You are on page 1of 24

1

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromatica) DI


KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA

Evaluation of Land Suitability for Clove Plants (Eugenia aromatica) in Kindang District,
Bulukumba Regency

Nurul Amri1*, Christianto Lopulisa1, Rismaneswati1


1
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
*
Corresponding email: nurulamri377@gmail.com

ABSTRACT
Background. Development of clove plants in Kindang District, Bulukumba Regency needs to be adjusted
to the results of land suitability evaluation to achieve high productivity. Aim. Evaluating the suitability of
land in Kindang District, Bulukumba Regency for clove plant development. Research methods. This
research was conducted using qualitative methods to determine land suitability classes with a simple
approach to limiting factors. The 8 field observation terrain units are the result of overlapping slope maps,
geological maps and land cover maps. Determination of the sampling point in the form of representative
soil profiles using a free survey method. For each profile, an observation of the landscape and soil
samples for each layer were carried out to analyze the physical and chemical characteristics of the soil in
the laboratory. Result. The type of climate in Kindang district is classified according to the average
annual rainfall of 2103 mm, the average annual temperature of 26.91 ºC, the relative humidity of 73.5%
and the dry period of 2 months. The Kindang sub-district is dominated by land units with a slope> 15%, a
soil depth ranging from 0 to 160 cm, a clay texture, a CEC> 20 cmol kg-1, a pH> 6, a C-organic> 2%, a
moderate total Height N and P2O5, surface rocks and rock outcrops <5%. The analysis of the actual land
suitability of Kindang district shows that the land suitability class of cloves is classified as S2 (quite
suitable) covering an area of 7101.15 ha or 49.11% and S3 (according to marginal) covering an area of
5731.37 ha or 39.64% with a limiting factor of air humidity (wa) and erosion hazard (eh). The potential
suitability class of land in the Kindang sub-district is classified as S2 after corrective measures have been
taken in the form of terraces, plantations along the contour and cover crops on units of land with a slope >
30%. Conclusion. The actual land suitability at the research location is S3 (according to marginal) with
erosion hazard (eh) and S2 (quite appropriate) with air humidity limiting factors (wa) and erosion hazard
(eh).

Keywords: cloves, land suitability evaluation, limiting factors, Kindang District.

PENDAHULUAN
Tanaman Cengkeh (Eugenia aromatic L.) merupakan tanaman endemik yang berasal dari
Provinsi Maluku Utara (EA Puthut, 2013). Cengkeh mulanya dikembangkan di lima pulau kecil
di Maluku,yakni Moti, Bacan, Ternate, Makian dan Tidore (Santoso, 2018). Tanaman cengkeh
banyak dimanfaatkan sebagai rempah dapur, bahan baku obat dan bahan aktif biopestisida (Budi,
2019). Tanaman cengkeh merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak
dibudidayakan di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba karena memiliki nilai ekonomi
yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik Bulukumba Tahun 2019 bahwa
luas areal tanaman cengkeh sebesar 2301 ha dan merupakan yang terluas dibanding tanaman
perkebunan lainnya. Berdasarkan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
2

Kabupaten Bulukumba Tahun 2012-2032, Kecamatan Kindang masuk dalam kawasan


peruntukan perkebunan tanaman cengkeh.
Namun, dari aspek produktivitasnya. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik
Bulukumba, (2016) produksi tanaman cengkeh sebesar 192,5 ton/tahun, sedangkan tahun 2019
mengalami penurunan produksi menjadi 95 ton/tahun. Menurut Mahrus (2018) produktivitas
tanaman cengkeh dipengaruhi oleh tiga syarat tumbuh yakni iklim, ketinggian tempat dan jenis
tanah. Iklim yang bagus untuk produktivitas tanaman cengkeh adalah 1500-2500 mm/tahun atau
2500-3500 mm/tahun. Tanaman cengkeh dapat tumbuh produktif di ketinggian 0-900 mdpl dan
dapat tumbuh dengan optimal pada jenis tanah andisol, regosol, latosol dan podsilik merah. Dari
ketiga aspek diatas Kecamatan Kindang telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan tanaman
cengkeh namun masih sering mengalami penurunan produksi sehingga diperlukan informasi
yang mampu menyajikan penyebab dari penurunan produksi tersebut.
Evaluasi kesesuaian lahan menjadi bagian penting dalam perencanaan penggunaan lahan
untuk mencapai penggunaan lahan yang optimun. Kerangka dasar evaluasi kesesuaian lahan
adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan dengan
kondisi lahan yang ada pada suatu daerah tertentu (Mardawilis, 2011). Hasil dari evaluasi
kesesuaian lahan menyajikan batas-batas penggunaannya serta tindakan pengelolaan yang
diperlukan agar lahan dapat digunakan secara berkelanjutan sesuai dengan hambatan dan
ancaman yang ada (Saidah, 2004). Namun saat ini informasi tentang kesesuaian lahan belum
tersedia bagi petani cengkeh di Kecamatan Kindang maka penting kiranya dilakukan penelitian
tentang kesesuaian lahan sehingga dapat menjadi bahan rujukan bagi petani dalam
mengembangkan dan meningkatan produktivitas tanaman cengkeh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kelas kesesuain lahan tanaman
cengkeh di Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba. Kegunaan dari penelitian ini adalah
sebagai bahan rujukan bagi pemerintah dan petani untuk pengembangan komoditi cengkeh di
daerah tersebut

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2020-selesai. Lokasi penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Analisa sampel tanah di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
3

Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Alat Bahan
1. GPS 1. Peta Rupa Bumi skala 1: 50.000,
2. Kantong plastik, 2. Peta Geologi skala 1:75.000 ,
3. Kertas label, 3. Peta Lereng1:75.000
4. Meteran tanah 4. Peta Penggunaan Lahan Skala 1:75.000
5. Munsel chart, 5. Peta Unit Laha 1:75.000
6. Cutter, 6. Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba
7. Kamera, 7. Data Curah hujan
8. Daftar Isian Profil. 8. Sampel tanah penelitian,
9. Sejumlah zat kimia yang digunakan dalam
menganalisis sampel tanah.
Metode dan Tahap Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, analisis kesesuaian lahan
menggunakan pendekatan faktor pembatas sederhana. Adapun tahapan dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
Tahap Persiapan Kegiatan
Tahap persiapan meliputi pengambilan dan interpretasi data sekunder. Data yang dikumpulkan
antara lain peta rupa bumi Indonesia, peta administrasi lokasi penelitian, peta geologi, peta
lereng, peta penggunaan lahan lokasi penelitian dan data curah hujan.
Pembuatan Peta Kerja
Pembuatan peta kerja dimaksudkan untuk membuat peta unit lahan yang akan dijadikan sebagai
pedoman untuk menentukan titik atau posisi di lapangan dalam mengamati profil tanah. Peta unit
lahan diperoleh dari hasil Overlay peta lereng, peta geologi dan peta penggunaan lahan yang
dilakukan di aplikasi ArcGIS 10.4 dari proses tersebut dihasilkan 8 titik pengamatan yang
mewakili masing-masing unit lahan.

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
4

Gambar 1. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Kindang

Gambar 2. Peta Geologi Kecamatan Kindang

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
5

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Kindang

Gambar 2. Peta Unit Lahan Lahan Kecamatan Kindang

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
6

Survey Lapangan
Titik pengambilan sampel ditentukan secara acak untuk setiap satuan unit lahan,
dalam survey lapangan yang harus diperhatikan adalah koordinat lokasi yang
ditentukan melalui GPS (Global Positioning System). Sebelum ke lapangan dilakukan
penempatan titik observasi pada peta kerja. Survey lapangan meliputi pengamatan wilayah
termasuk batas administrasi, topografi, vegetasi, serta ketinggian dari permukaan laut.
Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap satuan unit lahan dengan cara
pembuatan profil tanah. Kemudian mengambil sampel tanah dari setiap horizon sekitar 1
kg/horizon yang kemudian sampel tersebut dianalisis sifat fisik dan kimianya. Penentuan titik
penggalian profil tanah bukan berasal dari tanah timbunan, tidak tergenang dan cukup mendapat
cahaya matahari untuk memudahkan pengamatan.
Hasil pengamatan profil tanah yang telah diamati dituliskan ke dalam Daftar
Isian Profil (DIP) dan keadaan umum lokasi didokumentasikan lewat foto. Keadaan umum lokasi
meliputi penggunaan lahan dan jenis vegetasi yang dijumpai selama perjalanan ke lokasi.
Analisis Data
Analisis Sampel Tanah
Analisis sampel tanah dilakukan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin seperti ditunjukkan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Analisis sampel tanah dilakukan di laboratorium
No Parameter Analisis
1 pH H2O pH Meter
2 C-organik Metode Walkey dan Black
3 Tekstur tanah Metode Hydrometer
4 N total Metode Kjeldhal
5 P2O5 tersedia Metode Olsen
6 Kapasitas Tukar Kation (KTK) Metode penjenuhan NH4OAc

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
7

Analisis Kelas kesesuaian lahan tanaman cengkeh


Untuk melakukan penilaian kriteria kesesuaian lahan tanaman cengkeh dapat dilakukan dengan
merujuk pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria kesesuaian lahan tanaman cengkeh (BBSDLP, 2011)


Persyaratan Kelas kesesuaian lahan
penggunaan/ S1 S2 S3 N
karakteristik lahan
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 25 – 28 28 – 32 32 - 35 > 35
harian
20 – 25 < 20
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.500 - 2.500 2.500 - 3.000 1.250 - 1.500 < 1.250
3.000 - 4.000 > 4.000
Kelembaban udara (%) ≤ 70 > 70
Lama masa kering (bulan) 1–2 2–3 3-4 >4
Ketersediaan oksigen (oa)
Drainase baik, sedang agak terhambat, sangat terhambat,
terhambat agak cepat cepat

Media perakaran (rc)


Tekstur halus, agak Sedang agak kasar kasar
halus
Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) - - - -
Kematangan - - - -
Retensi hara (nr)
KTK tanah (cmol) > 16 5 – 16 <5
Kejenuhan basa (%) > 50 35 – 50 < 35
pH H2O 5,0 - 7,0 4,0 - 5,0 < 4,0
7,0 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8
Hara Tersedia (na)
N total (%) Sedang Rendah Sangat -
rendah
P2O5 (mg/100 g) Tinggi Sedang Rendah- sangat -
rendah
K2O (mg/100 g) Sedang Rendah Sangat -
rendah
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <5 5–8 8 - 10 > 10
Alkalinitas/ESP (%) < 10 10 – 15 15 - 20 > 20
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 – 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 – 15 15 - 40 > 40
Bahaya erosi sangat ringan Ringan -sedang berat sangat berat
Bahaya banjir/genangan pada
masa tanam (fh)
- Tinggi (cm) - - 25 > 25
- Lama (hari) - - <7 >7
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 – 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 – 15 15 - 25 > 25

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
8

Analisis Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Cengkeh


Analisis kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang diharapkan setelah dilakukan
beberapa masukan atau perbaikan sesuai dengan tingkat pengelolaannya (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2015). Jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk memperoleh kesesuaian
lahan potensial dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis usaha perbaikan kualitas lahan aktual menjadi potensial (Hardjowigeno S dan
Widyatmaka, 2015).
Kualitas/Karakteristik Tingkat
Jenis Usaha Perbaikan
Lahan Pengelolaan
1. Rejim radiasi
• panjang penyinaran tidak dapat dilakukan perbaikan -
matahari
2. Rejim suhu
• suhu rata-rata tahunan tidak dapat dilakukan perbaikan -
• suhu rata-rata bulan tidak dapat dilakukan perbaikan -
terdingin
• suhu rata-rata bulan -
tidak dapat dilakukan perbaikan
terpanas
3. Rejim kelembaban udara
• kelembaban nisbi
tidak dapat dilakukan perbaikan sedang, tinggi
4. Ketersediaan air
• bulan kering
• bulan hujan sistem irigasi/pengairan sedang, tinggi
5. Media perakaran sistem irigasi/pengairan sedang, tinggi
• drainase
perbaikan sistem drainase seperti pebuatan saluran -
• tekstur drainase
• kedalaman efektif tidak dapat dilakukan perbaikan tinggi
umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan tinggi
kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan
membongkarnya waktu pengolahan tanah
• gambut; kematangan pengaturan sistem drainase untuk
• gambut; ketebalan mempercepat pematangan gambut. -
dengan teknik pemadatan gambut, serta sedang, tinggi
6. Retensi hara teknik penanaman serta pemilihan varietas
• KTK
• PH pengapuran atau penambahan organik sedang
7. Ketersediaan hara pengapuran sedang, tinggi
• N total
• P tersedia pemupukan sedang, tinggi
• K dapat ditukar pemupukan sedang, tinggi
8. Bahaya banjir pemupukan tinggi
• periode
• frekuensi pembuatan tanggul penahan banjir tinggi
serta pembuatan saluran drainase untuk sedang, tinggi
9. Kegaraman mempercepat pengaturan air
• salinitas
11. Kemudahan pengolahan reklamasi sedang, tinggi
pengaturan kelembaban tanah untuk sedang, tinggi
13. Bahaya erosi mempermudah pengolahan tanah
tidak dapat dilakukan perbaikan
pembuatan teras, penanaman sejajar kontur,

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
9

dan penanaman penutup tanah


sedang, tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Iklim Kecamatan Kindang
Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan lima tahun terakhir (2015-2019) dari Stasiun Klimatologi Maros
curah hujan Kecamatan Kindang adalah 2103 mm/tahun dengan curah hujan tertinggi terletak
pada bulan Mei yaitu 405 mm/tahun. Menurut Schmidh and Ferguson tergolong tipe iklim A
(sangat basah) dengan jumlah bulan basah 9, bulan lembab 2 dan bulan kering 2. Menurut Lubis
(1991) dalam Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (2011) daerah
ini sangat sesuai (S1) untuk pertumbuhan tanaman cengkeh.
Suhu Udara
Berdasarkan data suhu udara lima tahun terakhir (2015-2019) dari Stasiun Klimatologi Maros
data suhu udara Kecamatan Kindang 26,91 ºC dengan suhu maksimum 28,26 ºC dan suhu
minimum 25,72 ºC. Menurut Lubis (1991) dalam Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Pertanian (2011) daerah ini sangat sesuai (S1) untuk pertumbuhan tanaman
cengkeh.
Kelembaban Udara
Berdasarkan data lima tahun terakhir (2015-2019) dari Stasiun Klimatologi Maros kelembaban
udara Kecamatan Kindang adalah 73,5%. Menurut Lubis (1991) dalam Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (2011) daerah ini cukup sesuai (S2) untuk
pertumbuhan tanaman cengkeh.
Karakteristik Lahan Kecamatan Kindang
Unit lahan 1
Lokasi unit lahan 2 berada di Desa Kahayya pada koordinat 5º20ʹ10.5ʺ S dan 120º00ʹ24.9ʺ E
dengan kemiringan lereng 15-25%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Hapludands dan
memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang berat. Penggunaan lahan pada unit lahan ini
adalah perkebunan berupa kopi dan bambu. Perakaran efektif 48 cm dengan kedalaman solum
100 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada lapisan 2 dan horizon B
pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 granular dan lapisan 2-3 subangular blocky dengan
konsistensi gembur.

a b
Gambar 5. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 1

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
10

Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 1 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.28, C-organik 2.64%, N total 0.27%, P2O5 tersedia 15.35 ppm, KTK 21.67 cmol/kg, dan
tekstur tanah lempung berliat. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.27, C-organik 2.09%, N total
0.17%, P2O5 tersedia 16.51 ppm, KTK 21.67 cmol/kg dan tekstur tanah lempung berliat. Pada
lapisan 3 menunjukkan nilai pH 6.18, C-organik 1.09%, N total 0.16%, P2O5 14.48 ppm, KTK
22,47 cmol/kg dan tekstur tanah liat berdebu.
Unit lahan 2
Lokasi unit lahan 2 berada di Desa Kahayya pada koordinat 5º20ʹ28.7ʺ S dan 120º01ʹ26.5ʺ E
dengan kemiringan lereng 25-40%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Hapludands dan
memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang berat. Penggunaan lahan pada unit lahan ini
adalah perkebunan berupa cengkeh dan bambu. Perakaran efektif 92 cm dengan kedalaman
solum 160 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada lapisan 2 dan
horizon B pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 adalah granular dan lapisan 2-3 subangular
blocky dengan konsistensi gembur.

a b

Gambar 6. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 2

Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 2 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.30, C-organik 1.09%, N total 0.27%, P2O5 tersedia 24.38 ppm, KTK 24.99 cmol/kg dan
tekstur tanah liat berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.20, C-organik 1.94%, N total
0.17%, P2O5 tersedia 20.46 ppm, KTK 25.63 cmol/kg dan tekstur tanah liat. Pada lapisan 3
menunjukkan nilai pH 6.11, C-organik 2.45%, N total 0.18%, P2O5 20.30 ppm, KTK 21 cmol/kg
dan tekstur tanah liat.
Unit lahan 3
Lokasi unit lahan 3 berada di Desa Kindang pada koordinat 5º20ʹ50.6ʺ S dan 120º01ʹ44.0ʺ E
dengan kemiringan lereng 15-25%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Hapludands dan
memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang berat. Penggunaan lahan pada unit lahan ini
adalah perkebunan berupa cengkeh, pisang dan kopi. Perakaran efektif 40 cm dengan kedalaman
solum 85 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada lapisan 2 dan

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
11

horizon B pada lapisan B. Struktur pada lapisan 1 adalah granular dan lapisan 2-3 subangular
blocky dengan konsistensi lembab.

a b
Gambar 7. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 3

Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 3 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.19, C-organik 2.48%, N total 0.19%, P2O5 tersedia 16.69 ppm, KTK 25.75 cmol/kg dan
tekstur tanah lempung berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.09, C-organik 2.33%, N total
0.16%, P2O5 tersedia 15.05 ppm, KTK 24.24 cmol/kg, kejenuhan basa 44% dan tekstur tanah liat
berlempung. Pada lapisan 3 menunjukkan nilai pH 5.86, C-organik 1.76%, N total 0.14%, P2O5
13.88 ppm, KTK 22.73 cmol/kg dan tekstur tanah liat berdebu.
Unit lahan 4
Lokasi unit lahan 4 berada di desa Tammaona pada koordinat 5º23ʹ07.6ʺ S dan 120º5ʹ4.8ʺ E
dengan kemiringan lereng 8-15%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Epiaquepts dan
memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang ringan. Penggunaan lahan pada unit lahan
ini adalah perkebunan berupa cengkeh, kopi dan pisang. Perakaran efektif 80 cm dengan
kedalaman solum 120 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada
lapisan 2 dan horizon 3 pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 sampai 3 adalah granular dengan
konsistensi pada lapisan 1 sampai 2 dan teguh pada lapisan 3 lembab.

a b
Gambar 8. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 4
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 4 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.16, C-organik 2.58%, N total 0.21%, P2O5 tersedia 21.35 ppm, KTK 31.17 cmol/kg dan

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
12

tekstur tanah liat berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.04, C-organik 2.41%, N total
0.12%, P2O5 tersedia 21.93 ppm, KTK 25.07 cmol/kg dan tekstur tanah liat. Pada lapisan 3
menunjukkan nilai pH 5.98, C-organik 2.06%, N total 0.11%, P205 19.92 ppm, KTK 21.67
cmol/kg dan tekstur tanah liat berdebu.
Unit lahan 5
Lokasi unit lahan 5 berada di Desa Orogading pada koordinat 5º23ʹ17.4ʺ S dan 120º3ʹ55.3ʺ E
dengan kemiringan lereng 15-25%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Epiaquepts dan
memiliki drainase yang sedang serta bahaya erosi yang ringan. Penggunaan lahan pada unit lahan
ini adalah perkebunan berupa cengkeh, pisang dan langsat. Perakaran efektif 56 cm dengan
kedalaman solum 105 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada
lapisan 2 dan horizon 3 pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 adalah granular dan lapisan 2-3
subangular blocky dengan konsistensi gembur.

a b
Gambar 9. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 5
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 5 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.29, C-organik 2.53%, N total 0.16%, P2O5 tersedia 21.92 ppm, KTK 35.24 cmol/kg dan
tekstur tanah liat berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.23, C-organik 2.26%, N total
0.13%, P2O5 tersedia 20.46 ppm, KTK 23.71 cmol/kg dan tekstur tanah liat. Pada lapisan 3
menunjukkan nilai pH 6.16, C-organik 2.23%, N total 0.12%, P205 19.71 ppm, KTK 20.32
cmol/kg dan tekstur tanah liat.
Unit lahan 6
Lokasi unit lahan 6 berada di Kelurahan Borong Rappoa pada koordinat 5º22ʹ35ʺ S dan
120º2ʹ20.5ʺ E dengan kemiringan lereng 8-15%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah
Epiaquepts dan memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang ringan. Penggunaan lahan
pada unit lahan ini adalah perkebunan berupa cengkeh dan pisang. Perakaran efektif 60 cm
dengan kedalaman solum 120 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon B pada
lapisan 2 dan horizon BC pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 granular dan lapisan 2-3
subangular blocky dengan konsistensi gembur.

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
13

a b
Gambar 10. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 6
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 6 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.25, C-organik 2.14%, N total 0.16%, P2O5 tersedia 20.89 ppm, KTK 22.69 cmol/kg dan
tekstur tanah lempung liat berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.04, C-organik 1.72%, N
total 0.14%, P2O5 tersedia 20.32 ppm, KTK 22.58 cmol/kg dan tekstur tanah liat. Pada lapisan 3
menunjukkan nilai pH 6, C-organik 1.88%, N total 0.13%, P205 20.60 ppm, KTK 21.86 cmol/kg
dan tekstur tanah liat berdebu.
Unit lahan 7
Lokasi unit lahan 7 berada di Kelurahan Borong Rappoa pada koordinat 5º22ʹ47.2ʺ S dan
120º02ʹ13ʺ E dengan kemiringan lereng 8-15%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah
Epiaquepts dan memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang ringan. Penggunaan lahan
pada unit lahan ini adalah perkebunan berupa cengkeh, kopi dan pisang. Perakaran efektif 66 cm
dengan kedalaman solum 120 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB
pada lapisan 2 dan horizon B pada lapisan 3. Struktur pada lapisan 1 sampai 3 adalah granular
dengan konsistensi gembur.

a b
Gambar 11. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 7

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
14

Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 7 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.35, C-organik 2.49%, N total 0.23%, P2O5 tersedia 24.10 ppm, KTK 24.39 cmol/kg dan
tekstur tanah lempung liat berdebu. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.23, C-organik 2.03%, N
total 0.16%, P2O5 tersedia 11.17 ppm, KTK 19.11 cmol/kg dan tekstur tanah lempung liat
berdebu. Pada lapisan 3 menunjukkan nilai pH 6.13, C-organik 1.79%, N total 0.10%, P2O5
15.89 ppm, KTK 20.69 cmol/kg dan tekstur tanah lempung berliat.
Unit lahan 8
Lokasi unit lahan 8 berada di Desa Anrihua pada koordinat 5º24ʹ44.3ʺ S dan 120º03ʹ57.2ʺ E
dengan kemiringan lereng 0-8%. Jenis tanah pada wilayah ini adalah tanah Hapludalfs dan
memiliki drainase yang baik serta bahaya erosi yang sangat ringan. Penggunaan lahan pada unit
lahan ini adalah perkebunan berupa cengkeh, kopi dan merica. Perakaran efektif 45 cm dengan
kedalaman solum 108 cm. Profil ini terdiri atas horizon A pada lapisan 1, horizon AB pada
lapisan 2 dan horizon B pada lapisan B. Struktur pada lapisan 1 adalah granular dan lapisan 2-3
subangular blocky dengan konsistensi gembur.

a b
Gambar 12. Profil tanah (a) dan bentang lahan (b) unit lahan 8
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium unit lahan 8 pada lapisan 1 menunjukkan nilai
pH 6.41, C-organik 2.57%, N total 0.25%, P2O5 tersedia 18.61 ppm, KTK 27.10 cmol/kg dan
tekstur tanah lempung berliat. Lapisan 2 menunjukkan nilai pH 6.20, C-organik 2.53%, N total
0.17%, P2O5 tersedia 16.50 ppm, KTK 26.27 cmol/kg dan tekstur tanah lempung liat. Pada
lapisan 3 menunjukkan nilai pH 6.18, C-organik 1.62%, N total 0.13%, P2O5 11.02 ppm, KTK
24.24 cmol/kg dan tekstur tanah liat. Hasil analisis kimia tanah lengkap dapat dilihat pada Tabel
5.

Jurnal Ecosolum Volume 9, Nomor 1, Tahun 2021, ISSN ONLNE: 2654-430X, ISSN: 2252-7923
Tabel 5. Hasil analisisis karakteristik tiap unit lahan
Kode Lapisan Kedalaman pH KTK C N P2O5 Tekstur
Profil (cm) (cmol kg-1) (%) (%) (ppm)
% Pasir % Debu % Liat
U1 1 0-8 6.28 21.67 2.64 0.27 15.35 Lempung Berliat 27 38 35
2 8-40 6.27 21.67 2.09 0.17 16.51 Lempung Berliat 41 23 36
3 40-100 6.18 22.47 1.09 0.16 14.48 Liat Berdebu 17 43 40
U2 1 0-20 6.30 24.99 2.70 0.27 24.38 Liat Berdebu 12 45 43
2 20-80 6.20 25.63 1.94 0.17 20.46 Liat 6 22 72
3 80-160 6.11 21.00 2.45 0.18 20.30 Liat 9 24 67
U3 1 0-20 6.19 25.75 2.48 0.19 16.69 Lempung Berdebu 17 58 25
2 20-40 6.09 24.24 2.33 0.16 15.05 Liat Berlempung 10 53 37
3 40-85 5.86 22.73 1.76 0.14 13.88 Liat Berdebu 8 41 51
U4 1 0-20 6.16 31.17 2.58 0.21 21.35 Liat Berdebu 9 43 47
2 20-74 6.04 25.07 2.41 0.12 21.93 Liat 8 35 57
3 74-120 5.98 21.67 2.06 0.11 19.92 Liat Berdebu 8 41 51
U5 1 0-12 6.2 35.24 2.53 0.16 21.92 Liat Berdebu 10 46 44
2 12-40 6.23 23.71 2.26 0.13 20.46 Liat 6 37 57
3 40-105 6.16 20.32 2.23 0.12 19.71 Liat 4 32 64
U6 1 0-20 6.25 22.69 2.14 0.16 20.89 Lempung Liat Berdebu 7 58 35
2 20-60 6.04 22.58 1.72 0.14 20.32 Liat 9 40 51
3 60-120 6.0 21.86 1.88 0.13 20.60 Liat Berdebu 18 39 43
U7 1 0-8 6.35 24.39 2.49 0.23 24.10 Lempung Liat Berdebu 4 62 34
2 8-42 6.23 19.11 2.03 0.16 11.17 Lempung Liat Berdebu 4 57 39
3 42-120 6.13 20.69 1.79 0.10 15.89 Lempung Berliat 4 55 41
U8 1 0-20 6.41 27.10 2.57 0.25 18.61 Lempung Berliat 4 43 52
2 20-50 6.20 26.27 2.53 0.17 16.50 Liat 4 25 71
3 50-108 6.18 24.14 1.62 0.13 11.02 Liat 3 25 72
Keterangan :
pH = Potensial Hidrogen P2O5 = Difosfor Pentaoksida
KTK = Kapasitas Tukar Kation
C = Karbon
N = Nitrogen
16

Analisis Kesesuaian Lahan Aktual


Unit Lahan 1
Unit lahan 1 memiliki kesesuaian lahan S3eh (sesuai marginal) dengan luas lahan 171,37 ha.
Unir lahan 1 memiliki faktor pembatas bahaya erosi (eh) dalam hal ini kemiringan lereng dan
bahaya erosi. Bahaya erosi yang berat dengan kelas lereng 15-25%. Menurut Lubis (1991) dalam
buku Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian, nilai lereng agar tergolong S1
untuk tanaman cengkeh adalah <8%.
Menurut Iswan et al., (2020), kelas lereng menjadi faktor pembatas yang berat bagi
pertumbuhan tanaman cengkeh hal ini dikarenakan kemiringan lereng merupakan bentuk alami
dari topografi.
Unit Lahan 2
Unit lahan 2 memiliki kesesuaian lahan S3eh (sesuai marginal) dengan luas lahan 181,79 ha.
Unit lahan 2 memiliki faktor pembatas bahaya erosi (eh) dalam hal ini kemiringan lereng dan
bahaya erosi. Kelas kemiringan lereng pada unit lahan 2 adalah 25-40% dan bahaya erosi yang
berat. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2015), kelas kesesuaian lahan sesuai marginal
berarti lahan tersebut memiliki faktor pembatas yang berat. Faktor pembatas yang besar tersebut
akan mengurangi tingkat produksi dan berakibat pada tingginya nilai input yang diperlukan.
Menurut Lopulisa (2011), bentuk lahan akan mempengaruhi penggunaan lahan pertanian.
Penggunaan lahan dengan lereng yang curam akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman cengkeh, nilai lereng agar sesuai dengan tanaman cengkeh adalah <8%.
Unit Lahan 3
Unit lahan 3 memiliki kesesuian lahan S3eh (sesuai marginal) dengan luas lahan 5047,36 ha.
Unit lahan 3 memiliki faktor pembatas bahaya erosi (eh) dalam hal ini kemiringan lereng dan
bahaya erosi. Unit lahan 3 berada pada kelas lereng 15-25% dengan bahaya erosi yang berat.
Kelas kesesuian lahan S3 (sesuai marginal) berarti membutuhkan penanganan yang besar
untuk menjadikannya sesuai dengan pertumbuhan tanaman cengkeh. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjowigeno dan Widiatmaka (2015), kelas sesuaian yang sesuai marginal
membutuhkan input yang besar.
Menurut Iswan et al., (2020), kelas lereng menjadi faktor pembatas yang berat bagi
pertumbuhan tanaman cengkeh hal ini dikarenakan kemiringan lereng merupakan bentuk alami
dari topografi.
Unit Lahan 4
Unit lahan 4 memiliki kesesuaian lahan S2wa,eh (cukup sesuai) dengan luas lahan 926,81 ha.
Unit lahan 4 memiliki faktor pembatas ketersediaan air (wa) dalam hal ini kelembaban udara dan
bahaya erosi (eh) dalam hal ini kemiringan lereng. Unit lahan 4 memiliki nilai kelembaban udara
73,5% dan kemiringan lereng berada pada kelas 8-15%.
Menurut Wahid dan Ruhnayat (1995), kelembaban udara yang tinggi 73-74% pada saat
pembentukan primordial bunga akan mempengaruhi hasil panen pada tanaman cengkeh.
Kemiringan lereng menjadi faktor pembatas yang berat dikarenakan membutuhkan
penanganan yang serius, semakin curam kemiringan lereng maka potensi tanah kehilangan
lapisan atas akan semakin besar.

16
17

Unit Lahan 5
Unit lahan 5 memiliki kesesuaian lahan S3eh (Sesuai Marginal) dengan luas lahan 330,84 ha.
Unit lahan 5 memiliki faktor pembatas bahaya erosi (eh) dalam hal ini kemiringan lereng. Unit
lahan 5 berada pada kelas lereng kelerengan 15-25%
Kemiringan lereng menjadi faktor pembatas yang berat dikarenakan membutuhkan
penanganan yang serius, semakin curam kemiringan lereng maka potensi tanah kehilangan
lapisan atas akan semakin besar, hal ini dapat mengurangi kemampuan lahan dalam menyerap
dan menahan air (Setiawan et al., 2018).
Unit Lahan 6
Unit lahan 6 memiliki kesesuaian lahan S2wa,eh (cukup sesuai) dengan laus lahan 153,12 ha.
Unit lahan 6 memiliki faktor pembatas kelembaban udara (wa) dan bahaya erosi (eh) dalam hal
ini kemiringan lereng. Lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S2 (cukup sesuai) menurut
FAO (1976) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2015), berarti mempunyai faktor pembatas
yang dapat memengaruhi prdouktivitas, sehingga memerlukan masukan tambahan.
Kemiringan lereng pada unit lahan 6 berada pada kelas lereng 8-15%. Kemiringan lereng
menjadi faktor pembatas yang berat dikarenakan lereng merupakan bentuk alami dari topografi.
Unit Lahan 7
Unit lahan 7 memiliki kesesuian lahan S2wa,eh (cukup sesuai) dengan luas lahan 19,31 ha. Unit
lahan 7 memiliki faktor pembatas kelembaban udara (wa) dan bahaya erosi (eh) dalam hal ini
bahaya erosi dan kemiringan lereng.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahid dan Ruhnayat (1995),
kelembaban udara mempengaruhi pembentukan primordial bunga terutama pada persentase
kelemaban udara 73-74%.
Pengaruh kemiringan lereng berhubungan langsung dengan bahaya erosi, jika semakin
besar kemiringan pada lahan maka, besar jumlah butir-butir tanah yang terangkat oleh air hujan
semakin banyak sehingan potensi tanah atas untuk tererosi semakin besar (Arsyad R, 2000).
Unit Lahan 8
Unit lahan 8 memiliki kesesuaian lahan S2wa (cukup sesuai) dengan luas lahan 6001,90 ha. Unit
lahan 8 memiliki faktor pembatas ketersediaan air (wa) dalam hal ini kelembaban udara dan
media perakaran (rc) dalam hal ini kedalaman tanah. Kelas kesesuaian lahan S2 menurut sistem
klasifikasi FAO (1976) kelas cukup berarti membutuhkan tambahan input (masukan) karena
kelas S2 mempengaruhi produktivitas tanaman.
Menurut Wahid & Ruhnayat, (1995), kelembaban udara yang tinggi 73-74% pada saat
pembentukan primordial bunga akan mempengaruhi hasil panen pada tanaman cengkeh.
Hasil analisis kesesuaian lahan aktual dapat juga dilihat pada Tabel 6.

17
18

Tabel 6. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Cengkeh dilokasi Penelitian


Unit Lahan
1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik Lahan
Kela Kela Kela Kela Kela Kela Kela Kela
Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
s s s s s s s s
Temperatur (tc)
Temperatur (C) harian 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1 26,91 S1
Ketersediaan air (wa)
  Curah hujan (mm) 2103 S1 2103 S1 2103 S1 2103 S1 2103 S1 2103 S1 2103 S1 2103 S1
  Kelembaban udara (%) 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2 73,5 S2
  Lama masa kering 2 S1 2 S1 2 S1 2 S1 2 S1 2 S1 2 S1 2 S1
(bulan)
Ketersediaan oksigen
(oa)
 Drainase baik S1 baik S1 Baik S1 baik S1 baik S1 Baik S1 Baik S1 baik S1
Media Perakaran(rc)
  Tekstur Agak S1 Halus S1 Halus S1 Halus S1 Halus S1 Halus S1 Agak S1 Halus S1
Halus Halus

Kedalaman tanah (cm) 100 S2 160 S1 110 S1 120 S1 105 S1 120 S1 120 S1 108 S1
Retensi hara (nr)
  KTK tanah (cmol) 22,47 S1 21,00 S1 22,73 S1 21,67 S1 20,32 S1 22,58 S1 20,69 S1 24,24 S1
  pH H2O 6.27 S1 6.28 S1 6.17 S1 6.13 S1 6.25 S1 6.20 S1 6.28 S1 6.36 S1
  C-organik (%) 2,26 S1 2,54 S1 2,45 S1 2,54 S1 2,39 S1 2,05 S1 2,17 S1 2,55 S1
Hara Tersedia (na)
P2O5 (ppm) Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1 Tinggi S1
N Total (%) Sedang S1 sedang S1 sedang S1 Sedang S1 sedang S1 sedang S1 sedang S1 sedang S1
Bahay Erosi (eh)
Bahaya erosi Berat S3 Berat S3 Berat S3 Ringan S1 Ringan S2 Ringan S2 Ringan S2 Sangat S1
Ringan

Lereng (%) 15-25 S3 25-40 S3 15-25 S3 8-15 S2 15-25 S3 8-15 S2 8-15 S2 0-8 S1
Penyiapan lahan (lp)
  Batuan di <5 % S1 <5 % S1 <5 % S1 <5% S1 <5% S1 <5 % S1 <5 % S1 <5 % S1
permukaan (%)
  Singkapan <5 % S1 <5 % S1 <5 % S1 <5% S1 <5% S1 <5 % S1 <5 % S1 <5 % S1
batuan(%)
S2
Kelas Kesesuaian S2wa S2wa
S3eh S3eh S3eh S3eh wa,e S2wa
Lahan ,eh ,eh
h

18
19

Gambar 13. Peta kesesuaian lahan actual Kecamatan Kindang

Dari peta kesesuaian lahan yang disajikan diperoleh beragam luasan dan faktor pembatas tiap
unit lahan. Adapun data tersebut disajikan dalam bentuk Tabel 6.
Tabel 7. Faktor pembatas dan luasan kesesuaian lahan di lokasi penelitian
Kelas
Unit Luas Luas
Kesesuaian Faktor Pembatas
Lahan (ha) (%)
Lahan

1 S3eh Bahaya erosi dan kemiringan lereng 5047,37 34,90


2 S3eh Bahaya erosi dan kemiringan lereng 181,79 1,26
3 S3eh Bahaya erosi dan kemiringan lereng 171,37 1,19
4 S2wa,eh Kelembaban udara dan kemiringan lereng 926,81 6,41
5 S3eh Kemiringan lereng 330,84 2,29
6 S2wa,eh Kelembaban udara dan kemiringan lereng 153,12 1,06
7 S2wa,eh Kelembaban udara dan bahaya erosi 19,32 0,13
8 S2wa Kelembaban udara 6001,90 41,51

Total 14460,32 100

19
20

Analisis Kesesuaian Lahan Potensial


Setelah menganilisis hasil kesesuaian lahan aktual diperoleh beberapa faktor pembatas pada
lokasi penelitian. Faktor pembatas tersebut ada yang bisa dilakukan perbaikan dan ada yang tidak
bisa dilakukan perbaikan.
Faktor pembatas yang dapat dilakukan perbaikan menggunakana analisis kesesuaian lahan
potensial. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2015) analisis kesesuaian lahan potensial
adalah kesesuaian lahan yang diharapkan setelah dilakukan beberapa masukan atau perbaikan
sesuai dengan tingkat pengelolaannya.
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan aktual diperoleh beberapa faktor pembatas yang
dapat dilakukan perbaikan yaitu bahaya erosi dan kemiringan lereng (eh).
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa faktor pembatas bahaya erosi merupakan faktor
yang paling berat karena merupakan bentuk alami dari topografi.
Jenis usaha perbaikan yang dapat dilakukan untuk faktor pembatas bahaya erosi adalah
menggunakan teknik konservasi secara vegetatif dengan menggunakan tanaman penutup tanah
(cover crop). Menurut Rumaisha et al., (2019), tanaman penutup tanah dapat melawan faktor
faktor yang bersifat erosif seperti hujan, topografi dan karakteristik tanah.
Tanaman penutup tanah dapat melindungi erosi percikan (Splash Erosion) yang berasal dari
tetesan air hujan, menekan pertumbuhan gulma yang dapat mengurangi biaya perawatan.
Tanaman penutup kacang-kacangan (legume cover crop) adalah salah satu tanaman yang baik
untuk tanaman perkebunan, menurut Suprayogo et al., (1997), penyisipan tanaman kacang-
kacangan efektif menekan erosi hingga 40%.
Untuk jenis usaha perbaikan kemiringan lereng dapat dilakukan dengan pembuatan teras
bangku. Najiyati & Danarti, (2001), menyatakan bahwa pembuatan teras bangku pada lahan
dapat mengatasi pembatas kemiringan lereng. Teras bangku dibuat dengan jalan memotong
lereng dan meratakan tanah dibagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk bangku. Teras
bangku efektif untuk mengendalikan erosi dan aliran permukaan tanah.
Faktor pembatas ketersediaan air (wa) dalam hal ini kelembaban udara dikarenakan
kelembaban udara merupakan proses alam.
Dari hasil usaha tersebut diperoleh analisis kesesuaian lahan potensial. Unit lahan 1 dan 3
berpotensial berubah dari S3eh menjadi S2wa,rc dengan faktor pembatas kelembaban udara (wa)
dan kedalaman tanah (rc). Unit lahan 2 berpotensial menjadi S2wa dengan faktor pembatas
kelembaban udara (wa). Unit lahan 4 berpotensial berubah dari Swa,eh menjadi S2wa dengan
fakor pembatas ketersediaan air (wa) dalam hal ini kelembaban udara. Unit lahan 5 berpotensial
berubah dari S3eh menjadi S3wa,eh dengan faktor pembatas kelembaban udara (wa) dam bahaya
erosi (eh). Unit lahan 6 berpotensial berubah dari S2wa,eh menjadi S2wa dengan faktor
pembatas kelembaban udara(wa). Hasil analisis kesesuaian lahan potensial dapat dilihat pada
Tabel 8.

20
21

Tabel 8. Analisis kesesuaian potensial lahan lokasi penelitian

Unit Kesesuaian
Jenis Perbaikan
Lahan Lahan Potensial
Menggunakan tanaman penutup tanah dan pembuatan teras
1 S2wa,rc
bangku
Menggunakan tanaman penutup tanah dan pembuatan teras
2 S2wa
bangku
Menggunakan tanaman penutup tanah dan pembuatan teras
3 S2wa
bangku
4 Pembuatan teras bangku S2wa

5 Menggunakan tanaman penutup tanah S3wa,eh

6 Pembuatan teras bangku S2wa

7 Pembuatan teras bangku S2wa

21
22

Gambar 14. Peta kesesuaian lahan potensial Kecamatan Kindang


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil evaluasi kesesuaian lahan aktual menunjukkan bahwa Kecamatan Kindang Kabupaten
Bulukumba tergolong cukup sesuai (S2) untuk mengembangkan tanaman cengkeh seluas
7.101,15 ha atau 49,11% dari keseluruhan luas lahan dan sesuai marginal (S3) seluas 5731,37 ha
atau 39,64% dari keseluruhan luas unit lahan. Faktor pembatas terberat yang ditemukan adalah
bahaya erosi dan kemiringan lereng.
Saran
Pengembangan cengkeh di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba perlu menerapkan teknik
konservasi untuk mencegah terjadinya erosi yang menjadi faktor terberat di wilayah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad R., 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Kedua. Institut Pertanian Bogor Press,
Bogor.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian., 2011. Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan Komoditas Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Budi, F. S., 2019. Pengaruh PGPR Dan Stres Kekeringan Terhadap Perkembangan Penyakit
Mati Mendadak (Valsa euginae) Tanaman Cengkeh. Skripsi Institut Pertanian Bogor.
Danarti dan Najiyati, S., 1991. Budi Daya dan Penangan Pasca Panen Cengkeh. Penebar
Swadaya, Depok.
Data Badan Pusat Statistik Bulukumba., 2016. Kecamatan Kindang Dalam Angka 2016.
EA Puthut., 2013. Ekspedisi Cengkeh. Inninawa dan Layar Nusa, Makassar.
Hapsoh, & Hasanah., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press, Medan.
Hardjowigeno S dan Widyatmaka., 2015. Evaluasi Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. PT.
Mediyatama Saran Perkasa, Jakarta.
Iswan, Zhiddiq, S., Maru, R, 2020. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Cengkeh
(Eugenia aromatica L) di DAS Takapala Sub DAS Hulu Jeneberang Kabupaten Gowa.

22
23

Jurnal Enviromental Science, 2.


Kartasapoetra, G. A., 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara,
Jakarta.
Lastianti., 2015. Kajian Manajemen Resiko Sebagai Upaya Untuk Mencapai Keberhasilan Pada
Proyek Konstruksi Baja di PT Surya Indonesia. Universitas Airlangga.
Lopulisa, C., dan Husni, H., 2001. Evaluasi Lahan 1. Prinsip Dasar Kalkulasi Produksi Tanaman.
LP2M Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mahrus, S. dan Ali., 2018. Teknik Budidaya Tanaman Cengkeh.Universitas Merdeka Surabaya,
Surabaya.
Mardawilis, Sunarminto, B. H., Shiddieq, D., Sudira, P., 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk
Pengembangan Tanaman Kedelai (Glycine max. L) Pada Beberapa Type Klasifikasi Tanah.
Jurnal Agronomika.
Najiyati, S., dan Danarti., 2001. Kopi Robusta. PT Penebar Swadaya, Depok.
Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bulukumba tahun 2012-
2032, 1 2013.
Rayes, L., 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ritung, S., Wahyunto, Fahmuddin, A., Hafid, H., 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan.
Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Center, Bogor.
Saidah, S. dan Kaidupan., 2004. Potensi dan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman sayuran di
lembah Palu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Jurnal Agroland, 11 (2).
Santoso, B. A., 2018. Upaya Mempertahankan Eksistensi Cengkeh di Provinsi Maluku Melalui
Rehabilitiasi dan Peningkatan Produktivitas. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 37.
Setiawan, B., Yudono, P., Waluyo, S., 2018. Evaluasi Tipe Pemanfaatan Lahan Pertanian dalam
Upaya Mitigasi Kerusakan Lahan Di Desa Giritirta, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten
Banjarnegara. Jurnal Vegetalika, Vol. 7, 1–15.
Sitorus., 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Tarsito, Bandung.
Suprayogo, Priyono, S, D., dan Syekhfani., 1997. Pengaruh Strip Rumput Setaria dan
Pengelolaan Tanah Serta Sisa Tanaman Terhadap Aliran Permukaan, Erosi dan Produksi
Kacang Tanah. Kongres Nasional HITI.
Sys, Ranst, Van, E., dan Debaveye, I, J., 1991. Land Evaluation part III Crop Requirements.
General Administration fo Development Cooperation Place du Champ de Mars 5 bte 57-
1050. Agricultural Publication.

Towaha dan Juniaty., 2012. Cengkeh Dalam Berbagai Industri di Indonesia. Balai Penelitian
Tanaman Industri dan Penyegaran.
Wahid, P. dan Ruhnayat, A., 1995. Pengaruh Unsur-Unsur Iklim Terhadap Fluktuasi Tanaman
Cengkeh. Jurnal Agromet, XI.
Zalima, R., Karim, A., Sugianto., 2012. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kopi Arabika. Universitas
Syiah Kuala, Aceh.

23
24

24

You might also like