epistemologi Tafsir
Sambas, Kalimantan Barat,” Jurnal At-Tibyan: Jurnal Surat Tujuh Karya M. Basiuni Imran, Sambas,
Ilmu Alquran Dan Tafsir 4, no. 1 (2019): hal. 143–63, Kalimantan Barat (Yogyakarta: Thesis, UIN Sunan
https://doi.org/10.32505/tibyan.v4i1.783. Kalijaga, 2019); Hawasi Bin Arsam et al., “Tafsir Ayat Al-
4
Wendi Parwanto, “Muhammad Basiuni Imran: Siyam Karya M. Basiuni Imran, Sambas, Kalimantan
Tokoh Legendaris Islam, Sambas, Kalimantan Barat Abad Barat: Studi Kritis Atas Genealogi Pemikiran Dan
20 M,” Jurnal Al-Fanar 5, no. 1 (2022): hal. 57–70, Epistemologi Tafsir,” MISYKAT: Jurnal Ilmu-Ilmu Al-
https://doi.org/10.33511/alfanar.v5n1.57-70. Quran, Hadist, Syari’ah Dan Tarbiyah 4, no. 2 (2019): hal.
sejauh penelusuran yang penulis lakukan, cakupannya seperti media komunikasi, setting
penelitian yang dilakukan sebelumnya belum sosial pra dan masa hidup tokoh serta semua hal
terlalu jauh memotret konstruksi nalar esoteris yang bisa mempengaruhi dan membentuk
dan bagaimana proses terbentuknya ide-ide pemikiran seseorang.10 Dengan demikian,
intelektual tersebut ketika mufassir aktualisasi teori-teori ini akan mulai terlihat
menginterpretasikan Qs. al-Fatihah. Dengan dalam layout historis-sosiologis-bigrafis M.
demikian, maka penelitian ini penting untuk Basiuni Imran, sehingga akan nampak
diapresiasi dan ditindak lanjuti. Penelitian ini konstruksi nalar esoterisnya dalam wujud
adalah jenis penelitian kepustakaan dengan interpretasi Qs. Al-Fatihah.
menggunakan objek formal manuskrip tafsir
surat Al-Fatihah karya M. Basiuni Imran, serta PEMBAHASAN
objek materialnya adalah penafsiran Qs. Al- 1. Biografi, Perjalanan Studi dan Karyanya
M. Basiuni Imran adalah seorang ulama
Fatihah. Pisau analisis yang digunakan adalah
yang cukup fenomenal di abad 20 M, karena
dengan dua teori, yaitu teori relasi kuasa dan
pernah mengirim pertanyaan melalui suratnya
teori jejaring aktor. Membahas tentang relasi
kepada M. Rasyid Ridha ; “Limaz|a taakhkhara
kuasa tentu akan merunut bagaimana arkeo-
al-muslimu>n wa limaz|a taqaddama gairuhum?.
genealogi pengetahuan kedua terbentuk, baik
Beliau adalah seorang qad}i dan mufti kerajaan
dari rantai intelektual guru, interes literatur,
Alwatzikhoebillah kabupaten Sambas,
sosio-kultural, dan hal relevan lainnya.9
Kalimantan Barat. Beliau lahir pada tanggal 25
Kemudian teori relasi kuasa ini juga akan
Dzulhijjah 1302 H/16 Oktober 1885 M di
diperkuat dengan teori jejaring aktor, Mike
Sambas,11 Kalimantan Barat, Indonesia, dan
Michael menyebutkan bahwa jejaring aktor
wafat pada 29 Rajab 1396 H bertepatan dengan
tidak hanya dipahami secara rigit dan sempit
26 Juli 1976 M, dan dimakamkan di Sambas.12
hanya sebatas tokoh-tokoh otoritatif yang dapat
M. Basiuni Imran merupakan putra dari Haji
mempengaruhi, memproduksi dan membentuk
Muhammad Arif,13 cucu dari Haji Imam Nurudin
pemikiran seseorang, termasuk dalam lingkup
185, https://doi.org/10.33511/misykat.v4n2.185-214; ada juga versi lain yang mengatakan bahwa beliau
Wendi Parwanto, “Konstruksi Dan Tipologi Pemikiran dilahirkan pada 25 Dzulhijjah 1302 H. Tetapi berdasarkan
Muhammad Basiuni Imran (1885-1976) Sambas, keterangan dari sekretaris beliau, yaitu Harun Nawawi,
Kalimantan Barat Dalam Literatur Tafsir,” Substantia: mengatakan bahwa M. Basiuni Imran dilahirkan pada 25
Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 21, no. 1 (2019): 61, Dzulhijjah 1302 H, hal ini juga diperkuat oleh surat yang
https://doi.org/10.22373/substantia.v21i1.4476; ditulis oleh M. Basiuni Imran kepada G. F. Pijper tentang
Parwanto, “Struktur Epistemologi Naskah Tafsir Surat keterangan biografi beliau.Pijper GF, Beberapa Studi
Al-Fatihah Karya Muhammad Basiuni Imran Sambas, Tentang Sejarah Islam Di Indonesia 1900-1950 (Jakarta:
Kalimantan Barat.” Universitas Indonesia Press, 1985), hal. 145.
9 12
Michel Foucault, The Archaeology of Knowledge Puslitbang Kemenag RI, Ensiklopedi Pemuka
(New York: Row Publisher, 1976), hal. 151. Agama Nusantara, 1st ed. (Jakarta: Puslitbang Kemenag
10
Mike Michael, Actor-Network Theory (London: RI, 2016), hal. 1043.
13
SAGE Publications, 2017), hal. 10-21. Haji Muhammad Arif juga pernah menjabat
11
Terdapat perbedaan tentang tanggal lahir M. sebagai Maharaja dalam kerajaan Sambas. Dan beliau
Basiuni Imran, dalam versi Ensiklopedi Pemuka Agama mempunyai tiga orang anak laki-laki, yaitu Haji Ahmad
Nusantara yang diterbitkan oleh Puslitbang Kementerian Fauzi Imran, Haji Ahmad Su’ud dan Haji Muhammad
Agama RI, dikatakan bahwa M. Basiuni Imran dilahirkan Basiuni Imran, dan ketiga anaknya tersebut pernah beliau
pada 23 Dzulhijjah 1300 H/25 Oktober 1883 M, namun kirim Timur Tengah untuk memperdalam pengetahuan
bin Imam Mustafa. Beliau ditinggal wafat oleh adalah ditempuh selama 5 tahun, dari tahun
ibunya, Sa’mi, saat beliau masih kecil, dan 1391-1324 H/1901-1906 M).19
kemudian diasuh oleh ibu tirinya Badriyah.14 M. Pada tahun 1324 H/1906 M, M. Basiuni
Basiuni Imran merupakan adik dari Haji Ahmad Imran pulang ke kampung halamannya (Sambas)
Fauzi Imran. Pada tanggal 8 Rajab 1326 H untuk mengaktualisasikan ilmu yang beliau
bertepatan dengan 16 Agustus 1908 M, beliau dapatkan selama di Makkah. Selama di kampung
menikah dengan Muznah, putri dari Imam halamannya, Muhammad Basiuni Imran sempat
Hamid, Sambas.15 mengajar selama dua tahun. Dan selama di
Kemudian dalam perjalanan studi, Sambas juga beliau berlangganan dengan
pendidikan formal M. Basiuni Imran dimulai majalah al-Manna>r, dan sejumlah literatur dari
dari Sekolah Rakyat (volksschool) di tanah Mesir yang dipromotori oleh Muhammad Rasyid
kelahirannya (Sambas).16 Sedangkan dalam Ridha, dan hal tersebutlah yang memotivasi
pendidikan keagamaan (informal), seperti beliau melanjutkan studinya ke Mesir. 20
mempelajari baca tulis al-Qur`an, ilmu nahwu Tepatnya pada tahun 1328 H/1910 M,
dan sharaf, M. Basiuni Imran dibimbing M. Basiuni Imran pergi ke Mesir untuk
langsung oleh ayahnya. Pada tahun 1319 melanjutkan studinya, ketika sampai di stasiun
H/1901 M, ketika M. Basiuni Imran berusia di Mesir, beliau dijemput oleh Sayyid Salih
17 tahun, beliau dikirim ke Makkah untuk Ridha, yang merupakan saudara syekh
menunaikan ibadah haji dan sekaligus untuk Muhammad Rasyid Ridha (redaktur majalah
belajar di sana.17 Selama di Makkah, M. al-Manar). Pada malam harinya, M. Basiuni
Basiuni Imran memperlajari beberapa disiplin Imran menginap di rumah Muhammad Rasyid
ilmu dari sejumlah ulama terkemuka, seperti Ridha – dan sempat berbincang-bincang
Tuan Guru Umar Sumbawa, Tuan Guru dengan Muhammad Rasyid Ridha. Muhammad
Usman Selawak, Syekh Ahmad Khatib Rasyid Ridha mengatakan bahwa untuk ilmu
Minangkabau, Syekh Ahmad al-Fattani, dan nahwu yang dikuasai oleh M. Basiuni Imran
Utsman al-Funtiani,18 dan Syekh Ali al- sudah bagus, dapat dinilai dan dilihat dari
Maliki. Dan masa studi beliau di Makkah sejumlah surat yang pernah dikirimkan oleh M.
Basiuni Imran kepada majalah al-Manar.21
18
agama di sana. Pabali H. Musa, Sejarah Kesultanan Puslitbang Kemenag RI, Ensiklopedi Pemuka
Sambas Kalimantan Barat : Kajian Naskah Raja-Raja Dan Agama Nusantara, hal. 1023.
19
Silsilah Raja Sambas (Pontianak: STAIN Press, 2003), Pijper GF, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam
hal. 5-6. Di Indonesia 1900-1950, hal. 145.
14 20
Siregar, “Dynamics of Local Islam: Fatwa of A. Muis Ismail, Mengenal Muhammad Basiuni
Muhammad Basiuni Imran, the Grand Imam of Sambas, Imran (Maharaja Sambas). Laporan Hasil Penelitian.
on the Friday Prayer Attended By Fewer Than Forty (Pontianak: FISIP Universitas Tanjungpura, 1993), 56.
21
People.” Wendi Parwanto, “Konstruksi Dan Tipologi
15
Pijper GF, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam Pemikiran Muhammad Basiuni Imran (1885-1976)
Di Indonesia 1900-1950, hal. 143. Sambas, Kalimantan Barat Dalam Literatur Tafsir,”
16
Puslitbang Kemenag RI, Ensiklopedi Pemuka Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 21, no. 1 (2019):
Agama Nusantara, hal. 1022. 66, https://doi.org/10.22373/substantia.v21i1.4476.
17
Haris and Abd Rahim, “Pemikiran Keagamaan
Muhammad Basuni Imran.”, hal. 166.
Corak Penafsiran Tasawuf QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir Karya M. Basuni Imran Sambas |17
Selama di Mesir, M. Basiuni Imran dibukukan, namun ada juga yang masih dalam
beserta sejumlah pelajar dari Indonesia lainnya, bentuk manuskrip. Termasuk yang masih
dipersilahkan belajar di Universitas Al-Azhar. dalam bentuk manuskrip adalah naskah tafsir
Di samping itu, mereka juga memanggil guru Qs. Al-Fatihah yang menjadi objek penelitian
privat untuk memperdalam ilmu agama, dan ini. Naskah atau manuskrip tafsir Qs. Al-
guru tersebut adalah sayyid Ali Sarur al- Fatihah ini terhimpun dalam beberapa
Zankulani, seorang ulama besar juga di manuskrip tafsir surat-surat pendek yang lain,
Universitas Al-Azhar. Setelah enam bulan M. yakni Qs. al-‘Asr, Al-Kautsar, al-Kafirun, al-
Basiuni Imran belajar di Al-Azhar, maka Ikhlas, al-Falaq dan An-Nas. Dan naskah-
Muhammad Rasyid Ridha membuka sebuah naskah ini ditulis pada tahun 1935 M di
madrasah yang dikenal dengan Madrasah Dar kesultanan Sambas.25
ad-Dakwah wa al-Irsyad di Manyal (Kairo
Lama).22 Dan di Madrasah ad-Dakwah wa al- 2. Formulasi Tafsir dan Visualisasi Nalar Esoteris
Irsyad inilah M. Basiuni Imran banyak dalam Tafsir Qs. Al-Fatihah
mempelajari bidang tafsir al-Qur`an dan tauhid Formulasi tafsir dan visualisasi nalar
yang bimbing dan diajarkan langsung oleh esoteris yang penulis maksud di sini adalah
Muhammad Rasyid Ridha.23 Kemudian pada melihat bagaimana hidangan serta struktur
bulan Sya’ban 1331 H/Juli-Agustus 1913 M, interpretasi M. Basiuni Imran ketika
M. Basiuni Imran meninggalkan Mesir atas menginterpretasikan Qs. al-Fatihah dalam
permintaan ayahnya, karena beliau sedang bentuk narasi umum, serta mendeskripsikan
sakit keras. Tepatnya pada hari Senin, 22 tipologi interpretasi nalar esoterisnya terkait
Ramadhan 1331 H/25 Agustus 1913 ayahnya surat tersebut.
meninggal dunia, dan di makamkan di Sambas. Secara umum formulasi interpretasi
Jadi, studi yang dilakukan oleh Muhammad Qs. al-Fatihah dalam Manuskrip tafsir karya
Basiuni Imran di Mesir kurang lebih sekitar 3 M. Basiuni Imran adalah sebagai berikut :
tahun, yaitu dari tahun 1328 H/1910 sampai Menurut M. Basiuni Imran, makna atau tafsir
tahun 1331 H/1913 M.24 dari Qs. al-Fatihah terbagi menjadi lima aspek,
Setelah melakukan rihlah intelektual, yaitu : 1) Aspek Tauh}idiyyah, yakni sebuah
tentunya M. Basiuni Imran memiliki sejumlah ‘konsensus manusia’ dalam melegalisasikan
karya, dan karya beliau terhimpun dalam keesaan Allah Swt. 2) Wa’ad wa al-Wa’i>d
berbagai varian disiplin ilmu agama. Namun (Janji dan Ancama), beliau meyakini bahwa
yang paling dominan adalah ilmu fiqh, ada juga buah dari semua perbuatan manusia akan ada
ilmu aqidah, sejarah, adab dan tafsir. Beberapa kausalitasnya. 3) Hakikat Ibadah, menurut
karya beliau ada yang sudah dicetak atau beliau ibadah tidak hanya zahiriyah, namun
22 25
Jabbar, “Tafsir Al-Quran Pertama Di Kalimantan Wendi, Struktur Epistemologi Naskah Tafsir
Barat”, 108 Surat Tujuh (Tujuh Surat) Karya M. Basiuni Imran,
23
Pijper GF, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam Sambas : Kalimantan Barat (Yogyakarta : Thesis, UIN
Di Indonesia 1900-1950, 147. Sunan Kalijaga, 2019), hal. 244.
24
Puslitbang Kemenag RI, Ensiklopedi Pemuka
Agama Nusantara, 1024.
juga bersifat batinyah, 4) T{ariqah atau sa’adah, Nama Formulasi Visualisasi Posisi Nalar
yakni semua jalan yang dapat menghantarkan Tafsir Nalar Esoteris Esoteris28
M. Menafsirkan M. Basiuni Posisi nalar
pada kenikmatan dunia dan akhirat, dan 5) Basiuni dengan Imran esoteris
Qas}as} (Kisah), yang beliau maksud sebagai Imran model memvisualisas dalam
global- ikan nalar penafsiran
kisah di sini adalah kisah-kisah umat terdahulu tekstual, esoteris dalam M. Basiuni
yang bisa diambil pelajaran bagi umat-umat tanpa tafsir Qs. al- Imran adalah
berikutnya, khususnya umat Nabi memilah Fatihah secara sebagai
ayat per parsial-global- bagian
Muhammad.26 ayat, beliau tekstual, luaran aspek
Kemudian visualisasi nalar esoteris langsung bukan secara tasawuf,
membagi ayat per ayat. yakni
dalam interpretasi Qs. al-Fatihah tersebut makna yang Pertama, menciptakan
dinarasikan oleh M. Basiuni Imran ketika terkandung hakikat sifat khusyu’
di dalam Qs. tegaknya dalam
menjelaskan aspek makna yang ketiga, yakni Al-Fatihah ibadah bukan shalat. Jadi,
hakikat ibadah menurut beliau tidak hanya menjadi 5, hanya pada shalat yang
sebatas tekstual-zhahriy, namun juga bersifat yaitu : 1) aspek didirikan
Tauh}idiyyah, zahiriyah dan
intuitif-bathiniy. Dengan arti lain bahwa hidup 2) Wa’ad wa semata, dilakukan
atau ditegakkannya suatu ibadah tidak hanya al-Wa’i>d, 3) namun juga bukan hanya
Hakikah aspek sebagai basis
terlihat secara absolut, tetapi juga bersifat ibadah, 4) batiniyah. pengguguran
abstrak di dalam hati. Kemudian dalam tafsir T{ariqah / Kedua, ketika kewajiban,
sa’adah, dan menjelaskan tetapi
Qs. al-Fatihah-nya yang lain27, M. Basiuni 5) Qas}as}. surat al- berimplikasi
Imran juga mengkorelasikannya dengan Fatihah, selain pada
menjelaskan dibaca wajib ketenangan
dalam shalat, hati dan
ketika shalat – kedamaian.
secara
zahiriyah
manusia
menghadapka
n muka ke
arah kiblat
(ka’bah), dan
secara
batiniyah,
manusia juga
mesti
menghadapka
n ruh-nya
kepada Allah
Swt. yang
bersemayam
di atas ‘arsy-
Nya.
26
M. Basiuni Imran, Naskah Tafsir Qs. Al-Fatihah halaman, dan yang satunya lagi berjumlah sekitar 10
(Sambas: Museum Tamaddun, 1935), hal. 15. halaman, namun terdapat beberapa halaman yang hilang.
27 28
M. Basiuni Imran memiliki dua manuskrip Tafsir Yang dimaksud posisi nalar esoteris di sini
Surat Al-Fatihah. Manuskrip satunya berjumlah 3 adalah menjelaskan tentang arah tafsir esoteris yang
diungkap mufassir, apakah sebagai legalisasi tasawuf
Corak Penafsiran Tasawuf QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir Karya M. Basuni Imran Sambas |19
29
tertentu, misal dari sifat tasawuf dari Naqsabandiyah, M. Basiuni Imran, Naskah Tafsir Qs. Al-Fatihah,
Satariyah dan lainnya ; atau sebagai bagian dari Suluk hal. 4.
30
dalam tasawuf, misalnya, melakukan riyadhah, dzikir, dan Seperti bidang ekonomi dan lain, khususnya
sebagainya ; atau hanya bagian sifat-sifat luaran tasawuf, dalam memotret suatu penerapan kebijakan, peraturan,
seperti sabar, qana’ah, khusyu’ dan sebagainya. dan sejenisnya.
a. Jejaring Keilmuan Antara Guru dan Guru Umar Sumbawa, Tuan Guru Usman
Murid Serawak, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau,
Rantai intelektual yang dimaksud Syekh Ahmad al-Fattani, dan Syekh Utsman al-
di sini adalah melihat aktor-aktor Funtiani, Syeikh Ali al-Maliki, Sayyid Ali Sarur
otoritatif yang berhubungan dengan M. al-Zankulani dan M. Rasyid Ridha.31 Jadi,
Basiuni Imran, dalam hal ini adalah guru- berdasarkan potret latar belakang keilmuan dan
gurunya. Sebagaimana dijelaskan di atas kiprah guru-guru M. Basiuni Imran – sebagian
bahwa transformasi dan transmisi besar memiliki afiliasi yang kuat dengan ilmu
keilmuan dari guru ke murid sedikit tasawuf, sehingga walaupun tidak secara
banyak akan berpengaruh dalam frontal-tekstual mentransformasikan keilmuan
membentuk pemikiran seseorang. Selain tasawufnya kepada M. Basiuni Imran, tetapi
dari proses transmisi pengetahuan, paling tidak Imran pernah bersinggungan dengan
apresiasi dan kekaguman seorang murid sejumlah gurunya itu. Karena pada dasarnya,
kepada gurunya – juga dapat memberikan pembentukan intelektual bukan hanya lahir dari
kontribusi dalam membentuk pemikiran proses transmisi dan transformasi pengetahuan
dan intelektual seseorang. Inilah yang dari guru kepada murid, tetapi juga apresiatif
akan dilihat di sini, bagaimana rantai terhadap guru, terhadap karya guru dan lainnya
intelektual M. Basiuni Imran dengan juga berperan dalam pembentukan intelektual
guru-gurunya, apakah pernah bersentuhan tersebut.32
dengan tasawuf, seperti belajar dengan Di sisi lain, memang belum ada bukti
guru-guru tasawuf (baca : sufi), atau konkrit tentang spesifikasi keilmuan yang
pernah memimpin suatu tarekat atau dipelajari oleh M. Basiuni Imran dari guru-
bergabung di dalamnya dan lain gurunya tersebut, tetapi dengan waktu selama
sebagainya. Jadi hal-hal tersebut perlu 8 tahun menimba ilmu di Makkah dan Mesir,
dimunculkan untuk melihat the history of maka tidak menutup kemungkinan keilmuan
idea – dalam istilah Foucault – yakni seputar tasawuf juga beliau pelajari. Apalagi
untuk melihat apakah ada kontribusi dilihat dari beberapa gurunya tersebut yang
guru-guru M. Basiuni Imran terhadap berlatarbelakang atau berafiliasi kuat dengan
interpretasi esoterisnya dalam Qs. al- tasawuf. Dengan demikian, boleh jadi –
Fatihah. transmisi ilmu tasawuf, apresiatif beliau
Di antara tokoh-tokoh besar yang pernah terhadap keilmuan tasawuf gurunya –
menjadi guru M. Basiuni Imran adalah Tuan menghegemoni dan membentuk regulasi serta
31
Terkait M. Rasyid Ridha – memang M. Basiuni Ilmu Alquran Dan Tafsir 4, no. 1 (2019): hal. 147-150,
Imran sangat apresiatif terhadap gurunya ini, tetapi pada https://doi.org/10.32505/tibyan.v4i1.783.
32
lingkup ide pembaharuan Islam, sehingga ide Beberapa keterpengaruhan Ide M. Basiuni Imran
pembaharuan ini yang beliau terapkan dalam sejumlah bisa lihat : Bin Arsam et al., “Tafsir Ayat Al-Siyam Karya
Lembaga Pendidikan di wilayah Sambas pada waktu itu. M. Basiuni Imran, Sambas, Kalimantan Barat: Studi
Wendi Parwanto, “Struktur Epistemologi Naskah Tafsir Kritis Atas Genealogi Pemikiran Dan Epistemologi
Surat Al-Fatihah Karya Muhammad Basiuni Imran Tafsir.”
Sambas, Kalimantan Barat,” Jurnal At-Tibyan: Jurnal
Corak Penafsiran Tasawuf QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir Karya M. Basuni Imran Sambas |21
33
Studi yang dilaksanakan pada tahun 2009 Halaman All - Kompas.Com,” accessed January 9, 2022,
terhadap 96 orang menemukan bahwa membentuk https://sains.kompas.com/read/2018/06/12/203600823/be
kebiasaan baru tidak pasti membutuhkan waktu 21 hari. rapa-lama-waktu-yang-dibutuhkan-untuk-mengubah-
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. kebiasaan-?page=all.
34
Daftarkan email Para peneliti justru menemukan bahwa Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah
waktunya bervariasi, antara 18 hingga 254 hari, Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan XVIII., hal.
tergantung pada masing-masing individu, walaupun rata- 134.
35
rata memerlukan waktu 66 hari. Hal yang sama juga bisa Patmawati Patmawati and Elmansyah
dikatakan mengenai upaya untuk menghentikan sebuah Elmansyah, “Eksistensi Tasawuf Di Kalimantan Barat:
kebiasaan. Kepribadian, motivasi, lingkungan dan kondisi, Kajian Terhadap Perkembangan Tarekat,” Handep: Jurnal
serta jenis kebiasaan yang ingin diubah turut berpengaruh Sejarah Dan Budaya 3, no. 1 (2019): hal. 75–100,
pada kecepatan seseorang untuk mengubah sebuah https://doi.org/10.33652/handep.v3i1.56.
36
kebiasaan. Berdasarkan hal ini, apalagi dengan interaksi 7 Wendi Parwanto, Struktur Epistemologi Naskah
sampai 8 tahun oleh M. Basiuni Imran, sedikit banyak Tafsir Surat Tujuh (Tujuh Surat) Karya M. Basiuni Imran,
pasti berpengaruh pada pola pikirnya. : “Berapa Lama Sambas : Kalimantan Barat (Yogyakarta: Thesis, UIN
Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Mengubah Kebiasaan? Sunan Kalijaga, 2019), hal. 248.
tasawuf Syekh Khatib as-Sambasi masih membentuk dan mewarnai literatur yang
diamalkan di beberapa tempat di Sambas. Jadi, dilahirkan.
hadirnya literatur keagamaan pasca Syekh Jadi, berdasarkan sejumlah argumentasi
Khatib as-Sambas adalah sebagai warna baru dan teori di atas, serta potret historisitas dan
dalam pembelajaran keagamaan masyarakat antropik-sosial-kultural pra dan masa
Sambas saat itu. Termasuk literatur tafsir yang penulisan tafsir yang dilakukan oleh M.
ditulis oleh M. Basiuni Imran, selain diajarkan Basiuni Imran, maka hal tersebut cukup
di lingkungan Kesultanan–Raja Syafiddin II37 representatif untuk mendeskripsikan
juga memerintahkan M. Basiuni Imran untuk munculnya nalar esoteris dalam tafsir Qs. al-
mengajarkannya di masjid-masjid di wilayah Fatihah yang belia lahirnya. Selain lahir dari
Sambas. bias ajaran yang berkembang saat itu,
Kemudian terkait munculnya nalar akomodasi nilai-nilai tasawuf yang terdapat di
esoteris dalam tafsir Qs. al-Fatihah yang ditulis dalam penafsiran Qs. al-Fatihah – juga penting
oleh M. Basiuni Imran tidak terlepas dialektika dilakukan agar tidak terlalu ‘brutal’ dan frontal
historisitas dan antropik-sosial yang terhadap ajaran tasawuf yang telah mendarah
berkembang pra dan masa penulisan tafsir daging dalam masyarakat Sambas saat itu.
tersebut. Sebagaimana Foucault mengatakan Oleh karena itu, hadirnya tafsir dengan
bahwa relasi kuasa bukan merupakan mengakomodir nilai tasawuf di dalamnya akan
kekuasaan yang bersifat represif, tapi kuasa memudahkan masyarakat menerima
yang bersifat meregulasi, menggiring dan pembelajaran yang diberikan.
menormalisasi pemikiran seseorang.38
Demikian juga jejaring aktor yang diintrodusir
oleh Mike Michael, menurunya ‘aktor’ bukan c. Relasi dan Interkoneksi Kitab-kitab lain
hanya dipahami sebagai person (manusia), tepi dengan Literatur Tafsir
termasuk informasi yang berkembang yang Pada sub bahasan ini akan memotret
dapat menghegemoni dan membentuk karakter bagaimana konektivitas, relasi dan tendensi
pemikiran seseorang.39 Lebih jauh – Hans G. kitab atau literatur tasawuf yang ada dalam
Gadamer, mengungkapkan bahwa lahirnya ruang sosial-kultural kehidupan mufassir.
sebuah literatur tidak terlepas dari pra- Dengan ini nantinya akan terlacak bagaimana
understanding atau pra-historis dari peran literatur tersebut dalam mengkonstruksi
pengarangnya. 40 Demikian juga Azra, dan menormalisasi pemikiran mufassir
menurutnya asal-usul, domisili, sosial-kultural, tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
di sekitar pengarang akan ikut andil dalam Mike Michael bahwa Jejaring aktor yang dapat
37 38
Raja Syaifuddin adalah seorang Raja di Michel Foulcault, The Archaeology of
Kesultanan Sambas yang memerintah pada masa M. Knowledge, hal. 151-155.
39
Basiuni Imran. Dan Beliau juga yang mengangkat M. Mike Michael, Actor-Network Theory, hal. 21-
Basiuni Imran sebagai Qad}i Kerajaan dan meminta M. 16.
40
Basiuni Imran menulis sejumlah literatur keislaman untuk Sahiron Syamsuddin, Hermeneutika Dan
dijadikan rujukan keberagamaan masyarakat saat itu Pengembangan Ulumul Qur`an (Yogyakarta: Nawesea
Press, 2009), hal. 45-46.
Corak Penafsiran Tasawuf QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir Karya M. Basuni Imran Sambas |23
memberikan pengaruh dalam membentuk orang Sambas sehingga kitab tersebut benar-
watak seseorang bukan hanya human – dalam benar menjadi rujukan penting dalam
artian guru-guru atau orang di sekitar author, pembelajaran ilmu tasawuf, khususnya Tarekat
tetapi semua hal yang bisa memberikan warna Qadiriyah wa Naqsabandiyah pada waktu itu.
dalam membentuk dan melahirkan tipologi Penyebaran ajaran Tarekat Qadiriyah
pemikiran seseorang. Oleh karena itu, menurut wa Naqsabandiyah semakin intens ketika
penulis penting melihat bagaimana peran banyaknya berdiri kerajaan Islam di wilayah
literatur tasawuf dalam ruang antropik-sosial Kalimantan Barat, di antaranya yang cukup
tokoh – yang nantinya akan tervisualisasikan terkenal adalah kerajaan Tanjung Pura
bagaimana peran dan proses keterpengaruhan (Matan), Kerajaan Alwatzikhoebillah, Sambas,
mufassir dari literatur-literatur tersebut. dan Kerajaan Qadiriyah Pontianak. Sehingga
Pada masa M. Basiuni Imran, literatur perkembangan tasawuf menemui ‘lahan basah’
tasawuf yang cukup representatif dan sampai pada abad ke-20 M. Di Sambas, yang
fenomenal bagi masyarakat Sambas khususnya menjadi pilar estafet dalam kontinuitas ajaran
dan umunya bagi masyarakat Melayu- tarekat ini adalah Syekh M. Nuruddin dan
Nusantara adalah kitab Fath al-‘Arifin karya Syekh M. Saad, hingga pada masa
sufi yang berasal dari Sambas, yakni Syekh pemerintahan Raja Syafiuddin II, Kesultanan
Khatib as-Sambasi (1803-1875 M). Kitab ini Sambas – kitab Fath} al-‘Arifi>n masih
merupakan kitab tasawuf yang menjelaskan digunakan sebagai rujukan dalam pembelajaran
tentang tarakat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, dan pengamalan tasawuf dari tarekat Qadiriyah
dan kitab Fath} al-‘Arifi>n ini telah banyak wa Naqsabandiyah tersebut.41
menarik perhatian umat muslim Indonesia, Jadi, kemunculan sebuah literatur
seperti di wilayah Kalimantan, Banten, tentunya tidak terlepas dari intertekstualitas-
Cirebon, Madura, hingga tersebar ke beberapa nya dari literatur sebelumnya, apakah sebagai
wilayah luar, seperti Malaysia, Thailand, inspirasi dan motivasi, ekspansi-
Singapura dan Brunei Darussalam. Di intelektualitas, atau sebagai inversi-rivalitas.42
Kalimantan Barat, termasuk di wilayah Oleh karena itu, lahirnya tafsir Qs. al-Fatihah
Sambas yang memang pengarangnya adalah karya M. Basiuni Imran tidak terlepas dari
41
Sultan Muhammad Tsafiuddin II, kerap disapa Umar Kamaluddin yang telah menjadi wakil Sultan
Raden Afifuddin adalah putra Sultan Abubakar selama 19 tahun.Baginda mempunyai seorang permaisuri
Tadjudidin II dengan permaisurinya Ratu Sabar. Baginda bernama Raden Khalijah binti Kesuma Ningrat dan
dilahirkan pada subuh Kamis tanggal 3 Syawal 1257 H seorang saksi bernama Enei Nauyah digelar Mas Sultan.
atau 18 November 1841 M. Diangkat sebagai putra Baginda memerintah negeri Sambas selama 56 tahun dan
mahkota usia 7 tahun yaitu tanggal 17 Januari 1848 M wafat pada tanggal 12 September 1924M dalam usia 83
dengan gelar Pengeran Adipati. Sewaktu di Batavia, tahun. Jaelani, “Sultan Muhammad Syafiuddin II:
Baginda tinggal di rumah Syarif Abdul Kadir untuk diberi Pemimpin Kharismatik Dari Ujung Utara Borneo Barat,”
pendidikan oleh Belanda. Sementara ayahnya dipindahkan Khatulistiwa 4, no. 2 (2014): hal. 127–38,
ke Cianjur. Setelah beberapa tahun di Batavia, Baginda http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/khatulistiwa/ar
dipindahkan ke Kabupaten Galuh yaitu di Ciamis. Pada ticle/view/246.
42
tanggal 5 April 1861 M Baginda diangkat menjadi Sultan Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia : Dari
Muda, kemudian tanggal 6 Agustus 1866 M Baginda Hermeneutika Hingga Ideologi (Yogyakarta: LKiS, 2013),
diangkat menjadi Sultan Sambas yang ke-13 dengan gelar hal. 249.
Sultan Muhammad Tsafiuddin II mengantikan Sultan
dialektika sosial yang ada pada pra dan tarekat sudah diajarkan jauh sebelum lahirnya
masanya termasuk tentang ajaran tarekat tafsir yang dilahirkan oleh M. Basiuni Imran.
Qadiriyah wa Naqsabandiyah dari kitab Fath} Dengan demikian, idealnya tafsir yang
al-‘Arifi>n. Artinya bahwa literatur tafsir yang dilahirkan akan mengakomodir pengetahuan
dilahirkan oleh M. Basiuni Imran dengan yang berkembang saat itu akan masyarakat
nuansa nalar teosofis-esoteris adalah sebagai lebih proaktif, progresif dan akomodatif
upaya beliau mengakomodir domain terhadap literatur tafsir yang dilahirkan.
pengetahuan masyarakat Sambas saat itu.
Sehingga dengan dihadirkan dan
divisualisasikan nalar esoteris tersebut dalam
mewarnai penafsirannya – akan memberikan DAFTAR PUSTAKA
kesan bahwa tafsir tersebut tidak kontradiksi A. Muis Ismail. Mengenal Muhammad Basiuni
dengan ‘tradisi’ pemahaman dan ajaran Imran (Maharaja Sambas). Laporan Hasil
Penelitian. Pontianak: FISIP Universitas
keagamaan yang sudah dikenal luas oleh
Tanjungpura, 1993.
masyarakat Sambas saat itu. Dengan demikian, Abdul Rahman Haji Abdullah. “Pemikiran Islam
akan membuat mereka lebih soft dalam Di Malaysia : Sejarah Dan Aliran,” 1997,
menerima isi tafsir yang diajarkan atau yang 393.
Arsam, Hawasi Bin, Ahmad Munif
mereka baca.
Suratmaputra, Wendi Parwanto, and Sadari
Sadari. “Tafsir Ayat Al-Siyam Karya M.
Basiuni Imran, Sambas, Kalimantan Barat:
KESIMPULAN Studi Kritis Atas Genealogi Pemikiran Dan
Berdasarkan pembahasan dan analisis Epistemologi Tafsir.” MISYKAT: Jurnal
Ilmu-Ilmu Al-Quran, Hadist, Syari’ah Dan
yang telah dilakukan, maka kesimpulan tulisan
Tarbiyah 4, no. 2 (2019): 185.
ini menerangkan bahwa nalar esoteris yang https://doi.org/10.33511/misykat.v4n2.185
divisualisasikan oleh M. Basiuni Imran dalam -214.
tafsir Qs. al-Fatihah bersifat general-tekstual Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah
Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII Dan
berdasarkan surat. Adapun faktor-faktor yang
XVIII. Jakarta: Kencana, 2004.
mempengaruhi muncul dan lahirnya nalar ———. Sejarah Dan Ulumul Qur`an. Jakarta:
esoteris dalam tafsir Qs. al-Fatihah M. Basiuni Pustaka Firdaus, 2001.
Imran adalah : 1) Relasi intelektual antar guru “Berapa Lama Waktu Yang Dibutuhkan Untuk
Mengubah Kebiasaan? Halaman All -
dan murid yang menjadi basis regulasi dan
Kompas.Com.” Accessed January 9, 2022.
normalisasi pemikiran penafsir ; 2) Historisitas https://sains.kompas.com/read/2018/06/12/
sosio-kultural yang berkembang pra dan masa 203600823/berapa-lama-waktu-yang-
ketika tafsir itu ditulis, artinya saat tafsir dibutuhkan-untuk-mengubah-kebiasaan-
?page=all.
ditulis ajaran tasawuf sudah berkembang dan
Burhanudin, Jajat. “Syaikh Dā’ūd Al-Faṭānī
dikenal luas oleh masyarakat saat itu ; dan 3) Dan Hubungan Mekah-Asia Tenggara:
Relasi dan interkoneksi kitab-kitab yang Jaringan Intelektual, Transmisi Islam Dan
berkembang, hal ini masih berelasi dengan – Rekonstruksi Sosio-Moral.” Studia
Islamika 24, no. 3 (2017).
penyebab kedua, bahwa literatur tasawuf atau
Corak Penafsiran Tasawuf QS. Al-Fatihah dalam Manuskrip Tafsir Karya M. Basuni Imran Sambas |25