You are on page 1of 8

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022

e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KELAS


KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN
CABAI MERAH DI KABUPATEN JEMBER
Optimization of Land Use Based on Land Suitability Class for the
Development of Red Chillies in Jember Regency

Rindha Rentina Darah Pertami1, Eliyatiningsih1*, Abdurrahman Salim1, Basuki2


1 Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip 164 Jember 68121
2 Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Jember, Jl. Kalimantan 37 Jember
* Penulis korespondensi: eliyatiningsih@polije.ac.id

Abstract
Chilli (Capsicum annum L.) is a horticulture commodity that high demand because it has a high
economic value. The demand for chilli increases every year as the population grows and the industry
grows, requiring chilli as raw materials. The productivity of red chilli in Jember Regency is also low,
only 87.68 quintals hectare-1. Fluctuations in red chilli production in Jember area are caused by several
things, including an unsupportive environment such as declining soil fertility, high pest attacks, and
excessive use of pesticides. Therefore, agricultural development needs to meet food needs and
increase export opportunities to neighbouring countries. The parameters observed in this study were
secondary data from the soil unit map. The secondary data were soil drainage, soil depth in cm, slope
related to erosion, altitude, standing water, soil cation exchange capacity, and soil pH. The
improvement efforts to improve the land suitability class were setting the spacing, giving organic
matter, agricultural lime, phosphorus (P) fertilization, cutting and filling the land with a mound terrace
system or bench terrace to reduce soil erosion.
Keywords : Jember, land suitability, red chili

Pendahuluan ekonomi lahan yang menjadi dasar utama dalam


penentuan kesesuaian lahan yang paling baik.
Lahan pada dasarnya adalah sekumpulan faktor Dasar dari kesesuaian lahan yaitu melakukan
fisik dan biofisik yang menjadi satu kesatuan dan kecocokan (matching) pada suatu lahan ataupun
mendapatkan penilaian penting sebagai upaya kawasan berdasarkan penggunaan tertentu
peningkatan kesesuaian lahan untuk (Ritung et al., 2011). Kesesuaian lahan adalah
pengembangan komoditas tanaman hortikultura gabungan antara faktor fisik yaitu iklim, tanah,
yang sesuai secara karakteristik komoditas dan topografi, kelerengan, hidrologi, drainase,
lahan serta dapat dipertanggungjawabkan secara kedalaman tanah, dan batuan pembentuk yang
ilmiah. Penilaian kesesuaian lahan yang menjadi digunakan sebagai dasar pengembangan usaha
dasar pertimbangan adalah penilaian informasi tani komoditas tertentu yang diharapkan akan
sumberdaya baik potensi maupun hambatan meningkatkan produktivitas suatu komoditas
terkait penggunaan lahan yang berkelanjutan ke yang berkelanjutan dan meminimalisasi
depannya. Arahan pengembangan lahan yang kerusakan lingkungan akibat proses produksi.
dikatakan sesuai untuk komoditi tertentu terlihat Produktivitas cabai merah di Kabupaten Jember
dari faktor biofisik maupun faktor sosial juga tergolong rendah yaitu hanya 87,68 kuintal
ekonomi haruslah bernilai sesuai. Metode yang ha-1 (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur,
biasanya dipakai dalam pemilihan lahan dengan 2018). Tidak menentunya produksi cabai merah
mempertimbangkan faktor biofisik dan sosial di wilayah Jember diantaranya daya dukung

http://jtsl.ub.ac.id 163
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

lingkungan yang tidak sesuai dengan terdapat pada data sekunder dari peta satuan
karakteristik cabai seperti menurunnya tingkat tanah. Data sekunder berkaitan dengan drainase
kesuburan tanah, adanya serangan Organisme tanah, kedalaman tanah dalam cm, kelerengan
Pengganggu Tanaman (OPT) yang cukup tinggi, yang berkaitan dengan erosi, ketinggian tempat
dan pendekatan ramah lingkungan dari dalam satuan meter di atas permukaan laut (m
penggunaan pestisida yang belum bisa dihindari dpl), genangan air, kapasitas tukar kation
(Eliyatiningsing et al., 2021). Upaya peningkatan (KTK), dan pH tanah. Peta dasar yang
produksi cabai merah melalui analisis kesesuaian dibutuhkan untuk mendukung optimasi
lahan dengan latar belakang efektivitas kesesuaian lahan cabai merah yaitu satuan peta
penggunaan lahan yang berkelanjutan. Hasil tanah (SPT) dan satuan peta lahan (SPL), wadah
analisis mendeskripsikan informasi dan panduan plastik yang berfungsi ketika pengambilan
penggunaan lahan yang optimal. sampel tanah, dan penanda yang berguna untuk
Penelitian optimasi ini diharapkan dapat menandai sampel yang diambil.
mengoptimasi penggunaan lahan yang Proses matching menggunakan faktor
berdasarkan karakter lahan yang sesuai untuk pembatas pada budidaya cabai berdasarkan
tanaman cabai yang telah dilakukan pada panduan dari Kementerian Pertanian. Evaluasi
penelitian sebelumnya. Upaya untuk kesesuaian lahan akan dideskripsikan ke dalam
pengembangan pertanian berkelanjutan serta bentuk kesesuaian lahan eksisting dan lahan
meningkatkan produktivitas lahan komoditas potensial (Tabel 1). Bagan kesesuaian kesesuaian
cabai sesuai yang tertera pada arahan tanaman cabai merah disajikan pada Gambar 2.
pengembangan Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Jember bahwasanya terdapat empat kecamatan
yang akan dijadikan sentra cabai yaitu
Hasil dan Pembahasan
Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Ajung, Karakteristik lahan
Kecamatan Ledokombo, dan Kecamatan
Lahan di empat lokasi penelitian di wilayah
Tempurejo (Gambar 1), maka sebaiknya
Ajung, Ledokombo, Tempurejo, dan Wuluhan
optimasi dilakukan pada keempat kecamatan
memiliki kedalaman bervariasi mulai dari
yang dimaksud.
dangkal sampai sangat dalam. Kedalaman tanah
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan tanah
Bahan dan Metode hasil dari proses pembentukan tanah (Basuki et
al., 2021). Pembentukan tanah dipengaruhi oleh
Penentuan lokasi penelitian berawal dengan
lima faktor pembentuk tanah diantaranya bahan
penentuan kecamatan yang akan dikembangkan
induk, topografi, iklim, organisme, dan waktu
sebagai sentra cabai merah besar di Kabupaten
(Basuki dan Winarso, 2021). Bahan induk
Jember meliputi Kecamatan Wuluhan,
dominan dalam mempengaruhi perkembangan
Kecamatan Ajung, Kecamatan Ledokombo,
tanah disebut lithosequen (Fauzi et al., 2004;
dan Kecamatan Tempurejo (Gambar 1).
Basuki et al., 2015; Saragih et al., 2017; Suratman
Penelitian dilakukan dengan matching criteria dari
et al., 2018; Ferdeanty et al., 2020).
masing-masing lahan yang dimulai pada bulan
Kedalaman tanah di di Kecamatan Ajung
Juni hingga September 2021 di Kabupaten
terbagi atas sedang, dalam, sangat dalam, di
Jember. Pengolahan data dilakukan dengan
Kecamatan Ledokombo kedalaman tanah
aplikasi ArcGIS 10. Data awal di empat
terbagi atas dangkal, sedang, dalam, sangat
kecamatan yang akan dikembangkan maka
dalam, di Kecamatan Tempurejo kedalaman
langkah selanjutnya adalah pembuatan peta
tanah terbagi atas dangkal, sedang, dalam, sangat
kerja yang kemudian diikuti dengan proses
dalam, dan di Kecamatan Wuluhan kedalaman
inventarisasi lahan. Data primer yang
tanah terbagi atas dangkal, sedang, dalam, sangat
didapatkan adalah karakteristik dari pH tanah
dalam. Drainase tanah lokasi penelitian
dan data sekunder adalah data Satuan
bervariasi mulai dari baik-terhambat baik di
Penggunaan Tanah yang didapat dari Balai Besar
Kecamatan Ajung, Ledokombo, Tempurejo,
Sumberdaya Lahan Pertanian Tahun 2017.
dan Wuluhan.
Parameter yang diamati dalam penelitian kali ini

http://jtsl.ub.ac.id 164
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

Tabel 1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman cabai.


Kelas Kesesuaian Lahan Keterangan
1 Sangat Sesuai (S1) Satuan lahan untuk tanaman cabai berkondisi sangat baik
2 Sesuai (S2) Satuan lahan untuk tanaman cabai berkondisi baik terdapat
beberapa faktor penghambat
3 Kurang Sesuai (S3) Satuan lahan untuk tanaman cabai berkondisi cukup sesuai
dengan beberapa faktor penghambat
4 Tidak Sesuai (N) Satuan lahan untuk tanaman cabai berkondisi sangat kurang
sesuai dan banyak faktor penghambat

Gambar 1. Peta administrasi. Kabupaten Jember.

http://jtsl.ub.ac.id 165
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

Gambar 2. Bagan kesesuaian tanaman cabai merah.

Drainase tanah dipengaruhi oleh topografi, sangat rendah. Kemasaman (pH) tanah serta
tekstur tanah, intensitas curah hujan (Mulyani kandungan K-total yang membentuk K2O juga
dan Nursyamsi, 2017; Basuki, 2020; Basuki dan masuk dalam kategori rendah. Penyebab semua
Sari, 2020). Perkembangan tanah itu membuat ketersediaan unsur hara yang
mempengaruhi persentase kandungan liat dalam diperlukan tidak dapat tersedia sehingga sulit
tanah yang akhirnya berpengaruh terhadap diserap akar tanaman. Upaya yang dilakukan
tekstur tanah (Ferdeanty et al., 2020; Ihsan et al., untuk meningkatkan hal tersebut salah satunya
2020). penambahan jerami tanaman padi yang
Perkembangan tanah juga berpengaruh merupakan sumber hara baik bagi tanaman
pada karakteristik kimia tanah meliputi pH (Astutik et al., 2018). Karakteristik lahan
tanah, kandungan fosfat dalam tanah, dan tanaman cabai di Kabupaten Jember disajikan
kandungan kalium dalam tanah, tanah yang pada Tabel 2.
mengalami perkembangan akan memiliki nilai
Evaluasi kesesuaian lahan
pH agak masam-masam (Basuki dan Sari, 2020).
pH tanah selain dipengaruhi oleh Penilaian kesesuaian lahan dengan melakukan
perkembangan juga dipengaruhi oleh bahan evaluasi yang menggunakan proses matching
induk tanah, lokasi penelitian terutama di Ajung, berdasarkan kriteria lahan dan
Tempurejo, dan Wuluhan dipengaruhi oleh mempertimbangkan syarat tumbuh tanaman
karbonat sehingga wilayah tersebut sebagian cabai merah. Penilaian kriteria sebuah lahan
dengan pH alkalis. Kabupaten Jember termasuk menggunakan lapisan pertama tanah yang akan
ke dalam karakterisasi lahan dengan nilai C- dianalisis menjadi kelas kesesuaian lahan
organik dan N-total tergolong rendah hingga (Simanjuntak et al., 2020).

http://jtsl.ub.ac.id 166
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

Tabel 2. Karakteristik kesesuaian lahan tanaman cabai merah.


Karakteristik Ajung Ledukombo Tempurejo Wuluhan
Lahan
Kedalaman Dalam, Sangat Dalam, Dangkal, Dalam, Dangkal, Dalam, Dangkal,
Dalam, Sedang Sangat Dalam, Sedang Sangat Dalam, Sangat Dalam,
Sedang Sedang
Drainase Baik, Terhambat Agak Cepat, Baik, Agak Cepat, Baik, Baik, Terhambat
Terhambat Terhambat
Tekstur Tanah Halus, Sedang Agak Halus, Halus, Agak Halus, Halus, Agak Halus,
Sedang Sedang Halus
pH Agak Alkalis, Agak Masam, Netral Agak Alkalis, Agak Agak Alkalis,
Agak Masam, Masam, Masam, Netral
Netral Netral
KTK Sedang, Tinggi Rendah, Sangat Tinggi, Rendah, Sedang, Sangat Tinggi,
Sedang Tinggi Sedang, Tinggi
KB Sangat Tinggi Sangat Tinggi, Sedang, Sangat Tinggi, Sangat Tinggi
Tinggi Sedang, Tinggi
Lereng Agak datar Agak Landai (38), Agak Datar (13), Agak datar (13),
(13), Berbukit Berbukit (2540), Berbukit (2540), Berbukit (2540),
Kecil (1525), Berbukit Kecil Berbukit Kecil Berbukit Kecil
Datar (03) (1525), Datar (03), (1525), (1525),
Landai (815), Sangat Bergunung (>40), Berombak (3-8),
Curam (4060), Terjal Berombak (38), Datar (<1), Datar
(>60) Datar (<1), Datar (03)
(03)

Tabel 3. Syarat tumbuh tanaman cabai merah.


Syarat penggunaan Kelas Kesesuaian Lahan
lahan S1 S2 S3 N
KTK Liat (cmol) >16 <16
Basa (%) >5 20–35 <20
pH H2O 6,07,6 5,56,0/7,68,0 >8,0
C-organik (%) >0,8 <0,8
Salinitas (dS m-1) <3 3–5 5–7 >7
Alkalinitas/ESP (%) <15 15–20 20–25 >25
Kedalaman sulfidik (cm) >100 75–100 40–75 <40
Kelereng (%) <8 8–16 16–30 >30
Erositas sangat rendah rendah, sedang berat sangat berat
Genangan f0  f1 >f1
Batuan permukaan <5 5–15 15–40 >40
Singkapan batuan (%) <5 5–15 15–25 >25

Hasil evaluasi lahan eksisting yang dilakukan biaya tinggi sehingga perlu bantuan pemerintah
untuk tanaman cabai merah yang sesuai, kabupaten (Nurhaeni et al., 2016).
didapatkan kelas kesesuaian Sesuai Marjinal (S3) a. Kelerangan yang berkaitan dengan bahaya
yang menjadi faktor pembatas pada lahan yaitu erosi, perbaikan yang dapat dilakukan
drainase, kelerengan, pH tanah, dan kedalaman adalah melakukan cut and fill atau dengan
tanah. Perbaikan faktor pembatas dilakukan menggunakan system terasering maupun
dengan meningkatkan nilai kelas lahan dan guludan sebagai langkah mengurangi erosi
menambahkan masukan berupa perbaikan yang akan ditimbulkan nantinya. Perlakuan
karakter tanah dan juga memerlukan mekanisasi lahan dengan membuat terasering atau
pertanian yang sangat berhubungan dengan bangku teras sangat berpengaruh pada

http://jtsl.ub.ac.id 167
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

faktor biofisik seperti kedalaman tanah, organik juga tidak lepas dengan penyedia air
karena efektivitas penggunaan sistem ini dalam tanah karena mampu meningkatkan
sangat tergantung pada kedalaman tanah porositas tanah sehingga kandungan liat,
efektif dan tidak disarankan pada tanah yang tanah, dan debu menjadi seimbang.
memiliki kedalaman dangkal, sangat rentan Menambahkan bahan organik akan
longsor, serta tanah dengan drainase yang membentuk pori mikro yang jauh lebih
sangat lambat (Djaenudin et al., 2011). banyak sehingga tanah akan memiliki
b. Drainase, menambahkan bahan organik kapasitas simpan lengas tanah yang cukup
dapat berupa pupuk kendang, kompos, tinggi, lengas tanah juga akan mampu
maupun pupuk organik lainnya yang mengisi ruang dan masuk kedalam pori-pori
mampu melembutkan tekstur tanah. tanah.
Menurut Rangkuti et al. (2019), peran bahan

Tabel 4. Evaluasi kesesuaian lahan pada tanaman cabai merah.


Kecamatan Kesesuain Aktual Faktor Pembatas Perbaikan
S3 oa S3 oa Drainase Perbaikan Parit
Ajung
S3 oa S3 oa Drainase Perbaikan Parit
S3 rc3 S3 rc3 Kedalaman Tanah Hutan Lindung
S3 eh1 Kelerengan Teras Gulud
S3 rc3
S3 eh1rc3
Ledokombo S2 nr1 Kedalaman Tanah Hutan Lindung
S2 nr3
N eh1 N eh1 Kelerengan Teras Gulud
S3 oa S3 oa Drainase Perbaikan Parit
N eh1
N eh1 Kelerengan Pemupukan
S3 rc3
N eh1
S2 nr3 N eh1 Kelerengan Teras gulud
S3 nr3
S3 eh1 Kelerengan Teras gulud
Tempurejo
S3 oa
S2 rc3 S3 eh1oa
Drainase Perbaikan Parit
S2 nr1
S2 nr3
S3 oa
S3 oa Drainase Perbaikan Parit
S2 nr3
S3 eh1
S2 nr3 S3 eh1 Kelerengan Teras gulud
S2 rc3
N eh1
Wuluhan S3 oa
N eh1 Kelerengan Teras gulud
S3 rc3
S2 nr3
S3 oa
S3 oa Drainase Perbaikan Parit
S2 rc3

Kesimpulan yaitu S3 (Sesuai Marginal) dengan faktor


pembatas lahan yaitu drainase, kedalaman tanah,
Kesesuaian lahan eksisting di Kabupaten
dan kelerengan. Salah satu usaha perbaikan
Jember untuk peruntukan tanaman cabai merah
diantaranya dengan melakukan perbaikan parit,

http://jtsl.ub.ac.id 168
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

melakukan kawasan sebagai hutan lindung dan Basuki, B., Romadhona, S., Sari, V.K. dan Iqbal, E.
membuat teras gulud. Kesesuaian lahan yang 2021. Karakteristik iklim dan tanah vulkanis di
dinilai potensial untuk tanaman cabai merah di sisi barat gunung api Ijen Jawa Timur sebagai
dasar penentu pengelolaan varietas tanaman padi
Kabupaten Jember adalah dengan melakukan (Oriza sativa L.). Jurnal Penelitian Pertanian
perbaikan pada lahan dengan kriteria Kurang Terapan 21(2):108–117.
Sesuai (S3) dan Tidak Sesuai (N). Djaenudin, D., Marwan, H., Subahjo, H. dan
Hidayat, A. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan untuk Komoditas Pertanian. Dalam
Ucapan Terima Kasih Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk
Ucapan terima kasih kepada Kepala P3M-Polije atas Komoditas Pertanian. Badan Litbang Pertanian,
hibah Sumber Dana PNBP Skema Penelitian Untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pemula di Politeknik Negeri Jember dengan kontrak Bogor.
No. 363 /PL17.4/PG/2021. Kami juga berterima Eliyatiningsih, E., Erdiansyah, I., Putri, S.U., Al
kasih kepada tim atas kerjasama penelitian ini. Huda, D.H. dan Pratama, R.P. 2021. Pelatihan
teknologi PHT pada usaha tani cabai merah di
Desa Dukuh Dempok, Kabupaten Jember.
Daftar Pustaka Agrokreatif Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada
Masyarakat 7(1):76–84.
Mulyani, A. dan Nursyamsi, D. 2017. Strategi Fauzi, I.A., Zauyah, S. dan Stoops, G. 2004.
pemanfaatan sumberdaya lahan untuk Karakteristik mikromorfologi tanah-tanah
pencapaian swasembada beras berkelanjutan. volkanik di daerah Banten. Jurnal Tanah dan
Jurnal Sumberdaya Lahan 11(1):11–22, Iklim 1:1-14.
doi:10.2018/jsdl.v11i1.8187. Ferdeanty, F., Sufardi, S. dan Arabia, T. 2020.
Astutik, A.D., Koesriharti, dan Aini, N. 2018. Karakteristik morfologi dan klasifikasi tanah
Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah Andisol di lahan kering Kabupaten Aceh Besar.
(Capsicum annuum L .) dengan aplikasi plant Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian 4(4):666–676,
growth promoting rhizobacteria dan mulsa doi:10.17969/jimfp.v4i4.12694.
jerami. Jurnal Produksi Tanaman 6(3):495-501. Ihsan, M., Priyambodo, B. dan Muliasari, H. 2020.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2018. Pelatihan pembuatan pakan gel berbasis bahan
Analisis Data Cabai Provinsi Jawa Timur 2018 lokal sebagai pakan alternatif budidaya lobster di
(Bidang Statistik Produksi dan Badan Pusat Pulau Lombok. Transformasi: Jurnal Pengabdian
Statistik Provinsi Jawa Timur, Eds.). PT Sinar Masyarakat 16(1):1-11, doi:10.20414/
Murni Indoprinting. transformasi.v16i1.2106.
Basuki dan Winarso, S. 2021. Peta sebaran pH tanah, Nurhaeni, N., Sugandi, D. dan Jupri. 2016. Evaluasi
bahan organik tanah, dan kapasitas pertukaran kesesuaian lahan tanaman manggis (Garcinia
kation sebagai dasar rekomendasi aplikasi bahan mangosta Linn ) di Desa Wanayasa Kecamatan
organik dan dolomit pada lahan tebu. Buletin Wanayasa. Antologi Geografi 4(1):1-11.
Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Rangkuti, A.A., Lanya, I. dan Suyarto, R. 2019.
13(2):78–93, doi:10.21082/btsm.v13n2.2021.78- Aplikasi sistem informasi geografis dan
93. penginderaan jauh untuk pemetaan penggunaan
Basuki, B. 2020. Pemetaan tipologi dan kesesuaian dan kesesuaian lahan di Desa Batur Tengah
varietas tanaman tebu berdasarkan karakteristik Kabupaten Bangli. E-Journal Agroekoteknologi
lahan dan tanah di Jatiroto Lumajang. Buletin Tropika 8(1):127-139.
Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Ritung, S., Nugroho, K., Mulyani, A. dan Suryani, E.
12(1):34-40, doi:10.21082/btsm.v12n1.2020.34- 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk
44. Komoditas Pertanian. Dalam Petunjuk Teknis
Basuki, B. dan Sari, V.K. 2020. Efektifitas dolomit Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian.
dalam mempertahankan pH tanah Inceptisol Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
perkebunan tebu Blimbing Djatiroto. Buletin Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian
Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri, dan Pengembangan Pertanian Bogor.
11(2):58-66, doi:10.21082/btsm.v11n2.2019.58- Saragih, D.W., Muklis, M. dan Sembiring, M. 2017.
64. Klasifikasi tanah pada satuan lahan volkan tua di
Basuki, B., Purwanto, B.H., Sunarminto, B.H., Gunung Sipiso-Piso dan Gunung Simbolon
Nuryani, S. dan Utami, H. 2015. Analisis cluster Sumatera Utara. Agroekoteknologi 5(4):829–836,
sebaran hara makro dan rekomendasi doi10.32734/jaet.v5i4.16439.
pemupukan untuk tanaman (Saccharum officinarum
Linn.). Jurnal Ilmu Pertanian 18(3): 118–126.

http://jtsl.ub.ac.id 169
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 9 No 1: 163-170, 2022
e-ISSN:2549-9793, doi: 10.21776/ub.jtsl.2022.009.1.18

Simanjuntak, J.F., Agustina, C. dan Rayes, M. L. Suratman, Hikmatullah, dan Sulaiman, A.A. 2018.
2020. Evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman Karakteristik tanah-tanah dari bahan induk abu
cabai rawit di Kecamatan Wagir, Kabupaten volkan muda di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan Iklim 42(1):1–12.
8(1):259-271, doi:10.21776/ub.jtsl.2021.008.1.29.

http://jtsl.ub.ac.id 170

You might also like