You are on page 1of 10

Penel Gizi Makan 2022, 45(2):91-100 ISSN 02159717

e-ISSN 2338-8358
PENELITIAN GIZI DAN MAKANAN
(The Journal of Nutrition and Food Research)

GAYA HIDUP BALITA SELAMA PANDEMI COVID-19


DI KECAMATAN BOGOR TENGAH, INDONESIA
(LIFESTYLE IN CHILDREN UNDER FIVE YEARS OLD
DURING COVID-19 PANDEMIC IN BOGOR TENGAH SUB-DISTRICT, INDONESIA)
1 1 2 1 1
Nazarina , Rika Rachmawati , Febriani , Nuzuliyati Nurhidayati , Reviana Christijani ,
2 2 1
Amalia Safitri , Aditianti , Budi Setyawati

1Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Badan Riset dan Inovasi Nasional,

Cibinong Science Center, Jalan Raya Jakarta-Bogor, Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia
2Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Jl Percetakan Negara No 29, Jakarta, Indonesia

E-mail: naza003@brin.go.id

Diterima: 07-09-2022 Direvisi: 19-10-2022 Disetujui: 22-12-2022

ABSTRACT
The Covid-19 Pandemic has had an unpredictable impact in society, including changing the lifestyle of children
under five years old such as eating habit and physical activity that may consequence on their health, growth,
and development. Therefore this study explores their lifestyles and the reasons of their lifestyle during
pandemic. This was a qualitative study in Bogor Tengah sub-district, of West Java, Indonesia on October 2021.
Focus Group Discussions (FGD) were conducted in 12 mothers and 1 care giver of child under five years old
whom recruited purposively and divided into four discussion groups. The discussion took place in the UPF-IPS
institution in Bogor. Each group was led by two researchers. The discussion duration was 45 to 60 minutes,
recorded and transcribed. To validate FGD’s information, in-depth interviews were done in some family
members who are close to the children. All information was analyzed thematically. This study shows that most
participants had a low social economic status. Social distancing and locked down policies, caused children
have more recreational screen time, sleeping. Job lost or less income during pandemic change in food
purchases, causing children eating more energy dense and low protein quality food. In long periods, it may
badly affect children’s growth, development and health. Thus, it is recommended to create some online or
offline fun games based on physical movement in small rooms, also creating a standard menu that fulfills
children’s protein requirements as well as taking essential amino acid or protein supplements besides
multivitamin and mineral supplements.

Keywords: children, food consumption, sedentary activity, screen time

ABSTRAK
Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang tidak dapat di prediksi di komunitas, termasuk perubahan gaya
hidup balita yang dimungkinkan berkuensikuensi terhadap kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan.
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi gaya hidup balita serta yang melatarbelakangi gaya hidup tersebut
disaat pandemi. Penelitian kualitatif ini dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah, Jawa Barat, Indonesia pada
bulan Oktober 2021. Diskusi kelompok terarah dilakukan pada 12 ibu dan 1 pengasuh balita yang ditentukan
secara purposive dan dibagi menjadi 4 kelompok diskusi, setiap kelompok dipimpin oleh dua peneliti, dengan
durasi 45-60 menit yang direkam menggunakan recorder dan transkripsi. Diskusi meliputi gaya hidup balita
sebelum dan saat pandemi serta yang melatarbelakangi terjadi perubahan gaya hidup tersebut. Validasi
informasi dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap anggota keluarga dari beberapa keluarga balita.
Semua informasi dianalisis secara tematik. Hasil memperlihatkan bahwa kebanyakan peserta berada pada
status sosial ekonomi rendah. Kebijakan PPKM dan jaga jarak sosial menyebabkan balita lebih banyak
melakukan recreational screen time serta tidur. Kehilangan pekerjaan atau penghasilan yang menurun selama
pandemi menyebabkan perubahan pembelian jenis pangan terutama pangan dengan kandungan tinggi protein,
sehingga balita banyak menonsumsi makanan energy dense (energi tinggi) dan kualitas protein rendah.. Bila
keadaan tersebut berlangsung lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita. Dianjurkan
untuk menciptakan permainan berdasarkan gerak tubuh yang menyenangkan secara online atau offline yang
dapat dilakukan pada saat pandemi. Diperlukan menu standar untuk mencukupi kuantitas dan kualitas protein
atau meminum supleman asam amino esensial (protein) selain suplemen multivitamin dan mineral. [Penel Gizi
Makan 2022, 45(2):91-100]

Kata kunci: balita, konsumsi makanan, aktivitas sedentary, screen time

91
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2022 Vol. 45 (2): 91-100

PENDAHULUAN METODE

S
ejak timbulnya pandemi Covid-19 (C-19), Penelitian ini merupakan penelitian
anak-anak merupakan salah satu kualitatif yang dilakukan pada bulan Oktober
populasi yang terimbas dampaknya 2021. Etik penelitian mengacu pada etik Kohor
dengan prevalensi di dunia sebesar 5 Tumbuh Kembang Anak dikarenakan penelitian
1
persen . Meskipun mereka hanya sedikit ini merupakan bagian dari penelitian tersebut.
dipengaruhi virus secara langsung, namun efek Metode penelitian yang digunakan adalah
tidak langsung akibat situasi pandemi lebih diskusi kelompok terarah (DKT) dengan
2.
terlihat Terjadinya pandemic C-19 peserta 12 ibu balita dan 1 pengasuh balita.
menyebabkan beberapa kebijakan harus Peserta merupakan responden kohor tumbuh
dilakukan untuk mengatasi penyebaran virus kembang anak (TKA) di kecamatan Bogor
C-19, antara lain pemberlakuan Pembatasan Tengah, Kota Bogor, Jawa. Kriteria yang
Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan pembatasan dijadikan informan adalah ibu yang mengasuh
jarak sosial. Kebijakan tersebut kemudian atau pengasuh dari balita yang berusia 48
berdampak kehilangan pekerjaan, penghasilan sampai 59 bulan pada pada oktober 2021. Hal
rumah tangga dan daya beli menurun. Dampak ini agar ada kesuaian pola asuh dan makan
ekonomi merupakan dampak yang ditimbulkan pada anak usia 24-35 bulan sebelum belum
pada masa pandemi terutama terjadi pada pandemi terjadi, yaitu sama-sama dapat
1
kelompok sosial ekonomi rendah . Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal. Selanjutnya,
menyebabkan perubahan pola pembelian oleh karena informan yang direkruit berasal
bahan pangan dan kebiasaan makan di rumah dari peserta kohor tumbuh kembang anak di
tangga tidak terkecuali anak yang merupakan kelurahan kebon kelapa, maka informan
3-4
kelompok rentan . Food insecurity terjadi terekruit cenderung berada pada kelompok
akibat permasalahan ekonomi tersebut, yang sosial ekonomi rendah.
menyebabkan anak pada kelompok sosial Kelompok diskusi terbagi menjadi 4
ekonomi rendah tidak cukup mendapatkan kelompok. Setiap kelompok dipandu oleh 2
akses terhadap makanan bergizi dalam jumlah peneliti yang bertugas memandu diskusi dan
cukup untuk pemenuhan kebutuhan jumlah dan mencatat kejadian selama diskusi berlangsung.
preferensi makanannya untuk menunjang Sebelum, pelaksanaan DKT, terlebih dahulu
1
kehidupan anak yang aktif dan sehat . dikembangkan pedoman DKT, agar ada
Makanan yang murah dan terjangkau persamaan persepsi pada setiap peneliti yang
dapat merupakan salah satu penyebab pola terlibat. Gaya hidup yang dimaksudkan pada
makan anak tinggi energi dengan kualitas gizi pedoman tersebut meliputi pola makan dan
yang rendah yaitu makanan manis dan aktivitas fisik balita sebelum dan saat pandemi-
berlemak. Selain itu, mengonsumsi jenis covid-19. Selanjutnya untuk mengetahui yang
makanan tersebut dapat menimbulkan rasa dimungkinkan melatarbelakangi terjadinya
nyaman. Makanan tersebut sangat diinginkan gaya hidup balita selama pandemi, yang
(food craving) pada saat bosan dan stress meliputi perubahan penghasilan keluarga, pola
akibat berada dirumah dalam waktu lama pembelian bahan pangan, dan
3-4
selama pandemi . penyelanggaraan pangan keluarga selama
Selain perubahan kebiasaan makan terjadi pandemi.
pula perubahan gaya hidup lain berupa Diskusi kelompok terarah dilakukan di
aktivitas fisik yang rendah antara lain meliputi UPF Inovasi Penanggulangan Stunting di Kota
durasi dan kualitas tidur serta recreational Bogor. Sebelum diskusi dimulai, setiap peserta
screen time seperti nonton melalui televisi dan mendapatkan penjelasan mengenai penelitian
5-6
internet, serta bermain games . yang akan diikuti dan diminta kesediaannya
Dengan demikian perubahan gaya hidup berpartisipasi dengan cara menandatangani
selama pandemi mengarah ke perubahan gaya lembar persetujuan penelitian. Lama diskusi
hidup kurang sehat yang dapat berimplikasi 45-60 menit, yang direkam secara verbatim.
terhadap tumbuh kembang dan kesehatan Informasi yang diperoleh pada diskusi dibuat
anak dikemudian hari. Penelitian ini bertujuan trankrip yang kemudian dianalisis secara
mengeksplorasi perubahan gaya hidup pada tematik, menjadi tema dan sub-tema.
balita sebelum dan saat pandemic covid-19, Dilakukan pula triangulasi untuk validasi hasil
serta mengeksplorasi alasan terjadinya dari diskusi kelompok terarah, yaitu dengan
perubahan tersebut agar dikemudian hari saat melakukan wawancara mendalam pada satu
terjadi pandemi dapat diambil langkah-langkah anggota rumah tangga pada setiap kelompok
kebijakan untuk mengatasi masalah yang DKT. Penunjukan anggota rumah tangga
terdampak dari pandemi. dilakukan secara snow balling dari informan
DKT. Anggota rumah tangga tersebut

92
Gaya hidup balita selama pandemi covid-19 ... (Nazarina; dkk )

merupakan anggota yang kesehariannya dekat sementara. Meskipun ada yang masih tetap
dengan balita, yaitu terdiri dari bibi, ayah, dan bekerja, namun sebagai pedagang atau
nenek anak balita. penjual jasa penghasilan mereka berkurang,
akibat daya beli masyarakat yang menurun
HASIL untuk membeli dagangan atau jasa mereka.
Perubahan gaya hidup selama pandemi ….”suami saya sempat diam di rumah, buat
C-19 terjadi secara global, pada setiap individu. sehari-hari juga istilahnya susahlah….buat
Pada penelitian ini, saat pandemi C-19 terjadi makan juga,”…. (IU; 12)
perubahan gaya hidup pada balita
Usaha Mendongkrak Perekonomian Rumah
dibandingkan sebelum pandemi, yaitu berupa
Tangga
perubahan kebiasaan makan balita dan
aktivitas fisik yang meliputi, aktivitas bermain, Pemerintah dan para donatur non-
tidur, dan screen time. Meskipun keluaga telah pemerintah, telah berusaha membantu
berupaya untuk mengatasi dampak pandemi perekonomian keluarga antara lain melalui
terhadap kebiasaan konsumsi keluarga pemberian uang tunai, voucher/token listrik,
terutama balita, namun perubahan gaya hidup pulsa untuk anak sekolah, dan sembako.
balita tetap terjadi di saat pandemi C-19. Namun, menurut pengakuan peserta diskusi,
Berdasarkan hasil Diskusi Kelompok Terarah tidak semua menerima bantuan tersebut
diperoleh tema dan sub-tema perubahan gaya secara rutin. Ada yang menerima hanya
hidup balita serta upaya keluarga untuk sampai 3 bulan, bahkan ada yang hanya satu
mengatasi akibat pandemi terhadap gaya hidup bulan .
terutama pada balita (tabel1).
….”nerima bansos, paling cuma berapa ya,
Tabel 1 cuma 3 kali“….(IU: 1)
Tema dan Sub-Tema Hasil Diskusi
Kelompok Terarah Pada umumnya, bantuan berupa uang
tunai digunakan oleh ibu balita untuk membeli
Tema Sub-Tema bahan pangan, namun ada pula yang
Frekuensi Makan dimanfaat untuk berjualan makanan dalam
Gaya Hidup Jenis makanan upaya membantu perekonomian keluarga.
Kebiasaan Makan Makan di Luar Jualan dilakukan baik secara online atau
Suplemen Makanan menitipkan barang dagangan di warung-
Bermain warung.
Gaya Hidup Aktivitas
Tidur
Fisik
Screen Time ….”saya dapat bansos yang kemarin Rp.
Jaga jarak sosial 600.000. Saya coba buat usaha saya bikin
Penghasilan keluarga keripik singkong buat nambah-nambah
Latar belakang
Pola pembelian bahan penghasilan. Saya masukkan ke warung-
perubahan gaya
pangan warung ya Alhamdulillah walaupun tidak ini
hidup balita
Pengaturan makan juga ya Alhamdulillah bisa mencukupi
keluarga gitu”.…(IU:14)

Latar belakang terjadi perubahan gaya Istri berusaha membantu mengatasi


hidup balita selama pandemi C-19 perekonomian keluarga bukan hanya dengan
cara berdagang, tetapi ada yang memberi
Jaga Jarak Sosial dan Penghasilan Rumah layanan jasa berupa memijat, atau sebagai
Tangga asisten rumah tangga harian.
Sejak adanya kebijakan PPKM dan jaga Usaha Mengatasi Perekonomian terhadap
jarak sosial akibat pandemi C-19, hampir Pembelian Bahan Pangan
seluruh peserta mengaku bahwa penghasilan
keluarga menurun. Meskipun segala upaya telah dilakukan
untuk membantu perekonomiam keluarga,
….”suka pengiriman barang ke jawa kemana namun keadaan perekonomian keluarga masih
gitu kan, karna dalam 2 tahun, …kemana mana belum memadai seperti sebelum pandemi C-
kan susah, nah baru sekarang ni, kita ada lagi 19. Dalam menghadapi masalah perekonomian
pemasukan.” (IU; 6) tersebut kebiasaan yang sebelumnya dilakukan
Sebelum pandemi sebagian besar oleh keluarga mengalami perubahan, seperti
pekerjaan kepala keluarga adalah buruh pada sistem pembelian bahan pangan yang
(69,2%). Pada saat pandemi banyak dari meliputi tempat pembelian dan frekuensi serta
mereka kehilangan pekerjaan atau dirumahkan

93
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2022 Vol. 45 (2): 91-100

jenis bahan pangan yang dibeli untuk anggota merubah metode pemasakan karena bahan
keluarga termasuk balita. pangan seperti minyak goring mahal harganya.
Pembelian Pangan ….“Minyak mahal banget. Biasa, anak kan
suka pisang goreng ya. Aa’ (panggilan ke
Sebelum pandemi pembelian bahan
anak) jangan dulu makan pisang goreng ya.
pangan di lakukan di warung dekat dengan
……. kita makan kolek aja kan kolek sama aja
tempat tinggal, namun sejak pandemi
ada pisangnya. Jadi kita ganti aja ya Aa’ “.
pembelian dilakukan di pasar dengan alasan
(IU:9)
harga pangan di pasar lebih murah dibanding
di warung, sehingga pembelian bahan pangan
Kebiasaan Makan Anak Balita
di pasar dapat dilakukan dalam jumlah besar
untuk kebutuhan beberapa hari. Meskipun segala upaya telah diusahakan
untuk mendongkrak perekonomian keluarga
.…“biasa belanja di warung, ini kita larinya
namun pendapatan keluarga tetap tidak
kepasar…jadi maksudnya kan sekali masak ya
mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan
(klo beli diwarung). Kalo dipasarkan bisa buat
pangan keluarga. Keadaan tersebut sudah
berkali kali gitu. Jadi kan kita kagak (tidak) beli
dicoba untuk ditangani oleh Ibu balita yaitu
berkali-kali gitu, misalnya 100 ribu bisa beli
dengan membeli bahan pangan terjangkau dan
lauk terus sayuran gitu, macem macem itu buat
mengurangi frekuensi pembelian makan
bisa 5 hari. Kalo ke warung buat sehari doang.
terutama untuk makanan tinggi protein.
Maksudnya kan kalo kita ke pasar bisa 100
Keadaan tersebut, menyebabkan terjadi
ribu, bisa dapet apa aja ya, jadi kita aga ngirit
perubahan dalam kebiasaan makan balita yang
ya pinter-pinter kitanya aja”…. (IU; 15)
saling bersinegi dengan keadaan balita lama
berdiam dirumah akibat penerapan kebijakan
Frekuensi Pembelian dan Jenis Bahan Pangan
PPKM dan jaga jarak sosial.
Pendapatan rumah tangga yang menurun
akibat pandemi C-19, berdampak pada Frekuensi Makan Nasi, Jajanan, dan
perubahan frekuensi pembelian bahan pangan. Cemilan
Pembelian beras berubah dari pembelian
Selama pandemi C-19, balita lebih banyak
sebulan sekali dalam jumlah besar menjadi
menghabiskan waktu berada di rumah,
eceran seminggu sekali.
sehingga anak lebih sering makan. Makanan
yang dimakan dapat berupa makanan utama
….”tadinya biasanya sebulan bisa beli beras
seperti nasi dan sayur, atau makanan selingan
sekarung kecil sekarang mah boro-boro”…..
seperti ngemil atau makanan jajanan. Pada
(IU:12)
anak dengan konsumsi makanan utama
meningkat dapat disebabkan konsumsi jajanan
Demikian juga frekuensi pembelian bahan
selama pandemic berkurang.
makanan sumber protein hewani mengalami
perubahan. Pembelian telur masih tetap ….”anak saya, dia lebih sering makan. Soalnya
diusahakan untuk anak balita namun dengan dia kebanyakannya di rumah sekarang. Jadi
frekuensi pembelian yang lebih jarang kalau jajanan dia udah agak berkurang, jadi
dibandingkan sebelum pandemi. yang penting dia makan yang tadinya sehari
tiga kali bisa 4 kali 5 kali, yang penting saya
....”Kalo sebelum covid-19 biasanya suka beli
sayur nya aja yang banyak gitu. Makin nambah
ayam seminggu berapa kali gitu sekarang mah
dia, soalnya jajannya kurang”…. (IU: 14)
berkurang gitu. Yang dipentingin sekarang telor
aja buat anak” (IU:10) Sebelum pandemi, pada umumnya balita
suka jajan. Makanan jajanan yang sering dibeli
Diantara bahan pangan sumber protein adalah gorengan, biskuit, kletikan (sejenis
lainnya seperti ayam dan ikan sangat jarang kripik-kripikan), es krim, dan permen. Oleh
dibeli atau hampir tidak terbeli sejak terjadi karena, disaat pandemi C-19, balita tinggal di
pandemi, sehingga beralih ke pembelian telor rumah dalam kurun waktu yang lama,
dan bahan pangan sumber protein nabati membuat mereka menjadi lebih sering ingin
seperti tempe dan tahu. ngemil atau makan makanan ringan (makanan
jajanan).
Metode Pemasakan
Dikarenakan penghasilan keluarga yang
Selain merubah prioritas jenis bahan menurun dan adanya kebijakan PPKM, maka
makanan yang dahulu biasa dibeli, ibu juga kegiatan membeli jajanan di luar dikurangi.
mensiasati pengeluaran pangan dengan Namun demikian. karena sulit memberikan

94
Gaya hidup balita selama pandemi covid-19 ... (Nazarina; dkk )

pengertian pada anak untuk mengurangi jajan, bermain bersama teman, pergi ke mall atau
ibu mengatasi hal tersebut dengan cara sekedar ke mini market bersama keluarga.
menyiasati menyediakan kletikan/kripik dan Namun, selama pandemi balita banyak berada
serta makanan untuk cemilan/makanan ringan di dalam rumah, sehingga banyak kegiatan
di rumah. yang dilakukan di dalam rumah.
Selama pandemi, aktivitas bermain
….”nyetok aja itu anak anak seneng di rumah
kadang masih dilakukan, namun di dalam
wae (aja), gitu misalnya biasa jajan diluar jadi
rumah. Anak kadang mengajak teman ke
ambilin yang ada di kulkas. Apa aja digoreng’.
rumah untuk bermain baik di dalam rumah atau
(IU;7)
di perkarangan rumah. Biasanya aktivitas
.…”Saya biasanya suka bikin apa gitu pudding, bermain yang dilakukan adalah bermain mobil-
(anak) suka ager biasa suka beli, serebuan“. mobilan, puzzle, alfabet tempel di poster.
(IU:9)
.…”paling bawa temennya ke rumah, biarin
Frekuensi Makan di luar berantakan juga asal di dalam rumah”…. (IU:9)
Keluarga yang sebelumnya memiliki Screen Time
rutinitas makan di luar maka selama pandemi
C-19, kebiasaan tersebut ditiadakan Aktivitas balita yang banyak dilakukan di
dalam rumah adalah melakukan recreational
.…“untungnya anak-anak, juga pada nurut sih
screen time, seperti melakukan game atau
selama ini …., biasa makannya seminggu
nonton kartun di you-tube atau televisi.
sekali kita makan diluar jadi kita dirumah aja”..
(IU: 8) …”sekarang dia lebih suka nonton tv kan,
seneng nonton kartun jadi jarang keluar si kalo
Suplemen Makanan
dia mah” (IU:5)
Ada perubahan mengenai konsumsi balita
disaat pandemi, yaitu sebagian besar balita Tidur
informan mengkonsumsi suplemen meskipun Tidur merupakan bagian dari aktivitas
tidak secara rutin dilakukan. Beberapa rumah
balita. Selama pandemic, total durasi tidur
tangga memperoleh suplemen melalui bantuan
balita lebih lama dibandingkan sebelum
dari dari tempat kerja, posyandu, atau dari
pandemi.
bantuan lainnya. Kebanyakan rumah tangga
merasa tetap memiliki kewajiban melakukan …”karena (saya) lebih banyak WFH,
pengeluaran untuk supplemen yang …..kemudian (anak balita) bisa tidur siang juga
sebelumnya tidak dilakukan sebelum pandemi. ditemani, biasanya kan tidak pernah tidur
Dengan demikian, pembelian dan konsumsi siang kalau dengan neneknya susah,
suplemen makanan merupakan kebiasaan berhubung (ibu) banyak WFH jadi rutinitas
baru untuk rumah tangga termasuk balita. Ibu (tidur) dengan saya”. (IU:15)
memahami bahwa suplemen makanan dapat
meningkatkan imunitas anak untuk mencegah BAHASAN
terinfeksi C-19.
Pada umumnya suplemen yang dibeli Pandemi dapat menyebabkan perubahan
ataupun yang diperoleh dari tempat kerja atau yang serius terhadap gaya hidup dipopulasi
7
bantuan lainnya lebih banyak berupa vitamin C. anak-anak . Perubahan gaya hidup balita saat
imboost, scot emulsion, bahkan madu yang pandemi C-19 pada penelitian ini juga terjadi
kesemuanya dianggap oleh informan dapat yaitu, meliputi kebiasaan makan dan aktivitas
meningkatkan stamina tubuh. fisik. Ada yang melatar belakangi perubahan
gaya hidup tersebut yaitu kebijakan PPKM dan
.…”ngga pernah beli vitamin (sebelum jaga jarak sosial, menyebabkan banyak
pandemi) jadi beli vitamin”. (IU: 7) keluarga yang mengalami pemutusan
hubungan kerja atau di rumahkan sementara.
…“pas Covid ada vitamin ya”…. sebelum covid
Pada akhirnya, kebijakanakan tersebut
nggak… vitamin untuk semua”…untuk menjaga
menyebabkan penghasilan keluarga yang lebih
stamina tubuh ya” (IU: 4)
rendah selama pandemi dibandingkan sebelum
pandemi.
Aktivitas Anak
Penghasilan keluarga yang rendah
Bermain berakibat daya beli keluarga yang rendah
Sebelum pandemi C-19, balita biasa termasuk daya beli untuk pangan keluarga.
melakukan aktivitas di luar rumah, seperti Selanjutnya, hal tersebut menyebabkan

95
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2022 Vol. 45 (2): 91-100

perbedaan gaya hidup pada balita dipenelitian diperoleh oleh sebagian ibu balita peserta
ini terjadi, yaitu berupa kebiasaan makan pada diskusi kelompok terarah digunakan sebagai
saat pandemi dibandingkan sebelum pandemi modal usaha jualan on-line. Dimungkinkan hal
C-19. Sebagian besar, keluarga informan pada tersebut dilakukan agar modal yang diperoleh
penelitian ini adalah keluarga yang memiliki berputar dan memberi keuntungan lebih yang
status ekonomi yang rendah dengan dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
penghasilan sebelumnya sebagai buruh. hidup sehari-hari. Namun informasi tersebut
Selanjutnya, pada saat pandemi banyak kepala kurang tergali pada diskusi kelompok terarah.
keluarga yang mengalami pemutusan Meskipun berbagai usaha dilakukan dan
hubungan kerja atau dirumahkan sementara, bantuan diperoleh untuk mengatasi
sehingga perekonomian yang kurang baik perekonomian keluarga terdampak pandemi C-
sebelum pandemi menjadi lebih terpuruk. 19 oleh keluarga informan, namun demikian,
Keadaan tersebut umum terjadi pada saat perekonomian keluaga tetap jauh lebih rendah
pandemi C-19. Hal tersebut terlihat dari dibandingkan sebelum pandemi C-19 terjadi.
penelitian lain yaitu, terjadi masalah Hal tersebut menyebabkan daya beli keluarga
perekonomian keluarga yang memburuk atau menurun, termasuk pemenuhan kebutuhan
sulit akibat dirumahkan sementara dari pangan hanya dalam batas marginal, sehingga
pekerjaan bahkan ada yang kehilangan terjadi perubahan pola pembelian jenis bahan
8,4
pekerjaan . pangan. Pembelian pangan pada keluarga
Diketahui bahwa, pada umumnya keluarga informan berubah disesuaikan dengan
yang memiliki sosial ekonomi rendah akan kemampuan daya beli yang dimiliki, yaitu
lebih kawatir terhadap keadaan kesehatan, pembelian bahan makanan sumber protein
9
kurang makanan, dan penghasilan . hewani seperti ayam sudah sangat jarang
Penghasilan keluarga yang menurun selama dilakukan oleh ibu balita. Dibandikan ayam
pandemi dapat mempengaruhi pemenuhan ataupun telur tempe dan tahu lebih sering
kebutuhan akan pangan keluarga. Pemenuhan dibeli, Keadaan ini akan merubah kebiasaan
kebutuhan pangan keluarga yang kurang makan balita dalam jenis bahan makanan yang
selama pandemic dapat berdampak pada dikonsumsi menjadi kurang berkualitas. Namun
kebiasaan makan balita yang merupakan demikian, di antara anggota keluarga balita
bagian dari gaya hidupnya. Keadaan ini erlihat tetap merupakan perioritas untuk mendapatkan
pada hasil penelitian ini yaitu terjadi frekuensi makanan terbaik yang ada atu mampu terbeli.
yang sering makanan energi tinggi, seperti Penurunan daya beli selama pandemi dapat
karbohidrat dan/atau lemak tinggi, yang berasal mempengaruhi pola pembelian bahan pangan
dari nasi atau makanan selingan. Makanan dan kemudian mempengaruhi kebiasaan
3
tersebut lebih murah dijangkau dibandingkan makan keluarga termasuk kebiasaan makan
bahan pangan sumber protein. balita.
Sebenarnya, keadaan perekonomian Perubahan pola pembelian jenis pangan
keluarga yang menurun, sudah diusahakan ke kualitas rendah mencerminkan terjadi food
8
untuk diantisipasi agar pemenuhan kebutuhan insecurity . Keadaan ini terjadi secara global
keluarga terutama akan pangan masih dapat sebagai akibat pandemi yang disebabkan oleh
dicapai. Antisipasi yang dilakukan berupa banyaknya orang mengalami kehilangan
4
pemberian bantuan dari pemerintah maupun pekerjaan . Berdasarkan hal tersebut, oleh
lembaga non-profit kepada keluarga dengan karena banyak keluarga informan yang
perekonomian terdampak pandemi covid-19. mengalami pemutusan hubungan kerja maka
Bantuan tersebut berupa bantuan langsung food insecurity di tingkat rumah tangga dapat
tunai yang berikan setiap tiga bulan sekali, terjadi. Food insecurity memberikan dampak
bantuan pulsa, dan token listrik. Namun, pada yaitu, terutama gangguan kesehatan dan
kenyataannya tidak semua keluarga peserta perkembangan. Hal ini dikarenakan
penelitian ini, menerima bantuan secara rutin pemenuhan gizi yang tidak tercukupi atau
Hal tesebut yang memungkinkan, kebutuhan sebaliknya gizi lebih karena kualitas makanan
pangan keluarga termasuk balita tidak bisa yang rendah yaitu, makanan bergula dan
dipenuhi seperti sediakala sebelum Covid-19 berlemak. Keadaan tersebut tidak menunjang
4
terjadi. berkehidupan yang sehat dan aktif . Oleh
Upaya mengatasi perekonomian keluarga karena itu, bila pandemi C-19 berlangsung
juga dilakukan oleh Ibu balita yaitu, dengan lama maka akan berpotensi mempengaruhi
cara berjualan secara online dari bantuan makan dan kesehatan anak untuk waktu yang
8
langsung tunai yang diperoleh atau menjual lama pula .
jasa sebagai tukang pijat atau asissten rumah Dalam mengatasi kebutuhan pangan
tangga. Uang bantuan langsung tunai yang keluarga, ibu balita sudah mencari cara untuk

96
Gaya hidup balita selama pandemi covid-19 ... (Nazarina; dkk )

mengatasi pemenuhan kebutuhan pangan menyatakan bahwa selama pandemi makanan


keluarga agar tetap terpenuhi, terutama untuk lebih banyak yang dimasak sendiri di rumah
balita. Cara yang dilakukan adalah membeli pada keluarga yang memiliki status sosial dan
11
bahan pangan di pasar yang harganya lebih edukasi yang tinggi . Namun pada penelitian
murah dibandingkan di warung yang selama ini ini, hal tersebut juga terjadi pada keluarga yang
dilakukan sebelum pandemi. memiliki status sosial dan pendidikan rendah.
Agar kebutuhan gizi didalam keluarga Mengolah makanan sendiri, membuat ibu
termasuk anak balita terpenuhi meskipun balita memiliki kesempatan merubah metode
dalam keadaan penghasilan yang kurang dan pemasakan dengan tujuan menghemat
adanya kebijakan PPKM cara lainnya yang pengeluaran. Seperti yang dilakukan untuk
dilakukan adalah ibu melakukan pengolahan menghindari pembelian minyak goreng yang
makanan sendiri. Pada kenyataannya harganya melonjak menjadi sangat mahal
memang terjadi peningkatan melakukan bertepatan dengan terjadinya pandemi. Karena
pengolahan makanan sendiri di rumah selama itu beberapa informan ibu balita melakukan
8
pandemi . Pengolahan makanan sendiri perubahan metode pemasakan yaitu
merupakan aktivitas rekreasi atau refreshing menghindari pengolahan menggoreng sebisa
10
bagi ibu selama adanya locked down . mungkin. Balita yang suka makan pisang
Namun pada penelitian ini informasi untuk goreng diganti pengolahannya kolak pisang
alasan tersebut tidak tergali, informasi yang sambil memberi pengertian kepada balita.
diperoleh adalah ibu balita melakukan
Perubahan metode pemasakan
pengolahan makanan sendiri untuk makanan
dimungkinkan tidak berhubungan dengan
jajanan yang selama ini balita jajan dalam
perubahan asupan gizi balita yang signifikan
bentuk makanan jadi atau siap dimakan. Hal
namun merubah jenis pangan yang
tersebut dimungkinkan ibu dan balita lebih
dikonsumsi, seperti merubah dari pisang
banyak tinggal di rumah, aktivitas jajan tidak
goreng menjadi kolak pisang. Dengan
dilakukan karena kebijakan jaga jarak sosial,
melalukan penghematan pengeluaran melalui
dan mengolah makanan jajanan di rumah lebih
perubahan metode pemasakan, maka
murah dibandingkan membeli makanan jadi.
penghematan tersebut dapat digunakan untuk
Pengolahan makan oleh ibu saat pandemi juga
pembelian bahan makanan lain sebagai usaha
untuk menghemat pengeluaran untuk makanan
untuk pemenuhan gizi balita dan anggota
jajanan. Selama pandemi anak lebih suka
keluarga lainnya.
ngemil atau makan makanan jajan/selingan
dibanding sebelum pandemi. Dimungkinkan hal Ada perubahan gaya hidup balita dalam
ini karena anak berada di rumah dalam waktu frekuensi dan jenis bahan pangan yang
yang lama. Kebiasaan makan makanan dikonsumsi balita. Hal tersebut dilator
selingan/jajanan yang meningkat selama belakangi oleh perubahan frekuensi pembelian
pandemi juga diperlihatkan dari penelitian lain dan jenis bahan pangansebagai dampak
yaitu pada saat pandemi pada anak terjadi rendahnya penghasilan keluarga selama covid-
peningkatan konsumsi makanan selingan 19. Untuk frekuensi konsumsi nasi tidak ada
8 11
bercitarasa manis dan asin dengan perubahan atau bahkan ada peningkatkan
demikian terjadi perubahan gaya hidup bahwa meskipun ibu balita membeli beras dengan
selama pandemi. kebiasaan ngemil dan mengecer namun lebih sering frekuensinya
makanan makanan selingan atau jajanan selama pandemi.
meningkat. Kesukaan mengemil manis dan Pada kenyataannya, perubahan terhadap
asin juga terjadi pada penelitian ini. Perbedaan pembelian pangan juga terjadi di beberapa
8
dari penelitian yang sudah ada pada penelitian negara, seperti Amerika dan Spanyol . Pada
ini, anak juga suka makanan gorengan sebagai penelitian ini terjadi perubahan pola pembelian
makanan camilan yang tinggi lemak. bahan pangan sumber pangan protein hewani
Dalam mengatasi kebiasaan makan yang sangat jarang dikarenakan harga pangan
selingan atau jajanan yang meningkat, ibu tersebut sulit terjangkau dengan penghasilan
balita mengatasinya dengan cara menyediakan keluarga yang menurun akibat pandemi. Bahan
ataupun mengolah makanan tersebut. Hal ini pangan sumber protein hewani yang masih
dikarenakan dengan melakukan pengolahan memungkinkan terjangkau saat pandemi
makanan selingan/jajanan sendiri agar lebih adalah telur yang diutamakan untuk balita.
berhemat dalam pengeluaran dibanding Tahu dan tempe merupakan bahan pangan
membeli jajanan di luar dan mematuhi sumber protein yg lebih sering dibeli, namun
kebijakan PPKM ataupun jaga jarak sosial, jenis proteinnya adalah protein nabati yang
karena balita dan ibu tidak perlu sering keluar kualitasnya lebih rendah dibanding protein
rumah untuk membeli jajanan. Suatu penelitian nabati.

97
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2022 Vol. 45 (2): 91-100

Ibu balita telah berupaya memenuhi merupakan makanan energi tinggi. Hal tersebut
kebutuhan pangan keluarga, terutama balita. juga dibuktikan oleh penelitian lainnya, yaitu
Namun, masih sulit untuk memenuhi terjadinya peningkatan konsumsi makanan
kebutuhan pangan balita seperti sebelum selingan (snack) energi tinggi selama
16
terjadinya pandemi, terutama untuk bahan lockdown .
pangan sumber protein hewani. Pada akhirnya, Dengan meningkatnya frekuensi makan
keadaan tersebut merubah gaya hidup baik makanan utama dan/atau makanan
kebiasaan makan balita dalam hal konsumsi selingan (ngemil)/jajanan dimungkinkan
jenis dan frekuensi pangan sumber protein kuantitas konsumsi makanan terpenuhi bahkan
hewani. dapat berlebihan, namun kualitas makanan
Perubahan balita mengonsumsi makanan yang dikonsumsi kurang baik. Di sisi lain balita
sumber protein hanya dapat menyebabkan mengonsumsi makanan yang rendah kuantitas
asupan protein yang rendah baik kualitas dan kualitas protein. Hal tersebut didukung dari
maupun kuantitasnya. Padahal asupan gizi hasil penelitian lain yang menyatakan bahwa
yang cukup sangat penting untuk optimalisasi pola makan semasa pandemi C-19 memiliki
system imun. Defisit energi, protein, dan zat asupan energi yang lebih tinggi dan kualitas
gizi mikro yang berkepanjangan dapat gizi yang rendah dibanding sebelum pandemi
3
mengganggu system imun dan pertahanan C-19 .
12
tubuh terhadap infeksi . Diketahui bahwa Selama pandemi ada perubahan gaya
protein hewani system imun tubuh. Bila balita hidup lain yaitu, terkait konsumsi suplemen
kekurangan asupan protein untuk waktu yang makanan pada balita. Suplemen tersebut
lama makan dapat menyebabkan. diperoleh dari bantuan posyandu, lembaga
Sebenarnya, secara keseluruhan non-profit atau membeli sendiri. Namun
frekuensi makan balita meningkat disaat suplemen yang diminum umumnya hanya
pandemi akibat tinggal lebih lama di rumah. Hal mengandung vitamin C dalam bentuk tablet/pil
tersebut terlihat dari hasil penelitian lain yang atau minuman dengan kandungan vitamin C
menyatakan frekuensi makan keluarga tinggi. Minuman herbal juga dianggap sebagai
13
termasuk anak meningkat selama pandemic . suplemen makanan. Suplemen makanan
Namun makanan yang sering dikonsumsi lebih sebaiknya memang diberikan untuk balita
mengarah kepada makanan yang energi tinggi mempertahankan gizi seimbang selama PPKM
(energy dense) yaitu, nasi makanan ringan atau karantina mandiri. Oleh karenanya,
atau jajanan. Seperti halnya penelitian lain suplemen yang diberikan sebaiknya multi
1
yang menyatakan bahwa selama pandemi vitamin dan mineral .Dengan demikian
anak termasuk Balita lebih banyak suplemen yang diberikan ke balita pada
mengonsumsi makanan selingan dan/atau penelitian ini masih kurang tepat, karena lebih
2,3,413 14
makanan utama . banyak berbentuk single nutrient atau herbal.
Pada penelitian ini, selama pandemi Selanjutnya, pada penelitian ini suplemen
makanan selingan yang sering dikonsumsi diberikan tidak setiap hari, sehingga kurang
balita covid-19 adalah kripik/kletikan, gorengan dapat mendukung sistem imun anak.
atau puding. Makanan tersebut mengandung Selanjutnya, gaya hidup balita yang
tinggi lemak/minyak, gula, dan garam untuk mengalami perubahan selain aktivitas makan
keripik/kletikan. Meningkatnya kebiasaan balita meningkat, adalah akfitas recreational
mengonsumsi makanan tinggi garam, atau gula screen time dan tidur balita juga meningkat,
juga diperlihatkan dari penelitian lain. sedangkan bermain di luar rumah tidak lagi
Dinyatakan bahwa pada saat pandemi C-19, dilakukan selama pandemi. Namun balita
pada anak terjadi peningkatan konsumsi masih melakukan aktivitas bermain tetapi di
8
makanan selingan bercitarasa manis dan dalam atau di perkarangan rumah. Kegiatan
11
asin . Isolasi mandiri di rumah berhubungan bermain yang dilakukan tersebut antara lain
dengan kebosanan dan stress sehingga berupa bermain mobil-mobilan atau puzzle.
meningkatkan asupan tinggi energi, sebagai Namun demikian, diperlukan kehati-hatian
makanan yang dapat memberi rasa nyaman untuk mengajak terman bermain di rumah.
yang merupakan bagian dari perilaku makan Oleh karena penyakit C-19 mudah dan cepat
10
emosional . Makanan yang manis merupakan menularkan, protokel kesehatan harus
makanan energy dense yang memberi rasa diterapkan saat bermain. Perubahan aktivitas
3,15
nyaman saat dimakan pada saat bosan . fisik anak juga diperlihatkan dari penelitian lain,
Pada penelitian ini makanan tinggi lemak yaitu Isolasi sosial dan tinggal di dalam rumah
seperti gorengan juga merupakan bagian dari akan mengganggu aktivitas fisik rutin yang
7
makan selingan yang dikonsumsi selama dilakukan oleh anak . Penelitian lain juga
pandemi. Makanan lemak tinggi juga menunjukan hasil yang serupa bahwa pada

98
Gaya hidup balita selama pandemi covid-19 ... (Nazarina; dkk )

saat pandemic, pada balita ada penurunan dapat terjadi. Tidak dilakukan penggalian
aktivitas fisik total, dan peningkatan screen informasi gaya hidup balita dari perspektif ayah
17
time . balita.
Bermain merupakan bagian dari aktivitas
KESIMPULAN
fisik balita. Oleh karena adanya isolasi mandiri
selama PPKM, aktivitas bermain menjadi Selama pandemi C-19 paada umumnya
sangat terbatas, karena balita tidak dapat terjadi perubahan gaya hidup balita yang
bermain diluar rumah. Hal tersebut terganti meliputi kebiasaan makan, yaitu lebih sering
dengan lebih banyak balita yang melakukan mengonsumsi makanan energi tinggi, terutama
recreational screen time dan tidur. Aktivitas dari makanan selingan/jajanan. Meskipun
recretional screen time yang lebih banyak keluarga mendapat bantuan dan ibu balita
dilakukan di rumah adalah menonton film sudah berusaha untuk memenuhi kebutuhan
kartun melalui televisi atau youtube serta pangan keluarga terutama balita yaitu, dengan
bermain game pada gawai (gadget). Kuota membuat perioritas pembelian bahan pangan.
data gadget beberapa rumah tangga Namun demikian, pemenuhan kuantitas dan
menyatakan mendapat bantuan pulsa. Dari kualitas protein dimungkinkan tidak terpenuhi
penelitian lain juga terlihat bahwa recreational karena penghasilan keluarga yang menurun
screen time kegiatan yang lebih banyak sehingga daya beli keluarga terhadap pangan
2,6,18
dilakukan oleh balita pada saat pandemi . berkualitas turut menurun. Aktivitas balita
Screen time merupakan bagian dari aktivitas selama pandemi cenderung lebih banyak
sedentary. Dikawatirkan bahwa terlalu lamanya melakukan kegiatan recreational screen time
isolasi sosial dan menghabiskan waktu yang dan tidur. Hanya sedikit aktivitas bermain di
lama pada screen time akan menyebabkan dalam rumah dan jenis permainan yang
masalah terhadap adaptasi aktivitas fisik dilakukan hampir kurang mengandung unsur
18
setelah pandemi Covid-19 berakhir . gerakan fisik.
Selanjutnya bila screen time dilakukan
berlebihan, anak akan berisiko memiliki SARAN
kualitas tidur yang buruk, kecemasan, kurang
12 Dimasa yang akan datang, oleh karena
kemampuan untuk fokus, depresi . Pada
adanya penurunan penghasilan keluarga yang
penelitian ini durasi tidur balita meningkat,
mempengaruhi pembelian bahan pangan
seperti halnya pada penelitian lain, bahwa
terutama pemenuhunan gizi protein hewani
selama pandemi C-19 durasi tidur meningkat
untuk balita, maka sebaiknya kelak suplemen
namun kualitas rendah karena tidur lebih
19 yang diberikan kepada balita pada kelompok
malam dan bangun lebih siang . Namun pada
sosial ekonomi rendah selain vtamin dan
penelitian ini kurang tergali informasi mengenai
mineral, juga asam amino essensial (protein).
waktu dan bangun tidur ataupun kualitas tidur.
Selanjutnya diperlukan pula pedoman menu
Keterbatasan penelitian, bahwa informan
standar yang mencukupi kuantitas dan kualitas
pada penelitian ini tidak semuanya suka
protein terutama untuk balita dengan status
berbicara atau mengemukakan informasi atau
ekonomi keluarga yang rendah. Selain itu perlu
pendapat di dalam diskusi kelompok terarah,
edukasi pengaturan frekuensi makanan
sehingga dimungkinkan ada informasi yang
selingan dan perencanaan menu terutama
kurang tergali. Triangulasi dilakukan satu
makanan selingan/jajanan pengolahan yang
kelompok satu anggota keluarga yang
bergizi menghindari makanan/selingan yang
kesehariannya dekat dengan balita. Meskipun
energi tinggi.
informasi yang diperoleh dari hasil triangulasi
Untuk mengurangi aktivitas recreational
sama dengan informasi dari informan utama,
screen time dan tidur yang meningkat saat
sebaiknya ada informan dari ibu-ibu kader
pandemi, maka dianjurkan untuk diciptakan
setempat untuk melihat kebiasaan yang umum
permainan berdasarkan gerak tubuh yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar terkait gaya
menyenangkan bagi balita baik secara online
hidup balita. Kelemahan lainnya dari penelitian
atau offline yang dapat dilakukan pada saat
ini bahwa informan cenderung berasal dari
pandemi di ruang yang tidak luas (di dalam
keluarga yang memiliki sosial ekonomi dan
rumah). Diharapkan dengan memperhatikan
pendidikan rendah dengan lingkungan
faktor-faktor tersebut dapat menjaga balita
perumahan yang padat. Pada penelitian ini
tetap dalam keadaan sehat dan bugar.
juga tidak tergalinya informasi peranan ibu atau
anggota keluarga lainnya dalam aktivitas anak
RUJUKAN
balita sebelum dan selama pandemi Covid-19.
Belum tergali informasi mengenai waktu tidur 1. Scapaticci S, Neri CR, Marseglia GL,
dan kualitas tidur, dan bagaimana hal tersebut Staiano A, Chiarelli F, Verduci E. The

99
Penelitian Gizi dan Makanan, Desember 2022 Vol. 45 (2): 91-100

impact of the COVID-19 pandemic on body weight increase during the first
lifestyle behaviors in children and COVID-19 lockdown in Greece: The COV-
adolescents: an international overview. Ital EAT study. Nutrients. 2021;13(3):1–11.
J Pediatr. 2022;48(1):22. doi: https://doi. 11. Koletzko B, Holzapfel C, Schneider U,
org/10.1186/s13052-022-01211-y. Hauner H. Lifestyle and Body Weight
2. Zemrani B, Gehri M, Masserey E, Knob C, Consequences of the COVID-19 Pandemic
Pellaton R. A hidden side of the COVID-19 in Children: Increasing Disparity. Ann Nutr
pandemic in children: the double burden of Metab. 2021;77(1):1–3.
undernutrition and overnutrition. Int J 12. Lange KW, Nakamura Y. Lifestyle factors
Equity Health. 2021;20(1):1–4. in the prevention of COVID-19. Glob Heal
3. Batlle-Bayer L, Aldaco R, Bala A, Puig R, J.2020;4(4):146–52. doi: https://doi.org/10.
Laso J, Margallo M, et al. Environmental 1016/j.glohj.2020. 11.002
and nutritional impacts of dietary changes 13. Hammons AJ, Robart R. Family food
in Spain during the COVID-19 lockdown. environment during the COVID-19
Sci Total Environ. 2020;748:141410. pandemic: A qualitative study. Children.
doi:https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020. 2021;8(5).
141410. 14. Jansen E, Thapaliya G, Aghababian A,
4. Dondi A, Candela E, Morigi F, Lenzi J, Sadler J, Smith K, Carnell S. Parental
Pierantoni L, Lanari M. Parents’ perception stress, food parenting practices and child
of food insecurity and of its effects on their snack intake during the COVID-19
children in italy six months after the pandemic. Appetite. 2021;161(January):
COVID-19 pandemic outbreak. Nutrients. 105119. doi:https://doi.org/10.1016/j. appet.
2021;13(1):1–20. 2021.105119
5. Łuszczki E, Bartosiewicz A, Pezdan-śliż I, 15. Razi M, Nasiri A. Concerns of parents
Kuchciak M, Jagielski P, Oleksy Ł, et al. about children’s overweight and obesity
Children’s eating habits, physical activity, during the COVID-19 pandemic: A
sleep, and media usage before and during qualitative study. J Pediatr Nurs.
COVID-19 pandemic in Poland. Nutrients. 2022;63(March-April):111-116. doi:
2021;13(7):2447. https://doi.org/10.1016/j. pedn.2021.11.012
6. Guan H, Okely AD, Aguilar-Farias N, del 16. Farello G, D’Andrea M, Quarta A, Grossi A,
Pozo Cruz B, Draper CE, El Hamdouchi A, Pompili D, Altobelli E, et al. Children and
et al. Promoting healthy movement Adolescents Dietary Habits and Lifestyle
behaviours among children during the Changes during COVID-19 Lockdown in
COVID-19 pandemic. Lancet Child Adolesc Italy. Nutrients. 2022;14(10):2135.
Heal. 2020;4(6):416–8. 17. Aguilar-Farias N, Toledo-Vargas M,
7. Zengin M, Yayan EH, Vicnelioğlu E. The Miranda-Marquez S, Cortinez-O’ryan A,
effects of the COVID‐19 pandemic on Cristi-Montero C, Rodriguez-Rodriguez F,
children’s lifestyles and anxiety levels. J et al. Sociodemographic predictors of
Child Adolesc Psychiatr Nurs. changes in physical activity, screen time,
2021;34:236–42. and sleep among toddlers and
8. Ferrante MJ, Goldsmith J, Tauriello S, preschoolers in chile during the covid-19
Epstein LH, Leone LA, Anzman-Frasca S. pandemic. Int J Environ Res Public Health.
Food acquisition and daily life for U.S. 2021;18(1):1–13.
families with 4-to 8-year-old children during 18. Ozturk Eyimaya A, Yalçin Irmak A.
COVID-19: Findings from a nationally Relationship between parenting practices
representative survey. Int J Environ Res and children’s screen time during the
Public Health. 2021;18(4):1–15. COVID-19 Pandemic in Turkey. J Pediatr
9. Fasano MV, Padula M, Azrak MÁ, Avico Nurs. 2021;56:24–9.
AJ, Sala M, Andreoli MF. Consequences of 19. Bruni O, Malorgio E, Doria M, Finotti E,
lockdown during Covid-19 pandemic in Spruyt K, Melegari MG, et al. Changes in
lifestyle and emotional state of children in sleep patterns and disturbances in children
Argentina.Front Pediatr.2021;9(March):1-9. and adolescents in Italy during the Covid-
10. Androutsos O, Perperidi M, Georgiou C, 19 outbreak. Sleep Med. 2022;91:166–74.
Chouliaras G. Lifestyle changes and doi: https://doi.org/10.1016/j.sleep.2021.
determinants of children’s and adolescents’ 02.003.

100

You might also like